Anda di halaman 1dari 10

Aliran,Teori dan Pilar-Pilar Pendidikan

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ilmu Pendidikan

Dosen: Elis Trisnawati, S.Si., M. Pd.

Oleh:

Muhammad Hamzah Hasbi


NIM: 20.02.0023

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
STAIQ AL-QUDWAH
DEPOK
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah makalah dengan judul ” Aliran, Teori dan Pilar-Pilar
Pendidikan” dapat diselesaikan.
Selanjutnya shalawat dan salam kami hanturkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW dan segenap keluarganya, para sahabat, tabi-tabi'in sampai kepada orang-
orang yang mukmin yang telah memperjuangkan Islam sampai saat ini dan bahkan sampai akhir
zaman.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita tentang aliran, teori dan pilar-pilar pendidikan.
Semoga makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis maupun orang yang
membacanya.

Depok, September 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia dimanapun dan kapanpun menyelenggarakan usaha pendidikan. Tidak hanya itu,
manusia terutama para ahlinya juga memikirkan berbagai hal yang menyangkut usaha
pendidikan itu sehingga terungkaplah pemikiran-pemikiran tentang faktor-faktor yang mendasari
perkembangan manusia (individu) dalam kaitannya dengan usaha pendidikan serta dasar-dasar
penyelenggaraan pendidikan yang lebih praktis dan metodologis. Di Indonesia, penyelenggaraan
dan pemikiran tentang pola pendidikan tertentu telah dilaksanakan sejak sebelum kemerdekaan,
karenanya banyak teori yang dikemukakan para pemikir yang bermuara pada munculnya
berbagai aliran pendidikan. Adapun Aliran-aliran pendidikan itu terdiri dari aliran Konvensional
dan Aliran baru yang kini sedang berkembang.
Untuk mencerdaskan dan memajukan kehidupan suatu bangsa dan negara sesuai dengan
tujuan pendidian yang telah ditetapkan maka diadakan suatu proses pendidikan / proses belajar
yang akan memberikan pengertian, pandangan dan penyesuaian bagi seseoang atau peserta didik
kearah kedewasaan dan kematangan.

Tujuan akhir pendidikan adalah untuk menumbuhkan dan mengembangkan suatu potensi
peserta didik secara teratur. Tujuan akhir pendidikan ini akan terwujud apabila keadaan alam /
lingkungan dan sosial masyarakat memungkinkan yang relatif sesuai dengan kebutuhan manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja aliran klasik Pendidikan ?
2. Apa saja aliran pendidikan yang ada di Indonesia ?
3. Apa saja teori-teori Pendidikan ?
4. Apa saja pilar-pilar Pendidikan ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aliran Klasik Pendidikan

Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, yang memandang


bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan
warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada
prosesnya.  Isi pendidikan atau bahan pengajaran diambil dari sari ilmu pengetahuan
yang telah ditemukan dan dikembangkan oleh para ahli di bidangnya dan disusun secara
logis dan sistematis.  Aliran-aliran itu pada umumnya mengemukakan satu faktor
dominan tertentu saja dan dengan demikian suatu aliran dalam pendidikan akan
mengajukan gagasan  untuk mengoptimalkan faktor tersebut untuk mengembangkan
manusia.Teori-teori yang terdapat dalam ilmu pendidikan dilahirkan oleh 4 aliran yang
berbeda, yaitu:

1. Aliran Empirisme

Aliran empirisme adalah aliran yang menyatakan bahwa perkembangan seorang


anak tergantung pada perkembangan lingkungan saja, sementara pembawaan sejak lahir
dianggap tidak mempengaruhi atau tidak penting. Seorang anak mendapatkan pendidikan
dan pengalaman  dari kehidupan sehari – harinya dan juga lingkungannya. Pendidikan
dan pengalaman ini ia dapatkan dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa.

Tokoh perintis pandangan ini adalah seorang filsuf Inggris bernama John Locke
( 1704 – 1932 ) yang mengembangkan teori “ Tabula Rasa “, yakni anak lahir didunia
bagaikan kertas putih yang bersih. Pengalaman empirik yang diperoleh dari lingkungan
akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak.

Aliran ini dipandang sebelah mata, karena aliran ini hanya mementingkan adanya
peran lingkungan saja dan menganggap  pengaruh pembawaan sejak lahir itu tidak
penting. Padahal pada kehidupan nyata banya seorang anak yang berhasil karena
mempunyai bakat – bakat atau kemampuan, walaupun lingkungan sekitarnya sama sekali
tidak mendukung.

2. Aliran Nativisme
Aliran nativisme ini berkebalikan dengan aliran empirisme, dimana aliran
nativisme ini lebih menekankan kemampuan atau potensi yang ada pada anak, sehingga
faktor lingkungan seperti pendidikan dianggap kurang berpengaruh tehadap
perkembangan anak.

Terdapat suatu pandangan dalam aliran nativisme yang mempunyai pengaruh 


luas yakni dalam diri seseorang terdapat  suatu inti atau pribadi yang mendorong dirinya
untuk mewujudkan diri, menentukan kemauan dan pilihan sendiri dan menempatkan
manusia sebagai mahluk aktif yang mempunyai keinginan bebas. Pandangan –
pandangan tersebut antara lain humanistic psychology , pandangan phenomenology atau
humanistik yang lain.

3. Aliran Naturalisme

Aliran naturalisme ini dipelopori oleh seoarang filsuf Prancis J.J. Rousseau(1712-
1778) dimana Ia berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan orang dewasa malahan
dapat merusak pembawaan anak yang baik itu. Aliran ini juga disebut negativisme,
karena berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam.

J.J.Rosseau ingin menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba
dibuat- buat (artificial) sehingga kebaikan anak- anak yang diperoleh secara alamiah
sejak saat kelahirannya itu dapat tampak secara spontan dan bebas. Ia mengusulkan
perlunyapermainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaan,
kemampuan- kemampuannya, dan kecenderungan- kecenderungannya

4. Aliran Konvergensi

Perintis aliran ini dalah William Stern (1871- 1939), seorang ahlii pendidikan
bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak lahir di dunia sudah diserati
pembawaan baik maupun buruk. Kemampuan dua orang anak ( yang tinggal dalam satu
lingkungan yang sama ) untuk mempelajari bahasa mungkin tidak sama. Itu disebabkan
oleh adanya perbedaan kuantitas pembawaan dan perbedaaan situasi lingkungan, biarpun
lingkungan kedua anak tersebut menggunakan bahasa yang sama. William Stern
berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan lingkungan. 

Karena itu teori William Stern disebut teori konvergensi ( konvergen, artinya
memusat ke satu titik ). Jadi menurut teori konvergensi :

 Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan


 Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik
untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang
kurang baik.
 Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan

B. Aliran Pendidikan Yang Ada Di Indonesia


Dua aliaran pokok pendidikan di Indonesia itu dimaksudkan adalah Perguruan
Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran ini
dipandang sebagai suatu tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia. Namun
perlu dikemukakan bahwa prakarsa dan upaya di bidang pendidikan tidak terbatas hanya
oleh Taman Siswa dan INS itu saja.

1. Perguruan Kebangsaan Taman Sisswa (PKTS)


Aliran ini didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1932 di
Yogyakarta yakni dalam bentuk Yayasan. Perguruan Taman Siswa ini
mempunyai Tujuh Asas Perjuangan untuk menghadapi kolonial Belanda sekaligus
untuk mempertahankan kelangsungan hidup bersifat nasional dan demokrasi. 
a) Setiap oerang berhak mengatur dirinya sendiri. 
b) Pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti
lahir dan batin dapat memerdekakan diri.
c) Bahwa pengajaran harus berdasarkan pada kebudayaan dan kebangsaan
sendiri.
d) Pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau seluruh rakyat.
e) Untuk mengajar kemerdekaan hidup sepenuhnya diusahakan dengan
kekuatan sendiri dan menolak bantuan apa pun yang mengikat.
f) Sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus
membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
g) Dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin untuk
mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan
kebahagiaan anak-anak.

2. Ruang Pendidik INS (Indonesia Nederlandsche School) Kayu Tanam


Aliran ini didirikan oleh Mohammad Sjafei pada tanggal 31 Oktober 1926 di
Kayu Tanam (Sumatera Barat). Pada awal didirikan Ruang Pendidik INS
mempunyai beberapa asas yaitu Berpikir logis dan rasional, keaktifan atau
kegiatan, pendidikan masyarakat, memperhatikan pembawaan anak, dan
menentang intelektualisme. Setelah kemerdekaan Indonesia, Moh. Sjafei
kemudian mengembangkan asas-asas tersebut menjadi dasar-dasar pendidikan
Republik Indonesia. Dasar-dasar tersebut dikembangkan dengan
mengintegrasikan asas-asas Ruang Pendidik INS, sila-sila dari Pancasila, dan
hasil analisis alam dan masyarakat Indonesia serta pengalaman guru sekolah
kartini. 

C. Teori Pendidikan
Teori pendidikan adalah teori yang digunakan dalam proses belajar mengajar.
Salah satu penerapan teori belajar yang terkenal adalah teori dari John Dewey yaitu teori
“learning by doing”. Jika dihubungkan dengan pendidikan maka teori pendidikan
merupakan seperangkat penjelasan yang rasional sistematis membahas tentang aspek-
aspek penting dalam pendidikan sebagai sebuah sistem. Mudyahardjo (2002)
menjelaskan bahwa teori pendidikan adalah sebuah pandangan atau serangkaian pendapat
ihkwal pendidikan yang disajikan dalam sebuah sistem konsep.

Teori pendidikan ini dibagi menjadi empat, yaitu pendidikan klasik, pendidikan
personal, teknologi pendidikan, dan pendidikan interaksional. Dari ke empat teori
pendidikan tersebut akan menghasilkan desain kurikulum sendiri atau berbeda yang akan
menciptakan masyarakat sesuai dengan tujuan. Menurut Nana S. Sukmadinata (1997)
mengemukakan 4 (empat) teori pendidikan, yaitu:

1. Pendidikan Klasik
Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti
Perenialisme, Eessensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang bahwa
pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan
meneruskan warisan budaya. Teori ini lebih menekankan peranan isi
pendidikan dari pada proses.
2. Pendidikan Pribadi
Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model
kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas
kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari
lingkungan dan proses aktualisasi diri. Teori pendidikan ini bertolak dari
asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi tertentu.
Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta
didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik.
3. Pendidikan Teknologik
Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang mengutamakan
pembentukan dan penguasaan kompetensi. Dalam teori pendidikan ini, isi
pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus, berupa data-data
obyektif dan keterampilanketerampilan yang yang mengarah kepada
kemampuan vocational.
4. Pendidikan Interaksional
Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak
dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi
dan bekerja sama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu
bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan
interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik
dan dari peserta didik kepada guru.
D. Pilar – Pilar Pendidikan

Pada dasarnya tujuan pendidikan yang diharapkan adalah mencerdaskan


kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman, bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani rohani, mandiri. Serta tertanam kuat rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
UNESCO adalah organisasi PBB yang bergerak dalam bidang pendidikan dan
kebudayaan telah mencanangkan empat pilar pendidikan sekarang dan masa depan, yang
perlu dikembangkan oleh seluruh lembaga pendidikan khususnya lembaga pendidikan
formal. Empat pilar tersebut ialah:
1) learning to Know (belajar untuk mengetahui)
2) learning to do (belajar untuk terampil melakukan sesuatu)
3) learning to be (belajar untuk menjadi seseorang)
4) learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).

Learning to know, tenaga pendidik seyogyanya berfungsi sebagai fasilitator yang


dapat menuntun atau mengarahkan para peserta didik dalam memecahkan suatu
masalahnya. Learning to do, akan bisa berjalan jika lembaga pendidikan memfasilitasi
para peserta didik untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimilikinya, serta bakat
dan minatnya.  Learning to be, erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan
fisik dan kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Learning to live
together, peserta didik sudah harus dibiasakan untuk hidup bersama, saling menghargai,
terbuka, memberi dan menerima, perlu ditumbuhkembangkan. Kondisi seperti ini
memungkinkan terjadinya proses belajar untuk menjalani kehidupan bersama.
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Umar Tirtahardja dan Drs. S. L. la Sulo, Pengantar pendidikan, edisi revisi ( Jakarta,
PT Rineka Cipta, 2005), hal.194.

http://devilarasati025.blogspot.com/2015/11/dua-gerakan-atau-aliran-pokok.html

Wisnu Prawija. 2015. Teori Pendidikan.


http://wisnucorner.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/1955/2015/10/WISNU
PRAWIJAYA_RESUME_V_TEORI-PENDIDIKAN.pdf (Diunduh 23 September 2021)
Lampiran

Pertanyaan 1: Bagaimana kalau sekolah ditempat kita belajar tidak bisa memenuhi hak-hak yang harus
diberikan kepada peserta didik? (Ghina Zinda Ruud)

Jawaban: Komunikasikan dengan pihak sekolah, bisa melalui walikelas nanti walikelas bisa
menyambungkan pesannya ke pihak sekolah yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai