DISUSUN OLEH :
Kelompok 11
MATA KULIAH :
PENGANTAR PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU :
Dr. KISTIONO, M.T.
2021
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Dalam makalah ini akan dideskripsikan tentang aliran-aliran pendidikan yang ada di
indonesia. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, Aliran-aliran pendidikan telah
dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan
dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang
tuanya. Di dalam kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan, pemikiran tentang pendidikan
telah dimulai dari zaman Yunani kuno sampai kini. Semua orang mengakui bahwa pemikiran
manusia selalu berkembang setiap saat sehingga selalu muncul pemikiran yang baru.
Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan, yakni pemikiran-
pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir berikutnya,
sehingga timbulah pemikiran yang baru lagi, dan demikian seterusnya, dan pendidikan
memiliki beberapa nuansa yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, sehingga
banyak bermunculan pemikiran-pemikiran yang dianggap sebagai penyesuaian proses
pendidikan dengan kebutuhan yang dipelukan.
Di antara sejumlah pemikiran-pemikairan tersebut, akan dikaji lebih lanjut pembagian dari
aliran- aliran pokok pendidikan indonesia yaitu Perguruan Kebangsaan Taman Siswa, .
Ruang Pendidik INS Kayu Tanam,pendidikan muhammadiyah, pendidikan maarif. Keempat
aliran ini dipandang sebagai tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia.
METODE
Makalah ini dibuat dengan cara mengumpulkan berbagai informasi dari beberapa sumber
artikel, referensi, jurnal dan makalah yang ada di internet. Makalah ini juga dibuat
dengan cara membaca dan mempelajari beberapa literatur yang berkaitan dengan
topik permasalahan yang menjadi objek pembahasan di makalah
A. Pengertian aliran
Aliran-aliran dalam pendidikan perlu dikuasai oleh para calon pendidik karena
pendidikan tidak cukup dipahami hanya melalui pendekatan ilmiah yang bersifat
parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu dipandang pula secara holistik
(menyeluruh). Menurut Tirtarahardja & Sulo (2005) aliran-aliran pendidikan telah
dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu
dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang
lebih baik dari orang tuanya. Di dalam kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan,
pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani kuno
sampai kini, dikenal dengan istilah rumpun aliran klasik dan aliran (gerakan) baru.
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal
3 Juli 1932 di Yogyakarta yakni dalam bentuk yayasan, Taman Siswa memiliki tiga
semboyan dalam melaksanakan proses pendidikan. Semboyan tersebut berasal dari
bahasa Jawa dan mempunyai arti filosofi tentang peranan seseorang.:
- Ing Ngarsa Sung Tuladha, yang berarti ‘di depan memberi contoh’
- Ing Madya Mangun Karsa, yang berarti ‘di tengah membangun semangat’
- Tut Wuri Handayani, yang berarti ‘di belakang memberikan dorongan’
Setelah memebentuk yayasan, selajutnya mulai didirikan Taman Indra (Taman Kanak-
Kanak) dan Kursus Guru, selanjutnya Taman Muda (SD), disusul Taman Dewasa
merangkap Taman Guru (Mulo-Kwekschool). Sekarang ini, telah dikembangkan sehingga
meliputi pula Taman Madya, Prasarjana, dan Sarjana Wiyata.
Asas dan Tujuan Taman Siswa Perguruan Kebangsaan Taman Siswa mempunyai tujuh
asas perjuangan untuk menghadapi kolonial Belanda. Ketujuh asas tersebut adalah
sebagai berikut.
1) Asas dan Tujuan Taman Siswa
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa mempunyai tujuh asas perjuangan untuk
menghadapi pemerintahan kolonial Belanda serta sekaligus untuk
mempertahankan kelangsungan hidup bersifat nasional dan demokrasi. Ketujuh
asas tersebut disingkat “Asas 1922” adalah sebagai berikut :
a. Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri (zelf
beschikkingsrecht) dengan mengingat terbitnya persatuan dalam peri
kehidupan umum. Tujuan dari asas pertama ini adalah untuk mencapai
kehidupan yang tertib dan damai (tata dan tentram, Ordo on Vrede). Dari asas
ini lahirlah “Sistem Among”, yaitu cara pendidikan yang dipakai dalam sistem
Taman Siswa dengan maksud mewajibkan para guru supaya mengingati dan
mementingkan kodrati adatnya pada siswa dengan tidak melupakan segala
keadaan yang mengelilinginya.
b. Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam
arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri. Asas ini memberi ketegasan
bahwa kemerdekaan itu hendaknya dikenakan terhadap cara siswa berpikir,
siswa dibiasakan untuk menemukan atau mencari sendiri berbagai nilai
pengetahuan dan keterampilan dengan menggunakan pikiran dan
kemampuannya sendiri.
c. Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
Asas ini ingin mencegas sistem pengajaran yang bersifat intelektualitis dan
pola hidup yang “kebarat-baratan” yang dapat memisahkan orang-orang
terpelajar dengan rakyat jelata pada umumnya.
d. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada
seluruh rakyat. Asas ini ingin memajukan pengajaran untuk rakyat umum
daripada mempertinggi pengajaran tapi mengurangi tersebarnya pendidikan
dan pengajaran.
e. Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuhnya lahir maupun
batin hendaklah dengan kekuatan sendiri, dan menolak bantuan apapun dan
dari siapapun yang mengikat, baik berupa ikatan lahir maupun ikatan batin.
Asas ini bertujuan untuk mempertahankan kepribadiannya sepanjang masa
(dalam masa penjajahan maupun zaman kemerdekaan sekarang ini).
f. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus
membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan (zelfbegrotings-system).
Dari asas ini tersirat keharusan untuk hidup sederhana dan hemat.
g. Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin
untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan
kebahagiaan anak-anak. Asas ini bertujuan untuk menampilkan pendidik-
pendidiknya dalam arti yang semurni-murninya, pendidik yang bekerja tanpa
pamrih, ikhlas, penuh pengorbanan demi kebahagiaan anak semata-mata.
Ketujuh asas tersebut diumumkan pada tanggal 3 Juli 1922, bertepatan dengan
berdirinya Taman Siswa dan disahkan oleh Kongres Taman Siswa yang pertama di
Yogyakarta pada tanggal 7 Agustus 1930.
Dalam perkembangan selanjutnya Taman Siswa melengkapi “Asas 1922” tersebut dengan
“Dasar-Dasar 1947” yang disebut pula “Panca Dharma”. Kelima dasar Taman Siswa tersebut
(Ki Mangunsarkoro, 1952, dari Wawasan Kependidikan Guru. 1982: 153-154) adalah:
a. Asas kemerdekaan : disiplin pada diri sendiri oleh diri sendiri atas dasar nilai
hidup yang tinggi, baik hidup sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat.
b. Asas kodrat alam : hakikat manusia sebagai makhluk adalah satu dengan kodrat
alam.
c. Asas kebudayaan : memelihara kebudayaan kebangsaan itu ke arah kemajuan
yang sesuai dengan kecerdasan zaman, kemajuan dunia, dan kepentingan hidup
rakyat lahir dan batin tiap-tiap zaman dan keadaan.
d. Asas kebangsaan : tidak bertentangan dengan kemanusiaan, mengandung rasa satu
dengan bahasa sendiri, rasa satu dalam suka duka, rasa satu dalam kehendak
menuju kepada kebahagiaan hidup lahir batin seluruh bangsa.
e. Asas kemanusiaan : darma tiap-tiap manusia itu adalah mewujudkan kemanusiaan
yang berarti kemajuan manusia lahir dan batin yang setinggi-tingginya, dan juga
bahwa kemajuan kemanusiaan yang tinggi itu dapat dilihat pada kesucian hati
orang dan adanya rasa-kasih terhadap sesama manusia dan terhadap makhluk
Tuhan seluruhnya.
Tujuan perguruan kebangsaan Taman Siswa dapat dibagi dua jenis, yakni tujuan
yayasan atau keseluruhan perguruan dan tujuan pendidikan. Tujuan yang pertama itu
(Pasal 8) adalah :
a. Asas Taman Siswa tahun 1922 Pasal 1, tujuan Taman Siswa sebagai badan
perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib dan damai.
b. Pasal 13 yaitu tujuan pendidikan Taman Siswa ialah membangun anak didik
menjadi mahasiswa yang merdeka lahir batin, luhur akal budinya, serta sehat
jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung
jawab atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.
