Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN

ALIRAN-ALIRAN POKOK PENDIDIKAN INDONESIA

DISUSUN OLEH :

Kelompok 11

Malik kadafi (06111282126047)

Ade fitri (06111182126007)

Angky turnado (06111282126017)

MATA KULIAH :
PENGANTAR PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU :
Dr. KISTIONO, M.T.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA TAHUN

2021
ABSTRAK

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memaparkan Aliran-aliran Pokok Pendidikan


di Indonesia. Aliran ini terdiri dari Taman Siswa, INS Kayu Tanam, Muhammadiyah, dan
Maarif. Dalam penulisan makalah ini, metode yang kami gunakan yaitu dengan cara
mengumpulkan informasi dari beberapa sumber seperti e-journal, e-book, artikel, serta
makalah yang ada di Internet. Makalah ini juga dibuat dengan cara membaca dan
mempelajari beberapa literatur yang berkaitan dengan topik permasalahan yang menjadi
objek pembahasan di dalam makalah. Berdasarkan hasil pembahasan, Aliran Pokok
Pendidikan merupakan pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan dalam dunia
Pendidikan. Secara umum, aliran-aliran ini memiliki tujuan yg sama yaitu; membangun anak
didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan batin, luhur akal budinya, serta sehat
jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas
keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.

Kata Kunci : Aliran pokok pendidikan di Indonesia, jenis, dan tujuannya.

PENDAHULUAN
Dalam makalah ini akan dideskripsikan tentang aliran-aliran pendidikan yang ada di
indonesia. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, Aliran-aliran pendidikan telah
dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan
dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang
tuanya. Di dalam kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan, pemikiran tentang pendidikan
telah dimulai dari zaman Yunani kuno sampai kini. Semua orang mengakui bahwa pemikiran
manusia selalu berkembang setiap saat sehingga selalu muncul pemikiran yang baru.
Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan, yakni pemikiran-
pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir berikutnya,
sehingga timbulah pemikiran yang baru lagi, dan demikian seterusnya, dan pendidikan
memiliki beberapa nuansa yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, sehingga
banyak bermunculan pemikiran-pemikiran yang dianggap sebagai penyesuaian proses
pendidikan dengan kebutuhan yang dipelukan.
Di antara sejumlah pemikiran-pemikairan tersebut, akan dikaji lebih lanjut pembagian dari
aliran- aliran pokok pendidikan indonesia yaitu Perguruan Kebangsaan Taman Siswa, .
Ruang Pendidik INS Kayu Tanam,pendidikan muhammadiyah, pendidikan maarif. Keempat
aliran ini dipandang sebagai tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia.
METODE
Makalah ini dibuat dengan cara mengumpulkan berbagai informasi dari beberapa sumber
artikel, referensi, jurnal dan makalah yang ada di internet. Makalah ini juga dibuat
dengan cara membaca dan mempelajari beberapa literatur yang berkaitan dengan
topik permasalahan yang menjadi objek pembahasan di makalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian aliran

Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa


pembaruan dunia pendidikan. Pemikiran-pemikiran dalam pendidikan itu berlangsung
seperti suatu diskusi berkepanjangan yakni pemikiran-pemikiran terdahulu selalu
ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir-pemikir berikutnya, sehingga timbul
pemikiran baru, dan juga seterusnya.

Aliran-aliran dalam pendidikan perlu dikuasai oleh para calon pendidik karena
pendidikan tidak cukup dipahami hanya melalui pendekatan ilmiah yang bersifat
parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu dipandang pula secara holistik
(menyeluruh). Menurut Tirtarahardja & Sulo (2005) aliran-aliran pendidikan telah
dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu
dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang
lebih baik dari orang tuanya. Di dalam kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan,
pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani kuno
sampai kini, dikenal dengan istilah rumpun aliran klasik dan aliran (gerakan) baru.

B. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa

Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal
3 Juli 1932 di Yogyakarta yakni dalam bentuk yayasan, Taman Siswa memiliki tiga
semboyan dalam melaksanakan proses pendidikan. Semboyan tersebut berasal dari
bahasa Jawa dan mempunyai arti filosofi tentang peranan seseorang.:
- Ing Ngarsa Sung Tuladha, yang berarti ‘di depan memberi contoh’
- Ing Madya Mangun Karsa, yang berarti ‘di tengah membangun semangat’
- Tut Wuri Handayani, yang berarti ‘di belakang memberikan dorongan’
Setelah memebentuk yayasan, selajutnya mulai didirikan Taman Indra (Taman Kanak-
Kanak) dan Kursus Guru, selanjutnya Taman Muda (SD), disusul Taman Dewasa
merangkap Taman Guru (Mulo-Kwekschool). Sekarang ini, telah dikembangkan sehingga
meliputi pula Taman Madya, Prasarjana, dan Sarjana Wiyata.
Asas dan Tujuan Taman Siswa Perguruan Kebangsaan Taman Siswa mempunyai tujuh
asas perjuangan untuk menghadapi kolonial Belanda. Ketujuh asas tersebut adalah
sebagai berikut.
1) Asas dan Tujuan Taman Siswa
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa mempunyai tujuh asas perjuangan untuk
menghadapi pemerintahan kolonial Belanda serta sekaligus untuk
mempertahankan kelangsungan hidup bersifat nasional dan demokrasi. Ketujuh
asas tersebut disingkat “Asas 1922” adalah sebagai berikut :
a. Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri (zelf
beschikkingsrecht) dengan mengingat terbitnya persatuan dalam peri
kehidupan umum. Tujuan dari asas pertama ini adalah untuk mencapai
kehidupan yang tertib dan damai (tata dan tentram, Ordo on Vrede). Dari asas
ini lahirlah “Sistem Among”, yaitu cara pendidikan yang dipakai dalam sistem
Taman Siswa dengan maksud mewajibkan para guru supaya mengingati dan
mementingkan kodrati adatnya pada siswa dengan tidak melupakan segala
keadaan yang mengelilinginya.
b. Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam
arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri. Asas ini memberi ketegasan
bahwa kemerdekaan itu hendaknya dikenakan terhadap cara siswa berpikir,
siswa dibiasakan untuk menemukan atau mencari sendiri berbagai nilai
pengetahuan dan keterampilan dengan menggunakan pikiran dan
kemampuannya sendiri.
c. Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
Asas ini ingin mencegas sistem pengajaran yang bersifat intelektualitis dan
pola hidup yang “kebarat-baratan” yang dapat memisahkan orang-orang
terpelajar dengan rakyat jelata pada umumnya.
d. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada
seluruh rakyat. Asas ini ingin memajukan pengajaran untuk rakyat umum
daripada mempertinggi pengajaran tapi mengurangi tersebarnya pendidikan
dan pengajaran.
e. Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuhnya lahir maupun
batin hendaklah dengan kekuatan sendiri, dan menolak bantuan apapun dan
dari siapapun yang mengikat, baik berupa ikatan lahir maupun ikatan batin.
Asas ini bertujuan untuk mempertahankan kepribadiannya sepanjang masa
(dalam masa penjajahan maupun zaman kemerdekaan sekarang ini).
f. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus
membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan (zelfbegrotings-system).
Dari asas ini tersirat keharusan untuk hidup sederhana dan hemat.
g. Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin
untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan
kebahagiaan anak-anak. Asas ini bertujuan untuk menampilkan pendidik-
pendidiknya dalam arti yang semurni-murninya, pendidik yang bekerja tanpa
pamrih, ikhlas, penuh pengorbanan demi kebahagiaan anak semata-mata.
Ketujuh asas tersebut diumumkan pada tanggal 3 Juli 1922, bertepatan dengan
berdirinya Taman Siswa dan disahkan oleh Kongres Taman Siswa yang pertama di
Yogyakarta pada tanggal 7 Agustus 1930.

Dalam perkembangan selanjutnya Taman Siswa melengkapi “Asas 1922” tersebut dengan
“Dasar-Dasar 1947” yang disebut pula “Panca Dharma”. Kelima dasar Taman Siswa tersebut
(Ki Mangunsarkoro, 1952, dari Wawasan Kependidikan Guru. 1982: 153-154) adalah:

a. Asas kemerdekaan : disiplin pada diri sendiri oleh diri sendiri atas dasar nilai
hidup yang tinggi, baik hidup sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat.
b. Asas kodrat alam : hakikat manusia sebagai makhluk adalah satu dengan kodrat
alam.
c. Asas kebudayaan : memelihara kebudayaan kebangsaan itu ke arah kemajuan
yang sesuai dengan kecerdasan zaman, kemajuan dunia, dan kepentingan hidup
rakyat lahir dan batin tiap-tiap zaman dan keadaan.
d. Asas kebangsaan : tidak bertentangan dengan kemanusiaan, mengandung rasa satu
dengan bahasa sendiri, rasa satu dalam suka duka, rasa satu dalam kehendak
menuju kepada kebahagiaan hidup lahir batin seluruh bangsa.
e. Asas kemanusiaan : darma tiap-tiap manusia itu adalah mewujudkan kemanusiaan
yang berarti kemajuan manusia lahir dan batin yang setinggi-tingginya, dan juga
bahwa kemajuan kemanusiaan yang tinggi itu dapat dilihat pada kesucian hati
orang dan adanya rasa-kasih terhadap sesama manusia dan terhadap makhluk
Tuhan seluruhnya.

Tujuan perguruan kebangsaan Taman Siswa dapat dibagi dua jenis, yakni tujuan
yayasan atau keseluruhan perguruan dan tujuan pendidikan. Tujuan yang pertama itu
(Pasal 8) adalah :
a. Asas Taman Siswa tahun 1922 Pasal 1, tujuan Taman Siswa sebagai badan
perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib dan damai.

b. Pasal 13 yaitu tujuan pendidikan Taman Siswa ialah membangun anak didik
menjadi mahasiswa yang merdeka lahir batin, luhur akal budinya, serta sehat
jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung
jawab atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.

1. Upaya-Upaya yang dilakukan Taman Siswa


a. Menyelenggarakan tugas mendidikan dalam bentuk perguruan dari tingkat dasar
hingga tingkat tinggi, baik yan bersifat umum mauoun yang bersifat kejurua, serta
memberi pendidikan itu serba isi yang baik dan berguna untuk keperluan hidup
dan penghidupan masyarakat sesuai dengan asas, dasar, dan tujuan pendidikan
Taman Siswa dengan selalu mengingat atau menyesuaikan dengan kecerdasan
zaman dan kemajuan dunia.
b. Mengikuti, mempelajari perkembangan dunia di luar Taman Siswa yang ada
hubungannya dengan bidang-bidang kegiatan-kegiatan Taman Siswa untuk
diambil faedah sebik-baiknya.
c. Menumbuhkan dan memasakan lingkungan hidup keluarga Taman Siswa,
sehingga dapat tampak benar wujud masyarakat Taman Siswa yang dicita-citakan.
d. Meluaskan kehidupan ke Taman Siswaan luar lingkungan masyarakat perguruan,
sehingga dapat terbentuk wadah yang nyata bagi jiwa Taman Siswa, agar dengan
demikian ada pengaruh timbal balik antara perguruan atau keluarga dan
masyarakat sekitarnya pada khususnya, dan masyarakat luas pada umumnya.
2. Hsil-Hasil yang Dicapai

Yayasan Perguruan Kebangsaan Taman Siswa yang didirikan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar
Dewantara) sampai kini telah mengahasilkan berbagai pencapainnya
seperti : gagasan/pemikiran tentang pendidikan nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari
Taman Indria sampai dengan Sarjana Wiyata, dan sejumlah besar alumni perguruan (banyak
yang menjadi tokoh nasional, antara lain Ki Hajar Dewantara, Ki Mangunsarkoro, dan Ki
Suratman). Ketiga pencapaian itu merupakan pencapaian sebagai suatu yayasan pendidikan,
yang juga mungkin dicapai oleh yayasan pendidikan lainnya.
C.     Ruang PendidikINS Kayu Tanam

Ruang pendidik INS ( Indonesia Nederlandsche School ) didirikan oleh Mohammad


Sjafei (lahir di Matan , Kalbar tahun 1895 ) pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu
Tanam( Sumatera barat ). INS pada mulanya dipimpin oleh bapaknya, kemudian
diambil alih oleh Moh. Sjafei. Dimulai dengan 75 orang murid, dibagi dalam dua kelas,
serta masuk sekolah bergantian karena gurunya hanya satu, yakni Moh. Sjafei sendiri.
Sekolah ini mengalami pasang surut sesuai dengn keadaan indonesia saat itu, bahkan
pada bulan Desember 1948 sewaktu Belanda menyerang ke Kayu Tanam, seluruh
gedung INS dibumi hanguskan, termasuk ruangan pendidikan, pengajaran, dan
kebudayaan (RPPK) di Padang Panjang. Mei 1950 Ruang pendidik INS Kayu Tanam
bangkit kembali dan Moh. Sjafei mulai lagi dengan 30 orang siswa. Tahun 1952, INS
mendirikan percetakan Sridharma yang menertibkan majalah bulanan Sendi dengan
sasaran khalayak adalah anak-anak.

1. Asas asas dan tujuan ruang pendidik INS

Setelah didirikan ruang pendidik INS telah mempunyai asas asas dan tujuan antara lain sebagai
berikut :

a. Berpikir logis dan rasional


b. Keaktifan atau kegiatan
c. Pendidikan masyarakat
d. Memperhatikan pembawaan anak

Setelah kemerdekaan Indonesia, Moh. Sjafei mengembangkan asas-asas pendidikan INS


menjadi dasar-dasar pendidikan Republik Indonesia yang dikembangkan dengan
mengintergrasikan asas-asas Ruang Pendidik INS, sila-sila dari Pancasila, dan hasil analisis
alam dan masyarakat Indonesia, serta pengalaman sebagai guru sekolah Kartini di Jakarta
(1914-1922). Dasar-dasar pendidikan tersebut (Mohammad Sjafei, 1979: 31-86; dan Said.
1981: 57-69) sebagai berikut:

 Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.


 Kemanusiaan.
 Kesusilaan.
 Kerakyatan.
 Kebangsaan.
 Gabungan antara pendidikan ilmu umum dan kejujuran.
 Percaya pada diri sendiri juga pada Tuhan.
 Berakhlak (bersusila) setinggi mungkin.
 Bertanggung jawab akan keselamatan nusa dan bangsa.
 Berjiwa aktif positif dan aktif negatif.
 Mempunyai daya cipta.
 Cerdas, logis dan rasional.
 Berperasaan tajam, halus, dan estetis.
 Gigih atau ulet yang sehat.
 Correct atau tepat.
 Emosional atau terharu.
 Jasmani sehat dan kuat.
 Cakap berbahasa Indonesia, Inggris, dan Arab.
 Sanggup hidup sederhana dan bersusah payah.
 Sanggup mengerjakan suatu pekerjaan dengan alat serba kurang.
 Sebanyak mungkin memakai kebudayaan nasional waktu mendidik.
 Waktu mengajar para guru sebanyak mungkin menjadi objek, dan murid-
murid menjadi subjek. Bila hal ini tidak mungkin barulah para guru menjadi
subjek dan murid menjadi objek.
 Sebanyak mungkin para guru mencontohkan pelajaran-pelajarannya, tidak
hanya pandai menyuruh saja.
 Diusahakan supaya pelajar mempunyai darah satria, berani karena benar.
 Mempunyai jiwa konsentrasi.
 Pemeliharaan atau perawatan suatu usaha.
 Menepati janji.
 Sebelum pekerjaan dimulai, dibiasakan menimbangnya dulu sebaik-baiknya
dan kewajiban harus dipenuhi.
 Hemat.
 Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan.
 Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
 Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat.
 Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung jawab.
 Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan.

