Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KONSEP PENDIDIKAN YANG COCOK DIGUNAKAN DI


INDONESIA
Dosen Pengampu : Ibu Prof. Dr. Hj. Rohana, M.Pd

KELOMPOK 3 – M23.6

Penyusun :
1. Nurul Ilmi (230407500053)
2. Tiara Ainurrahma (230407501076)
3. Muakmar Mugianto (230407500062)
4. Tria Anita Welujeng (230407501083)
5. Nurizky Rahmatullah Az. S (230407500069)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Konsep Pendidikan yang Cocok Digunakan Di Indonesia” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Pendidikan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan para
pembaca dan juga penulis mengenai konsep pendidikan yang tepat untuk di implementasikan
di Indonesia.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Hj. Rohana, M.Pd . selaku
dosen pengampu mata kuliah Pengantar Pendidikan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Selain itu, kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak.

Makassar, 28 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
2.1 Definisi Pendidikan....................................................................................................................3
2.2 Konsep Pendidikan Menurut Ki hajar Dewantara.................................................................5
2.3 Konsep KTSP, K-13, dan Kurikulum Merdeka......................................................................8
2.4 Konsep Pendidikan Diluar Negeri yang dapat di Terapkan di Indonesia...........................11
2.5 Konsep Pendidikan yang Cocok Digunakan Di Indonesia...................................................13
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................15
3.2 Saran.........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan suatu negara. Banyak


sistem dan konsep pendidikan yang berbeda telah diterapkan di Indonesia selama bertahun-
tahun.. Namun tantangan global dan perubahan teknologi, ekonomi dan sosial menyebabkan
perlunya mempertimbangkan kembali konsep pendidikan yang digunakan..

Indonesia adalah negara yang dinamis dengan jumlah penduduk yang besar dan
masyarakat yang beragam. Faktor geografis yang luas dan ragam budaya dari Sabang hingga
Merauke memperumit tantangan pendidikan, termasuk kesenjangan akses pendidikan,
perbedaan kualitas antar wilayah, serta kurangnya keselarasan antara kurikulum pendidikan
dan tuntutan global. Selain itu, globalisasi dan perkembangan teknologi telah mengubah
lanskap ekonomi dan tuntutan akan keterampilan yang diperlukan di era globalisasi.
Pendidikan harus mampu mempersiapkan generasi masa depan untuk menghadapi tantangan
ini, termasuk kemajuan teknologi, revolusi industri 5.0, perubahan iklim, dan tantangan
global lainnya.

Seiring dengan perkembangan global, kebutuhan akan pendidikan yang adil,


berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan zaman semakin meningkat.. Sistem pendidikan
Indonesia, meskipun mengalami perkembangan, masih menghadapi berbagai kendala seperti
ketimpangan akses, kurangnya sumber daya yang tersedia, dan kesenjangan antar wilayah
dan program.. Hal ini mungkin perlu disesuaikan dengan kebutuhan di masa depan..

Berkenaan dengan permasalahan tersebut, penting untuk memahami konsep-konsep


pendidikan yang berlaku di Indonesia.. Konsep pendidikan harus mampu memfasilitasi
kemajuan sosial, beradaptasi dengan keberagaman dan mempersiapkan generasi muda
menghadapi perubahan dunia yang cepat.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu pendidikan?


2. Bagaimana konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara?
3. Apa itu konsep pendidikan KTSP, K13, dan Kurikulum Merdeka?
4. Bagaimana konsep pendidikan di luar negeri yang dapat diadopsi di Indonesia?
5. Bagaimana konsep pendidikan yang cocok digunakan di Indonesia?

1.3 Tujuan

1. Mampu memahami arti dari pendidikan


2. Mampu memahami konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara
3. Mampu memahami konsep pendidikan KTSP, K13, dan Kurikulum Merdeka
4. Mampu menganalisis konsep pendidikan di luar negeri yang dapat diadopsi di
Indonesia
5. Mampu menganalisis konsep pendidikan yang cocok digunakan di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pendidikan

Perundang-undangan tentang Sistem Pendidikan No.20 tahun 2003, mengatakan


bahwa Pendidikan merupakan “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat”. Definisi dari Kamus
Bahasa Indonesia (KBBI) kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ serta mendapatkan
imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, sehingga kata ini memiliki pengertian sebuah metode, cara
maupum tindakan membimbing. Dapat didefinisi pengajaran ialah sebuah cara perubahan
etika serta prilaku oleh individu atau sosial dalam upaya mewujudkan kemandirian dalam
rangka mematangkan atau mendewasakan manusia melalui upaya pendidikan, pembelajaran,
bimbingan serta pembinaan.

