Anda di halaman 1dari 16

ALIRAN TAMAN SISWA

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Pendidikan
Yang dibimbing oleh Siti Umayaroh, S.Pd, M.Pd

Oleh:
Kelompok 4
Ainun Mahfudzhoh

(150341608276)

Della Putri Irma Suryani

(150341607226)

Ihda Warda Faradina

(150341605246)

Tia Kusniawati

(150341604924)

Uswatun Hasanah

(150341602376)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
November 2016

KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikun Warahmatullahi Wabarakatu
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah pengantar pendidikan
dengan judul Taman Siswa. Makalah ini masih memeilki banyak kekurangan olehnya itu
saya mengharpkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian guna menyempurnakan
makalah ini.
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman sampul........................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1
1.3 Tujuan Program......................................................................................1
BAB II ISI
2.1 Azas dan Tujuan Taman Siswa ..............................................................2
2.2 Dasar-Dasar 1947 atau Pancadharma.....................................................6
2.3 Tujuan Perguruan Kebangsaan Taman Siswa........................................7
2.4 Upaya-upaya dalam lingkungan perguruan............................................8
2.5 Hasil-Hasil yang Dicapai.......................................................................8
2.6 Dampak Ki Hadjar Dewantara Dalam Memperjuangkan Pendidikan
Nasional..9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................12
3.2 Saran.....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Taman Siswa berdiri pada tanggal 3 Juli 1922, Taman Siswa adalah badan
perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan
dalam arti luas untuk mencapai cita-citanya. Bagi Taman siswa, pendidikan bukanlah tujuan
tetapi media untuk mencapai tujuan perjuangan, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang
merdeka lahir dan batinnya. Merdeka lahiriah artinya tidak dijajah secara fisik, ekonomi,
politik, dsb; sedangkan merdeka secara batiniah adalah mampu mengendalikan keadaan.
Bebicara Taman Siswa tidak bisa lepas dari pendirinya yaitu Raden Mas Soewardi
Soeryaningrat atau yang biasa di kenal dengan Ki Hajar Dewantara. Beliau mendirikan
Taman Siswa bertujuan untuk pendidikan pemuda Indonesia dan juga sebagai alat
perjuangan bagi rakyat Indonesia. Tujuan Taman Siswa adalah membangun anak didik
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, merdeka lahir
batin, luhur akal budinya, cerdas dan berketerampilan, serta sehat jasmani dan rohaninya
untuk menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan
bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya. Meskipun dengan susunan kalimat yang
berbeda namun tujuan pendidikan Taman Siswa ini sejalan dengan tujuan pendidikan
nasional.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah aliran-aliran Pendidikan yang dicetuskan oleh Taman Siswa?
2. Bagaimana Azas Tujuan Taman Siswa dalam pendidikan ?
3. Bagaimana upaya Taman Siswa unuk mendukung Pendidikan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui aliran-aliran yang digunakan dalam pendidikan Taman Siswa
2. Dapat menelaah Azas-azas tujuan Taman siswa
3. Mengetahui upaya yang dilakukan tMan Siswa untuk mendukung pendidikan
BAB II
ISI
Dua aliran pokok pendidikan di Indonesia adalah Perguruan Kebangsaan Taman
Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran ini dipandang sebagai suatau

tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia. Pergururan Taman Siswa didirikan


oleh Ki Hadjar Dewantara (lahir 2 Mei 1889 dengan nama Suwardi Suryaningrat) pada
tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta, yakni dalam bentuk yayasan, selanjutnya mulai didirikan
Taman Indria (Taman Kanak-Kanak) dan Kursus Guru, selanjutnya Taman Muda (SD),
disusul Taman Dewasa merangkap Taman Guru (Mulo-Kweekschooll). Sekarang ini, telah
dikembangkan sehingga meliputi Taman Madya, Pascasarjana, dan jenjang persekelohan,
dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi.
2.1 Asas dan Tujuan Taman siswa
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa mempunyai tujuh asas perjuangan untuk
menghadapi pemerintah colonial Belanda serta sekaligus untuk mempertahankan
kelangsungan hidup bersifat nasional, dan demokrasi. Ketujuh asas tersebut yang secara
singkat disebut asas 1922 adalah sebagai berikut:
1) Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur

dirinya

sendiri

(zelf

beschikkingscreht) dengan mengingat terbitnya persatuan dalam peri kehidupan


umum. Dari asas yang pertama ini jelas bahwa tujuan yang hendak dicapai oleh
Taman Siswa adalah kehidupan yang tertib dan damai (tata dan tentram, Orde on
Vrede). Kehidupan yang tertib dan damai hendaknya dicapai menurut dasar kodrat
alamsebagai sifat lahir dan manifestasi kekuasaan Tuhan. Asas ini pulalah yang
mendorong Taman Siswa untuk mengganti sistem pendidikan yang cara lama
menggunakan perintah, paksaan dan hukuman dengan sistem khas Taman Siswa,
yang didasarkan pekembangan kodrati. Dari asas ini pulalah lahir Sistem Among,
dalam cara mana guru memperoleh sebutan Pamong, yaitu sebagai pemimpin
yang berdiri di belakang dengan bersemboyan tut wuri handayani, yaitu tetap
mempengaruhi dengan memberi kesempatan kepada anak didik untuk berjalan
sendiri, dan tidak terus menerus dicampuri, diperintah atau dipaksa. Pamong hanya
wajib memikirkan segala sesuatu yang merintangi jalannya anak didik serta hanya
bertindak aktif dan mencampuri tingkah laku atau perbuatan anak apabila mereka
sendiri tidak dapat menghindarkan diri dari berbagai rintangan atau ancaman
keselamatan atau gerak majunya. Jadi Sistem Among adalah cara pendidikan
yang dipakai dalam sistem Taman Siswa dengan maksud mewajibkan pada guru

supaya mengingati dan mementingkan kodrati adatnya pada siswa dengan tidak
melupakan segala keadaan yang mengelilinginya.
2) Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti
lahir batin dapat memerdekakan diri. Dalam asas kedua ini masih mengandung
keterangan lebih lanjut tentang prinsip kemerdekaan yang terdapat di dalam asas
yang pertama, yakni engan memberi ketegasan bahwa kemerdekaan itu hendaknya
dikenakan terhadap cara siswa berpikir, yaitu agar siswa jangan selalu dicekoki atau
disuruh menerima buah pikiran saja, meliankan hendaknya para siswa dibiasakan
mencari/menemukan sendiri berbagai nilai pengetahuan dan keterampilan dengan
menggunkan pikiran dan kemampuannya sendiri. Membimbing anak agar kelak
menjadi orang sungguh-sungguh merdeka lahir dan batin hendaknya dilakukan
dengan jalan memerdekakan batinnya, pikirannya, dan tenaganya.
3) Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan tersendiri.
Dengan asas ini Taman Siswa ingin mencegah sistem pengajaran yang bersifat
intelektualitis dan pola hidup yang kebarat-baratan yang dapat memisahkan
orang-orang terpelajar dengan rakyat jelata pada umumnya.
4) Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh
rakyat. Dari asas ini tampak jelas pendirian pendirian Taman Siswa yaitu lebih baik
memajukan pengajaran untuk rakyat umum daripada mempertinggi pengajaram
tetapi mengurangi tersebarnya pendidikan dan pengajaran. Perguruan Kebangsaan
Taman Siswa lebih mementingkan tersebarnya pendidikan dan pengajaran bagi
rakyat umum, dengan kata lain, pemerataan pendidikan.
5) Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuhnya lahir maupun batin
hendaknya diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak bantuan apa pun dan
dari siapa pun yang mengikat. , baik berupa ikatan lahir maupun batin. Dari asas
hidup dengan kekuatan sendiri inilah maka Taman Siswa mampu hidup dan
mempertahankan kepribadiannya sepanjang masa (dalam masa penjajahan maupun
zaman kemerdekaan sekarang ini).
6) Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus
membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan (zelfbegrotings-system). Dari asas
ini tersirat keharusan untuk hidup sederhana dan hemat.
7) Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin untuk
mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-

anak. Asas berhamba kepada anak didik ini menunjukkan hasrat Taman Siswa
untuk menampilkan pendidik-pendidiknya

dalam arti yang semurni-murninya,

pendidik yang bekerja tanpa pamrih, ikhlas, penuh pengorbanan demi kebahagiaan
anak-anak semata-mata. Kualifikasi pendidik yang seperti inilah yang berhak
memiliki sebutan Pamong, atau istilah sekarang Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.
Ketujuh asas tersebut diumumkan pada tanggal 3 Juli 1922 bertepatan dengan
berdirinya Taman Siswa, dan disahkan oleh Kongres Taman Siswa yang pertama di
Yogyakarta pada tanggal 7 Agustus 1922. Ketujuh asas ini akan tetap hidup sebagai sifatsifat yang hakiki dari Taman Siswa yang tak dapat diubah, dikurangi atau ditambah
selama nama (Taman Siswa) dipakai, meskipun bentuk, isis, dan cara melaksanakannya
harus selalu disesuaikam dengan alam dan zamannya (Ki Hadjar Dewantara, 1952: 54-58,
Wawasan Kependidikan Guru , 1982: 91-93).
Pasal Pertama: Disinilah kita dapat saksikan sendiri terkandungnya dasar
kemerdekaan bagi tiap-tiap orang untuk mengatur dirinya sendiri. Di jelaskan di situ,
bahwa kebebasan tadi bukan kebebasan yang leluasa, namun kebebasan yang terbatas dan
harus mengingati tertib damainya hidup bersama. Dengan tegas Ayat ke-2 dalam pasal itu
mengemukakan tujuan dari hidup merdeka tadi, yaitu hidup tertib dan damai; bukan
hanya tertib atau teratur saja namun sebetulnya tak ada rasa damai, namun tak ada
peraturan tertib. Itulah cita-caita tertib, damai yang abadi.
Bagaimana cara kita melaksanakan asas ini terhadap anak-anak, murid kita masingmasing bisa menentukan sendiri. Dengan menyesuaikan keadaan masing-masing,
misalnya: ketertiban di dalam kelas yang dicapai dengan kekerasan. Dengan memukulmukul anak yang rebut, dengan kata-kata yang keras dan kasar, bukanlah ketertiban yang
sejati. Ketertiban yang dicapai dari cara demikian mengakibatkan tertib namun
menimbulkan kegelisahan atau menjauhkan ketenteraman. Dan ketertiban yang
demikian tidak akan dapat langgeng. Kalau guru tidak ada, pastilah kekacauan akan
kembali. Lain dari pada itu anak-anak tidak akan terdidik menjadi anak-anak yang berjiwa
tertib-damai. Sebaliknya mereka akan menjadi orang yang bertabiat takut dan
dihinggapi perasaan rendah atau inferioriteits-complexen.
Termasuk pula dalam pasal itu dasar kodrat alam yang diterangkan perlunya, untuk
mengganti sistem pendidikan cara lama yang menggunakan perintah, paksaan, dan
hukuman. Kemajuan yang sejati hanya diperoleh dengan perkembangan kodrati, yang
terkenal sebagai evolusi. Dasar kodrat alam inilah yang kemudian mewujudkan among
system, dalam cara mana guru-guru kita menjadi Pamong. Yaitu sebagai Pemimpin
yang berdiri di belakang dengan bersemboyan Tut Wuri Handayani, yakni tetap

mempengaruhi dengan memberi kesempatan kepada anak-anak didik untuk berjalan


sendiri, tidak terus-menerus dituntun dari depan. Dengan begitu maka si Pamong
hanya wajib menyingkirkan segala apa yang merintangi jalannya anak-anak serta hanya
bertindak aktif dan mencampuri gerak-geriknya apabila anak-anak sendiri tidak dapat
menghindarkan diri dari bahaya yang mengancam keselamatannya.
Pasal Kedua: Di sini masih diteruskan keterangan dasar kemerdekaan itu, yakni
dengan ketegasan, bahwa kemerdekaan tadi hendaknya dikenakan terhadap caranya anakanak berpikir, yaitu jangan selalu dipelopori, atau disuruh mengakui buah pikiran orang
lain, akan tetapi biasakanlah anak-anak mencari sendiri segala pengetahuan dengan
menggunakan pikirannya sendiri. Begitu pula cara anak-anak melakukan sikap batinnya,
merasakannya, memelihara keinsyafan, dan sebagainya hendaknya jangan pula
dipelopori, namun berilah kebebasan secukupnya kepada mereka. Juga dalam
mewujudkan kemauannya menjadi tenaga, janganlah dilakukan paksaan-paksaan atau
tekanan-tekanan. Merdekakanlah batinnya, pikirannya, dan tenaganya, itulah syarat-syarat
untuk membimbing anak-anak agar menjadi orang-orang yang merdeka, lahir dan
batinnya.
Pasal Ketiga: Dalam pasal ini terkandung sementara kepentingan yang harus
diperhatikan, sekalipun tidak sampai menjadi dasar atau yang patut dimasukan ke dalam
Keterangan Dasar 1947. Terdapatlah dalam pasal itu singgungan kepentingankepentingan umumnya disebabkan karena bangsa kita selalu menyesuaikan diri dengan
hidup dan penghidupan kebarat-baratan. Hal ini terdapat pula dalam sistem kependidikan
dan pengajaran, yang terlampau mengutamakan kecerdasan pikiran, hingga menyuburkan
jiwa keintelektualitis dengan segala akibat-akibatnya. Dalam pasal ketiga itu (ayat
penghabisan) dapat kita lihat keterangan, yang mengenai dasar kebudayaan, yang selalu
tampak dalam usaha kita, dan bersama-sama dengan dasar-dasar kodrati pasti akan dapat
member kepuasan dalam hidup kita.
Pasal Keempat : terdapat dasar kerakyatan yang trmasuk dalam keterangan dasar
dasar 1974. Mempertinggi pengajaran yang dianggap perlu, namun jangan sampai
menghambat tersebarnya pendidikan dan pengajaran untuk seluruh masyarakat murba.
Dalam zaman belanda sudah ada perguruan perguruan tinggi akan tetapi karena sistem
pengajaran rakyatnya masih sangat primitive , maka pelajar-pelajar kebanyakan berasal
dari golongan belanda dan bangsa asing lainnya yang berkeleluasaan menerima
pengajaran persiapan yang baik dan cukup.
Pasal Kelima : inilah azas yang sangat penting bagi semua orang yang sungguhsungguh berhasrat mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuhnya. Janganlah menerima
bantuan yang dapat mengikat diri kita, baik berupa ikatan lahir maupu batin. Boleh kita
menerima bantuan dari siapa pun juga asalkan tidak mengikat sedemikian rupa , hingga
dapat mengurangi kemerdekaan dan kebebasan kita.dan dengan positif tegas dinyatakan