2. Tujuan Ruang Pendidik INS kayu Tanam


Sejak didirikan, tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam adalah :
a. Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
b. Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
c. Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
d. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggungjawab
e. Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan

3. Usaha – usaha Ruang Pendidik INS Kayu Tanam


Beberapa usaha yang dilakukan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam dalam bidang
kelembagaan antara lain menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan, seperti
ruang rendah (tujuh tahun, setara sekolah dasar), ruang dewasa (empat tahun sesudah
ruang rendah, setara sekolah menengah), dan sebagainya. Perlu ditekankan bahwa
program pendidikan INS tersebut sangat mengutamakan pendidikan keterampilan
kerajinan, dengan mengutamakan menggambar dan praktek mengajar (Said, 1981: 57-
69). Ruang Pendidik INS Kayu Tanam juga menyelenggarakan usaha lain sebagai
bagian mencerdaskan kehidupan bangsa, yakni penerbitan sendi (majalah anak-anak),
buku bacaan dalam rangka memberantas buta huruf/aksara dan angka dengan judul
kunci 13, mencetak buku-buku pelajaran, dan lain-lain (Soejono, 1958: 46).

A. Hasil-Hasil yang Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam

Hasil-hasil yang dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam adalah mengupayakan
gagasan-gagasan tentang pendidikan nasional (utamanya pendidikan keterampilan
kerajinan), beberapa ruang pendidikan (jenjang persekolahan), dan sejumlah alumni.
Beberapa orang alumni telah berhasil menerbitkan salah satu tulisan Moh. Sjafei
yakni Dasar-Dasar Pendidikan (1976), yang ditulis pada tahun 1968 (cetakan kedua
tahun 1979). Ruang Pendidik INS Kayu Tanam diharapkan melakukan penyegaran
dan dinamisasi, seiring dengan perkembangan masyarakat dan iptek.

Pendidikan Muhammadiyah

      Didirikan tanggal 8 Zulhijjah 1330 H/ 18 November 1912 di yogyakarta, oleh KH Ahmad


Dahlan. Pendidikan Muhammadiyah merupakan gerakan islam amar ma’ruf nahi munkar
beraqidah islam dan bersumber pada alquran dan sunah serta menjunjung tinggi ajaran agama
islam sehingga tercipta masyarkat islam yang sebenarnya – benarnya. Nama Muhammadiyah
berasal dari kata Muhammad yaitu nama Rasulullah Saw, dan diberi tambahan ya nisbah dan
ta marbuthah yang berarti pengikut Nabi Muhammad Saw. Dalam Anggaran Dasar
Muhammadiyah hasil Muktamar ke-41 di Surakarta.
1.   Latar Belakang Berdirinya Pendidikan Muhammadiyah:

a. Kerusakan di bidang kepercayaan/agama (aqidah)


b. Kebekuan dalam bidang hukum fiqih.
c. Kemunduran dalam pendidikan islam
d. Kemajuan zending kristen dan misi katolik.

2. Tujuan berdirinya muhammadiyah

Rumusan “Maksud dan Tujuan Muhammadiyah” mengalami perubahan dari keadaan


kepada keadaan lainnya sesuai dengan perkembangan masa. Pada awal berdiri nya, rumusan
itu berbunyi :

a. menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad saw kepada penduduk


bumiputera di dalam Karesidenan Yogyakarta;
b. dan memajukan agama Islam kepada anggota-anggotanya.

Setelah Muhammadiyah meluas keluar dari daerah Yogyakarta, dan berdirinya beberapa
cabang sekolah di wilayah Indonesia, rumusan Maksud dan Tujuan Muhammadiyah berubah
disempurnakan menjadi :

a. memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam di Hindia


Belanda;
b. dan memajukan dan menggembirakan hidup sepanjang kemauan agama Islam kepada
sekutu-sekutunya./

Setelah keluarnya Undang-undang No. 8 tahun 1985 yang mewajibkan organisasi


kemasyarakatan mencantumkan satu asas Pancasila, maka terjadilah perubahan asas
Muhammadiyah dari Islam menjadi Pancasila. Akibatnya rumusan Maksud dan Tujuan
Muhammadiyah juga berubah. Perubahan itu dihasilkan melalui Muktamar Muhammadiyah
ke 41 di Surakarta, menjadi : “Mengakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga
terwujud masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridlai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan
perubahan rumusan maksud dan tujuan muhammadiyah yang baru sebagai berikut :

 Tujuan Pendidikan Muhammadiyah


 Aqidah yang lurus
 Akhlaqul karimah (Budi pekerti yang terpuji).
 Akal yang sehat dan cerdas.
 Keterampilan
 Pengabdian pada masyarakat.