a. Definisi Pendidikan Dalam Arti Luas


Definisi pendidikan dalam arti luas adalah Hidup. Artinya bahwa pendidikan
adalah seluruh pengetahuan belajar yang terjadi sepanjang hayat dalam semua
tempat serta situasi yang memberikan pengaruh positif pada pertumbuhan setiap
makhluk individu. Bahwa pendidikan berlangsung selama sepanjang hayat (long
life education). Pengajaran dalam pengertian luas juga merupakan sebuah proses
kegiatan mengajar, dan melaksanakan pembelajaran itu bisa terjadi di lingkungan
manapun dan kapanpun (Amirin:2013:4). Secara harfiah arti pendidikan adalah
mendidik yang dilaksanakan oleh seorang pengajar kepada peserta didik,
diharapkan orang dewasa pada anak-anak untuk bisa memberikan contoh
tauladan, pembelajaran, pengarahan, dan peningkatan etika-akhlak, serta menggali
pengetahuan setiap individu.

b. Definisi Pendidikan Dalam Arti Sempit


Pendidikan dalam arti kata sempit adalah sebuah Sekolah. Sistem itu berlaku
untuk orang dengan berstatus sebagai murid yaitu siswa di sekolah, atau peserta
didik pada suatu universitas (lembaga pendidikan formal). Bapak penididikan Ki
Hajar Dewantara dengan pedomannya yang masyur yaitu, “Ing Ngarso Sung
3
Tulodo” (di depan memberikan contoh), “Ing Madyo Mangun Karso” (di tengah
membangun dan memberi semangat), Tut Wuri Handayani (di belakang memberi
dorongan) dan (Febriyanti, 2021). Seandainya kita dapat memahami isi semboyan
tersebut, oleh karenanya bias disimpulkan bahwa peran guru sebagai pondasi dan
ujung tombak dalam melaksanakan laju Pendidikan Nasional.

c. Definisi Pendidikan Berdasarkan Pandangan Psikologi


Berdasarkan Pandangan Psikologi, Berdasarkan pandangan psikologis,
dikatakan bahwa Pendidikan merupakan suatu cara perkembangan diri setiap
individu. Pengajaran memiliki peran dalam pembimbingan hidup setiap indidu
dari lahir hingga kembali ke bumi, dan Pendidikan tersebut tidak akan berjalan
dengan sempurna tanpa adanya kemajuan psikologi perkembangan watak serta
kepribadian tiap individu hal ini tercermin dari psikologinya. b) Berdasarkan
pandangan Sosiologi, Berdasarkan pandangan sosiologi, tugas seorang pengajar
dalam ilmu Sosiologi adalah perumpamaan perawat atau pemelihara berkehidupan
serta mendukung peningkatan warga masyarakat. Pendiikan merupakan indikator
dalam meningkatan kualitas kemasyarakatan, rangkaian Ideologi, kebudayaan
serta perekonomian. Untuk itu Pendidikan menjadi suatu kekuatan sosial sekaligus
bisa di gunakan dalam melaksanakan kajian serta apresiasi terhadap maksud
penerimaan sesuatu di masyarakat.

d. Definisi Pendidikan Berdasarkan Pandangan Ekonomi


Berdasarkan pandangan ekonomi, pendidikan merupakan penanaman modal
dalam bentuk tenaga kerja terdididik dan terlatih. Pendidikan adalah suatu elemen
penting di dalam memajukan suatu kualitas tenaga kerja manusian, maka dari itu
di perlukan dengan melalui pendidikan, psikomotor dan kognitif seseorang dapat
menumbuhkan sebuah gagasan dan pada akhirnya bisa menciptakan dan
meningkatkan sebuah produktivitas. “Dalam konteks ini pendidikan dipandang
sebagai industri pembelajaran manusia, artinya melalui pendidikan dihasilkan
manusia-manusia yang mempunyai kemampuan dan keterampilan yang sangat
diperlukan bagi perekonomian suatu negara untuk meningkatkan pendapatan
individu dan pendapatan nasional” (Widiansyah, 2017).

4
e. Definisi Pendidikan Berdasarkan Antropologi
Berdasarkan pandangan antropologi Berdasarkan pandangan Antropologi,
pendidikan merupakan suatu proses manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
untuk itu antropolog merumuskan “bahwa sekolah merupakan sebuah benda
budaya yang menjadi skema nilai-nilai dengan membimbing masyarakat’. Dengan
adanya berbagai metode pengajaran kurang makbul dari media pendidikan,
sehingga sangat bertubrukan dari analisis sumber yang di dapat di lapangan oleh
para ahli Antropolog. Untuk itu tugas para pendidik bukan hanya menekankan
nilai kebudayaan tetapi juga mengaturnya dan mengonfrontasikan Bersama
gagasan dan tindakan pendidikan sebagai sebuah kebulatan”

2.2 Konsep Pendidikan Menurut Ki hajar Dewantara

Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan adalah daya-upaya untuk memajukan


bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak,
dalam rangka kesempurnaan hidup dan keselarasan dengan dunianya. Konsep itu timbul
setelah melihat pendidikan untuk rakyat Indonesia di zaman penjajahan sungguh sangat
terabaikan. Selain itu, Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa dasar-dasar pendidikan barat
tidak tepat dan tidak cocok untuk mendidik generasi muda Indonesia karena pendidikan barat
bersifat regering, tucht, orde (perintah, hukuman dan ketertiban) sehingga beliau mendirikan
Perguruan Taman Siswa. Pendidikan itu membentuk manusia yang berbudi pekerti,
berpikiran (pintar, cerdas) dan bertubuh sehat yaitu:

1. Manusia Indonesia yang berbudi pekerti adalah yang memiliki kekuatan batin dan
berkarakter. Artinya pendidikan diarahkan untuk meningkatkan citra manusia yang
berpendirian teguh terhadap nilai-nilai agama, adat-istiadat, hukum positif, dan tidak
bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.
2. Manusia di Indonesia yang maju pikirannya adalah yang cerdas kognisi (tahu banyak
dan banyak tahu) dan kecerdasannya itu membebaskan dirinya dari kebodohan dan
pembodohan dalam berbagai jenis dan bentuknya.
3. Manusia di Indonesia yang mengalami kemajuan pada tataran fisik atau tubuh,
kemajuan yang dimaksud yaitu memiliki kekuatan untuk memperjuangkan

5
kemerdekaan dan keterampilan untuk mengisi kemerdekaan itu dengan segala
pembangunan yang humanis.
Dalam membentuk pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara mengedepankan tiga ajaran
tentang pendidikan yaitu :

1. Tetep,antep dan mantep.


Istilah tetep dimaknai memiliki ketetapan pikiran yang selaras dengan nilai-
nilai sosial, pikiran tidak akan gampang terombang-ambingkan oleh tawaran hidup
yang tidak selaras dengan nilai-nilai. Istilah antep menunjukkan bahwa pendidikan
menghantar seseorang untuk memiliki “kepercayaan diri” dan keuletan diri untuk
maju terus dalam mengatasi segala tantangan kehidupan. Sementara istilah mantep
menunjukkan bahwa pendidikan menghantar seseorang dalam kemajuan diri yaitu
memiliki orientasi yang jelas untuk menuju tujuan yang pasti.

2. Ngandel, kandel, kendel dan bandel.


Istilah ngandel artinya “berpendirian tegak” bahwa pendidikan membentuk
seseorang memiliki kepribadian berpendirian teguh. Kendel adalah istilah yang
menunjukkan keberanian, bahwa pendidikan membangun seseorag yang berani dalam
menegakkan kebenaran dan keadilan. Sementara istilah bandel menunjukkan bahwa
orang yang terdidik adalah yang “tahan uji”. Segala cobaan hidup dan dalam segala
situasi hidup dihadapinya dengan sikap tawakal

3. Neng, ning, nung dan nang.


Artinya bahwa pendidikan pada tataran terdalam bercorak religius. Pendidikan
itu menciptakan kesenangan perasaan (neng), 36 keheningan (ning), ketenangan
(nang), dan renungan (nung). Dalam dan melalui pindidikan, seseorang bisa
mengalami kesucian pikiran dan ketenangan batin. Menurut Ki Hadjar, kekuasaan
akan datang manakala seseorang sudah mengalami kesucian pikiran, ketenangan batin
dan hati.

Terkait denga upaya mengimplementasikan ketiga fatwa tentang pendidikan, Ki Hadjar


Dewantara mengajukan lima asas pendidikan yang dikenal dengan sebutan pancadharma
yaitu:

1. Asas kodrat alam.

6
Asas ini menegaskan bahwa setiap pribadi di satu sisi tunduk pada hukum alam, tapi
di sisi lain dikaruniai akal budi yang potensial baginya untuk mengelola
kehidupannya. Berdasarkan konsep asas kodrat alam ini, Ki Hadjar Dewantara
menegaskan bahwa pelaksanaan pendidikan berasaskan akal-pikiran manusia yang
berkembang dan dapat dikembangkan.

2. Asas kemerdekaan.
Dala pemikiran Ki Hadjar Dewantara asas kemerdekaan berkaitan dengan upaya
membentuk peserta didik menjadi pribadi yang memiliki kebebasan yang
bertanggungjawab sehingga menciptakan keselarasan dengan Masyarakat.

3. Asas kebudayaan.
Asas ini bersandar pada keyakinan kodrati bahwa manusia adalah makhluk
berbudaya. Artinya, manusia mengalami dinamika evolutif dalam khasanah
pembentukan diri menjadi pribadi yang berbudi pekerti.

4. Asas kebangsaan.
Asas ini hendak menegaskan bahwa seseorang harus merasa satu dengan bangsanya
dan di dalam rasa kesatuan tersebut tidak boleh bertentangan dengan rasa
kemanusiaan. Dalam konteks itu pula, asas ini diperjuangkan Ki Hadjar Dewantara
untuk mengatasi segala perbedaan dan diskriminasi yang dapat tumbuh dan terjadi
berdasarkan daerah, suku, keturunan atau pun keagamaan.

5. Asas kemanusiaan.
Asas ini menegaskan pentingnya persahabatan dengan bangsa-bangsa lain. Dalam
konteks Ki Hadjar menegaskan bahwa manusia di Indonesia tidak boleh bermusuhan
dengan bangsa-bangsa lain.

Menurut Ki Hajar Dewantara, konsep pendidikan yang sesuai dengan karakter dan
budaya orang Indonesia adalah konsep pendidikan yang tidak memakai syarat paksaan sebab
Indonesia terdiri atas nilai-nilai tradisional berupa kehalusan rasa, hidup dalam kasih saying,
cinta akan kedamaian, ketertiban, kejujuran dan sopan dalam tutur kata dan tindakan.
Sehingga, dari keyakinan akan nilai-nilai tradisional itu, Ki Hadjar yakin pendidikan yang
khas Indonesia haruslah berdasarkan citra nilai Indonesia juga. Maka ia menerapkan tiga
semboyan pendidikan yang menunjukkan kekhasan Indonesia, yakni : Pertama, Ing Ngarsa

7
Sung Tuladha, artinya seorang guru adalah pendidik yang harus memberi teladan. Ia pantas
digugu dan ditiru dalam perkataan dan perbuatannya. Kedua, Ing Madya Mangun Karsa,
artinya seorang guru adalah pendidik yang selalu berada di tengah-tengah para muridnya dan
terus-menerus membangun semangat dan ide-ide mereka untuk berkarya. Ketiga, Tut Wuri
Handayani, artinya seorang guru adalah pendidik yang terus-menerus menuntun, menopang
dan menunjuk arah yang benar bagi hidup dan karya anak-anak didiknya. Konsep pendidikan
berdasarkan metode Ki Hadjar Dewantara menempatkan guru sebagai pengasuh yang matang
dalam penghayatan dan pelaksanaan nilai-nilai kultural yang khas Indonesia. Maka
pendidikan pada dasarnya adalah proses mengasuh anak-anak untuk bertumbuh dan
berkembang dalam potensi-potensi diri (kognisi, afeksi, psikomotorik, konatif, kehidupan
sosial dan spiritual). Dalam rangka itu, guru tidak menggunakan metode paksaan, tapi
memberi pemahaman sehingga anak mengerti dan memahami yang terbaik bagi dirinya dan
lingkungan sosialnya.

2.3 Konsep KTSP, K-13, dan Kurikulum Merdeka

Istilah kurikulum awal mulanya digunakan dalam dunia olahraga pada zaman Yunani
kuno. Curriculum berasal dari kata curir, artinya pelajari, dan curere artinya tempat berpacu.
Dalam bahasa Inggris, curriculum berarti rencana pelajaran (Fuaduddin, 1997:3). Curriculum
diartikan ”jarak” yang harus “ditempuh” oleh pelari. Dari makna yang terkandung dari kata
tersebut, kurikulum secara sederhana diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh atau diselesaikan oleh peserta didik untuk memperoleh ijazah.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa kurikulum berarti perangkat
mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan atau perangkat mata kuliah
mengenai bidang keahlian khusus (Tim Penyusun Kamus PPPB, 1995:546). Kurikulum
merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran, serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Kurikulum
berfungsi sebagai wahana untuk mewujudkan tujuan pendidikan pada masing-masing
jenis/jenjang/ satuan pendidikan yang pada gilirannya merupakan pencapaian tujuan
pendidikan nasional.

a. Konsep Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum


operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan

8
pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijabarkan kedalam
sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah tersebut memberikan
arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional
pendidikan, yaitu: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Karakteristik dalam paket kompetensi yang ada pada KTSP memiliki
karakteristik yang sama dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Antara
KBK dan KTSP sekolah diberi kewenangan penuh dalam menyusun perencanaan
pendidikan yang mengacu pada standar, mulai dari tujuan, visi-misi, struktur dan
muatan kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan sampai pengembangan
sylabus.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, struktur kurikulum merupakan
pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran
pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai
peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur
kurikulum. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan.

b. Konsep Kurikulum 2013 (K-13)

Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada pendidikan karakter, terutama pada


tingkat dasar, yang akan menjadi pondasi bagi tingkat berikutnya. Melalui
pengembangan Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi, kita
berharap bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat, dan masyarakatnya
memiliki nilai tambah (added value) dan nilai jual yang bisa ditawarkan kepada
orang lain di dunia, sehingga kita bisa bersaing, bersanding dan bahkan bertanding
dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan global. Hal ini dimungkinkan, kalau
implementasi Kurikulum 2013 betul-betul dapat menghasilkan insan yang
produktif, kreatif, inovatif dan berkarakter (Mulyasa, 2013).

9
Pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan
mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada budi pekerti dan akhlak
mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang sesuai dengan standar
kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui implementasi.
Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter, dengan
pendekatan tematik dan kontekstual, diharapkan peserta didik mampu secara
mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

c. Konsep Kurikulum Merdeka Belajar

Kemunculan kurikulum merdeka belajar menunjang tersebarluasnya


pendidikan di Indonesia secara merata dengan kebijakan afirmasi yang dibuat oleh
pemerintah terhadap peserta didik yang berada didaerah tertinggal, terdepan, dan
terluar (3T). Tidak hanya itu saja kurikulum merdeka belajar juga akan mengubah
metode belajar yang awalnya dilaksanakan di ruang kelas dan diubah menjadi
pembelajaran di luar kelas. Pembelajaran di luar kelas akan memberikan peluang
yang lebih besar bagi peserta didik untuk berdiskusi dengan guru. Pembelajaran
diluar kelas akan membentuk karakter peserta didik baik dalam keberanian
mengutarakan pendapat saat diskusi, kemampuan bergaul secara baik, menjadi
peserta didik yang berkompetensi sehingga dengan sendirinya karakter peserta
didik semakin terbentuk.
Kurikulum merdeka belajar juga tidak mematokkan kemampuan dan
pengetahuan siswa hanya dari nilai saja tetapi juga melihat bagaimana kesantunan
dan keterampilan siswa dalam bidang ilmu tertentu. Peserta didik diberikan
kebebasan untuk mengembangkan bakat yang ia punya. Hal ini menunjang
kekereatifan siswa dan akan terwujud dengan sendirinya melalui bimbingan guru.
Tuntutan bagi guru harus mampu mengembangkan konsep pembelajaran yang
inovatif bagi peserta didik juga akan terwujud.
Konsep kurikulum merdeka belajar merupakan terbentuknya kemerdekaan
dalam berpikir. Kemerdekaan berpikir ditentukan oleh guru. Artinya guru menjadi
tonggak utama dalam menunjang keberhasilan dalam pendidikan. Pada era
digitalisasi saat ini perkembangan teknologi mempengaruhi kualitas dalam

10
pendidikan. Dimana dalam setiap aktivitas yang dilakukan baik maupun peserta
didik tidak terlepas dari perangkat yang berbasis digital. Konsep pendidikan
kurikulum merdeka belajar mengintegrasikan kemampuan literasi, kecakapan
pengetahuan, keterampilan dan sikap serta penguasaan teknologi.

2.4 Konsep Pendidikan Diluar Negeri yang dapat di Terapkan di Indonesia

Sistem Pendidikan merupakan suatu usaha terencana yang diharapkan dapat


mewujudkan suasana belajar dan mengajar yang baik untuk mengembangkan potensi peserta
didik dengan maksimal. Sistem Pendidikan yang diterapkan di berbagai negara maju tentu
saja berbeda-beda. Contohnya di negara Singapura. Secara umum, lama Pendidikan di
Singapura dengan di Indonesia yakni enam tahun lalu dilanjutkan program orientasi yang
dilaksanakan selama dua tahun. Pada saat akhir tahun keenam, para peserta didik akan
mengikuti ujian PSLE (Primary School Leaving Examination). Kurikulum yang diajarkan
cenderung lebih fokus kepada pengajaran materi dasar bahasa inggris dan juga Bahasa ibu
seperti China, Melayu atau Tamil, dan juga Pelajaran matematika, pengetahuan alam, music,
seni rupa serta kerajinan tangan, olahraga dan Pendidikan sosial.

Setelah peserta didik dinyatakan lulus dalam ujian PSLE, peserta didik tersebut akan
meneruskan pendidikannya di sekolah menengah dengan kurikulum “O” level selama empat
tahun atau “N” level selama lima tahun, sesuai dengan kemampuan masing-masing individu.
Kurikulum ini pun mencakup mata Pelajaran Bahasa inggris, Bahasa ibu, matematika,
sciencedan humanitis. Lalu pada tahun ketiga pelajar dapat dikenankan memilih untuk
mengambil kelas kesenian, science, ilmu tata niaga atau jurusan teknik. Setelah itu peserta
didik akan melaksanakan ujian akhir yaitu Singapore-Cambridge General Certificate of
Education ‘Ordinary’ (CGE ‘o’ level) atau ‘Normal’ (CGE ‘N’ level). Dengan
dilaksanakannya kurikulum tersebut, pelajaran disana dilatih dan diajarkan bagaimana cara
berpikir kritis.

Selanjutnya di Amerika Serikat. Lama pendidikan dasar dan Pendidikan menengah di


Amerika Serikat secara umumsama dengan yang ada di Indonesia yaitu 12 tahun, mencakup
lima tahun Pendidikan dasar di primay school, dan tujuh tahun di sencondary school. Setelah
luls dari kelas 12, parapeserta didik akan mendapatkan Pendidikan lanjutan di Higt School
Diploma yang diakaui untuk dapat masuk ke College dan Universitas di Amerika Serikat.

11
Selanjutnya sistem Pendidikan di negara Australia. Sistem pendidikan di negara
Australia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sekolah negeri dan sekolah swasta. Kebanyakan
sekolah bertipe “Co-edukational” (menerima pelajar pria dan wanita) dengan adanya
pengecualiaan di beberapa sekolah menengah swasta. Secara umum, lama pendididkan dasar
dan pendidikan menengah yang ada di Australia sama dengan di Indonesia, yaitu selama 12
tahun. Program wajib belajar di autralia sama seperti Indonesia, yaitu diwajibkan sampai
dengan kelas 10, kelas 11, dan kelas 12 yang disebut sebagai Senior Secondary. Lalu setelah
lulus dari kelas 12, pelajar akan melalui kualifikasi Senior Secondary Certificate of Education
yang diakui dari negara bagian masing-masing untuk masuk ke Universitas yang ada di
Australia maupun diluar negeri.

Dibalik banyaknnya persamaan sistem pendidikan yang ada diluar negeri dan
Indonesia, ternyata ada beberapa perbedaan, seperti pendidikan luar negeri jauh lebih
menekankan pada proses pembelajaran dengan metode bermain, belajar berinteraksi dengan
sekitar, dan juga mengeksporasi lingkungan. Dengan pelaksanaan metode pembelajaran
tersebut, diharapkan dapat membantu para peserta didik untuk melatih perkembangan
motorik serta respon mereka dengan baik.

Di sistem pendidikan luar negeri, peserta didik akan dibimbing untuk membuka
pemikiran mereka seluas-luasnya serta mencari jalan keluar suatu permasalahan dengan cara
yang benar dan tidak instan, sehingga dapat menghasilkan suatu yang baik dan tepat.
Contohnya, belajar dengan giat agar persiapan ujian dapat dilakukan secara matang dan
maksimal sehingga mendapatkan hasil yang baik.

Sistem pendidikan yang sekarang ada di Indonesia masih terlihat umum dan kurang
mengarahkan peserta didik untuk melihat serta memaksimalkan bakat dan kemampuan
mereka. Ada beberapa sistem pendidikan negara lain yang cocok diterapkan di Indonesia,
namun juga ada yang tidak cocok diterapkan di Indonesia. Sebagai contoh, sistem pendidikan
full day, di Indonesia tentu saja tidak asing dengan sistem pendidikan tersebut, dimana
peserta didik akan mendapatkan jam sekolah dari pagi hingga sore namun tetap dengan porsi
yang tepat. Tetapi ada juga beberapa daerah yang menerapkan sistem pendidikan full day
hingga malam, sistem ini tidak cocok dengan pendidikan di Indonesia yang mayoritas
masyarakat memiliki keinginan untuk lebih lama berkumpul dengan keluarganya, sehingga
sistem pedidikan full day sampai malam dinilai tidak efisien untuk diterapkan.

12
Lain halnya jika kita menerapkan sistem pendidikan seperti di negara Australia yang
beberapa sekolah atau universitasnya tidak membebankan syarat kelulusan dengan ujian
nasional atau skripsi, yakni dengan melihat sisi kompeten siswa atau mahasiswa saat
berlangsungnya pembelajaran setiap hari. Hal ini sangat berguna untuk menciptakan peserta
didik yang menjadi lebih aktif dan lebih berkualitas. Selain itu system pembelajran dengan
pengstrukturan minat dan bakat juga akan sangat berguna untuk membantu para peserta didik
dalam menemukan passionnya. Dengan adanya sistem pendidikan tersebut, maka peserta
didik tidak akan merasa bosan dalam belajar, karena mereka akan dengan sangat senang
melakukan sutau kegiatan pembelajran yang benar-benar mereka minati. Sehingga pasti hasil
yang akan didapat juga sangat memuaskan.

2.5 Konsep Pendidikan yang Cocok Digunakan Di Indonesia

Menurut Wagid: 2009, sistem pendidikan yang dimunculkan oleh Ki Hadjar Dewantara
dapat menjadi sistem unggulan dalam pendidikan dan menjadikan manusia Indonesia
memiliki daya cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, sistem among (revolusi mental) yang
digagasnya dapat menjadi sistem yang unggul dan khas dalam menghadapi persaingan
pendidikan antar negara.
Dalam konsep pendidikan yang digagas oleh Ki Hadjar Dewantara dijelaskan bahwa
tujuan pendidikan adalah untuk memajukan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan anak yang
selaras dengan alam dan masyarakatnya. Dimana guru dapat menentukan sendiri cara
mengajarnya sesuai dengan kebutuhan peserta didik, ,seorang anak harus dimerdekakan
batin, pikiran dan tenaganya, sistem pendidikan dilandaskan dengan prikemanusiaan,
penyebaran pendididikan dan pengajaran kepada seluruh masyarakat, dan guru harus penuh
keiklasan dan kesucian hati mendidik anak-anak. Dan hal yang paling penting dalam
pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah pendidikan harus menjunjung tinggi sukacita
dan membuka kekuatan pikiran dan watak anak, itu sebabnya ia mengedepankan pendidikan
dengan sistem among (Dewantara, 1957: 21-23) yang menjelaskan bahwa sistem among
mengutamakan mendidik murid menjadi manusia yang berdiri sendiri dalam merasa, berpikir,
dan bertindak. Di samping itu, dalam sistem among, guru juga harus melatih muridnya untuk
mencari sendiri pengetahuan yang mencukupi kebutuhan-kebutuhan manusia lahir dan batin
lalu memakainya dengan bermanfaat.

13
Selain itu, Choerul Mahfud menyarankan untuk mewujudkan pendidikan multikultural
di Indonesia dengan mempertimbangkan kondisi keberagaman Indonesia. Pendidikan
multikultural adalah strategi pendidikan yang diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran
dengan cara menggunakan perbedaan-perbedaan kultural yang ada pada para siswa seperti
perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, kelas sosial, ras, kemampuan dan umur agar proses
belajar menjadi efektif dan mudah serta mengantarkan siswa menjadi manusia yang toleran
dan menghargai perbedaan.
Adapun menurut H.M. Arifin, 2010 dalam mewujudkan perubahan pendidikan dan
perkembangan kearah yang lebih baik, maka perlu adanya penyesuaian dan realisasi dalam
pembelajaran dan kehidupan, sehingga tujuan pendidikan tersebut dapat menghasilkan
kualitas yang baik yaitu dengan pembaharuan karakter. Pendidikan karakter merupakan suatu
sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada pserta didik yang meliputi komponen:
kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan komitmen yang tinggi untuk melaksanakan nilai-
nilai tersebut, baik terhadap Allah Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan,
maupun masyarakat dan bangsa secara keseluruhan, sehingga menjadi manusia sempurna
sesuai dengan kodratnya. Dengan adanya konsep pendidikan karakter diharapkan agar peserta
didik mampu menghargai dan cakap akan perbedaan yang ada disekitarnya sebab pendidikan
bermuara pada pengalihan nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial sesuai UUD 1945 dan
tujuan pendidikan Nasional yaitu bangsa yang lebih mengedepankan pendidikan dan moral
yang sebagai kunci utama perkembangan dan kemajuan bangsa, maka pendidikan karakter
merupakan hal yang sangat penting.
Sejatinya, konsep pendidikan yang cocok digunakan di Indonesia adalah konsep
pendidikan yang mencerminkan kebutuhan negara mulai dari tingkat perkembangan, budaya
maupun tantangan sosial serta konsep tersebut terus berkembang dan disesuaikan dengan
perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Maka, dengan melihat kondisi, tantangan, dan potensi Indonesia adalah jelas bahwa
transformasi pendidikan bukanlah pilihan, melainkan keharusan. Diperlukan upaya
kolaboratif dari berbagai pemangku kepentingan, keberanian untuk mengadopsi konsep
pendidikan yang inklusif, adaptif, dan relevan dengan kebutuhan masa depan. Perubahan
dalam kurikulum, pengajaran, dan penilaian bukanlah suatu opsi lagi, melainkan pondasi bagi
peradaban yang berkelanjutan. Dengan demikian, mari kita bersama-sama membangun
fondasi pendidikan yang menjangkau, mengilhami, dan mempersiapkan generasi mendatang
untuk menghadapi tantangan global dengan penuh keyakinan. Hanya dengan pendidikan
yang inklusif, inovatif, dan relevan, Indonesia dapat melangkah maju sebagai pemimpin
dalam mengubah dunia menuju masa depan yang lebih cerah.

3.2 Saran

Dari diskusi tentang berbagai konsep pendidikan, mungkin telah tergambar gambaran
masa depan pendidikan Indonesia yang lebih inklusif dan adaptif. Namun, kesuksesan
implementasi bergantung pada keterlibatan semua pihak. Oleh karena itu diperlukan upaya
kolektif yakni saling bekerja sama antara pendidik, siswa, dan masyarakat untuk
memperbaiki sistem pendidikan agar terwujudnya visi pendidikan yang memberdayakan
generasi masa depan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Rahman, A., Munandar, S. A., Fitriani, A., Karlina, Y., & Yumriani. (2022). Pengertian
Pendidikan, Ilmu Pendidikan dan Unsur-Unsur Pendidikan. Al Urwatul Wutsqa: Kajian
Pendidikan Islam, 2(1), 1–8.

Samho, Bartolomeus & Yasunari, Oscar. (2010). Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
dan Tantangan Implementasinya Di Indonesia Dewasa Ini. Bandung: Lembaga Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan.

Kosassy, S. O. (2017). Analisis konsep dan implementasi kurikulum 2013. Pelita Bangsa.
Pelestari Pancasila, 12(1), 78-89.

Manalu, J. B., Sitohang, P., & Henrika, N. H. (2022). Pengembangan perangkat pembelajaran
kurikulum merdeka belajar. Prosiding Pendidikan Dasar, 1(1), 80-86.

Zaini, H. (2015). Karakteristik kurikulum 2013 dan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP). El-Idare: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 1(01), 15-31.
Supriatin, A. & Nasution, A. (2017). Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Praktik
Pendidikan di Indonesia. Elemtary, 3(1), 1-13.
Munirah. (2015). Sistem Pendidikan di Indonesia: antara Keinginan dan Realita. Auladuna,
2(2), 233-245.
Noer, A dkk. (2017). Konsep Adab Peserta Didik dalam Pembelajaran Menurut Az-Zarnuji
dan Implikasinya terhadap Pendidikan Karakter di Indonesia. Jurnal Al-Hikmah, 14(2). 182-
206.

16

Anda mungkin juga menyukai