Anda di halaman 1dari 15

“KONSEP KURIKULUM MERDEKA BELAJAR”

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Pengembangan Kurikulum

Dosen pengampu : Muhammad Nurhalim, S.Pd.I., M. Pd.

Disusun oleh :

 Roisu Rusydata Alghifara (1817404083)


 Roliyah (1817404084)
 Shifa Zakya (1817505085)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga makalah “Konsep Kurikulum Merdeka Belajar” ini
dapat terselesaikan dan semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan adanya tugas ini, kita dapat mengetahui dan mempelajari
Pengembangan Kurikulum dan disini kita akan membahas tentang Konsep
Kurikulum Merdeka Belajar. Oleh karena itu, kita dapat memahami materi
yang akan penulis sampaikan di makalah ini.
Peulis berterima kasih kepada semua pihak yang membantu
terselesaikannya makalah ini. Penulis juga meminta maaf atas kekurangan,
kesalahan dalam menulis makalah ini, dan penulis meminta maaf apabila
dalam mengkutip sebuah buku ada kesalahan. Maka, kritik dan saran sangat
penulis harapkan.
Purwokerto, 10 Oktober 2020

Penulis
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan alat untuk mencapai kebahagiaan dan


kesejahteraan bagi seluruh umat manusia, pendidikan yang berkualitas akan
mencerminkan masyarakat yang maju damai dan mengarah pada sifat-sifat
yang konstruktif. Pendidikan juga menjadi roda penggerak sehingga
kebudayaan dan kebiasaan dari tiap-tiap zaman menjadi berubah mengikuti
perubahan yang di peroleh dari pendidikan itu sendiri. Maka ketika ingin
mencapai kehidupan yang lebih baik tentunya pendidikanlah yang merupakan
jawabannya, karena dari pendidikan melaihirkan hal-hal yang kreatif, inovatif
dalam menapaki setiap perkembangan zaman.

Pada  pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea ke-empat,


secara ekplisit menyatakan bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi
beban untuk kebaikan pemerintahan Indonesia. Dalam historis perkembangan
pendidikan Indonesia, memang sejak dulu Indonesia jauh tertinggal
pendidikannya dibandingkan dengan negara-negara Eropa dan beberapa
negara di Asia. Sehingga pada zaman kolonialisme dulu banyak pemikir dari
Indonesia itu belajar ke luar negeri untuk belajar dan kalaupun ada di
Indonesia sekolah-sekolah itu hanya untuk orang-orang Belanda dan keluarga
Indonesia yang tergolong kaum ningrat.

Setelah Indonesia merdeka pendidikan itupun mulai di bangun, pada


zaman orde lama, orde baru dan hingga saat ini mencerdaskan kehidupan
bangsa mengarah pada arah yang semakin baik namun tetap saja kurang
maksimal, perubahan kebijakan-kebijakan melakukan penyeimbangan
pendidikan di seluruh Indonesia turut di upayakan demi beban menunaikan
beban moral pemerintahan yang termaktub dalam pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 tersebut,tetapi sampai saat ini memang kualitas
pendidikan negara Indonesia masih saja teringgal dari negara-negara lain,
apakah ini faktor sejarah? Atau faktor tipologi pendidikan Indonesia? dan
mungkin saja psikologi pendidikan Indonesia yang sangat berbeda?

Memang dalam perjalan Indonesia menapaki tiap zaman, pendidikan


dalam perubahan yang mengarah pada kemajuan. Ini dibuktikan beberapa
kebijakan pemerintah mulai dari program wajib belajar, beasiswa kepada
masyarakat kurang mampu dan program-program yang mengupayakan
peningkatan kualitas sejauh ini sudah di lakukan, tapi yang menjadi
pertanyaan besar adalah kemana arah pendidikan Indonesia saat ini, dan
kenapa kemudian pendidikan Indonesia melakukan perubahan-perubahan
sistem apa urgensinya sehingga perubahan sistem itu di lakukan, padahal
menurut perspektif penulis sistem itu tidak perlu dirubah yang perlu dirubah
itu adalah orang orang yang menjalankan sistem itu sendiri dalam
pengaktualisasiannya.

Pada dasarnya sistem itu dibuat ketika memang dijalankan dengan


benar maka tujuan dari sistem itu sendiri akan tercapai, perlu penegasan
dalam menjalankan revolusi mental bagi tiap-tiap orang yang di
pertanggungjawabkan untuk menjalankan peningkatan kualitas pendidikan itu
sendiri dan butuh penataan yang baik secara kompleks hingga ke daerah-
daerah sehingga pendidikan itu sama tupoksinya di konsumsi oleh
masyarakat, selanjutnya perlu sebuah penetapan untuk tujuan pendidikan
tersebut, bercermin dari sejarah bahwa dulu pendidikan di Yunani itu
diarahkan dengan tujuan pertahanan saja sehingga sistem pendidikan mereka
diatur secara sistematis dan terfokus kepada pertahanan.

Di Indonesia, penulis sendiri mempertanyakan arah pendidikan kita di


konsep kemana? Mungkinkah ke ekonomi politik atau seperti Yunani kuno
dulu ke pertahanan, atau mungkin saja melihat kondisi sekarang ini banyak
sekali disiplin ilmu yang ada di Indonesia, arah pendidikan kita lebih kepada
meningkatkan semua sektor. Namun dalam pengamatan penulis arah
pendidikan kita kurang terfokus sehingga memang tiap disiplin ilmu itu tidak
dapat teraktualisasikan secara maksimal dalam mewujudkannya dan
pendidikan di setiap wilayah itu belum merata, ini mungkin alasan yang
sangat fundamental kenapa kemudian dalam pengejawantahan beban moral
pemerintah itu sampai sekarang ini masih dalam proses peningkatan mutu
pendidikan.

Konsep “Merdeka Belajar” ini juga belum menentukan arah dari


pendidikan kita kemana apakah konsep merdeka belajar ini menuntut
pendidikan itu berkontribusi untuk peningkatan ekonomi sehingga menuntut
siswa ini belajar dengan bebas, penulis bukan bermadsud pesimis terhadap
kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) saat ini
namun kita perlu melihat sejarah itu menjadi bahan pembelajaran kedepannya
bahwa dari dulu pendidikan kita tidak terlalu difokuskan untuk apa, melainkan
pendidikan itu terbagi ke beberapa bidang sehingga satupun masalah sosial
yang ada di Indonesia ini belum ada seutuhnya yang dapat selesai. Karena
pendidikan itu disiapkan untuk mengatisipasi masalah-masalah sosial yang
ada di tengah-tengah masyarakat.

Jangan sampai kebijakan ini nantinya jauh panggang dari api, jauh
kenyataan dari konsep yang sudah di buat. Perlu ketelitian juga dalam melihat
situsi psikologi pendidikan yang ada di negara kita, karena tiap wilayah yang
berbeda di Indonesia ini juga berbeda juga akalnya. Sebelum mengubah
sistem pendidikan kita perlu melakukan pendekatan psikologi pendidikan, dan
juga sangat perlu penegasan revolusi mental terhadap tenaga pendidik dan
yang dididik supaya tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai secara
maksimal.

Penulis berharap mutu sumber daya manusia yang ada di Indonesia


dapat meningkat dan sistem pendidikan kita tidak perlu muluk-muluk, dan
tidak perlu melakukan pengubahan secara besar-besaran dalam meningkatkan
kualitas pendidikannya karena di dalam konsep sistem yang dibuat tujuannya
adalah baik dan pada umumnya cita-cita dari sebuah konsep adalah menuju
kebaikan dan kebahagiaan, jika ingin mengubah yang pertama di ubah adalah
manusia si pelaku kebijakan tersebut ketika pelaku sudah bekerja maksimal
dalam mewujudkan cita-cita konsep itu dan tidak menghasilkan perubahan
maka layaklah kita mengubah sistem. Di kemudian hari semoga konsep yang
dibuat juga dapat mengubah si pelaku kebijakan dan mengubah secara
signifikan kualitas pendidikan Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian kurikulum merdeka belajar?