3. Dasar Pendidikan Muhammadiyah:

1)   Tajjdid, ialah kesetiaan kita berdasarkan pemikiran baru


untuk mengubah cara berfikir .
2)   Kemasyarakatan,yaitu antara individu dan masyarakat diciptakan suasana yang salaing
membutuhkan.
3)   Aktivitas, artinya anak didik harus mengamalkan semua yang diketahui.
4)   Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang

Didirikan oleh ibunda Rahmah El Yunusiyah pada tanggal 1 November 1923 pada zaman
pemerintahan belandan di indonesia Latar Belakang Berdirinya Diniyah Putri:
Karena ketidak puasan terhadap rahmah el yunusiyah terhadap diniyah school yang melayani
kebutuhan wanita yang tidakterjangkau baik yang berkaitan dengan persoalan agama,
maupun yang berkaitan dengan kebutuhan keterampilan keputrian sebagai istri, anak.
1. Tujuan Pendidikan Diniyah:
Melaksanakan pendidikan dan pengajaran berdasarkan islam
dengan tujuan membentuk putri yang berjiwa islam dan ibu
pendidik yang cakap arif serta bertanggung jawab.
1. Dasar Pendidikan Diniyah Putri:
Didasarkan pada ajaran agama islam dengan berpedoman pada Alqur’an dan Sunah Rasul.

4)        Pendidikan Ma’arif

Pendidikan Ma’arif saat ini merupakan bagian dari organisasi Nahdatul Ulama. Cikal Bakal
pendidikan Ma’arif mulai berkembang pada tahun 1916 ketika dua Kiyai, K.H. Abdul Wahab
hasbullah dan K.H. Mas Mansur, mendirikan kursus debat yan diberi nama Taswirul Afkar.
Kursus ini kemudian berkembang dengan dibentuknya Jam’iyah Nahdatul Wathon yang
bertujuan memperluas dan meningkatkan mutu pendidikan madrasah. Mulanya Ma’arif
dalam bentuk Madrasah berkembang di Jawa Timur, kemudian menyebar ke daerah-daerah
lain dengan dipelopori oleh para ulama NU. Mula-mula corak pendidikannya adalah
menyerupai “pesantren yang diformalkan”, dengan hanya memuat pendidikan agama dalam
kurikulumnya. Dalam perkembangan kemudian, sebagaimana Muhammadiyah, Ma’arif
memasukkan materi umum ke kurikulumnya.

1. Muktamar II NU

Muktamar II NU di Surabaya pada tahun 1927 memutuskan untuk memberikan perhatian


yang penuh pada pengembangan madrasah dengan dana ditanggung oleh umat islam, dan
menolak bantuan dari Belanda. Dalam Muktamar NU ke-4 di Semarang, para ulama
membentuk bagian khusus dalam tubuh NU yang menangani pendidikan, yang disebut
Ma’arif. Sejak saat itu gerak NU dalam menyelenggarakan pendidikan semi-formal yang
coraknya banyak berbeda dengan pesantren yang menjadi basis NU mulai berkembang dan
ditangani secara sungguh-sungguh.

2. Basis pendidikan Ma’arif

Basis pendidikan Ma’arif pada dasarnya adalah pesantren yang juga merupakan basis utama
kegiatan pendidikan NU. Hal inilah antara lain membedakannya dengan Muhammadiyah
yang lebih agresif dan sistematis dalam mengembangkan sistem pendidikan sekolahnya
dengan menerapkan manajemen modern

3. Hasil yang dicapai


Meskipun perkembangan lembaga pendidikan Ma’arif tidak secepat dan seluas
Muhammadiyah, pendidikan ini ikut memberikan andil dalam pendidikan nasional, baik
melalui pemikiran-pemikiran para tokohnya maupun melalui lembaga-lembaga pendidikan
yang dimilikinya.   

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
http://kakchinchin.blogspot.com/2017/04/aliran-aliran-pendidikan.html

Tirtarahardja,Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta

Anda mungkin juga menyukai