Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Ketamansiswaan

tentang
Tamansiswa sebagai cerminan dari sistem pendidikan nasional

Oleh

Amalia Rosida : 2010005312008

Dosen Pengampu

Dr. Ediwarman. MP

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
TAMANSISWA PADANG
1441/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita semua. Sholawat dan salam semoga
selalu dilimpahkan kepada Rasulullah SAW yang telah meninggalkan tuntunan hidup
untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat berupa Al-Quran dan Hadist.

Makalah ini penulis buat untuk memenuhi mata kuliah Ketamansiswaan


tentang “Taman siswa sebagai cerminan dari sistem pendidikan nasional ”. Penulis
juga mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu pembuatan
makalah ini sehinnga dapat selesai pada waktunya.

Demikian yang dapat penulis ungkapkan. Penulis mohon maaf apabila


terdapat kesalahan atau kekurangan dalam setiap isi dari makalah ini. Dan semoga
makalah ini dapat memberi manfaat untuk kita semua.

Padang, 01 November 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………… 2
DAFTAR ISI………………………………………………………………... 3
BAB I Pendahuluan………………………………………………………… 4
A. Latar Belakang……………………………………………………….. 4
B. Rumusan Masalah……………………………………………………. 5
C. Tujuan Pembahasan………………………………………………….. 5
BAB II Pembahasan………………………………………………………... 6
A. Sejarah Taman Siswa………………………………………………… 6
B. Tujuan Perguruan Taman Siswa…………………………………….. 7
C. Asas Pendirian Taman Siswa………………………………………... 8
D. Nilai- Nilai Pendidikan Ki Hajar Dewantara………………………… 9
E. Taman Siswa Setelah Kemerdekaan………………………………… 10
BAB III Penutup…………………………………………………………… 11
A. Kesimpulan………………………………………………………….. 11
B. Saran…………………………………………………………………. 11
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan
Tamansiswa, yaitu melaksanakan sepenuhnya ketentuan dari sistem pendidikan
nasioanal dengan tetap mengamalkan dan mengembangkan ajaran Ki Hadjar
Dewantara. Pendidikan kemahasiswaan bertujuan memberikan bimbingan dalam
hidup dan tumbuh kembangnya jiwa raga peserta didik agar dalam menjalani
garis garis kodrat pribadinya dan dalam menghadapi pengaruh lingkungannya
mendapatkan kemajuan dan kemerdekaan lahir batin berdasarkan nilai-nilai
kemahasiswaan. Ketamansiswaan merupakan akumulasi dan dasar dari
keseluruhan konsepsi Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan, kebudayaan, dan
kepemimpinan.
Pendidikan pada dasarnya terkait dengan konteks kehidupan sosial budaya
suatu masyarakat. Dalam realita pendidikan Indonesia saat ini, pengaruh
globalisasi membangun peran ambivalen terhadap hakikat pendidikan. Hal ini
dapat menyebabkan kacaunya orientasi pendidikan oleh prioritas melayani
persaingan global daripada memelihara harmoni lokal atau memajukan budaya.
Sementara itu upaya pembangunan dan modernisasi yang tengah digalakkan di
Indonesia sekarang ini memaksa kita untuk berhadapan dengan nilai-nilai asing
yang menyertainya, baik itu nilai asing positif maupun nilai-nilai yang negative.
Hal ini dapat mengakibatkan perubahan orientasi budaya yang kadang-kadang
menimbulkan dampak terhadap tata nilai masyarakat.
Pada dasarnya untuk mengimplementasikan nilai-nilai ketamansiswaan
khususnya dalam pembelajaran diperlukan suatu pedoman rencana yang
mengatur kegiatan pembelajaran dan pengelolaan kelas serta penilaian hasil
belajar. Karena tanpa perencanaan yang matang, tidak mungkin tujuan
pembelajaran akan tercapai dengan maksimal.

4
Taman siswa berdiri pada tanggal 3 juli 1922, taman siswa adalah badan
perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang menggunakan
pendidikan dalam arti luas untuk mencapai cita-citanya. Bagi taman siswa,
pendidikan bukanlah tujuan tetapi media untuk mencapai tujuan perjuangan,
yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang merdeka lahir dan batinnya.
Merdekah ahiriah artinya tidak dijajah secara fisik, ekonomi, politik, dan
sebagainya, sedangkan merdeka secara batiniyah adalah mampu mengendalikan
keadaan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apa itu Sejarah Taman Siswa?
2. Apa itu Tujuan Perguruan Taman Siswa?
3. Apa itu Asas Pendirian Taman Siswa?
4. Apa itu Nilai- Nilai Pendidikan Ki Hajar Dewantara?
5. Apa itu Taman Siswa Setelah Kemerdekaan?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui Sejarah Taman Siswa
2. Mengetahui Tujuan Perguruan Taman Siswa
3. Mengetahui Asas Pendirian Taman Siswa
4. Mengetahui Nilai- Nilai Pendidikan Ki Hajar Dewantara
5. Mengetahui Taman Siswa Setelah Kemerdekaan

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Taman Siswa


Taman siswa berdiri pada 3 juli 1922, pendirinya adalah Raden Mas
Soewardi Soeryaningrat atau yang biasa dikenal dengan Ki Hajar Dewantara.
Awal pendirian Taman Siswa diawali dengan ketidakpuasan dengan pola
pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial, karena jarang sekali
Negara kolonial yang memberikan fasilitas pendidikan yang baik kepada Negara
jajahannya. Seperti yang dilakukan oleh ahli sosiolog Amerika “pengajaran
merupakan dinamit bagi sistem kasta yang dipertahankan dengan keras di dalam
daerah jajahan”.
Oleh sebab itu maka didirikanlah Taman Siswa, berdirinya Taman Siswa
merupakan tantangan terhadap politik pengajaran kolonial dengan mendirikan
pranata tandingan. Taman Siswa adalah badan perjuangan kebudayaan dan
pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan dalam arti luas untuk
mencapai cita-citanya. Bagi Taman Siswa, pendidikan bukanlah tujuan tetapi
media untuk mencapai tujuan perjuangan, yaitu mewujudkan manusia Indonesia
yang merdeka lahir dan batinnya. Merdeka lahiriah artinya tidak dijajah secara
fisik, ekonomi, poloti, dan sebagainya, sedangkan secara lahiriah adalah mampu
mengendalikan keadaan.
Dengan proses berdirinya Tman Siswa Ki Hajar Dewantara telah
mengesampingkan pendapat revolusioner pada masa itu, tetapi dengan seperti itu
secara langsung usaha Ki Hajar Dewantara merupakan lawan dari politik
pengajaran kolonial. Lain dari pada itu kebangkitan bangsa-bangsa yang dijajah
dan perlawanan terhadap kekuasaan kolonial umumnya disebut dengan istilah
nasionalisme atau paham kebangsaan menuju kemerdekaan. Taman Siswa
mencita-citakan terciptanya pendidikan nasional, yaitu pendidikan yang beralas
kebudayaan sendiri. Dalam pelaksanaannya pendidikan Taman Siswa akan

6
mengikuti garis kebudayaan nasional dan berusaha mendidik angkatan muda di
dalam jiwa kebangsaan.
Pendidikan Taman Siswa dilaksanakan berdasar Sistem Among, suatu
system pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan kodrat alam dan
kemerdekaan. Dalam sistem ini setiap pendidik harus meluangkan waktu
sebanyak 24 jam setiap harinya untuk memberikan pelayanan kepada anaknya.
Organisasi Taman Siswa yang bergerak di dalam dunia pendidikan ini
mengajarkan dasar kemerdekaan. Hal ini terlihat dari pernyataan Asas Taman
Siswa tahun1922 yang didalam pasal 1 dan 2 dari pernyataan Asas tersebut
mencantumkan sendi-sendi kemerdekaan. Bila diterapkan kepada pelaksanaan
pengajaran atau pendidikan hal ini dapat diartikan bahwa murid yang dididik
diajak utuk berfikir dan berperasaan serta bekerja dengan merdeka di dalam
batas tujuan bersama. Kedua pasal tersebut berkaitan erat dengan pasal 5 dari
pernyataan Asas Taman Siswa.5 ini berisikan asas yang sangat penting bagi
semua orang yang ingin mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh-penuhnya.
B. Tujuan Perguruan Taman Siswa
Tujuan perguruan taman siswa itu adalah menuju Indonesia, demi
terwujudnya masyarakat tertip dan damai. Menurut Ki Hajar Dewantara,
Pendidikan Nasional Taman Siswa adalah antitesa terhadap sistem pendidikan
penjajah yang mengutamakan intelektualitis, individualitis, dan materiaitis.
Perguruan Taman Siswa juga didirikan untuk menampung minat masyarakat
Hindia yang ingin bersekolah namun terkendala oleh berbagai hal, termasuk
status sosia. Sebab, pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Hindia
Belanda saat itu lebih diperuntukkan bagi kaum bangsawan maupun pangreh
praja (pegawai pemerintah), sehingga rakyat jelata tidak bisa bersekolah.
Kehadiran Perguruan Taman Siswa membuka kesempatan bagi semua
orang untuk bisa bersekolah secara mudah dan murah. Mudah karena tidak ada
persyaratan-persyaratan khusus, sedangkan murah dalam artian biayanya
terjangkau oeh semua golongan. Tidak mengherankan bila dalam kurun waktu

7
delapan tahun (1922-1930) jumlah Perguruan Taman Siswa telah mencapai 100
cabang dengan jumlah puluhan ribu murid. Untuk mencapai tujuan
pendidikannya, Taman Siswa menyelenggarakan kerja sama yang selaras antar
tiga pusat pendidikan yaitu, lingkungan keeluarga, lingkungan peerguruan, dan
lingkungan masyarakat. Pusat pendidikan yang satu dengan yang lain
hendakknya saling berkoordinasi dan saling mengisi kekurangan yang ada.
Penerapan sistem pendidikan seperti yang dinamakan Sistem Trisentra
Pendidikan atau sistem Tripusat Pendidikan.
C. Asas Pendirian Taman Siswa
Taman siswa menjadikan bukti kecerdasan intelektual dan kecekatan Ki
Hajar Dewantara serta rekan-rekannya, hal ini terwujud dalam pondasi pendirian
taman siswa yakni Asas. Asas Taman Siswa berisikan tujuh pasal sebagaimana
tertera dibawah ini:
1. Pasal Pertama
Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri, dengan terbitnya
persatuan dalam peri kehidupan umum.
2. Pasal Kedua
Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah dalam arti lahir
dan batin dapat memerdekakan diri.
3. Pasal Ketiga
Bahwa pengajaran harus berdasarkan pada kebudayaan dan kebangsaan
sendiri.
4. Pasal Keempat
Bahwa pengajaran harus tersebar luar sampai dapat menjangkau seluruh
rakyat.
5. Pasal Kelima
Bahwa untuk mengajar kemerdekaan hidup yang sepenuhnya lahir maupun
batin hendaklah diusahakan dengan kekuatan kekuatan sendiri, dan menolak
bantuan dari siapapun yang mengikat, baik lahir maupun batin.

8
6. Pasal Keenam
Bahwa setiap konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus
membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
7. Pasal Ketujuh
Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu ada keikhlasan lahir dan batin
mengobarkan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan
anak-anak.
D. Nilai- Nilai Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Sosok Ki Hajar Dewantara tidak bisa kita lepaskan dari perjalanan panjang
pendidikan Indonesia. Ki Hajar Dewantara merupakan pioner dan pelopor
terbentuknya sistem pendidikan di Indonesia. Keberadaannya dalam menentang
penjajahan Belanda adalah dengan mendirikan Perguruan Taman Siswa. Dengan
mendirikan perguruan tersebut ia bercita-cita agar bangsa Indonesia merdeka lahir
batin. Pemikirannya sangat relevan sebagai sebuah terobosan dalam membangun
pendidikan saat ini dalam keadaan kritis. Semboyannya yang terkenal ialah tut
wuri handayani ( di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa ( di
tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sung tulada ( di
depan memberi teladan).
Ketiga semboyan ini apabila kita maknai serta hayati bersama merupakan
akar dan ujung tombak dari peran serta guru dalam menjalankan roda pendidikan
nasional. Semboyan ini sejalan dengan yang diutarakan oleh Abidin (2015)
bahwa tugas dan fungsi guru di dalam keas tidak hanya transfer knowledge,
melainkan inti dari tugas guru adalah mengembangkan, megarahkan, dan
memberi motifasi.
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan yang diberikan kepada
masyarakat Indonesia seharusnya beralasan garis hidup dari bangsa Indonesia
sendiri dan ditujukan untuk keperluan perkehidupan yang dapat mengakat derajat
Negara dan rakyatnya. Pendidikan saat ini seperti kembali kepada masa politik
etis, ketika sekolah-sekolah untuk masyarakat pribumi banyak didirikan oleh

9
pemerintah kolonial Belanda. Pendidikan saat ini hanya mengedepankan ilmu
pengetahuan semata dan penanaman budaya barat melalui basaha dan gaya hidup
namun sangat kering akan pembelajaran budi pekerti, agama, budaya, dan
nasionalisme ini yang kemudian sangat dirisaukan oleh Ki Hajar Dewantara.
E. Taman Siswa Setelah Kemerdekaan
Salah satu masalah yang dihadapi Taman Siswa setelah kemerdekaan ialah
meninjau kembali hubungan dengan pemerinta kita sendiri, terutama dalam hal
penerimaan subsidi. Di kalang perguruan tinggi, banyak perbedaan dalam
menghadapi masalah ini, yaitu mereka yang dapt menerima subsidi itu dan
digunakan untuk pengelolaan sekolah tapi tetap melihat berapa besar
pengaruhnya agar tidak mengganggu prinsip “merdeka mengurus diri sendiri”
dan mereka yang beraggapan agar melepas sikap oposisi seperti masa kolonial
karena dianggap tidak cocok saat Indonesia merdeka.
Dikalangan para pemimpin terdapat dua aliran, yang pertama aliran yang
menginginkan Taman Ssiwa terlepas dari sistem pendidikan pemerintah,
merupakan lembaga pendidikan yang indenpenden, hidup dalam cia-citanya
sendiri dan terus berusaha agar sebagian masyarakat menerima konsep
pendidikan nasional. Caranya ialah dengan tetap mempertahankan sistem pondok
yang relativif terasing dari masyarakat sekitarnya. Aliran pemikiran kedua ialah
mereka yang berpendapat bahwa perkembangan masyarakat Indonesia sangat
berbeda dengan keadaan zaman kolonial, oleh karena perubahan perlu dihadapi
dengan pemikiran baru. Taman siswa dapat menyumbangkan pengalaman dan
keahlian untuk Menteri Pendidikan dalam usahanya mengembangkan
kebijaksanaan politik pendidikan nasioanal.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Taman siswa berdiri pada tanggal 3 juli 1922, taman siswa adalah badan
perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang menggunakan
pendidikan daam arti luas untuk mencapai cita-citanya. Bagi taman siswa
pendidikan bukanlah tujuan tetapi media untuk mencapai tujuan perjuangan, yaitu
mewujudkan manusia Indonesia yang merdeka lahir dan batin. Berbicara Taman
Siswa tidak lepas dari pendirinya yaitu KI HAJAR DEWANTARA beliau
mendirikan Taman Siswa bertujuan untuk pemdidikan pemuda Indonesia dan
juga sebagai alat perjuangan bagi rakyat Indonesia.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan, setelah penulis mengkaji
tentang hakekat manusia dan dimensi-dimensinya sehinnga terdapat berbagai
uraian diatas tidak lepas dari berbagai kekurangan baik dari segi isi materi,
teknik penulisan dan sebagainya, untuk itu sangat diharapkan saran maupun
kritikannya.

11
DAFTAR PUSTAKA
Sigit Vebrianto Susilo. 2018. Refleksi Nilai-Nilai Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Dalam Upaya-Upaya Mengembalikan Jati Diri Pendidikan Indonesia. Vol
4 No 1
Sukma Wijayanto. 2017. Peran Modal Sosial Dalam Implementasi Konsep
Pemikiran Ki Hajar Dewantara Di Sd Taman Muda Yogyakarta. Volume 5
No 1

12

Anda mungkin juga menyukai