disitu , bahwa pokok dari pada azas kita ialah berkehendak mengusahakan kekuasaan diri
sendiri.
Pasal Keenam : disini terdapatlah syarat yang mutlak dalam kita mengejar
kemerdekaan diri itu yaitu keharusan untuk membelanjai sendiri dengan segala usaha.
Sistem itu mulai dulu terkenal sebagai zelfbegroting system ,yang berbagai golongan
golongan lain yang ingin hidup merdeka dan bebas, amat sukarlah rupanya untuk
menirunya. Kesukaran tadi disebabkan karena untuk menegakkan sistem membelanjai
sendiri tadi diperlukan sebagai syarat mutlak pula. Keharusan untuk hidup sederhana.
Pasal Ketujuh : Teranglah dalam pasal ketujuh ini harus adanya keikhlasan lahir
batin pada kita untuk mengorbankan segala kepentingan kita kepada selamat dan
bahagianya anak anak yang kita didik. Kita harus sanggup mematahkan segala ikatan
lahir dan batin yang mencencang jiwa raga kia untuk dapat berhamba kepada sang anak
dengan segala hasrat kesucian.
2.2 Dasar-Dasar 1947 atau PancaDharma
Dalam perkembangan selanjutnya Taman siswa melengkapi Azas 1922
tersebutlah dengan Dasar-Dasar 1947 yang disebu pula PancaDharma (pasal 7,
dan Nomor pasal pasal dalam bagian ini , diambil dari peraturan dasar persatuan
Taman siswa ). Kelima dasar taman siswa tersebut menurut Ki Mangunsarkoro, 1952
dari wawasan kependidikan guru .1982:153-154 adalah
1. Azas Kemerdekaan harus diartikan disiplin pada diri sendiri oleh diri sendiri atas
dasar nilai hidup yang tinggi , baik hidup sebagai inividu maupun sebagai anggota
masyarakat. Maka dari itu kemerdekaan menjadi alat mengembangkan pribadi yang
kuat dan sadar dalam suatu perimbangan dan keselarasan dengan masyarakat tertib
damai tempat keanggotaanya.
2. Azas Kodrat Alam diartikan bahwa pada hakikatnya manusia itu sebagai makhluk
adalah satu dengan kodrat alam ini. Ia tidak bisa lepas dari kehendaknya, tetapi akan
mengalami bahagia jika bisa menyatukan diri dengan kodrat alam yang
mengandung kemajuan yang dapat kita gambarkan sebagai bertumbuhnya tiap-tiap
benih suatu pohon yang kemudian berkembang menjadi besar dan akhirnya berbuah
dan setelah menyebarkan benih biji yang baru pohon tersebut mengakhiri hidupnya,
dengan keyakinan bahwa dharmanya akan dibawa terus dengan tumbuhnya lagi
benih benih yang disebarkan
3. Azas Kebudayaan Taman siswa tidak berarti asal memelihara kebudayaan
kebangsaan iu kearah kemajuan yang sesuai dengan kecerdasan zaman, kemajuan
dunia, dan kepentingan hidup rakyat lahir dan batin tiap tiap zaman dan keadaan.
4. Azas Kebangsaan Taman siswa tidak boleh bertentangan dengan kemanusiaan,
malahan harus menjadi bentuk dan fiil kemanusiaan yang nyata dan oleh karena itu
tidak mengandung arti permusuhan dengan bangsa lain, melainkan mengandunng

rasa satu dengan bangsa sendiri. Rasa satu dalam suka dan duka, rasa satu dalam
Kehendak menuju kepada kebahagiaan hidup lahir dan batin seluruh bangsa.
5. Azas Kemanusiaan menyatakan bahwa darma tiap tiap manusia itu adalah
mewujudkan kemanusiaan , yang berarti kemajuan manusia lahir dan batin yang
setinggi-tingginya dan juga bahwa kemajuan kemanusiaan yang tinggi itu dapat
dilihat pada kesucian hati orang dan adanya rasa kasih terhadap sesama manusia
dan terhadap makhluk tuhan seluruhnya, tetapi cinta kasih yang tidak bersifat
kelembekan hati, melainkan bersifat keyakinan adanya hukum kemajuan yang
meliputi alam semesta. karena dasar cinta kasih kemanusiaan itu harus tampak pula
sebagai kesimpulan untuk berjuang , melawan segala sesuatu yang merintangi
kemajuan selaras dengan kehendakalam.
2.3 Tujuan perguruan kebangsaan Taman siswa
Tujuan ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yankni tujuan, yayasan atau kesluruhan
prguruan dan tujuan pendidikann. Tujuan yang pertama itu (pasal 8) adalah
1. Sebagai yang dinyatakan dalam keterangan azas Taman siswa tahun 1922 Pasal 1
, tujuan Taman Siswa sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan
masyarakat tertib dan damai.
2. Tertib yang sebenanya tidak akan ada , jika tidak ada damai antara manusia. Damai
antara manusia itu hanya mungkin ada dalam keadilan sosial sebagai wujud
berlakunya kedaulatan adab kemanusiaan. Yang menghilangkan segala rintangan
oleh manusia terhadap sesamanya dalam syarat-syarat hidupnya, sertaa menjamin
tingginya syarat syarat hidup lahir batin, secara sama rata sama rasa. Sedangkan
tujuan pendidikan (Pasal 13) yaitu : Tujuan pendidikan Taman siswa adalah
membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir batin.luhur akal
budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna
dan bertanggung jawabatas keserasian bangsa, tanah air , serta manusia pada
umumnya.
b. Upaya-Upaya Pendidikan yang Dilakukan Taman Siswa
Peraturan Dasar Persatuan Taman Siswa menetapkan berbagai upaya yang
dilakukan Taman Siswa, baik di lingkungan perguruan maupun di luar lingkungan
perguruan itu. Di lingkungan perguruan, untuk mencapai tujuannya ( seperti yang
dinyatakan dalam Pasal 8) Taman Siswa berusaha dengan jalan (Pasal 9) sebagai
berikut :
1. Menyelenggarakan tugas pendidikan dalam bentuk perguruan dari tingkat dasar
hingga tingkat tinggi, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat kejuruan,
serta memberi pendidikan itu serba isi yang baik dan berguna untuk keperluan
hidup dan penghidupan masyarakat sesuai dengan asas, dasar, dan tujuan
pendidikan Taman Siswa dengan selalu mengingat/menyesuaikan dengan
kecerdasan zaman dan kemajuan dunia.

2. Mengikuti, mempelajari perkembangan dunia di luar Taman Siswa yang ada


hubungannya dengan bidang-bidang kegiatan-kegiatan Taman Siswa, untuk
diambil faedah sebaik-baiknya.
3. Menumbuhkan dan memasakkan lingkungan hidup keluarga Taman Siswa,
sehingga dapat tampak benar wujud masyarakat Taman Siswa yang dicitacitakan.
4. Meluaskan kehidupan ke-Taman Siswa-an diluar lingkungan masyarakat
perguruan, sehingga dapat terbentuk wadah yang nyata bagi jiwa Taman Siswa,
agar dengan demikian ada pengaruh timbal balik antara perguruan/keluarga dan
masyarakat sekitarnya pada khususnya, dan masyarakat luas pada umumnya.
2.4 Upaya-upaya dalam lingkungan perguruan
untuk mencapai tujuan Taman Siswa (seperti tersebut Pasal 8), Taman
Siswa berusaha di luar lingkungan perguruan dengan jalan (Pasal 10) sebagai
berikut :
1. Menjalankan kerja pendidikan untuk masyarakat umum dengan dasar-dasar dan
hidup Taman Siswa, baik yang bersifat umum untuk meningkatkan kecerdasan
masyarakat maupun pendidikan karya untuk meningkatkan kecakapan dan
kemampuan hidupnya.
2. Menyelenggarakan usaha-usaha kemasyarakatakan dalam masyarakat dalam
bentuk-bentuk badan sosial ekonomi yang dapat memberi bimbingan dan
dorongan kegiatan masyarakat dalam perjuangannya menuju masyarakat
bahagia tertib-damai.
3. Bersama-sama dengan instansi-instansi pemerintahan menyelenggarakan usahausaha pembentukan kesatuan hidup kekeluargaan sebagai pola masyarakat baru
indonesia.
4. Menyelenggarakan usaha pendidikan kader pembangunan yang tenaganya
dapat disumbangkan kepada masyarakat untuk pembangunan.
5. Mengusahakan terbentuknya pusat-pusat kegiatan kemasyarakatan dalam
berbagai bidang kehidupan dan penghidupan masyarakat dengn inti-inti
kejiwaan Taman Siswa.
2.5 Hasil-Hasil yang Dicapai
Yayasan Perguruan Kebangsaan Taman Siswa sejak didirikan oleh Suwardi
Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara) di Yogyakarta sampai kini telah mencapai berbagai hal
seperti: gagasan/pemikiran tentang pendidikan nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari
Taman Indria sampai dengan Sarjana Wiyata, dan sejumlah besar alumni perguruan
(banyak yang menjadi tokoh nasional antara lain Ki Hadjar Dewantara, Ki Mangunsarkoro,
dan Ki Suratman). Ketiga pencapaian itu merupakan pencapaian sebagai suatu yayasan
pendidikan , yang juga mungkin dicapai oleh yayasan pendidikan lainnya.

Meskipun hampir semua upaya pendidikan yang dilakukan oleh orang Indonesia
di Zaman penjajahan adalah sebagai sarana perjuangan kemerdekaan Indonesia, namun
Taman Siswa menduduki tempat khusus dalam peran perjuangannya itu. Sebagaimana
tercermin pada namanya dengan mencantumkan kebangsaan pada tahun 1922 (jadi
sebelum sumpah pemuda 1928), maka Taman Siswa telah tampil sebagai pelopor persatuan
dan kesatuan Indonesia. Seperti diketahui, persatuan dan kesatuan itu sangat diperlukan
oleh setiap bangsa yang bhineka agar tunggal ika seperti Indonesia.
Akhirnya perlu dikemukakan harapan seperti yang tercermin dalam Tajuk
Rencana Harian Kompas menyambut Kongres ke-16 hari dan jadi ke-70 Taman Siswa
dengan judul: Menyegarkan Kembali Semangat Humanisme Ki Hadjar Dewantara: yakni
perlunya penyegaran untuk mengantisipasi perkembangan masyarakat yang serba cepat dan
tak terduga. Seperti dikemukakan dalam Tajuk itu, penyegaran itu telah lama berlangsng
dalam Taman Siswa, namun mulai meredup.
Setelah berturut asas itu disempurnakan oleh Ki Sarmidi menjadi Pancadarma,
Ki Moch Tauchid dengan konsep penerapannya di bidang ekonomi, Ki Mohammad Said
dengan filsafat kekeluargaan, dan terakhir Ki Sarino dalam pendidikan kedesaan, kita
punya kesan tak ada lagi barang baru dari Taman Siswa (Menyegarkan Kembali, 1922: 4)
Karena tanpa penyegaran dan dinamisasi, dapat terjadi Taman Siswa sebagai
Indonesia Kecil bisa mengikuti sesama Taman Siswa lain yakni perguruan kebangsaan
yang bersemangat nasionalisme yang satu persatu mati, demikian Kompas. Harapan kita,
semua penyegaran dan dinamisasi itu akan terus berkembang agar Taman Siswa dapat maju
terus; seperti diketahui, hari jadi berdirinya Taman Siswa itu (2 Mei) telah ditetapkan
sebagai Hari Pendidikan Nasional.
2.6 Dampak Ki Hadjar Dewantara Dalam Memperjuangkan Pendidikan Nasional.
Setelah Indonesia merdeka pada bulan Agustus 1946 organisasi Taman Siswa
mengadakan rapat besar yang ke-9 di Yogyakarta untuk merundingkan beberapa masalah
yang berhubungan dengan suasana baru dalam masa kemerdekaan ini tidak semua guru
taman siswa menyadari akan datang juga masa baru untuk perguruan nasional mereka.
Dalam rapat besar itu terdapat tiga pendapat di kalangan Taman Siswa dalam menghadapi

kemerdekaan, diantaranya: 1) Berpendapat bahwa kita sudah merdeka, maksud kita sudah
tercapai. Sekolah partikelir dan khususnya taman siswa sudah tidak perlu lagi ada, maksudmaksud kita akan dilakukan oleh sekolah-sekolah negeri kepunyaan pemerintah kita sendiri
yang berdasarkan nasional juga. 2) Berpendapat untuk beberapa tahun ini taman siswa
masih perlu ada, sebab: a) Pemerintah belum dapat mengadakan sekolah-sekolah sekaligus
dengan begitu banyaknya menuruti keperluan rakyat. b) Isi sekolah-sekolah negeripun
belum dapat diubah sekaligus sebagaimana yang kita maksudkan. 3) Berpendapat walaupun
jumlah sekolah sudah banyak dan isinya juga sudah nasional, taman siswa masih perlu ada,
walaupun hanya satu dua cabang saja, akan tetapi yang sungguh-sungguh baik. Selain itu
dalam Negara merdekapun tiada halangannya ada sekolah-sekolah partikelir, apa lagi yang
memang mempunyai dasar sendiri seperti taman siswa. (Panitia, 1952)
Tujuan didirikannya taman siswa adalah untuk mendidik dan menggembleng
golongan muda serta menanamkan rasa cinta tanah air dan semangat anti penjajahan.
Taman Siswa berperan dalam menumbuhkan rasa nasionalisme bangsa Indonesia.
Meskipun menggunakan sistem pendidikan modern Belanda, tetapi taman siswa tidak
mengambil kepribadian Belanda. Dengan demikian, para guru taman siswa tetap
melaksanakan proses pendidikan dengan tiga semboyan, yaitu: Ing Ngarso Sung Tuladha,
Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani. (Dewantara, 1989)
Di kalangan para pemimpin terdapat dua pendapat atau aliran. Aliran yang
pertama menginginkan taman siswa terlepas dari sistem pendidikan pemerintah dan aliran
pemikiran yang kedua berpendapat bahwa perkembangan masyarakat Indonesia baru sangat
berbeda dengan keadaan zaman kolonial, oleh karena perubahan itu perlu di hadapi dengan
pemikiran baru. Taman siswa dapat menyumbangkan pengalaman dan keahlian untuk
Menteri Pendidikan dalam usahanya mengembangkan kebijaksanaan politik pendidikan
nasional. (Putri, 2012)
Kebijakan orde baru mendirikan SD Inpres secara aktif disemua daerah turut
memundurkan peran perguruan taman siswa. Beberapa SD Taman Siswa yang berdekatan
dengan SD Inpres tutup. Demikian pula kecenderungan masyarakat untuk memilih sekolah
sesuai dengan agama yang dianutnya, berkontribusi pada tidak lakunya sekolah di
lingkungan taman siswa karena muncul wacana bahwa sekolah di Taman Siswa itu sekuler.

Reformasi politik di Indonesia pada tahun 1997 ternyata tidak membawa dampak perbaikan
bagi perguruan taman siswa. Sebaliknya, kebijakan pendidikan nasional makin jauh dari
ajaran taman siswa, seperti tercermin dalam UU Sisdiknas yang tidak memiliki roh
kebangsaan. RUU Badan Hukum Pendidikan (BHP) dan Rancangan Peraturan Pemerintah
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (RPP PPP) yang sangat kapitalistik
juga ditolak majelis luhur Taman Siswa karena keduanya itu bertentangan dengan dasar
Taman Siswa pancadharma, yaitu kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan, kebangsaan, dan
kemanusiaan. (Darmaningtyas, 2012)

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Salah satu aliran pokok pendidikan di Indonesia adalah Perguruan
Kebangsaan Taman Siswa. Taman siswa ini memiliki tujuh asas dan tujuan, dimana
ketujuh asas dan tujuan tersebut yang diumumkan pada tanggal 3 Juli 1922 akan
tetap hidup sebagai sifat-sifat yang hakiki dari Taman Siswa yang tak dapat diubah,
dikurangi atau ditambah selama nama (Taman Siswa) dipakai. Tujuan perguruan
Taman Siswa meliputi tujuan yayasan atau keseluruhan perguruan dan tujuan
pendidikan. Dalam mencapai tujuan yang akan dicapai pada perguruan kebangsaan
taman siswa, dilakukan beberpa upaya agar tujuan tersebut dapat tercapai. Hasil
yang dicapai yakni semua penyegeraan dan dinamisasi akan berkembang agar

Taman Siswa dapat maju terus, dan hari jadi Taman Siswa (2 Mei) ditetapkan
sebagai hari Pendidikan Nasional.
3.2 Saran
Upaya-upaya dalam mencapai tujuan dari perguruan kebangsaan Taman Siswa
sebaiknya lebih digitkan lagi agar tujuan-tujuan yang relevan segera tercapai untuk
menjadikan contoh bagi sistem pendidikan di Indonesi.

DAFTAR PUSTAKA
Darmaningtyas.

(2012).

Pendidikan

Kegelisahan

Taman

Siswa.

http://www.unisosdem.org/article_detail.php?
aid=10386&coid=1&caid=52&gid=2. Diakses pada (31 Oktober 2012, jam
19.20)
Dewantara, B.S. (1989). Ki Hadjar Dewantara Ayahku. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.
Panitia. (1952). Taman Siswa 30 Tahun. Jogjakarta:Panitia Buku Peringatan Taman
Siswa 30 Tahun.
Putri.

(2012).

Ki

Hajar

Dewantara. http://ml.scribd.com/doc/78922047/Ki-

HajarDewantara. Diakses pada (05 November 2016, jam 18.30)

Tirtarahardja, U dan Sulo, La.L.S. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Asdi


Mahasatya

Anda mungkin juga menyukai