2. Bagaimana latar belakang lahirnya kurikulum merdeka belajar?
3. Bagaimana konsep dari kurikulum merdeka belajar?
4. Apa saja pokok-pokok kebijakan dari kurikulum merdeka belajar?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum merdeka belajar.


2. Untuk mengetahui latar belakang lahirnya kurikulum merdeka belajar.
3. Untuk mengetahui konsep dari kurikulum merdeka belajar.
4. Untuk mengetahui pokok-pokok kebijakan dari kurikulum merdeka
belajar.
PEMBAHASAN

A. Definisi Konsep Kurikulum Merdeka Belajar

Merdeka Belajar adalah program kebijakan baru Kementerian Pendidikan


dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) yang dicanangkan oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Kabinet Indonesia Maju, Nadiem Anwar
Makarim. Esensi kemerdekaan berpikir, menurut Nadiem, harus didahului oleh
para guru sebelum mereka mengajarkannya pada siswa-siswi. Nadiem menyebut,
dalam kompetensi guru di level apa pun, tanpa ada proses penerjemahan dari
kompetensi dasar dan kurikulum yang ada, maka tidak akan pernah ada
pembelajaran yang terjadi.

Pada tahun mendatang, sistem pengajaran juga akan berubah dari yang
awalnya bernuansa di dalam kelas menjadi di luar kelas. Nuansa pembelajaran
akan lebih nyaman, karena murid dapat berdiskusi lebih dengan guru, belajar
dengan outing class, dan tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, tetapi lebih
membentuk karakter peserta didik yang berani, mandiri, cerdik dalam bergaul,
beradab, sopan, berkompetensi, dan tidak hanya mengandalkan
sistem ranking yang menurut beberapa survei hanya meresahkan anak dan orang
tua saja, karena sebenarnya setiap anak memiliki bakat dan kecerdasannya dalam
bidang masing-masing. Nantinya, akan terbentuk para pelajar yang siap kerja
dan kompeten, serta berbudi luhur di lingkungan masyarakat.
Gebrakan Merdeka Belajar
Konsep Merdeka Belajar Motto yang
- Pelaksanaan USBN tahun 2020 mendatang akan
terkenal :
dikembalikan ke pihak sekolah.
"Merdeka belajar,
- Pada tahun 2021 mendatang, Nadiem berencana akan
Guru Penggerak"
menghapus sistem UN, dan diganti dengan sistem baru,
yaitu Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei
Karakter.
- Membentuk siswa yang kompeten, cerdas untuk SDM
bangsa, dan berbudi luhur.

B. Latar Belakang Lahirnya Kurikulum Merdeka Belajar

Kurikulum memegang kedudukan kunci suatu lembaga pendidikan, sebab


berkaitan dengan penentuan arah, isi, dan proses pendidikan, yang pada akhirnya
menentukan macam dan kualitas lulusan suatu lembaga. Oleh karena itu panduan
kurikulum Merdeka belajar menjadi sangat penting karena akan membimbing
praktisi penyusun kurikulum di tingkat program studi untuk merancang dokumen
kurikulum. Berawal dari dokumen kurikulum inilah kualitas suatu program studi,
kualitas fakultas dapat diwujudkan. Secara garis besar kurikulum, sebagai sebuah
rancangan, terdiri dari empat unsur, yakni capaian pembelajaran, bahan kajian
yang harus dikuasai, strategi pembelajaran untuk mencapai, dan sistem penilaian
ketercapaiannya. Panduan ringkas ini juga dilengkapi dengan delapan delapan
Petunjuk Teknis (Juknis) model perkuliahan yang tercantum dalam lampiran.
Panduan Kurikulum merdeka belajar berisi tahapan penyusunan kurikulum mulai
dari yang bersifat strategis seperti merumuskan profil sampai hal teknis seperti
merancang Rencana Pemelajaran Semester (RPS) dan mengukur keberhasilan
muatannya. Hal ini harus difahami terlebih dahulu oleh semua praktisi pendidikan
di tingkat program studi, sebelum mereka menuangkan ide kurikulummya ke
dalam wujud dokumen kurikulum. Harapannya agar semua program studi dapat
menghasilkan dokumen kurikulum yang menjadi dasar penyusunan program dan
pengembangan pembelajaran secara lebih operasional.

Di masa sekarang ini dibawah kekuasan Presiden Joko Widodo, melalui


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), yaitu oleh Bapak
Nadiem Makarim. Mengeluarkan kebijakan yang dianggap masyarakat banyak
sangat revolusioner sehingga kebijakan ini hangat di bicarakan di ruang publik.
Yaitu program “Merdeka Belajar” program ini diwujudnyatakan dalam kebijakan
penghapusan Ujian Nasional (UN) mulai tahun 2021 diganti dengan sistem
penilaian Asesmen Kompetensi Minimum dan survei karakter, ”Asesmen
kompetensi minimum adalah kompetensi yang benar-benar minimum dimana kita
bisa memetakan sekolah-sekolah dan daerah-daerah berdasarkan kompetensi
minimum”, kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim dalam
peluncuran empat pokok kebijakan pendidikan “Merdeka Belajar’, di Jakarta,
Rabu (11/12/2019).

Banyak argumentasi bapak Nadiem Makarim yang menguatkan kebijakan


merdeka belajar yang mau di terapkan yaitu beliau mengatakan bahwa di masa
sekarang ini nilai bukanlah penentu kompetensi seseorang, akreditas bukan juga
menjadi tolak ukur kemampuan yang baik, kurang lebih seperti itu
penyampaiannya, dan banyak juga dukungan atas kebijakan ini mulai masyarakat
luas baik dari pendidik maupun siswa dan mahasiswa, namun tidak luput juga dari
kalangan masyarakat yang kurang setuju dengan kebijakan ini yang beranggapan
bahwa nantinya ketika kebijakan itu berlangsung banyak siswa yang terlalu santai
dalam belajar karena tidak lagi memikirkan Ujian Nasional (UN) yang sebetulnya
itu adalah sebagai tolak ukur kemampuan kompetensi secara nasional yang soal-
soalnya di sesuaikan dengan kurikulum yang berlaku pada tiap-tiap zamannya.

Rocky Gerung pernah mengatakan “bahwasannya ijazah itu menandakan


bahwa kita pernah sekolah bukan membuktikan bahwasannya kita pernah
berpikir”. Argumentasi ini senada dengan apa yang mau diupayakan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) saat ini. Peningkatan
mutu sumber daya manusia menghadirkan masyarakat yang kaya akan kreatifitas
dalam pengaktualisasian ilmunya sendiri dan memaksa supaya tidak berpikir
monoton merupakan tujuan yang paling utama dalam perubahan kebijakan
pendidikan saat ini. Fokus pada peningkatan tiga indikator yaitu numerasi,
merupakan peningkatan kemampuan penguasaan tentang angka-angka, literasi
yaitu kemampuan menganalisa bacaan, dan memahami di balik tulisan tersebut
dan pembinaan karakter yaitu melakukan pembelajaran gotong royong ke-
bhinnekaan dan sebagainnya.

C. Konsep Kurikulum Merdeka Belajar

Terdapat 6 konsep dari kurikulum merdeka belajar, yaitu:

1. Beragam waktu dan tempat, proses belajar bukan hanya di ruang kelas,
durasi di kelas jadi berkurang, banyak waktu belajar di waktu serta ruang
berbeda, sistem belajar dibalik : teoritis lebih banyak di luar kelas sedangkan
praktis di dalam kelas.

2. Free Choice, dipilih siswa sesuai perangkat, program/teknik belajar sesuai


siswa, mempraktikkan cara belajar yang paling ia rasa nyaman sehingga
kemampuannya terus terasah.

3. Berbasis Proyek, siswa diajak menerapkan keterampilan yang ia sudah


pelajari dalam berbagai situasi. Seperti belajar bagaimana cara instalasi
komputer, memecahkan kode struktur, dan coding. Jadi pengalamannya akan
terasa untuk nantinya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di
lingkungannya.

4. Personalized-Learning, menyesuaikan si pelajar dalam memahami materi,


memecahkan jawaban sesuai dengan kemampuannya.
5. Pengalaman Lapangan, link and match di dunia pekerjaan sangatlah
penting. Saat ini banyak sekali materi yang diajarkan di bangku sekolah dan
perkuliahan yang tidak nyambung dengan dunia kerja. Pada Edukasi 4.0 akan
banyak pengalaman lapangan saat masih di sekolah dipraktikkan di dunia
kerja.

6. Interpretasi Data, Setiap siswa akan lebih banyak tahu mengenai komputer
dan analisa data. Mengingat di era Revin 4.0 sangat banyak bersinggungan
dengan data. Peran Big Data sangat sentral dalam memecahkan masalah yang
ada. Data tersebut bisa digunakan sesuai kebutuhan dan menganalisa sejumlah
masalah jadi solusi akhir.

D. Pokok-pokok Kebijakan Merdeka Belajar

Konsep Merdeka Belajar ala Nadiem Makarim terdorong karena keinginannya


menciptakan suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani dengan pencapaian skor
atau nilai tertentu. Pokok-pokok kebijakan Kemendikbud RI tertuang dalam
paparan Mendikbud RI di hadapan para kepala dinas pendidikan provinsi,
kabupaten/kota se-Indonesia, Jakarta, pada 11 Desember 2019. Ada empat pokok
kebijakan baru Kemendikbud RI, yaitu:

1. Ujian Nasional (UN) akan digantikan oleh Asesmen Kompetensi Minimum


dan Survei Karakter. Asesmen ini menekankan kemampuan penalaran literasi
dan numerik yang didasarkan pada praktik terbaik tes PISA. Berbeda dengan
UN yang dilaksanakan di akhir jenjang pendidikan, asesmen ini akan
dilaksanakan di kelas 4, 8, dan 11. Hasilnya diharapkan menjadi masukan
bagi sekolah untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya sebelum
peserta didik menyelesaikan pendidikannya.

2. Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) akan diserahkan ke sekolah.


Menurut Kemendikbud, sekolah diberikan keleluasaan dalam menentukan
bentuk penilaian, seperti portofolio, karya tulis, atau bentuk penugasan
lainnya.

3. Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Menurut Nadiem


Makarim, RPP cukup dibuat satu halaman saja. Melalui penyederhanaan
administrasi, diharapkan waktu guru dalam pembuatan administrasi dapat
dialihkan untuk kegiatan belajar dan peningkatan kompetensi.

4. Dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB), sistem zonasi diperluas (tidak
termasuk daerah 3T). Bagi peserta didik yang melalui jalur afirmasi dan
prestasi, diberikan kesempatan yang lebih banyak dari sistem PPDB.
Pemerintah daerah diberikan kewenangan secara teknis untuk menentukan
daerah zonasi ini.

Nadiem membuat kebijakan merdeka belajar bukan tanpa alasan. Pasalnya,


penelitian Programme for International Student Assesment (PISA) tahun 2019
menunjukkan hasil penilaian pada siswa Indonesia hanya menduduki posisi
keenam dari bawah; untuk bidang matematika dan literasi, Indonesia menduduki
posisi ke-74 dari 79 Negara.

Menyikapi hal itu, Nadiem pun membuat gebrakan penilaian dalam


kemampuan minimum, meliputi literasi, numerasi, dan kurvei karakter. Literasi
bukan hanya mengukur kemampuan membaca, tetapi juga kemampuan
menganalisis isi bacaan beserta memahami konsep di baliknya. Untuk
kemampuan numerasi, yang dinilai bukan pelajaran matematika, tetapi penilaian
terhadap kemampuan siswa dalam menerapkan konsep numerik dalam kehidupan
nyata. Soalnya pun tidak, tetapi membutuhkan penalaran. Satu aspek sisanya,
yakni Survei Karakter, bukanlah sebuah tes, melainkan pencarian sejauh mana
penerapan asas-asas Pancasila oleh siswa.
PENUTUP

Kesinpulan

Mendikbud Nadiem Makarim membuat terobosan baru untuk mengatasi


kualitas sumber daya manusia (SDM). Ia menginisiasikan Program ‘Merdeka
Belajar’. Menurutnya, Merdeka Belajar adalah kemerdekaan berpikir. Esensi
kemerdekaan berpikir menurut Nadiem harus didahului oleh para guru sebelum
mereka mengajarkannya pada siswa siswi. Nadiem menyebut, dalam kompetensi guru
di level apa pun, tanpa ada proses penerjemahan dari kompetensi dasar dan kurikulum
yang ada, maka tidak akan pernah ada pembelajaran yang terjadi.

Konsep Merdeka Belajar ala Nadiem Makarim terdorong karena keinginannya


menciptakan suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani dengan pencapaian skor
atau nilai tertentu. Nadiem meluncurkan empat pokok kebijakan pendidikan dalam
Program ‘Merdeka Belajar’. Pertama, Ujian Sekolah Berstandar Nasional
(USBN). Pelaksanaan USBN tahun 2020 mendatang akan dikembalikan ke pihak
sekolah. Sebagaimana yang tercantum dalam UU Sisdiknas bahwa peserta didik akan
dievaluasi oleh gurunya dan kelulusan ditentukan oleh sekolah. Pihak sekolah bisa
menyelenggarakan ujian kelulusan sekolah sesuai kurikulum yang ada. Nadiem
menjelaskan pihak sekolah diberi kebebasan menentukan bentuk dan format ujian
kelulusan sendiri. Bagi sekolah yang belum siap, ia mempersilakan sekolah
menggunakan sistem USBN lama.

Kedua, Ujian Nasional. Pada tahun 2021 mendatang Nadiem berencana akan


mengganti sistem UN yang ada dengan sistem baru, yaitu Asesmen Kompetensi
Minimum dan Survei Karakter. Seperti apa dan bagaimana asesmen dan survei
karakter pengganti UN juga masih belum tergambar secara jelas. Yang jelas, UN
2020 adalah ujian nasional terakhir yang diselenggarakan pemerintah.
Ketiga, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Ke depan, RPP tak lagi
berlembar-lembar sebagaimana biasanya. Oleh Nadiem, RPP akan diringkas menjadi
satu lembar saja. Ia ingin memangkas administrasi yang selama ini membebani para
guru.

Keempat, sistem zonasi PPDB. Sistem zonasi akan tetap diberlakukan. Hanya


saja, ia akan menambah kuota jalur prestasi. Kuota yang semula terdiri dari 80 persen
zonasi, 5 persen perpindahan, dan 15 persen prestasi, diubah menjadi zonasi 50
persen, afirmasi itu Kartu Indonesia Pintar 15 persen, perpindahan 5 persen, sisanya
untuk prestasi 30 persen.

Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
Daftar Pustaka

Ningsih, Widya. "Merdeka Belajar melalui Empat Pokok Kebijakan Baru di Bidang


Pendidikan | Suara Guru Online" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-12-
16. Diakses pada 10 Oktober 2020 pukul 16:14 WIB.

"Merdeka Belajar: Kebijakan Lompat-lompat ala Nadiem Makarim – Muslimah


News". www.muslimahnews.com. Diakses tanggal 2020-01-16. Diakses pada 10
Oktober 2020 pukul 16:16 WIB.

Media, Kompas Cyber. "Terobosan Merdeka Belajar Nadiem Makarim, Ubah Sistem


Zonasi hingga Hapus UN". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2019-12-17. Diakses
pada 9 Oktober 2020 pukul 16:17 WIB.

Anda mungkin juga menyukai