Yayasan Perguruan Kebangsaan Taman Siswa yang didirikan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar
Dewantara) sampai kini telah mengahasilkan berbagai pencapainnya
seperti : gagasan/pemikiran tentang pendidikan nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari
Taman Indria sampai dengan Sarjana Wiyata, dan sejumlah besar alumni perguruan (banyak
yang menjadi tokoh nasional, antara lain Ki Hajar Dewantara, Ki Mangunsarkoro, dan Ki
Suratman). Ketiga pencapaian itu merupakan pencapaian sebagai suatu yayasan pendidikan,
yang juga mungkin dicapai oleh yayasan pendidikan lainnya.
C. Ruang PendidikINS Kayu Tanam
Setelah didirikan ruang pendidik INS telah mempunyai asas asas dan tujuan antara lain sebagai
berikut :
Hasil-hasil yang dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam adalah mengupayakan
gagasan-gagasan tentang pendidikan nasional (utamanya pendidikan keterampilan
kerajinan), beberapa ruang pendidikan (jenjang persekolahan), dan sejumlah alumni.
Beberapa orang alumni telah berhasil menerbitkan salah satu tulisan Moh. Sjafei
yakni Dasar-Dasar Pendidikan (1976), yang ditulis pada tahun 1968 (cetakan kedua
tahun 1979). Ruang Pendidik INS Kayu Tanam diharapkan melakukan penyegaran
dan dinamisasi, seiring dengan perkembangan masyarakat dan iptek.
Pendidikan Muhammadiyah
Setelah Muhammadiyah meluas keluar dari daerah Yogyakarta, dan berdirinya beberapa
cabang sekolah di wilayah Indonesia, rumusan Maksud dan Tujuan Muhammadiyah berubah
disempurnakan menjadi :
Didirikan oleh ibunda Rahmah El Yunusiyah pada tanggal 1 November 1923 pada zaman
pemerintahan belandan di indonesia Latar Belakang Berdirinya Diniyah Putri:
Karena ketidak puasan terhadap rahmah el yunusiyah terhadap diniyah school yang melayani
kebutuhan wanita yang tidakterjangkau baik yang berkaitan dengan persoalan agama,
maupun yang berkaitan dengan kebutuhan keterampilan keputrian sebagai istri, anak.
1. Tujuan Pendidikan Diniyah:
Melaksanakan pendidikan dan pengajaran berdasarkan islam
dengan tujuan membentuk putri yang berjiwa islam dan ibu
pendidik yang cakap arif serta bertanggung jawab.
1. Dasar Pendidikan Diniyah Putri:
Didasarkan pada ajaran agama islam dengan berpedoman pada Alqur’an dan Sunah Rasul.
4) Pendidikan Ma’arif
Pendidikan Ma’arif saat ini merupakan bagian dari organisasi Nahdatul Ulama. Cikal Bakal
pendidikan Ma’arif mulai berkembang pada tahun 1916 ketika dua Kiyai, K.H. Abdul Wahab
hasbullah dan K.H. Mas Mansur, mendirikan kursus debat yan diberi nama Taswirul Afkar.
Kursus ini kemudian berkembang dengan dibentuknya Jam’iyah Nahdatul Wathon yang
bertujuan memperluas dan meningkatkan mutu pendidikan madrasah. Mulanya Ma’arif
dalam bentuk Madrasah berkembang di Jawa Timur, kemudian menyebar ke daerah-daerah
lain dengan dipelopori oleh para ulama NU. Mula-mula corak pendidikannya adalah
menyerupai “pesantren yang diformalkan”, dengan hanya memuat pendidikan agama dalam
kurikulumnya. Dalam perkembangan kemudian, sebagaimana Muhammadiyah, Ma’arif
memasukkan materi umum ke kurikulumnya.
1. Muktamar II NU
Basis pendidikan Ma’arif pada dasarnya adalah pesantren yang juga merupakan basis utama
kegiatan pendidikan NU. Hal inilah antara lain membedakannya dengan Muhammadiyah
yang lebih agresif dan sistematis dalam mengembangkan sistem pendidikan sekolahnya
dengan menerapkan manajemen modern
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
http://kakchinchin.blogspot.com/2017/04/aliran-aliran-pendidikan.html
Tirtarahardja,Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta