Anda di halaman 1dari 17

IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA PADA JENJANG

PENDIDIKAN MENENGAH

Disusun Oleh :

1. Hermawan (2323012014)
2. Meily Rosmayanti (2323012002)
3. Rafika Indah (2323012010)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
DAFTAR ISI

Halaman Cover ................................................................................................... i


Daftar Isi .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


Latar Belakang ...................................................................................................... 1
Rumusan Masalah ................................................................................................. 3
Tujuan Penulisan Makalah .................................................................................... 3
Manfaat Penulisan Makalah .................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 4


A. Pengertian Kurikulum Merdeka ...................................................................... 4
B. Tujuan Kurikulum Merdeka ............................................................................. 5
C. Latar Belakang Kurikulum Merdeka ................................................................ 5
D. Prinsip Pembelajaran Kurikulum Merdeka ...................................................... 6
E. Struktur Kurikulum Merdeka ........................................................................... 7
F. Struktur Kurikulum Merdeka Jenjang Menengah............................................. 7
G. Implementasi Kurikulum Merdeka .................................................................. 9
H. Asesmen Kurikulum Merdeka ......................................................................... 10
I. Pembelajaran Paradigma Baru sebagai Wujud Merdeka Belajar ...................... 10

BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap


dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat di mana ia hidup,
proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih
dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga ia dapat memperoleh
atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang
optimal (Ihsan, 2016:4). Lebih jauh dijelaskan oleh Ihsan (2016:110) bahwa
“Pendidikan merupakan suatu sistem bercirikan memiliki tujuan atau sasaran
pendidikan dan berfungsinya komponen-komponen pendidikan seperti peserta
didik, pendidik, kurikulum, tujuan pendidikan, peralatan atau fasilitas, dan lain-
lain”.

Kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan memegang peranan yang


sangat penting demi tercapainya tujuan pendidikan itu sendiri. Menurut Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat
19, Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Selanjutnya
seperti yang diatur dalam pasal 36 ayat 2, kurikulum pada semua jenjang
pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

Pengertian kurikulum senantiasa berkembang terus sejalan dengan perkembangan


teori dan praktik pendidikan. Ibrahim (dalam Ruhimat, 2014 : 6) mengelompokkan
kurikulum menjadi tiga dimensi, yakni kurikulum sebagai substansi, kurikulum
sebagai sistem, dan kurikulum sebagai bidang studi. Kurikulum sebagai substansi
memandang kurikulum sebagai rencana kegiatan belajar bagi siswa di sekolah atau
sebagai perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum dapat juga menunjuk

1
pada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan
belajar mengajar, jadwal dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan
sebagi dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara penyusun
kurikulum dan pemegang kebijakan pendidikan dan masyarakat.

Sejak pemerintahan Orde Baru, berbagai macam kurikulum pernah ditetapkan dan
dilaksanakan dalam sistem pendidikan di Indonesia. Diantaranya Kurikulum 1975,
Kurikulum 1984, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), Kurikulum 2013 (K-13), dan yang sekarang sudah
mulai dilaksanakan pada Tahun Ajaran 2022/2023 yakni Kurikulum Merdeka.

Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum pembelajaran intrakurikuler yang


beragam. Di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik mempunyai waktu
yang cukup untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Adapun tujuan
dari kurikulum merdeka belajar adalah mengembalikan otoritas sekolah dan
pemerintah daerah untuk mengelola sendiri pendidikan yang sesuai dengan kondisi
di daerahnya. Mempercepat pencapaian tujuan pendidikan nasional serta
menyiapkan SDM menghadapi tantangan global era revolusi 4.0.
(Kemendikbudristek, 2022 )

Implementasi kurikulum merdeka menuntut satuan pendidikan di setiap jenjang


sekolah memberikan fasilitas yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Pada
prinsipnya, kurikulum merdeka menuntut satuan pendidikan di sekolah memberi
fasilitas penuh agar kurikulum merdeka ini bisa diimplementasikan dengan baik.
Adapun ciri khas dari Kurikulum Merdeka Belajar adalah : 1) Berbasis Proyek dan
Karakter ; 2) Fokus pada Materi Esensial ; dan 3) Fleksibilitas bagi Guru dan Siswa.
Mengacu dari uraian di atas, tim penulis tertarik untuk memaparkan lebih
dalam mengenai Implementasi Kurikulum Merdeka khususnya pada Jenjang
Pendidikan Menengah.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah
dalam makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian kurikulum merdeka?
2. Apa tujuan kurikulum merdeka?
3. Apa latar belakang adanya kurikulum merdeka?
4. Seperti apa prinsip pembelajaran kurikulum merdeka?
5. Bagaimana struktur kurikulum merdeka?
6. Bagaimana struktur kurikulum merdeka jenjang menengah?
7. Bagaimana implementasi kurikulum merdeka?
8. Bagaimana asesmen kurikulum merdeka?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penulisan
makalah ini yaitu :
1. Menjelaskan pengertian kurikulum merdeka.
2. Menjabarkan tujuan kurikulum merdeka.
3. Menjelaskan latar belakang adanya kurikulum merdeka.
4. Menjelaskan prinsip-prinsip pembelajaran kurikulum merdeka.
5. Menjelaskan struktur kurikulum merdeka.
6. Menjelaskan struktur kurikulum merdeka pada jenjang menengah.
7. Menjelaskan implementasi kurikulum merdeka.
8. Menjelaskan asesmen kurikulum merdeka.

D. Manfaat Penulisan Makalah

Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak yang
bersangkutan, yaitu menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan
pembaca mengenai implementasi kurikulum merdeka khususnya pada jenjang
pendidikan menengah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum Merdeka

Kehadiran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nadiem


Makarim mencetuskan satu gagasan terhadap adanya perubahan kurikulum yaitu
kurikulum merdeka. Kurikulum merdeka merupakan salah satu konsep kurikulum
yang menuntut kemandirian bagi peserta didik. Kemandirian dalam artian bahwa
setiap peserta didik diberikan kebebasan dalam mengakses ilmu yang diperoleh dari
pendidikan formal maupun non formal. Dalam kurikulum ini tidak membatasi
konsep pembelajaran yang berlangsung disekolah maupun diluar sekolah dan juga
menuntut kekreatifan terhadan guru maupun peserta didik.

Merdeka Belajar merupakan visi yang dibangun berdasarkan pemikiran Bapak


Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, yang menyatakan bahwa
kemerdekaan adalah tujuan pendidikan sekaligus paradigma pendidikan yang perlu
dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan. Ki Hadjar Dewantara menuliskan
bahwa kemerdekaan memiliki makna yang lebih daripada kebebasan hidup. Yang
paling utama dari kemerdekaan adalah kemampuan untuk “hidup dengan kekuatan
sendiri, menuju ke arah tertib-damai serta selamat dan bahagia, berdasarkan
kesusilaan hidup manusia” (2013, h.480). Makna merdeka dalam merdeka belajar,
dengan demikian, mengisyaratkan kebebasan, kemampuan, serta keberdayaan,
untuk mencapai kebahagiaan. Keselamatan dan kebahagiaan ini pun tidak saja
diperoleh dan dirasakan oleh individu, tetapi juga secara kolektif. Inilah visi
pendidikan bangsa Indonesia yang sudah lama dicanangkan, dan dihidupkan
kembali dalam semangat Merdeka Belajar.

Merdeka Belajar juga merupakan salah satu kebijakan dari Kementerian


Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang bercita-cita menghadirkan
pendidikan bermutu tinggi bagi semua rakyat Indonesia, yang dicirikan oleh angka
partisipasi yang tinggi di seluruh jenjang pendidikan, hasil pembelajaran
berkualitas, dan mutu pendidikan yang merata baik secara geografis maupun status
sosial ekonomi. Selain itu, fokus pembangunan pendidikan dan pemajuan
kebudayaan diarahkan pada pemantapan budaya dan karakter bangsa melalui
perbaikan pada kebijakan, prosedur, dan pendanaan pendidikan serta
pengembangan kesadaran akan pentingnya pelestarian nilai-nilai luhur budaya
bangsa dan penyerapan nilai baru dari kebudayaan global secara positif dan
produktif.

B. Tujuan Kurikulum Merdeka


Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai pemerintah melalui penerapan
kurikulum ini, di antaranya yaitu:
1. Membuat sekolah dan pemerintah daerah memiliki otoritas untuk
mengelola sendiri pendidikan yang sesuai dengan kondisi di daerahnya
masing-masing
2. Membentuk SDM yang berkualitas unggul dan berdaya saing tinggi
3. Menyiapkan bangsa untuk menghadapi tantangan global era revolusi 4.0
4. Menguatkan pendidikan karakter melalui Profil Pelajar Pancasila
5. Menjadi kurikulum baru yang sejalan dengan tuntutan pendidikan abad
ke-21
6. Meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia secara keseluruhan

C. Latar Belakang Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka dilatarbelakangi oleh adanya hasil Programme for


International Student Assessment (PISA) yang menunjukkan bahwa 70% siswa
berusia 15 tahun berada di bawah kompetensi minimum dalam memahami bacaan
sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar. Skor PISA ini tidak
mengalami peningkatan yang signifikan dalam 10-15 tahun terakhir. Selain itu,
terdapat kesenjangan besar antar wilayah dan antar kelompok sosial-ekonomi
dalam hal kualitas belajar yang diperparah dengan adanya pandemi COVID-19.

Untuk mengatasi hal tersebut, Kemendikbud Ristek melakukan penyederhanaan


kurikulum dalam kondisi khusus yang kemudian disebut sebagai Kurikulum
Darurat. Kurikulum ini diterapkan untuk memitigasi ketertinggalan pembelajaran
(learning loss) pada masa pandemi. Hasilnya, dari 31,5% sekolah yang
menggunakan Kurikulum Darurat menunjukkan bahwa penggunaan kurikulum
tersebut dapat mengurangi dampak pandemi sebesar 73% untuk literasi dan 86%
untuk numerasi. Efektivitas Kurikulum Darurat ini semakin menunjukkan bahwa
perubahan kurikulum penting untuk dilakukan secara lebih komprehensif. Maka
dari itu, disusunlah Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum baru yang lebih
komprehensif dibandingkan kurikulum sebelumnya.

D. Prinsip Pembelajaran Kurikulum Merdeka

Kemunculan kurikulum merdeka menunjang tersebarluasnya pendidikan di


Indonesia secara merata dengan kebijakan afirmasi yang dibuat oleh pemerintah
terhadap peserta didik yang berada didaerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Tidak hanya itu saja kurikulum merdeka juga akan mengubah metode belajar yang
awalnya dilaksanakan di ruang kelas dan diubah menjadi pembelajaran di luar
kelas. Pembelajaran di luar kelas akan memberikan peluang yang lebih besar
bagi peserta didik untuk berdiskusi dengan guru.

Kurikulum Merdeka mencakup tiga tipe kegiatan pembelajaran sebagai berikut:


a. Pembelajaran intrakurikuler yang dilakukan secara terdiferensiasi
sehingga peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan
menguatkan kompetensi. Hal ini juga memberikan keleluasaan bagi guru
untuk memilih perangkat ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik peserta didiknya.
b. Pembelajaran kokurikuler berupa projek penguatan Profil Pelajar
Pancasila, berprinsip pembelajaran interdisipliner yang berorientasi
pada pengembangan karakter dan kompetensi umum.
c. Pembelajaran ekstrakurikuler dilaksanakan sesuai dengan minat murid
dan sumber daya satuan pendidik.
E. Strutur Kurikulum Merdeka

Struktur kurikulum di Kurikulum Merdeka didasari tiga hal, yaitu berbasis


kompetensi, pembelajaran yang fleksibel, dan karakter Pancasila, Selain itu,
terdapat pula beberapa prinsip lain yang digunakan untuk pengembangan struktur
Kurikulum Merdeka, yaitu sebagai berikut:
a. Struktur Minimum
Struktur kurikulum minimum ditetapkan oleh pemerintah pusat. Namun, satuan
atau instansi pendidikan dapat mengembangkan program dan kegiatan sesuai
dengan visi, misi, serta sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing instansi.
b. Otonomi
Kurikulum Merdeka memberi hak otonomi pada satuan pendidikan serta guru
untuk merancang proses dan materi pembelajaran yang relevan dan kontekstual.
c. Sederhana
Struktur Kurikulum Merdeka dibuat sederhana, artinya perubahan dari
kurikulum sebelumnya dibuat seminimal mungkin, namun tetap signifikan.
Tujuan, arah perubahan, dan rancangannya pun dibuat dengan jelas agar mudah
dipahami dan diterapkan.
d. Gotong Royong
Pengembangan kurikulum ini merupakan hasil kolaborasi dan gotong royong
dari puluhan institusi, di antaranya yaitu Kementerian Agama, universitas,
sekolah, dan lembaga pendidikan lainnya. Selain itu, untuk implementasinya
pun juga didasarkan pada asas gotong royong karena satuan sekolah atau guru
tidak bisa menerapkan kurikulum ini sendiri, namun harus bekerja sama dengan
pihak lainnya yang terlibat, termasuk siswa dan orang tua.

F. Struktur Kurikulum Merdeka Jenjang Menengah

Struktur kurikulum SMK/MAK terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:

• Pembelajaran intrakurikuler; dan


• Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang dialokasikan dari total JP
mata pelajaran umum dan beberapa mata pelajaran pilihan per tahun.
Pembelajaran intrakuler di SMK/MAK pun terbagi menjadi 2 (dua), yaitu
kelompok mata pelajaran umum dan kejuruan.

Kelompok Umum

Kelompok mata pelajaran yang berfungsi membentuk murid menjadi pribadi yang
utuh, sesuai fase perkembangannya. Murid diharapkan memiliki norma-norma
kehidupan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sebagai warga negara
Indonesia dan warga dunia.

Beberapa mata pelajaran yang termasuk dalam kelompok umum:

• Projek IPAS. Mata pelajaran yang mengembangkan literasi sains dengan


aspek-aspek ilmu pengetahuan alam dan sosial. Mata pelajaran ini
disampaikan dalam tema-tema kehidupan yang kontekstual dan aktual.
• Bahasa Inggris dan Matematika. Di kelas 10, kedua mata pelajaran ini berisi
materi umum dan dasar. Sementara di kelas 11 dan 12, fokus dua mata
pelajaran ini adalah pendalaman materi secara kontekstual terhadap
substansi kejuruan pada masing-masing Program Keahlian. Keahlian.
• Informatika. Mata pelajaran ini dirancang sama dengan satuan pendidikan
lain tapi bisa disesuaikan dengan Program Keahlian peserta didik.

Kelompok Kejuruan

Kelompok mata pelajaran yang berfungsi membentuk murid agar memiliki


kompetensi sesuai perkembangan dunia kerja, serta ilmu pengetahuan, teknologi,
seni dan budaya.

Beberapa mata pelajaran Kelompok Kejuruan yang ada di SMK/MAK:

• Mata Pelajaran Kejuruan. Di kelas 10, Mata Pelajaran Kejuruan berpusat


pada pelajaran dasar-dasar Program Keahlian. Di kelas 11 dan 12, mata
pelajaran ini mencakup kelompok unit kompetensi yang dikembangkan
secara lebih teknis sesuai Konsentrasi Keahlian yang dipilih.
• Mata Pelajaran Kreatif dan Kewirausahaan. Mata pelajaran ini menjadi alat
bagi murid untuk mengaktualisasikan dan mengekspresikan kompetensi
yang dikuasai. Hal ini dilakukan melalui pembuatan produk atau pekerjaan
layanan jasa secara kreatif dan bernilai ekonomis.
• Mata Pelajaran Pilihan. Mata pelajaran yang dipilih oleh murid sesuai
dengan renjana (passion) untuk pengembangan diri, melanjutkan
pendidikan, berwirausaha, maupun bekerja pada bidang yang dipilih. Murid
dapat mendalami mata pelajaran kejuruan di konsentrasi keahliannya, mata
pelajaran kejuruan lintas konsentrasi keahlian, mata pelajaran umum, atau
mata pelajaran kelompok pilihan yang diajarkan di fase F SMA/MA.

Pemilihan Konsentrasi Pada Satu Program Keahlian

Ada beberapa hal terkait pemilihan konsentrasi pada satu Program Keahlian yang
perlu diperhatikan:

1. Pemilihan konsentrasi dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kerja di


dunia kerja yang menjadi sasaran murid.
2. Satu program keahlian bisa mencakup satu atau lebih konsentrasi.
3. Jika ada konsentrasi yang berbeda dalam satu program keahlian, maka akan
diselenggarakan dalam rombongan belajar yang berbeda.

G. Implementasi Kurikulum Merdeka

Pelaksanaan pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka merupakan siklus yang


melalui tiga tahapan berikut:
a. Asesmen Diagnostik
Tahap pertama yaitu guru melakukan asesmen diagnostik yang merupakan
asesmen awal untuk mengenali potensi, karakteristik, kebutuhan,
perkembangan, serta pencapaian dari pembelajaran. Asesmen ini umumnya
dilaksanakan pada awal tahun pembelajaran, kemudian hasil asesmen akan
digunakan sebagai dasar dalam menentukan perencanaan yang lebih lanjut.
b. Perencanaan
Tahap kedua, yaitu guru menyusun perencanaan mengenai proses pembelajaran
yang akan dilakukan selama periode tahun ajar sesuai dengan hasil asesmen
diagnostik. Selain itu, guru juga bisa mengelompokkan siswa berdasarkan
tingkat kemampuan mereka supaya pembelajaran dapat lebih tepat sasaran.
c. Pembelajaran
Setelah dilakukan asesmen dan perencanaan, maka tahap terakhir yaitu
pembelajaran. Selama masa pembelajaran, guru tidak hanya akan melaksanakan
sesuai perencanaan, namun juga melakukan asesmen formatif secara berkala.
Hal ini bertujuan agar guru bisa mengetahui seperti apa progres pembelajaran
siswa dan menyesuaikan metode pembelajaran jika diperlukan. Pada akhir
proses pembelajaran, guru dapat melakukan asesmen sumatif sebagai proses
evaluasi ketercapaian tujuan pembelajaran.

Bagi satuan pendidikan yang akan mengimplementasi Kurikulum Merdeka dapat


memilih salah satu dari tiga tingkatan opsi. Berikut ini adalah tingkatan opsi dari
level pemula hingga level lanjutan:
1. Mandiri Belajar
Satuan pendidikan menggunakan struktur Kurikulum 2013 dalam
mengembangkan kurikulum satuan pendidikannya dan menerapkan beberapa
prinsip Kurikulum Merdeka dalam melaksanakan pembelajaran dan asesmen.
2. Mandiri Berubah
Satuan Pendidikan menggunakan struktur kurikulum Merdeka dalam
mengembangkan kurikulum satuan pendidikannya dan menerapkan prinsip-
prinsip Kurikulum Merdeka dalam melaksanakan pembelajaran dan asesmen.
3. Mandiri Berbagi
Satuan Pendidikan menggunakan struktur kurikulum Merdeka dalam
mengembangkan kurikulum satuan pendidikannya dan menerapkan prinsip-
prinsip Kurikulum Merdeka dalam melaksanakan pembelajaran dan
asesmen, dengan komitmen untuk membagikan praktik-praktik baiknya
kepada satuan pendidikan lain.
H. Asesmen Kurikulum Merdeka
Macam-macam Asesmen Kurikulum Merdeka, yaitu sebagai berikut:
1. Assesment Formatif
Assesment formatif merupakan metode yang digunakan untuk
mengevaluasi proses peserta didik dalam memahami, kebutuhan belajar
peserta didik, dan kemajuan akademik peserta didik selama pendidikan.
Bagi peserta didik, assesment formatif memberikan manfaat untuk
mengidentifikasi kelebihan peserta didik dan aspek apa saja yang dapat
dikembangkan. Sedangkan bagi guru dan sekolah, manfaat dari assesment
formatif ialah memberikan informasi kepada para guru mengenai tantangan
yang dihadapi peserta didik untuk dapat memberikan dukungan sesuai
dengan kebutuhan peserta didik (Nasution, 2021).

2. Assesment Sumatif
Assesment sumatif merupakan evaluasi yang dilakukan oleh guru pada
akhir pembelajaran kelas. Tujuannya ialah untuk mengukur perkembangan
peserta didik sehingga guru dapat merancang kembali sistem pembelajaran
berikutnya (Nasution, 2021)

I. Pembelajaran Paradigma Baru sebagai Wujud Merdeka Belajar

Pembelajaran dengan paradigma baru merupakan pembelajaran yang berorientasi


pada penguatan kompetensi dan karakter yang sesuai dengan Profil Pelajar
Pancasila. Pembelajaran ini dirancang berdasarkan prinsip pembelajaran yang
terdiferensiasi sehingga harapannya setiap peserta didik dapat belajar sesuai dengan
tahap perkembangan capaian belajar serta kebutuhan belajarnya. Pembelajaran
dengan paradigma baru ini melihat kurikulum, pembelajaran, dan asesmen sebagai
komponen yang saling berkaitan erat.

Pembelajaran dengan paradigma baru mensinergikan rangkaian antara kurikulum –


pembelajaran – asesmen. Hal ini karena kurikulum sebagai suatu rencana
pembelajaran yang memandu guru dan peserta didik tentang tujuan apa yang perlu
dicapai serta apa perlu dipelajari untuk mencapai tujuan tersebut. Profil Pelajar
Pancasila, tidak cukup hanya mengandalkan kurikulum namun juga perlu strategi
pembelajaran yang efektif. Setiap peserta didik perlu mendapatkan kesempatan
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya, termasuk sesuai dengan tahap
perkembangan dan tahap capaian belajarnya. Oleh karena itu, kurikulum yang
digunakan dalam pembelajaran perlu memperhatikan kondisi peserta didik yang
diidentifikasi melalui asesmen. Dengan kata lain, kurikulum akan mempengaruhi
pembelajaran, dan hasilnya akan dinilai melalui asesmen, dan kemudian asesmen
akan memberikan informasi tentang ketercapaian kurikulum atau apa yang sudah
dipelajari oleh peserta didik.

Arah kebijakan pembelajaran dengan paradigma baru sebagai berikut:


a. Berfokus pada kompetensi dan materi yang esensial;
b. Capaian pembelajaran (CP) dirumuskan sebagai gambaran kompetensi utuh
sehingga mudah dipahami oleh guru sebagai satu-kesatuan;
c. Pembelajaran di PAUD dan SD berorientasi pada penguatan fondasi literasi;
d. Pembelajaran di luar mata pelajaran berbasis projek penguatan Profil Pelajar
Pancasila;
e. Keleluasaan dan kemudahan satuan pendidikan mengembangkan desain
pembelajaran berbasis kearifan lokal dan yang relevan dengan kebutuhan pelajar;
f. Guru memiliki fleksibilitas untuk mengajar sesuai dengan tahap kompetensi
pelajar; dan g. guru didorong untuk menggunakan perangkat ajar (buku teks, contoh
alur pembelajaran, contoh modul ajar, buku bacaan) yang lebih bervariasi.

Pembelajaran dengan paradigma baru ini juga dapat diartikan sebagai pembelajaran
yang berdiferensiasi. Untuk mendorong fleksibilitas dalam pembelajaran
berdiferensiasi, capaian yang semula diatur per tahun diubah menjadi capaian
pembelajaran berdasarkan fase yang diatur menurut tahap perkembangan peserta
didik. Perubahan ini didasarkan pada pentingnya fleksibilitas, target pembelajaran
yang tidak terlalu padat, dan perlunya merancang pembelajaran yang sesuai dengan
tahap capaian belajar peserta didik (teaching at the right level). Desain Capaian
Pembelajaran per fase ini didasari pada pemahaman bahwa sekalipun berada pada
umur yang sama, tingkat capaian belajar peserta didik tidak seragam.

Sebagai kesimpulan, yang dimaksud dengan pembelajaran dengan paradigma baru


adalah pembelajaran yang dilakukan melalui: 1) penggunaan kurikulum yang
disesuaikan dengan tujuan untuk mengembangkan dan menguatkan kompetensi dan
karakter yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila, 2) penerapan pembelajaran
sesuai dengan tahap capaian belajar peserta didik, 3) penggunaan beragam
perangkat ajar termasuk buku teks pelajaran dan rencana pembelajaran yang
bersifat modular sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik,
dan 4) pembelajaran lintas mata pelajaran berbasis projek untuk penguatan
pencapaian Profil Pelajar Pancasila.
BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut :


1. Kurikulum Merdeka dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih
fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter
dan kompetensi peserta didik. Kurikulum merdeka merupakan salah satu
konsep kurikulum yang menuntut kemandirian bagi peserta didik.
Kemandirian dalam artian bahwa setiap peserta didik diberikan kebebasan
dalam mengakses ilmu yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non
formal.
2. Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai pemerintah melalui penerapan
kurikulum ini, di antaranya yaitu:
a. Membuat sekolah dan pemerintah daerah memiliki otoritas untuk mengelola
sendiri pendidikan yang sesuai dengan kondisi di daerahnya masing-masing
b. Membentuk SDM yang berkualitas unggul dan berdaya saing tinggi
c. Menyiapkan bangsa untuk menghadapi tantangan global era revolusi 4.0
d. Menguatkan pendidikan karakter melalui Profil Pelajar Pancasila
e. Menjadi kurikulum baru yang sejalan dengan tuntutan pendidikan abad ke-
21
f. Meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia secara keseluruhan
3. Terdapat tiga opsi tingkatan dalam bagi satuan pendidikan yang akan
mengimplementasi Kurikulum Merdeka, yaitu: Mandiri Belajar, Mandiri
Berubah, dan Mandiri Berbagi.
4. Terdapat dua macam asesmen dalam kurikulum merdeka, yaitu: Asesmen
Formatif dan Asesmen Sumatif.
5. Kurikulum Merdeka mencakup tiga tipe kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
Pembelajaran intrakurikuler, Pembelajaran kokurikuler, dan Pembelajaran
ekstrakurikuler dilaksanakan sesuai dengan minat murid dan sumber daya
satuan pendidik.
DAFTAR PUSTAKA

Aiman Faiz, Anis Pratama, Imas Kurniawaty, Pembelajaran Berdiferensiasi dalam


program Guru Penggerak pada Modul 2.1 Jurnal Bacisedu, Vol. 6, No.2, 2022

Bayumi dkk, Penerapan Model Pembelajaran Berdiferensiasi, Yogyakarta: CV


Budi Utama, 2021

Breaux, Elizabeth & magee, Monique B. (2013). How the best teachers differentiate
instruction. NY: Routledge.

Hutabarat, H., Elindra, R., Harahap, M. S., Pendidikan, F., Dan, M., &
Pengetahuan, I. (2022). Analisis penerapan kurikulum merdeka belajar di sma
negeri sekota padang sidimpuan.

Ihsan,Fuad, 2016, Dasar-Dasar Kependidikan, Rineka Cipta : Jakarta

Leyder, R. A., Leluyani, L., & Uguy, H. (2023). Assesment Kurikulum Merdeka
Belajar Pada Sekolah Menengah Atas (SMA). Innovative: Journal Of Social
Science Research, 3(4), 6717-6728.

Magister, S., Pendidikan, T., & Jambi, U. (2022). Jurnal Abdi Pendidikan
Sosialisasi Program Merdeka Belajar Di SMA Muhammadiyah Singkut Kabupaten
Sarolangun.

Mariati Purba dkk, Prinsip Pengembangan Pembelajaran Berdiferensiasi


(Differetiated Instruction), Jakarta: Kemdikbudristek, 2001

Muliana, G. H., Sadriani, A., & Adminira, Z. (2023). Assesment Kurikulum


Merdeka Belajar di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Ilmiah Wahana
Pendidikan, 9(6), 749-755.

Puskurbuk, Naskah Akademik Pengembangan Kurikulum Nasional, 2001

Puskurbuk, Naskah Akdemik Program Sekolah Penggerak

Ruhimat, Toto, 2014, Kurikulum dan Pembelajaran, Universitas Pendidikan


Indonesia : Bandung

UUD Nomor 20 tahun 2002 tentang Sisdiknas

Anda mungkin juga menyukai