Anda di halaman 1dari 12

Pandangan-Pandangan Pendidikan

Untuk memenuhi tugas Pengantar Pendidikan


Dosen: Erika Puspitasari, M. Pd

Oleh:
Kelompok 3
Nama Anggota:
1. Ninit Avrilia
2. Dwi Suci Fitriyah
3. Binti Lailatul

Institut Agama Islam Negeri Kediri


September 2019
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu, tanpa
pertolongan-Nya kami tidak sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafaatnya di hari akhir nanti.

Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi


dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini dapat disusun
dengan baik dan rapi. Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah
pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Kediri, 23 September 2019

Penulis
Daftar Isi
BAB l
Pembukaan

1.1 Latar belakang


Pendidikan dipandang sebagai bidang studi interdisipliner karena didasarkan
atas berbagai bidang ilmu seperti filsafat moral sosial, Psikologi, dan
teori kepribadian. Pendidikan sebagai usaha memanusiakan manusia
memiliki skop yang luas dan multitafsir. Skop pendidikan dimaknai
sebagai pandangan-pandangan atau aliran-aliran pendidikan yang
lahir karena latar belakang filsafat dan pendekatannya berbeda.
Ragam keilmuan yang melengkapi pendidikan menjadikan kajian
tentangnya dapat menimbulkan tafsir yang banyak.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana tentang pandangan-pandangan pendidikan?
2. Bagaimana gerakan baru pendidikan dan siapa saja tokoh-
tokohnya?
3. Bagaimana teori-teori pendidikan?
4. Bagaimana pandangan pendidikan di Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar pendidikan
2. Untuk mengetahui pandangan-pandangan pendidikan
3. Untuk mengetahui tokoh dan gerakan baru pendidikan
4. Untuk mengetahui teori-teori pendidikan
5. Untuk mengetahui pandangan pendidikan di Indonesia
BAB II
Pembahasan

2.1 Pandangan-pandangan pendidikan


a. Empiris
Empiris berasal dari kata empiri yang berarti pengalman.sedangkan tokoh
empirisme adalah john locke (1632-1704) seorang filosof dari inggris.locke
percaya bahwa nak yang lahur di dunia ini seperti kertas putih yang kosong atau
meja berlapis lilin (tabula rasa).menrut pandangan ini,kepribadian di dasarkan
lingkungan pendidikan yabg di dapatnya atau perkembangan jiwa seseorang
semata mata tergantung pada pendidikan.pandangan ini juga berpendapat
bahwa pendidik dapat berbuat sekehendak hati dalam pembentukan pribadi
anak didik menjadi apa yang sesuai yang di inginkan.
Empirisme beranggapan bahwa seluruh pengetahuan adalah keluaran
personal.pengalaman semacam itu biasanya dianggap lahir dari perjumpaan saya
tangkap indrawiantara individu dan sebuah dunia yang mengganda secara
mandiri untuk di ketahui
Pandangan empirisme lebih menentingkan stimulasi ekatenal dalam
perkembabgan manusia.perkembangan anak tergantung pada
lingkungan,sedangkan pemvawaan yang di bawanya dari semenjak lahir tidak di
perhitungkan.lingkungan membawa dampak sangat besar bagi pengembangan
dan pertumbuhan manusia.maka ketergantungan terhadap lingkungan ini
mebjadikan manusia harus mampu mengelolanya dengan baik sebap
pengalaman kehidupan di dapatkan dari sana.
b. Nativisme
Aliran adalah pebganut dari salah satu ajaran filsafat idealisme.tokoh natifisme
adalah arthur scopenhauer(1788-1860)yang berpandangan bahwa faktor
pemvawaan yang bersifat kotdrat dari kelahiran dan tidak mendapatkan
pengaruh dari alam sekitar atau pendidikan sekalipun,dan itulah yang di sebut
kepribadia manusia.nativisme berasal dari kata dari bahasa latin,yaitu nativs
yang memiliki arti terlahir.
Aliran ini percaya vahwa potebsi potensi dari faktor pembawaan yang bersifat
kodratisebagai oribadi seseorang,bukan hasil pendidikan.tanpa potensi potensi
hereditas yabg baik,tidaklah mungkin seseorang mendapatkan taraf yang di
kehendaki.neskipun mendapatkan pendidikan yang maksimal
(indar,1994:43).paham ini menentang paham empirisme yang di kemukakan oleh
John locke.

c. Naturalisme
Pandangan baturalisme menyatakan bahwa kwcil kemungkinan manusia dapat di
didik jarena fajtor pembawaan yabg bersifat kodrat dari kelahuran.tokoh
aluranini adalah jean jacques rousseau(1712-1778),seorabg filosof bangsa
prancis yang mengemukaman pendapatnya dalam bukunya Emiler.rousseau
mengemukakan bahwa semua adalah baik pada waktu datang dari tangan sang
pencipta,tetapi semua menjadi buruk di tangan manusia.
Aliran ini di sebut juga akiran negatifisme karena berpandangan bahwa pendidik
habya wajib membiyarkan pertumbuhan anak didik saja dengan sendurinya dan
selanjutnya di serahkan pada alam.jadi,pendidikan tidak di perlukan dan yang
dilaksanakan adalah menyerahkan anak didik pada alam agar pembawaan yang
baik tadi tidak menjafi rusak oleh tangan manusia melalui proses dan kegiatan
pendidikan.
d. Konvergensi
Aliran konvergensi merupakan sebuah usaha untuk mengompromikan dua
macam aliran yang berbeda secara ekstrem yaitu aliran empirisme dan
nativisme. Tokoh aliran ini adalah William Stern (1871-1938), seorang ahli
pendidikan bangsa Jerman. William Stern (dalam Indar 1994:45) berpendapat
bahwa pembawaan dan lingkungan sama pentingnya.
William Stern dalam Sukardjo dan Komarudin (2010:31) menjelaskan bahwa
pemahamannya tentang penyingnya pembawaan dan lingkungan itu dengan
perumpamaan dua garis yang menuju ke satu titik pertemuan. Oleh karena itu,
teorinya dikenal dengan sebutan konvergensi.
e. Perenialisme
Brameld dalam O'Neil (2002:22) menjelaskan bahwa pada dasarnya perenialisme
adalah sudut pandang dimana sasaran yang layak dipakai dan layak dicapai oleh
pendidikan adalah kepemilikan atas prinsip-prinsip tentang kenyataan,
kebenaran, dan nilai, yang abadi, tak terikat waktu, tak terikat ruang.
Perenialisme berakar pada tradisi filosofi yang dilacak kembali ke filosofi plato,
Aristoteles, Thomas Aquinas, dan Robert M. Cara pandang budaya menyeluruh
perenialisme sangat bersifat mundur (regresif) yang berusaha memulihkan tolak
ukur-tolak ukur mutlak yang mengatur dunia zaman kuno dan zaman
pertengahan dan bersifat menentang demokrasi yang murni.

