Anda di halaman 1dari 11

Asas-asas Pokok Pendidikan

Dibuat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan

Dosen Pengampu:
Pak Zul

Disusun Oleh:

1. Zarza Ayu Berliani (190210301024)


2. Ilmi Mufidah (190210301039)
3. Dayinta Briliyana Safitri (190210301027)
4. Nurul Tasya Alvina (190210301034)
5. Shinta Mawadatul (190210301017)

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Asas-Asas Pokok Pendidikan.....................................................................2
1. Tut Wuri Handayani..................................................................................2
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat................................................................4
3. Asas Kemandirian Dalam Belajar...........................................................7
BAB III PENUTUP
Kesimpulan........................................................................................................9
Saran...................................................................................................................9
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah sebagai usaha sadar yang sistematik selalu bertolak dari
sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu. Asas
tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap
perkembangan manusia suatu bangsa. Asas pendidikan merupakan suatu
kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berfikir, baik pada tahap
perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.
Di dalam pembahasan ini secara tersirat akan dijelaskan macam-macam asas
dengan pengkajian dimensi hakikat manusia (keindiidalan, kesosialan,
kesusilaan, dan keberagaman). Pandangan tentang hakikat manusia merupakan
tumpuan berpikir utama yang sangat penting dalam pendidikan.
Khusus di Indonesia terdapat sejumlah asas yang memberi arah dalam
merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Asas-asas tersebut bersumber dari
kecenderungan umum pendidikan di dunia maupun yang bersumber dari
pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah upaya pendidikan di Indonesia.
Asas tersebut di antaranya Asas Tut Wuri Handayani, Asas belajar Sepanjang
Hayat, Asas Kemandirian Belajar.

B. Rumusan Masalah
Di dalam makalah ini akan di bahas tentang macam-macam asas yang ada di
Indonesia, penggunaan asas-asas di Indonesia, dan sejarah lahirnya 3 asas
tersebut.

C. Tujuan
1.  Untuk mengetahui pengertian asas-asas pendidikan.
2.  Untuk mengetahui macam-macam asas-asas pendidikan.
3.  Untuk mempelajari penerapan asas dalam kehidupan sehari-hari.
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Asas-asas Pokok Pendidikan

Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau


tumpuan berfikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Di
dalam Bab 1 secara tersirat telah dikemukakan berbagai asas tersebut dengan
pengkajian berbagai dimensi hakikat manusia. Pandangan tentang hakikat manusia
merupakan tumpuan berpikir utama yang sangat penting dalam pendidikan. Salah
satu dasar utama pendidikan adalah bahwa manusia itu dapat dididik dan dapat
mendidik diri sendiri. Seperti diketahui, manusia yang dilahirkan hampir tanpa daya
dan sangat tergantung pada orang lain (orang tuanya, utamanya ibunya) namun
memiliki potensi yang hampir tanpa batas untuk dikembangkan. Bayi itu melalui
pendidikan dapat dikembangkan menjadi calon pakar yang dapat merancang dan
dapat membuat pesawat angkasa luar yang dapat menjelajah ruang angkasa, dan
mampu merekayasa genetika yang memicu revolusi hijau dengan berbagai bibit
unggul, ataupun sebaliknya mampu membuat bom yang dapat menghancurkan
manusia dan kebudayaannya.
Khusus untuk pendidikan di Indonesia, terdapat sejumlah asas yang memberi
arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Asas-asas tersebut
bersumber baik dari kecenderungan umum pendidikan di duni maupun yang
bersumber dari pemikiran dan pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah upaya
pendidikan di Indonesia. Di antara berbagai asas tersebut, tiga buah asas akan dikaji
lebih lanjut dalam paparan ini. Ketiga asas itu adalah tut wuri handayani, asas belajar
sepanjang hayat, dan asas kemandirian dalam belajar. Ketiga asas itu dipandang
sangat relevan dengan upaya pendidikan, baik masa kini maupun masa depan. Oleh
karena itu, setiap tenaga kependidikan harus memahami dengan tepat ketiga asas
tersebut agar dapat menerapkannya dengan semestinya dalam penyelenggaraan
pendidikan sehari-hari.
1. Asas Tut Wuri Handayani
Asas Tut Wuri Handayani, yang kini menjadi semboyan Depdikbud, pada
awalnya merupakan salah satu dari “Asas 1922” yakni tujuh buah asas dari
Perguruan Nasional Taman Siswa (didirikan 3 Juli 1922). Sebagai asas
pertama , tut wuri handayani merupakan inti dari Sistem Among dari
perguruan itu. Asas ataupun semboyan tut wuri handayani yang
dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara itu mendapat tanggapan positif dari
Drs. R.M.P. Sostrokartono (filsuf dan ahli bahasa) dangan menambahkan dua
semboyan untuk melengkapinya, yakni Ing Ngarso Sung Tulada dan Ing
Madya Mangun Karsa. (Raka Joni, et.al.,1985:38; Wawasan Kependidikan
Guru, 1982: 93)
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas,
yakni:
 Ing ngarsa sung tulada (jika di depan, menjadi contoh)
 Ing madya mangun karsa (jika di tengah-tengah, membangkitkan
kehendak, hasrat atau motivasi), dan
 Tut Wuri Handayani (jika di belakang, mengikuti dengan awas)

Agar diperoleh latar keberlakuan awal dari asas tut wuri handayani perlu
dikemukakan ketujuh asas Perguruan Nasional Taman Siswa tersebut. Seperti
diketahui Perguruan Nasional Taman Siswa yang lahir pada tanggal 3 Juli 1922
berdiri di atas tujuh asas yang merupakan asas perjuangan untuk menghadapi
Pemerintah Kolonial Belanda serta sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan
hidup dan sifat yang nasioanl dan demokrasi. Ketujuh asas tersebut yang secara
singkat disebut “ Asas 1922” adalah sebagai berikut:
a. Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan
mengingat tertibnya persatuan dalan perikehidupan umum.
b. Bahwa perjuangan harus memberi pengetahuan yang berfaedah, yang dalam
arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri.
c. Bahwa pengajaran harus berdasarkan pada kebudayaan dan kebangsaan
sendiri.
d. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat mengjangkau kepada
seluruh rakyat.
e. Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh-penuhnya lahir
maupun batin hendaklah diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak
bantuan apa pun dan dari siapapun yabg mengikat, baik berupa ikatan lahir
maupun ikatan batin.
f. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak
harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
g. Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin
untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan
kebahagiaan anak-anak.

Asas tut wuri handayani merupakan inti dan asas pertama (butir a) yang
menegaskan bahwa setiap orang yang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri
(zelf-veschiklingsrecht) dengan mengingat tertibnya persatuan dalam perikehidupan
umum. Dari asasnya yang pertama ini jelas bahwa tujuan yang hendak di capai oleh
Taman Siswa adalah kehidupan yang tertib dan damai (tata dan tentram, orde on
Vrede). Kehidupan yang tertib dan damai hendaknya dicapai menurut dasar kodrat
alam sebagai sifat lahir dan manifestasi kekuasaan Tuhan. Asas ini pulalah yang
mendorong Taman Siswa untuk mengganti system pendidikan cara lama yang
menggunakan perintah, paksaan, dan hukuman dengan system khas Taman Siswa,
yang didasarkan pada perkembangan kodarati. Dari asas ini pulalah lahir “Sistem
Among”, di mana guru memperoleh sebutan “pamong”, yaitu sebagai pemimpin yang
berdiri di belakang dengan bersemboyan “tut wuri handayani”, yaiut tetap
mempengaruhi dengan memberi kesempatan kepada anak didik untuk berjalan
sendiri, dan tidak terus menerus dicampuri, diperintah atau dipaksa. Pamong hanya
wajib menyingkirkan segala sesuatu yang merintangi jalannya anak serta hanya
bertindak aktif dan mencampuri tingkah laku atau perbuatan anak apabila mereka
sendiri tidak dapat menghindari diri dari berbagai rintangan atau ancaman
keselamatan atau gerak majunya. Jadi, “ Sistem Among” adalah cara pendidikan
yang dipakai dalam system Taman Siswa dengan maksud mewajibkan pada guru
supaya mengingati dan mementingkan kodrat-iradatnya para siswa dengan tidak
melupakan segala keadaan yang mengelilinginya.
Dua semboyan lainnya, sebagai bagian tak terpisahkan dari tut wuri handayani, pada
hakikatnya bertolak dari wawasan tentang anak yang sama, yakni tidak ada unsur
perintah, paksaan atau hukuman, tidak ada campur tangan yang dapat mengurangi
kebebasan anak untuk berjalan sendiri dengan kekuatan sendiri.
2. Asas belajar sepanjang hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang
dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education).
Pendidikan seumur hidup merupakan a concept (P. Lengrand, 1970) yang
new significance of an old idea (Dave, 1973) tetapi universally acceptable
definition is difficult (Cropley, 1979). Oleh karena itu, UNESCO Institude For
Education (UEI Hamburg) menetapkan suatu definisi kerja yakni pendidikan
seumur hidup adalah pendidikan yang harus :
a. Meliputi seluruh hidup setiap indiviu.
b. Mengarah kepada pembentukan, pembaruan, peningkatan, dan
penyempurnaan secara sistematis pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang daapat menigkatkan kondisi hidupnya.
c. Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self
fulfilment) setiap individu.
d. Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri.
e. Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin
terjadi, termasuk yang formal, non formal, dan informal (Cropley, 1970:
2-3;. Sulo Lipu La Sulo, 1990: 25-26)

Dalam latar pendidikan seumur hidup, proses belajar –mengajar di sekolah


seyogainya mengemban sekurang-kurangnya dua misi, yakni membelajarkan
peserta didik dengan efisien dan efektif, dan serentak dengan itu, meningkatkan
kemauan dan kemampuan belajar mandiri sebagai basis belajar sepanjang hayat.
Kurikulum yang dapat mendukung terwujudnya belajar sepanjang hayat harus
dirancang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi (Hameyer,
1979: 67-81; Sulo Lipu La Sulo, 1990: 28-30) sebagai berikut:
a. Dimensi vertical dari kurikulum sekolah yang meliputi: Di samping keterkaitan
dan berkesinambungan antar tingkatan persekolahan, harus pula terkait
dengan kehidupan peserta didik di masa depan. Termasuk dalam dimensi
vertical itu antara lain pengkajian tentang:
1) Keterkaitan antara kurikulum dengan masa depan peserta didik,
termasuk relevansi bahan ajaran dengan masa depan dan
pengintegrasian masalah kehidupan nyata ke dalam kurikulum.
2) Kurikulum dan perubahan social kebudayaan: Kurikulum seyogianya
memungkinkan antisipasi terhadap perubahan social-kebudayaan itu
karena peserta didik itu justru akan hidup dalam social-kebudayaan
yang telah berubah setelah menamatkan sekolahnya.
3) “The forecasting curriculum” yakni perancangan kurikulum berdasarkan
suatu prognosis, baik tentang perilaku peserta didik pada saat
menamatkan sekolahnya, pada saat hidup I dalam system yang
sedang berlaku, maupun pada saat ia hidup dalam system yang telah
berubah di masa depan.
4) Keterpaduan bahan ajaran dan pengorganisasian pengetahuan,
terutama dalam kaitannya dengan struktur pengetahuan yang dipelajari
dengan pengusaan kerangka dasar untuk memperoleh keterpaduan ide
bidang studi itu.
5) Penyiapan untuk memikul tanggung jawab, baik tentang dirinya sendiri
maupun dalam bidang social/pekerjaan, agar kelak dapat membangun
dirinya sendiri dan bersama-sama membangun masyarakatnya.
6) Pengintegrasian dengan pengalaman yang telah dimiliki peserta didik,
yakni pengalaman di keluarga untuk pendidikan dasar, dan demikian
seterusnya.
7) Untuk mempertahankan motivasi belajar secara permanen, peserta
didik harus dapat melihat kemanfaatan yang akan didapatnya dengan
tetap mengikuti pendidikan itu, seperti kesempatan yang terbuka
baginya, mobilitas pekerjaan, pengembangan kepribadiannya dan
sebagainya.
b. Dimensi horizontal dari kurikulum sekolah yakni keterkaitan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
Termasuk dalam dimensi horizontal antara lain :
1) Kurikulum sekolah merefleksikan kehidupan di luar sekolah, kehidupan
di luar sekolah menjadi objek refleksi teoritis di dalam bahan ajaran di
sekolah, sehingga peserta didik lebih memahami persoalan-persoalan
pokok yang terdapat di luar sekolah.
2) Memperluas kegiatan belajar ke luar sekolah: kehidupan di luar sekolah
dijadikan tempat kajian empiris, sehingga kegiatan belajar mengajar
terjadi di dalam dan di luar sekolah
3) Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam kegiatan belajar
mengajar, baik sebagai narasumber dalam kegiatan belajar di sekolah
maupun dalam kegiatan belajar di luar sekolah.

Perancangan dalam implementasi kurikulum yang memperhatikan kedua


dimensi itu akan mengkrabkan peserta didik dengan berbagai sumber belajar yang
ada di sekitarnya. Kemampuan dan kemauan menggunakan sumber-sumber belajar
yang tersedia itu akan memberi peluang terwujudnya belajr sepanjang hayat.
Dengan kata lain, akan terwujudlah gagasan pendidikan seumur hidup seperti yang
tercermin di dalam sistem pendidikan nasional Indonesia.
3. Asas Kemandirian dalam Belajar
Baik asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara
langsung erat kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut
wuri handayani pada prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk
mandiri, termasuk mandiri dalam belajar. Dalam kegiatan belajar-mengajar,
sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan
menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk ulu tangan
apabila diperlukan. Selanjutnya, asas belajar sepanjang hayat
hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik
mau dan mampu mandiri dalam belajar., karena adalah tidak mungkin
seorang belajar sepanjang hayatnya apabila selalu tergantung dari bantuan
guru ataupun orang lain.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam
peran utama sebagai fasilitator dan motivator, di samping peran-peran lain:
Informator, organisator, dan sebagainya. Sebagai fasilitator, guru diharapkan
menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar sedemikian sehingga
memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut.
Sedang sebagai motivator, guru mengupayakan timbulnya prakarsa peserta
didik untuk memanfaatkan sumber belajar itu. Pengembangan kemandirian
dalam belajar ini seyogianya dimulai dalam kegiatan intrakulikuler, yang
dikembangkan dan dimantapkan selanjutnya dalam dalam kegiatan
kokurikuler dan ekstra-kulikuler. Atau, untuk latar perguruan tinggi: Dimulai
dalam kegiatan tatap muka, dan dikembangkan dan dimantapkan dalam
kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri. Kegiatan tatap muka atau
intrakurikuler terutama berfungsi membentuk konsep-konsep dasar dan cara-
cara pemanfaatan berbagai sumberb belajar., yang akan menjadi dasar
pengembangan kemandirian dalam belajar di dalam bentuk-bentuk kegiatan
terstruktur dan mandiri, atau kegiatan ekstrakurikuler itu.
Terdapat beberapa strategi belajar-mengajar dan atau kegiatan belajar-
mengajar yang dapat memberi peluang pengembangan kemandirian dalam
belajar. Cara belajar siswa aktif (CBSA) merupakan salah satu pendekatan
yang memberi peluang itu, karena siswa dituntut mengambil prakarsa dan
atau memikul tanggung jawab tertentu dalam belajar-mengajar di sekolah,
umpamanya melalui lembaga kerja. Di samping itu, beberapa jenis kegiatan
belajar mandiri akan sangat bermanfaat dalam mengembangkan kemandirian
dalam belajar iku, seperti belajar melalui modul, paket belajar, pengajaran
berprogram, dan sebagainya. Keseluruhan upaya itu akan akan dapat
terlaksana dengan semestinya apabila setiap lembaga pendidikan, utamanya
sekolah, didukung oelh suatu pusat sumber belajar (PSB) yang memadai.
Seperti diketahui, PSB itu memberi peluang tersedianya berbagai jenis
sumber belajar, di samping bahan pustaka di perpustakaan, seperti rekaman
elektronik, ruang-ruang belajar (tutorial) sebagai mitra kelas, dan sebagainya.
Dengan dukungan PSB itu asas kemandirian dalam belajar akan lebih
dimantapkan dan dikembangkan.
Kesimpulan
Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera
tampak. Diperlukan satu generasi untuk melihat hasil akhir dari pendidikan itu;
oleh karena itu, apabila terjadi suatu kekeliruan yang berakibat kegagalan,
pada umumnya sudah terlambat untuk memperbaikinya. Kenyataan ini
menuntuk agar pendidikan itu dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin
dengan memperhatikan sejumlah landasan dan asas pendidikan
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asas pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau
tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan
pendidikan.
Asas Pokok Pendidikan, Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang
Hayat,Asas kemandirian Dalam Belajar.

B. SARAN
Penulis mengharapkan pembaca dapat memahami asas-asas poko
pendidikan dan penerapan nya dengan baik, penulis mengetahui makalah ini
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan pembaca
dapat memberikan kritik dan saran yang membangun bagi makalah dari
pembaca.

Anda mungkin juga menyukai