PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
B. RUMUSAN MASALAH
C. Tujuan
2
BAB II
2. Aliran Nativisme
3
herediter, serta kemampuan dasar lainnya yang kapasitasnya berbeda dalam diri
tiap individu.
3. Aliran Naturalisme
Aliran ini hampir bersamaan dengan aliran Nativisme , tokoh Aliran ini adalah
J.J Rousseau seorang filosof Prancis tahun (1712-1778) Rosseau berpendapat
dalam bukunya Email ”Semua anak adalah baik pada waktu baru datang dari
sang pencipta, tetapi menjadi buruk ditangan manusia ”. Berbeda dengan
Schopenhaur, Rousseau berpendapat bahwa semua anak yang baru lahir
mempunyai bawaaan yang baik, tidak seorangpun anak lahir dengan pembawaan
buruk. Namun akan rusak oleh tangan manusia. Rousseau ingin menjauhkan anak
dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat atau bersifat
“artificial”, sehingga kebaikan anak-anak yang dimiliki secara alamiah sejak saat
kelahirannya itu dapat berkembang secara spontan dan bebas.
4. Aliran Konvergensi
Tokoh aliran ini adalah William stern (1871-1939) seorang tokoh pendidikan
Jerman. Aliran yang berdasarkan konsepsi konvergensi ingin mengawinkan dua
aliran yang 180 derajat berlawanan, yaitu aliran empirisme dan aliran nativisme.
Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik
dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh
lingkungan. Jadi faktor pembawaan dan lingkungan sangat penting.
4
B. KONSEPSI DAN ALIRAN MODERN ATAU GERAKAN BARU
DALAM PENDIDIKAN
Disini kita akan membahas beberapa aliran “baru” dalm pendidikan bahan-
bahan dalam buku Agus Suyono (1958 dan 1980) dipakai sebagai bahan acuan
dalam tulisan ini.
Konsep pengajaran alam sekitar diilhami oleh kata-kata yang dipetik dari
Emmanuel Kant: “Pengertian tanpa pengamatan adalah kosong dan pengamatan
tanpa pengertian adalah buta.” Hal ini berarti bahwa antara pengamatan dengan
dan pengertian harus terjalin hubungan yang saling menunjang dan saling
memperkuat. Artinya manusia hendaknya mampu memanfaatkan lingkungannya.
5
Salah seorang tokoh pengajaran alam sekitar ialah J. Ligthart (1859-
1916) seorang ahli pendidikan bangsa Belanda. Pengajaran alam sekitar
ini dinamakan “Pengajaran barang sesungguhnya”.
2. Pengajaran Pusat Perhatian
4. Pengajaran Proyek
1. Persiapan
2. Kegiatan Belajar
3. Penilaian
6
C. PENGARUH ALIRAN KLASIK DAN ALIRAN MODERN TERHADAP
PENDIDIKAN DI INDONESIA
1. Pengaruh Aliran Konvensional atau Aliran Klasik terhadap
pendidikan di Indonesia
Di Indonesia telah diterapkan berbagai aliran-aliran pendidikan,
penerimaan tersebut dilakukan dengan pendekatan efektif fungsional yakni
diterima sesuai kebutuhan, namun ditempatkan dalam latar pandangan yang
korvergensi.
Indonesia merupakan wilayah yang memiliki SDA, iklim, populasi
Geografi, tradisi dan bahsa yang sangat beragam. Hal tersebut menyebabkan
aliran-aliran pendidikan yang tertanam dan sudah dipraktekkan dalam masyarakat
berbeda-beda hasilnya. Indonesia yang termasuk dalam kelompok negara
berkembang yang biasanya mempunyai ciri-ciri berpenduduk padat dan belum
tingginya perekonomian menyebabkan pendidikan dan fasilitas didalamnya
belummaksimal. Rendahnya kependidikan di Indonesia sebenarnya dimulai dari
rendahnya perekonomian masyarakat Indonesia yang notabene adalah petani
biasa yang tanpa tehnologi. Hal tersebut mempengaruhi pola pikir masyarakat
dalam menyikapi aliran-aliran klasik pendidikan yang ada. Sebenarnya, semua itu
dikarenakan karena Indonesia merupakan negara berkembang sehingga ada
banyak masalah yang timbul dalam negara berkembang. Ekonomi yang belum
mapan dikarenakan kebanyakan merupakan negara agraris yang ada di daerah
panas yang menimbulkan :
a. Rendahnya produktifitas lahan
b. Kurangnya modal
c. . Rendahnya tingkat pendidikan
d. . Kurangnya kepemimpinan untuk memulai pembangunan ekonomi
(N Thut & Don Adam, 520)
Semua ini akan menimbulkan sebuah lingkaran setan yang sulit terputus jika
tidak ada kesadaran individu tentang pentingnya pendidikan Sebagai contoh
Negara Jepang, dia mempunyai penduduk yang agraris dan geografisnya ada di
daerah dingin. Karena itu, produktifita lahannyapun tingi dan menghasilkan
perekonomian yang tinggi pula. Yang akhirnya menghasilkan negara Jepang yang
bertehnologi tinggi
7
2. Pengaruh Gerakan Baru Pendidikan atau Aliran Modern terhadap
pendidikan di Indonesia
Telah dikemukakan bahwa gerakan baru dalam pendidikan
tersebut terutama berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar di
sekolah, namun dasar-dasar pikirannya tentulah menjangkau semua
segi dari pendidikan, baik aspek konseptual maupun operasional.
Sebab itu mungkin saja gerakan-gerakan ltu tidak di adopsi seutuhnya
di suatu masyarakat atau Negara tertentu, namun asas pokoknya
rnenjiwai kebijakan-kebijakan pendidikan dalam masyarakat atau negara
itu. Sebagai contoh yang telah dikemukakan pada setiap paparan
tentang gerakan itu, untuk indonesia, seperti rnuatan lokal dalam
kurikulum untuk mendekatkan peserta didik dengan lingkungannya,
berkembangnya sekolah kejuruan, pemupukan semangat kerja sama
multidisiplin dalam mengahadapi masalah, dan sebagainya. Akhirnya,
perlu ditekankan lagi bahwa kajian tentang pemikiran-pemikiran pada
masalalu akan sangat bemanfaat untuk memperluas pemahaman
tentang seluk beluk pendidikan, sertamemupuk wawasan historis dari
setiap tenaga kependidikan. Kedua hal tersebut sangat penting karena
setiap keputusan dan tindakan di bidang pendidikan, termasuk di
bidang pembelajaran, akan mernbawa darnpak bukan hanya pada masa
kinl tetapi juga rnasa epan. Oleh karena itu, setiap keputusan dan
tindakan itu harus dipertanggung jawabkan secara professional.
Sebagai contoh, beberapa tahun terakhir ini telah terjadi polemik
tentang peran pokok pendiikan (utamanya jalur sekolah) yakni tentang
masalah relevansi tentang dunia kerja (siap pakai); apakah tekanan pada
pembudayaan manusia yang menyadari harkat dan martabatnya, ataukah
memberi bekal keterampilan untuk memasuki dunia kerja.
Kedua hal tersebut tentulah sama pentingnya dalarn rnembangun
sumber daya manusia lndonesia yang bermutu.
8
D. TAMAN SISWA DAN INS SEBAGAI AWAL PENDIDIKAN DI
INDONESIA
9
Sebagai seorang pejuang Moh. Safeii menekankan bahwa Indonesia harus
memiliki watak yang merdeka, dengan memberikan alat yang akan
menyadarkannya. Dengan dasar konsepsi tersebut INS didirikan dengan
memakai system sekolah kerja yang kreatif, untuk ini sekolah menyediakan
sebanyak-banyaknya dan selengkap-lengkapnya fasilitasnya pendidikan yang
dapat menampung pengembangan bakat anak sesuai dengan kodrat lahir dan
batin. Kegiatan pendidikan di INS meliputi bidang-bidang berikut :
10
BAB III
KESIMPULAN
11