f. essensialisme
Essensialisme, di pihak lain, berpegang pada pernyataan utama bahwa alam
semesta beserta segala unsurnya diatur oleh hukum yang mencakup semuanya ,
serta tatanan yang sudah mapan sebelumnya. Oleh karena itu, tugas utama
manusia adalah memahami hukum dan tatanan ini sehingga ia bisa menghargai
dan menyesuaikan diri dengannya.
Tujuan umum aliran essesialisme adalah membentuk pribadi dunia dan akhirat.
oleh karena itu, isi pendidikannya ditetapkan berdasarkan kepentingan
efektifitas pembinaan kepribadian yang mencakup ilmu yang harus dikuasai
dalam kehidupan dan mampu menggerakkan keinginan manusia sehingga
kurikulum essensialisme dianggap semacam miniatur dunia yang dapat dijadikan
sebagai ukuran kenyataan, kebenaran, dan kegunaan. Dengan demikian, peranan
sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan menjadi lebih fungsi, berhasil guna
dan berdaya guna sesuai prinsip-prinsip dan kenyataan sosial (Indar 1994:137)
Tokoh yang menganut aliran ini adalah Desiderius erasmus, Johannhenrich
peztalozi, dan William T.haris
g . Progressivisme
Tujuan utama sekolah,menurut pandangam progressivisme,adalah
meningkatkan kecerdasan praktis.serta untuk membuat siswa menjadi lebih
efektif dalam menecahkan problem yang di sajikan dalam kontek pengalaman
pada umumnya (O'NAIL,2002:23). progressivisme mempercayai manusia sebagai
subjek yang mempunyai kemampuan meng hadapi dunia dan lingkungan
hidupnya,serta mempunyai jenampuan untuk mengatasi dan memecahkan
masalah masalah yang aka mengancam manusia itu sendiri pendidikan
dibanggap mampu untuk mengubah dan menyelamatkan manusia demi masa
depan.tujuan pendidikan selalu di artikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang
terus menerus yang bersifar progresif (indar,1994:134).
h. Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah berpabdangan bahwa sekolah semestinya di abdikan
kepada pebcapaian tatanan demokratis yang mendunia.alirqn ini percaya bahwa
teori pada puncaknya tak terpisahkan dari latar belakang sosial dalam suatu era
kesejarahan tertentu.filosofi dari pandangan ini beranggapan bahwa sekilah
harus nerintis jalan ke arah usaha penciptaan sebuah tatanan sosial yang lebih
manusiawi,memanusiaka,dan demokratis.
Aliran ini bercita cita untuk mewujudkan suatu dunia di mana kedaulatan
nasional berada dalam pengayoman atau subordinat kedaulatan dan otoritas
internasional.aliran ini huga bercita cita untuk mewujudkan dan melaksanakan
satu sintesus,yaitu perpaduan ajaran agama (kristen) debgan demokrasi dan
reknologi modern,serta seni modern di dalam satu kebudayaan yang di bina
bersama sama oleh nangsa vabgsa di dunia(indar,1994:140).
2.2 Tokoh dan gerakan baru pendidikan
1. Paulo freire (1921-1997)
Freire lahir pada tanggal 1921 di recife. Sebuah kota pelabuhan di timur
laut brasil. Ayahnya bernama Joachin Themisthcles Freire dan
ibunya bernama Edeltrus Neres Freire.Orang tuanya berasal dari
golongan menengah, namun mengalami kesulitan finansial yang
parah lama masa depresi besar.
Tahun 1944, freire menikahi Elza Mala Costo Olivera dari Recife,seorang
guru sekolah dasar dan mempunyai tiga orang putri dan dua orang
putra. Karya-karya pendidikan Freire dimulai dari tulisan Educacao
Como practica DaLiberdade (pendidikan sebagai praktik
pembebasan) yang diterbitkan di Brasil tahun 19967.Karya
lainnya, yaitu Cultural Action for Freedom (1970) dan Pedagogy of
the Opresed (1970) diterbitkan di Amerika.
Freire (dalam Smith, 2001: 64) mendriskipsikan conscientizacao (proses
penyadaran) sebagai sebuah proses untuk menjadi manusia yang
selenkapnya proses perkembangan ini dapat dibagi menjadi tiga
fase, yaitu kesadaran magis,naif, dan kritis.
2. Ivan Illich(1926 2002)
Karya Ivan Illich,Deschooling Socitiety (1972) atau bebas dari
sekolah,meperlihatkan pandangan kritisnya kepada praktek
pendidikan. Ivan illich dalam Adiwirkata (1988:26)mengatakan
bahwa sekolah adalah tempat anak-anak ditekan dan di paksa
untuk mempelajari hal hal yang tidak mereka kehendaki atau
senangi, padahal belajar yang baik adalah belajar yang
berlangsung dalam suasana bebas yang memungkingkan pelajar
sendiri memilih pelajaran yang disukainya.
3. Piere Bourdieu (1930-2002)
Perhatian utama Piere Bourdieu meliputi dua hal yaitu menemukan
hukum yang menerangkan mengapa struktur cenderung
memproduksi dirinya sendiri dan mencari keterangan mengenai
cara-cara pendidikan memindahkan pengetahuan dan gagasan-
gagasan. Dalam hal ini ia menekankan pada cara-cara efaluasi
yaitu cara-cara menentukan kriteria yang digunakan untuk
menetapkan apa peserta didik itu “hebat”, “biasa-biasa” dan
“lemah”.

2.3 Teori-teori pendiddikan


Teori pendidikan menekankan pada proses pendidikan atau sering
disebut sebagai teori belajar. Teori pendidikan menjadi dasar bagi
pendidik untuk memberikan layanan pendidikan yang baaik. Teori
pendidikan meliputi Behaviorisme, kognitivisme,konstruktivisme,
dan humanistik.
1. Teori Behaviorisme
Behavirisme adalah posisi filososf yan mengatakan baha untuk menadi
ilmu, psikoloi harus lebihmenfokuskan perhatiannyapada sesutu
yan bisa diteiti lingkungan dan perilaku daripada fokus pada apa
yang tersedia dalam individu-persepsi-persepsi,pikiran-pikiran,
berbaai citra, perasaan-perassan, dan sebagainya.perassan itu
sifatnya ubjektif dan kebal bagi penukuran sehina tidak akan
pernah bisa menjadi ilmu yang objektif. Tokoh-tokoh teori ini,
antara lain Ian Pavlo, Edward Lee Thorndike, John B.atson, dan
B.F.Skinner.Behaviorisme berangapan bahwa semua teori harus
memiliki dasar yang bisa diamati, tetapi tidak ada perbedaan
antara prses yan dapat diamati secara public(seperti tindakan)
dengan proses yang diamati secara pribadi (seperti pikiran dan
perasaan).
2. Teori Kognitivisme
Kerangka kerja atau dasar pemikiran teori pendidikan kognivisme adalah
dasarnya rasional. Teori ini memiliki asumsi filosofis, yaitu the way
ini which we learn. Pengetahuan seseorang diperoleh
berdasarkan pemikiran.inilah yang disebut dengan filosofi
rasionalisme. Menurut aliran ini kita belajar disebabkan oleh
kemampuan dalam menafsirkan peristiwa atau kejadian yang
berlansung di linkungan sekitar .
3. Teori konstruktivisme
Menurut kaum konstruktivisme seperti yang di ungkapkan suparno
(1997:61) bahwa belajar dalam pengertian ini merupakan proses
aktif belajar mengonstruksi teks,dialog,pengalaman fisis. Belajar
juga merupakan proses menghubungkan pengalaman atau bahan
yang dipelajari dengan pengertian yang sudah di punyai seseorang
sehingga pengertiannya dikembangkan.
4. Teori humanistik
Selama akhir tahun 1940 abad 20 ini muncul suatu perspektif psikologis
baru.gerakan yang timbul dari perspektif ini dikenal dengan
sebutan psikologi humanistis.gerakan ini berusaha memahami
perilaku dari sudut pandang pelakunya,bukan dari sudut pandang
pengamat.

2.4 Pandangan pendidikan di Indonesia


Pendidikan di Indonesia berkembang terus-menerus mengikuti perubahan peradaban
manusia. Melacak pandangan pendidikan di Indonesia berarti melihat kurun sejarah
pendidikan Indonesia. Djumhur dan Danasuparta (1985) menyebutkan, bahwa kurun
sejarah pendidikan Indonesia terbagi menjadi delapan fase, yaitu (1) zaman purba; (2)
zaman pengaruh Hindu-Budha; (3) zaman perkembangan permulaan Islam; (4) zaman
pengaruh Portugis dan Spanyol; (5) zaman pengaruh Belanda; (6) usaha-usaha rakyat di
lapangan pendidikan; (7) zaman pengaruh Jepang; dan (8) zaman kemerdekaan. Masing-
masing fase sejarah tersebut, jika kita mau melacaknya, pasti akan memiliki
pengaruhnya terhadap pendidikan dan peradaban Indonesia. Inilah yang disebut sebagai
pandangan pendidikan Indonesia bahwa praktik-praktik pendidikan diwariskan sampai
sekarang dan diyakini kebenarannya. Tentu saja juga pandangan atas pendidikan
Indonesia juga merupakan pengembangan dari bermacam-macam ilmu yang terus
berkembang.

Seperti pada zaman pengaruh Hindu-Budha telah memberi pandangan pendidikan yang
sampai dengan sekarang masih dijalankan oleh masyarakat yang menganut
pandangannya. Pandangan yang masih memiliki pengaruh Hindu-Budha yang kuat
sampai saat ini tampak pada pengakuan sistem pendidikannya yang diakui undang-
undang sistem pendidikan nasional. Isi undang-undang tersebut menunjukkan bahwa
pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau kelompok
masyarakat dari pemeluk agama sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya.

Zaman perkembangan permulaan Islam melahirkan pandangan pendidikan yang


bercorak Islami. Dua lembaga pendidikan yang memegang peranan penting pada fase
ini, yaitu langgar dan pesantren (Djumhur dan Danasuparta, 1985: 111). Pesantren
bahkan masuk dalam sistem pendidikan nasional.

Zaman usaha-usaha rakyat di lapangan pendidikan banyak memberikan warna


pendidikan di Indonesia sampai sekarang. Pada fase ini lahir institusi-institusi pendidikan
yang diprakarsai oleh tokoh-tokoh masyarakat dan organisasi-organisasi masyarakat
berbasis keagamaan atau nasionalis. Di antara tokoh-tokoh tersebut, yaitu R.A Kartini, R.
Dewi Sartika, Rohanna Kudus, Muhammadiyah, Al Irsyad, Mathla’ul Anwar, Persatuan
Ummat Islam, Ki Hadjar Dewantara (Taman Siswa), Persatuan Islam, Nahdatul Ulama,
Moh. Syafei, Pondok Modern Gontor Ponorogo, dan Al Jami’yatul Wasliyah.
BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan
1. Pandangan-pandangan pendidikan terdiri dari empirisme,
nativisme, naturalisme, konvergensi, perenialisme,
essensialisme, progressivisme, dan rekonstruksionisme.
2. Tokoh dan gerakan baru pendidikan yaitu Paulo Freire
(1921-1997, Ivan Illich (1926-2002), dan Piere Bourdieu
(1930-2002)
3. Tokoh dan gerakan baru pendidikan adalah:
a. Paulo Freire (1921-1997)
b. Ivan Illich (1926-2002)
c. Piere Bourdieu (1930-2002)
4. Pendidikan di Indonesia berkembang terus-menerus
mengikuti perubahan peradaban manusia. Melacak
pandangan pendidikan di Indonesia berarti melihat kurun
sejarah pendidikan Indonesia.
3.2 Saran
Pendidikan sangatlah penting dalam setiap aspek kehidupan. Manusia yang
merupakan makhluk hidup dengan banyak aspek yang melingkupunya
menjadi kajian ilmu yang tidak mudah mengering, terus-menerus menjadi
sumber. Oleh karena itu, manusia harus memanfaatkan waktu yang
dimiliki dengan sebaik-baiknya untuk menggali ilmu setiap harinya. Ilmu
tidak hanya di dapat dari pendidikan formal, namun dimanapun manusia
menginjakkan kakinya di muka bumi, disitulah ada ilmu yang dapat
mereka petik di dalamnya.

Daftar Pustaka

Triwiyanto, Teguh. 2004. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai