Anda di halaman 1dari 16

PENDIDIKAN PADA MASA ORDE BARU

Dosen pengampu:
Myristica Imanita, S. Pd., M. Pd
Marzius Insani, S. Pd., M. Pd

Disusun oleh:
Kelompok 9

Siti Nurhafidhoh 2113033003


Ahmad Vaizin 2113033011
Indah Permatasari Martan 2113033027
Nurul Hasna Azhari 2113033032
Nabila Fauziah Aziz 2113033036
Siti Dyandra Ovielia 2113033045
Wahyu Agil Permana 2113033066
Ajis Zulhakim 2113033079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Sejarah Pendidikan dengan judul
“Pendidikan pada Masa Orde Baru”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.

Kami pun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Kami juga berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca.

Bandarlampung, 07 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

1.3 Tujuan........................................................................................................... 2

1.4 Manfaat ......................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 4

2.1 Kurikulum Pendidikan pada Masa Orde Baru ............................................. 4

2.2 Teknologi Pendidikan pada Masa Orde Baru............................................... 7

2.3 Tujuan Pendidikan pada Masa Orde Baru .................................................... 8

2.4 Hambatan dalam Pelaksanaan Pendidikan pada Masa Orde Baru ............... 9

BAB III PENUTUP.................................................................................................... 12

3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk bisa berproses dan
berinteraksi didunia luar dengan semua masyarakat sekitarnya. Pendidikan juga menjadi
salah satu bekal terpenting masa depan (Nizar, 2009). Pendidikan itu sudah kita kenal
sejak zaman sebelum Negara Indonesia merdeka hingga saat ini. Pendidikan menjadi
salah satu hal pokok yang harus diperhatikan karena pendidikan mampu membentuk
karakter pribadi setiap orang apabila sungguh-sungguh dalam menekuninya. Pendidikan
adalah proses pembelajaran tentang akhlak, ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
menjadi kebiasaan turun-temurun sekelompok orang untuk melakukan pengajaran,
pengamatan, pelatihan atau penelitian. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
No, 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1, pengertian
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.

Orde Baru berlangsung dari tahun 1968 sampai 1998 dapat dikatakan sebagai
masa pembangunan nasional. Dalam bidang pembangunan pendidikan, spesialnya
pendidikan dasar, terjadi suatu loncatan yang sangat signifikan dengan terdapatnya
Pendidikan Dasar. Tetapi, yang disayangkan ialah pengaplikasian inpres ini hanya
berlangsung dari segi kuantitas tanpa diimbangi dengan pertumbuhan mutu. Yang
terpenting pada masa ini ialah menghasilkan lulusan terdidik sebanyak- banyaknya
tanpa mencermati mutu pengajaran serta hasil didikan. Pada masa Orde Baru,
kurikulum senantiasa hadapi pergantian nyaris masing-masing dekade seperti kurikulum
1968, 1975, 1984 serta terakhir kurikulum 1994 (Safei, 2020). Pasti saja dari pergantian
kurikulum tersebut ada pula pergantian tujuan dari sesuatu pembelajaran serta sistem
pendidikannya, Orde Baru tidak semacam Orde Lama, Secara universal pendidikan

1
Orde Lama sebagai bentuk interpretasi pasca kemerdekaan di dasar kendali kekuasaan
Soekarno cukup memberikan ruang leluasa terhadap pendidikan.

Pemerintahan yang berasaskan sosialisme menjadi referensi dasar bagaimana


pendidikan hendak dibangun serta dijalankan demi pembangunan serta kemajuan
bangsa Indonesia di masa mendatang. Sebaliknya, pendidikan pada masa Orde Baru
pemerintahannya dipandu oleh Soeharto identik dengan pandangan hidup ataupun
slogan pembangunan (Safei, 2020). Begitu pula arah serta kebijakan pendidikan
disesuaikan dengan gerakan pembangunan. Kata pembangunan didahulukan saat
sebelum Pancasila. Ini menunjukkan bahwasanya pembangunan meski tidak secara
formal dijadikan pandangan hidup, tetapi jadi pijakan dasar Orde Baru dalam
memusatkan jalannya pemerintahan serta pendidikan tidak hanya Pancasila.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kurikulum pendidikan pada masa orde baru?

2. Bagaimana teknologi pendidikan pada masa orde baru?

3. Apa tujuan pendidikan pada masa orde baru?

4. Apa saja hambatan dalam pelaksanaan pendidikan pada masa orde baru?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka secara garis besar tujuan disusunnya
makalah ini diantaranya adalah :

1. Untuk mengetahui kurikulum pendidikan pada masa orde baru.

2. Untuk mengetahui teknologi pendidikan pada masa orde baru.

3. Untuk mengetahui tujuan pendidikan pada masa orde baru.

4. Untuk mengetahui hambatan dalam pelaksanaan pendidikan pada masa orde baru.

2
1.4 Manfaat

Sebagai proses pembelajaran bagi penulis dalam menambah ilmu pengetahuan


serta wawasan keilmuan, dalam rangka mengikuti perkembangan dan pendidikan pada
umumnya, sekaligus untuk mengembangkan pengetahuan penulis dengan landasan dan
kerangka teoritis yang ilmiah atau pengintegrasian ilmu pengetahuan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kurikulum Pendidikan pada Masa Orde Baru

Kurikulum suatu hal yang amat penting dalam pendidikan. Kurikulum adalah
sebuah bangunan atau konsep atau verbalisasi ide yang sangat kompleks atau juga
seperangkat ide Tati (2015). Jadi dapat kita ketahui bahwa kurikulum adalah suatu
perangkat dalam pembelajaran yang sangat penting guna dapat mencapai apa yang
diharapkan, yang mana kurikulum adalah seperangkat gagasan-gagasan baru, yang
dirancang secara bersama dengan memikirkan kekurangan serta kelebihannya secara
matang sehingga dapat menjadi suatu konsep yang tepat dan dapat digunakan pada
proses pendidikan di Indonesia. Kurikulum tidak hadir secara tiba-tiba dalam masalah
pendidikan nasional, kurikulum harus dirancang dan di persiapkan sebaik mungkin
sesuai dengan perubahan serta kemajuan perkembangan teknologi dan juga zaman.

Adapun kurikulum pendidikan yang digunakan pada masa orde baru yaitu sebagai
berikut:

1. Kurikulum 1968

Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran:


kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Muatan
materi pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di
lapangan. Pada masa ini siswa hanya berperan sebagai pribadi yang masif, dengan
hanya menghapal teori-teori yang ada, tanpa ada pengaplikasian dari teori tersebut.
Aspek afektif dan psikomotorik tidak ditonjolkan pada kurikulum ini. Praktis,
kurikulum ini hanya menekankan pembentukkan peserta didik hanya dari segi
intelektualnya saja (Tati, 2015).

2. Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan
efisien berdasarkan MBO (Management By Objective). Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) yang
dikenal dengan istilah "satuan pelajaran", yaitu rencana pelajaran setiap satuan
4
bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi: tujuan Instruksional Umum (ITU),
Tujuan Instruksional Khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-
mengajar, dan evaluasi (Datumula, 2020).

Pada kurikulum ini peran guru menjadi lebih penting, karena setiap guru wajib
untuk membuat rincian tujuan yang ingin dicapai selama proses belajar-mengajar
berlangsung. Setiap guru harus detail dalam perencanaan pelaksanaan program
belajar mengajar. Setiap tatap muka telah di atur dan dijadwalkan sedari awal.
Dengan kurikulum ini semua proses belajar mengajar menjadi sistematis dan
bertahap.

3. Kurikulum 1984

Kurikulum 1984 mengusung prosess skill approach. Proses menjadi leb dalam
pelaksanaan pendidikan. Peran siswa dalam kurikulum ini menjadi menganut
sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL) (Datumula,
2020). CBSA memposisikan guru sebagai fasilitator, sehingga bentuk kegiatan
ceramah tidak lagi ditemukan dalam kurikulum ini. Pada kurikulum ini siswa
diposisikan sebagai subjek dalam proses belajar mengajar. Siswa juga diperankan
dalam pembentukkan suatu pengetahuan dengan diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapat, bertanya, dan mendiskusikan sesuatu.

Prinsip dan pendekatan pengembangan Kurikulum 1984 berbeda dengan yang


digunakan pada Kurikulum 1975. Prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum 1984
dikemukakan berikut ini:

a. Pendekatan belajar lebih menekankan bagaimana anak belajar daripada apa yang
dipelajari, tanpa mengabaikan ketuntasan belajar yang memperhatikan kecepatan
belajar murid.

b. Kegiatan penilaian terutama diarahkan kepada upaya untuk menentukan seberapa


jauh tujuan-tujuan, baik yang bersifat proses maupun hasil belajar yang diinginkan
telah terwujud.

c. Pengembangan kurikulum sekolah dasar berpedoman pada Pancasila dan Undang-


Undang Dasar 1945, relevansi, pendekatan pengembangan, pendidikan seumur
hidup dan keluwesan program dan pelaksanaannya.
5
4. Kurikulum 1994

Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-


kurikulum sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984. Pada kurikulum ini
bentuk opresi kepada siswa mulai terjadi dengan beratnya beban belajar siswa, dari
muatan nasional sampai muatan lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan
kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan
dacrah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga
mendesak agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum (Tati, 2015). Akhirnya,
Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Siswa dihadapkan
dengan banyaknya beban belajar yang harus mereka tuntaskan, dan mereka tidak
memiliki pilihan untuk menerima atau tidak terhadap banyaknya beban belajar yang
harus mereka hadapi.

Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum pada Kurikulum 1994 dikemukakan


berikut ini:

a. Kegiatan belajar-mengajar dilaksanakan dengan sistem klasikal yang


mengelompokkan anak dengan usia dan kemampuan rata-rata hampir sama
menerima pelajaran dari seorang guru dalam mata pelajaran yang sama dalam
waktu dan tempat yang sama. Bila diperlukan dapat dibentuk penglompokan
sesuai dengan tujuan dan keperluan pengajaran.

b. Kegiatan belajar-mengajar pada dasarnya mengembangkan kemampuan psikis dan


fisik serta kemampuan penyesuaian sosial siswa secara utuh. Dalam rangka
mempersiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan
menengah memasuki lapangan kerja, perlu diusahakan pengembangan sikap
bertanggung jawab dalam belajar dan mengemukakan pendapat, serta kemandirian
dalam mengambil keputusan.

c. Mengingat anekaragamnya mata pelajaran, cara penyajian pelajaran hendaknya


memanfaatkan berbagai sarana penunjang seperti kepustakaan, alat peraga,
lingkungan alam dan budaya, serta masyarakat dan narasumber.

d. Kegiatan belajar-mengajar sebagai pembelajaran tambahan dapat diberikan


kepada siswa baik yang akan melanjutkan ke pendidikan menengah maupun yang
akan memasuki lapangan kerja/masyarakat umum. Siswa dapat mengikuti satu
6
atau beberapa mata pelajaran sebagai pelajaran tambahan di luar jam pelajaran
pada susunan program pengajaran, dengan jatah waktu yang sesuai dengan
keadaan. Kegiatan pembelajaran tambahan dapat berupa kegiatan perbaikan atau
kegiatan pengayaan.

2.2 Teknologi Pendidikan pada Masa Orde Baru

Pada masa Orde Baru, teknologi pendidikan mengalami perkembangan yang


cukup signifikan yaitu dengan dimasukkannya poin peningkatan mutu pendidikan di
sekolah dasar dengan menggunakan media massa, radio dan televisi. Hal ini bisa dilihat
dalam Pelita (Pembangunan Lima Tahun) tahap I pemerintahan orde Baru yang
berlangsung dari tahun 1969 sampai 1974, dan menjadi landasan awal pembangunan
masa Orde Baru (Syahrizal dkk, 2022). Bahkan pada akhir Pelita I, pemerintah
menetapkan suatu kebijakan yang membangun sistem komunikasi dengan satelit
domestik yang kemudian dikenal dengan SKSD Palapa (Sistem Komunikasi Satelit
Domestik Palapa).

Pendidikan yang berjalan pada masa Orde Baru terbatas pada sosialisasi nilai
dengan pola hafalan dan minim kreativitas. Hal tersebut tidaklah mengherankan karena
pada masa orde baru penguasaan teknologi informasi dan komunikasi yang menunjang
sistem pendidikan masih sangat terbatas. Baik guru maupun siswa hanya menggunakan
buku panduan sebagai sumber belajar mengajar. Media pembelajaran yang digunakan
pun masih sangat terbatas. Meski dalam kondisi terbatas, kebijakan-kebijakan
pemerintah terkait pendidikan berhasil mengurangi angka buta huruf bahkan angka
pengangguran (Sashanty, 2021).

Pada tahun 1978 pemerintah mendirikan Pusat Teknologi Komunikasi Pendidikan


dan Kebudayaan (TPKP) sebagai salah satu lembaga unit struktural di bawah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mengenai hal ini, pada tahun 1980, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan pada waktu itu dijabat oleh Daoed Joesoef, memberikan
pengarahan pada Lokakarya Nasional Teknologi Pendidikan di Yogyakarta (Syahrizal
dkk, 2022).

Kemudian pada tahun 1984 pada jenjang perguruan tinggi dibuka Universitas
Terbuka dan dijadikan sebagai PTN ke-45 yang diresmikan pada tanggal 4 September
7
1984 berdasarkan keputusan Presiden RI nomor 41 tahun 1984. Hal ini merupakan
bentuk lain dari perkembangan teknologi pendidikan di indonesia. Universitas terbuka
merupakan perguruan tinggi yang memiliki mahasiswa terbanyak yang tersebar di
seluruh Indonesia (Purwanti & Haryanto, 2015). Teknologi pendidikan semakin
menemukan momentum pentingnya sebagaimana yang tercantum dalam Tap MPR
nomor II/MPR/1993 tentang GBHN pada tahun 1993 di bagian Kesejahteraan Rakyat,
Pendidikan dan Kebudayaan.

Dalam aplikasinya, teknologi dalam dunia pendidikan bisa berbentuk software


maupun hardware. Software berupa program pembelajaran yang dapat dipelajari oleh
siswa secara individual. Isi program tersebut adalah tergantung tujuan yang hendak
dicapai, materi pembelajaran yang hendak dipelajari dan dikuasai, program belajar atau
pengalaman belajar yang disusun secara sistematik dan sistematis. Pengembangan
program belajar atau pengalaman belajar ini dengan memanfaatkan berbagai sumber
belajar. Hardware adalah hasil-hasil produksi dari rekayasa teknologi yang digunakan
dalam pembelajaran seperti papan tulis, gambar dan model. Selanjutnya, meningkat
dengan memanfaatkan teknologi elektronik yang sederhana seperti OHP (Overhead
Projector), slide atau film. Bahkan kini semakin canggih dengan menggunakan
teknologi tingkat tinggi seperti penggunaan satelit, televisi, radio, telepon,
teleconference untuk program belajar jarak jauh serta penggunaan komputer dalam
bentuk Computer Assisted Instruction (CAI) dan e-learning yang memanfaatkan
jaringan internet untuk kegiatan pembelajaran (Purwanti & Haryanto, 2015).

2.3 Tujuan Pendidikan pada Masa Orde Baru

Tujuan Pendidikan nasional pada masa orde baru adalah menjadikan manusia
Pancasila yang berbudi pekerti. Pelaksanaan pengajaran masih dibawah pengaruh
politik sehingga Pendidikan menjadi nomor dua sedangkan praktik politik praktik
mendominasi dalam lingkungan pendidikan nasional. Pelita I pada masa orde baru
mengidentifikasi persoalan Pendidikan yaitu kurangnya tenaga terampil karena lebih
dari 50% angkatan kerja hanya berpendidikan Sekolah Dasar (SD) (Ubaidillah, 2015).

Hasil Pemilu 1973 mengeluarkan ketetapan nomor IV/MPR/1973 yang juga


dikenal dengan nama Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang juga

8
merumuskan tujuan Pendidikan Nasional yang berbunyi: “pendidikan pada hakikatnya
adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan
diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup”. Kemudian Pelita ke-II kebijakan yang
menjadi dasar yaitu pemerataan pendidikan dengan mewajibkan belajar usia 7-12 tahun
untuk memperoleh pendidikan Sekolah Dasar.

Akan tetapi, pada kenyataannya banyak terjadi penyelewengan pada tujuan


pendidikan orde baru yang sebenarnya. Salah satu contohnya yaitu penyelewengan pada
tujuan Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila. Tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan pada dasarnya adalah menjadikan warga negara Indonesia yang
cerdas, bermartabat, dan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun pada
kenyataannya, alih-alih mewujudkan tujuan-tujuan mulia tersebut, justru dijadikan
sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaan melalui cara-cara indoktrinasi nilai-nilai
Pancasila dan manipulasi terhadap makna sebenarnya demokrasi (Ubaidillah, 2015).
Praktik indoktrinasi dan manipulatif tersebut semakin diperparah oleh tindakan
paradoks pemerintah orde baru. Sikap bertolak belakang pemerintah orde baru tersebut
terlihat pada tidak sejalannya antara tujuan pendidikan dan perilaku elite orde baru
dalam mengelola negara yang penuh dengan praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
(KKN). Dengan ungkapan lain, Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila lebih
banyak diorientasikan untuk melayani penguasa daripada sebagai media pembentukan
karakter bangsa (Zulkifli dkk, 2023).

2.4 Hambatan dalam Pelaksanaan Pendidikan pada Masa Orde Baru

Orde baru yang berlangsung sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1998 dapat
dikatakan sebagai era pembangunan nasional. Dalam bidang pendidikan, khususnya
pembangunan pendidikan dasar, terjadi lompatan yang sangat penting dengan adanya
Inpres Pendidikan Dasar (Duryat, 2021). Namun sangat disayangkan pelaksanaan inpres
ini hanya bersifat kuantitatif tanpa meningkatkan kualitas. Saat ini yang terpenting
adalah menghasilkan lulusan terdidik sebanyak-banyaknya, tanpa memperhatikan
kualitas pengajaran dan hasil pendidikan.

Pada kenyataannya penyelenggaraan pendidikan pada masa Orde Baru


menghadapi banyak kendala, karena pendidikan Orde Baru mengedepankan pandangan

9
hidup keseragaman, hal tersebut dimaksudkan agar output yang dihasilkan memiliki
kualitas yang seragam yakni tenaga yang terampil, berbudi luhur, serta berpedoman
kepada agama dan nilai-nilai Pancasila. Akan tetapi hal malah memampatkan kemajuan
di bidang pendidikan.

Dalam pendidikan Orde Baru tidak mungkin tercipta penyetaraan pendidikan,


karena faktor dominan dan inferior masih sangat kuat dalam sistem pendidikan Orde
Baru. Saat itu, para siswa diberi beban materi pelajaran yang berat dan banyak tanpa
mempertimbangkan batasan alokasi kepentingan dengan faktor-faktor kurikulum yang
lain untuk jadi peka terhadap lingkungan. Beberapa perihal negatif lain yang terbentuk
pada masa ini antara lain yaitu: pertama, bahan-bahan pendidikan ditujukan untuk jadi
pekerja sehingga berimplikasi pada hilangnya eksistensi manusia yang hidup dengan ide
pikirannya (tidak memanusiakan manusia). Kedua, lahirnya kalangan terdidik yang
tumpul hendak kepekaan sosial, serta banyaknya anak muda yang beranggapan
positivistik. Ketiga, hilangnya kebebasan berkomentar (Purba dkk, 2023).

Pada masa ini segala wujud pendidikan diperuntukan untuk penuhi hasrat
penguasa, paling utama untuk pembangunan nasional. Siswa selaku peserta didik,
dibentuk untuk jadi manusia pekerja yang berfungsi selaku perlengkapan penguasa
dalam memastikan arah kebijakan negeri. Pendidikan bukan diperuntukan untuk
mempertahankan eksistensi manusia, tetapi untuk mengeksploitasi intelektualitas
mereka demi kepentingan penguasa pada saat itu. Kebijakan pemerintahan Orde Baru
terhadap pendidikan melahirkan sistem doktrinisasi. Suatu sistem yang memaksakan
paham-paham pemerintahan Orde Baru supaya tertanam pada benak anak-anak. Apalagi
dari semenjak sekolah dasar hingga pada tingkatan perguruan tinggi, diharuskan untuk
menjajaki penataran P4 yang berisi tentang hafalan butir-butir Pancasila (Duryat, 2021).
Hasilnya dari budaya doktrinasi ini adalah sistem birokrasi yang top down dan malah
menyebabkan pemerintah yang bersifat absolut tidak bisa dikritik.

Proses indoktrinasi ini tidak hanya menanamkan paham-paham Orde Baru, namun
juga sistem pendidikan masa Orde Baru yang menolak seluruh wujud budaya asing,
baik itu yang memiliki nilai baik maupun memiliki nilai kurang baik. Paham Orde Baru
yang membuat kita khawatir buat melangkah lebih maju. Pendidikan pada masa Orde
Baru bukan untuk tingkatkan taraf kehidupan rakyat, terlebih buat tingkatkan sumber
energi manusia Indonesia, namun mengutamakan orientasi politik supaya seluruh rakyat
10
itu senantiasa patuh pada tiap kebijakan pemerintah. Jika putusan pemerintah
merupakan putusan yang adil dan tidak boleh dilanggar. Seperti itu doktrin Orde Baru
pada sistem pendidikan kita (Duryat, 2021). Indoktrinasi pada masa kekuasaan Soeharto
ditanamkan dari jenjang sekolah dasar hingga pada tingkatan pendidikan tinggi,
pendidikan yang sepatutnya memiliki kebebasan dalam pemikiran. Pada masa itu,
pendidikan difokuskan pada pengembangan militerisme yang militan sesuai dengan
tuntutan kehidupan suasana perang dingin yang menyebabkan seluruhnya serba kaku
serta berjalan dalam sistem yang otoriter (Purba dkk, 2023).

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk bisa berproses dan
berinteraksi didunia luar dengan semua masyarakat sekitarnya. Pendidikan juga menjadi
salah satu bekal terpenting masa depan (Nizar, 2009). Pendidikan itu sudah kita kenal
sejak zaman sebelum Negara Indonesia merdeka hingga saat ini. Pendidikan menjadi
salah satu hal pokok yang harus diperhatikan karena pendidikan mampu membentuk
karakter pribadi setiap orang apabila sungguh-sungguh dalam menekuninya.

Tujuan Pendidikan nasional pada masa orde baru adalah menjadikan manusia
Pancasila yang berbudi pekerti. Pelaksanaan pengajaran masih dibawah pengaruh
politik sehingga Pendidikan menjadi nomor dua sedangkan praktik politik praktik
mendominasi dalam lingkungan pendidikan nasional. Pada masa ini segala wujud
pendidikan diperuntukan untuk penuhi hasrat penguasa, paling utama untuk
pembangunan nasional. Siswa selaku peserta didik, dibentuk untuk jadi manusia pekerja
yang berfungsi selaku perlengkapan penguasa dalam memastikan arah kebijakan negeri.
Pendidikan bukan diperuntukan untuk mempertahankan eksistensi manusia, tetapi untuk
mengeksploitasi intelektualitas mereka demi kepentingan penguasa pada saat itu.

12
DAFTAR PUSTAKA

Datumula, S. (2020). Peraturan Kebijakan Pendidikan di Indonesia pada Masa Orde


Lama, Orde Baru, Reformasi, dan Kabinet Kerja. Moderasi: Jurnal Studi Ilmu
Pengetahuan Sosial, 1(2).

Duryat, D. H. M. (2021). Potret Buram Politik Kekuasaan: Telaah terhadap Persoalan


Politik, Pendidikan dan Kebijakan Keagamaan di Indonesia. Penerbit K-Media.

Nizar, R. D. (2009). Filsafat Pendidikan: Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran


Para Tokohnya. Jakarta: Kalam Mulia.

Purba, S., Subakti, H., Hasan, M., Handican, R., Pratiwi, I. I., Sari, M., ... & Febrian, A.
W. (2023). Politik dan Pemasaran Pendidikan. Yayasan Kita Menulis.

Purwanti, A., & Haryanto, H. (2015). Pengembangan Motion Graphic Pembelajaran


Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas I Sekolah Dasar. Jurnal
Inovasi Teknologi Pendidikan, 2(2).

Safei, H., & Hudaidah, H. (2020). Sistem Pendidikan Umum Pada Masa Orde Baru
(1968-1998). Jurnal Humanitas, 7(1).

Sashanty. (2021). Nostalgia Tiga Dekade: Remah Sejarah Publik 1970-an sampai
1990-an. Klaten : Penerbit Lakeisha.

Syahrizal, Irvan, Dkk. (2022). Teknologi Pendidikan. Padang: Get Press.

Tati, A. (2015). Kurikulum Pendidikan di SD dan SMA Pada Masa Orde Baru. Jurnal
Pendidikan Sejarah, 4(2).

Ubaidillah, A. (2015). Pancasila, Demokrasi & Pencegahan Korupsi Pendidikan


Kewarganegaraan. Jakarta: Kencana.

Zulkifli, Dkk. (2023). Pengantar Pendidikan. Padang : Global Eksekutif Teknologi.

13

Anda mungkin juga menyukai