Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MERDEKA BELAJAR SEBAGAI REFORMASI PENDIDIKAN DI


INDONESIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Wawasan Pendidikan Ekonomi


Dosen Pengampu:
Dr. Sugeng Pradikto, M.Pd

Oleh :
Nuril Kubrotun Nufus
Arika Pernaning Tyaswari

UNIVERSITAS PGRI WIRANEGARA (UNIWARA) PASURUAN


PROGRAM PASCA SARJANA PENDIDIKAN EKONOMI
2020

1
DAFTAR ISI

Daftar isi.......................................................................................................... i
Kata Pengantar............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................................ 1
Rumusan Masalah........................................................................................... 2
Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
Pengertian Merdeka Belajar........................................................................... 3
Kebijakan Merdeka Belajar............................................................................ 3
Merdeka Belajar Sebagai Reformasi Pendidikan........................................... 7
BAB III PENUTUPAN................................................................................... 8
Kesimpulan...................................................................................................... 8
Saran................................................................................................................ 8
DAFTAR RUJUKAN..................................................................................... 9

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pasuruan

Penyusun

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan nasional pada saat ini dituntut harus menyesuaikan dengan
perkembangan revolusi industri 4.0. Dalam hal ini sumber daya manusia harus
mampu menghadapi persaingan global. Sumber daya manusia di Indonesia
harus perlu ditingkatkan lagi. Melihat keadaan pada zaman 4.0 yang akan
semakin terus berkembang dengan kemajuan teknologi, diharapkan pendidikan
Indonesia juga mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman.
Dalam menghadapi hal ini, pendidikan yang bermutu merupakan sesuatu yang
sangat berharga dan menjadi sebuah keharusan, karena pendidikan memainkan
peran yang sangat fundamental dimana cita-cita suatu bangsa dan negara dapat
tercapai (Baro’ah, 2020).
Menghadapi masa depan pasti akan dipenuhi dengan arus globalisasi dan
keterbukaan serta kemajuan informasi dan teknologi, pendidikan akan semakin
dihadapkan dengan berbagai tantangan dan permasalahan yang kompleks.
Untuk itu, pembangunan di sektor pendidikan perlu dirancang agar berbagai
tantangan dan permasalahan yang muncul dapat diatasi. Peningkatan mutu
pendidikan nasional dari perubahan kurikulum terus diupayakan pemerintah
dalam mengikuti proses perubahan zaman. Seperti yang kita ketahui pada 2006
menggunakan KTSP atau kurikulum berbasis sekolah yang lebih menekankan
pada guru sebagai sumber pengetahuan dan informasi dalam proses
pembelajaran. Dimana pada kurikulum KTSP siswa tidak terlalu berperan aktif
dan kreatif dalam pembelajaran. Seiring dengan perkembangan zaman
perubahan kurikulum mengalami perubahan juga menjadi menjadi kurikulum
2013. Dalam kurikulum 2013 ini siswa akan di didik lebih aktif dan kreatif
dalam proses pembelajaran dan guru tidak lagi menjadi pemberi sumber utama

1
pengetahuan. Siswa juga dituntut untuk mencari dan memecahkan suatu
masalah selama proses pembelajaran, serta peran guru yang berubah menjadi
seorang fasilitator dalam proses pembelajaran.
Era revolusi 4.0 yang berkembang pada saat ini, yang mencetuskan
menteri pendidikan bapak Nadiem Makarim membuat kebijakan baru yaitu
“Merdeka Belajar”. Kebijakan merdeka belajar ini dibentuk diharapkan dapat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta sebagai upaya untuk
memperbaiki sistem pendidikan nasional yang siap akan dengan tantangan
zaman.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis memaparkan rumusan masalah yaitu:
1. Apa pengertian merdeka belajar?
2. Apa saja kebijakan dari merdeka belajar?
3. Bagaimana merdeka belajar menjadi reformasi pendidikan nasional?

C. Tujuan
Dalam makalah ini penulis memaparkan beberapa tujuan yaitu:
1. Mendeskripsikan pengertian merdeka belajar.
2. Mendeskripsikan kebijakan dari merdeka belajar.
3. Mendeskripsikan merdeka belajar sebagai reformasi pendidikan
nasional.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan mengenai beberapa hal yang
berada dalam rumusan masalah tentang pengertian merdeka belajar, kebijakan-
kebijakan dari merdeka belajar, dan merdeka belajar sebagai reformasi pendidikan
nasional.

A. Pengertian Merdeka Belajar


Kementerian Pendidikan dan kebudayaan RI (Kemendikbud RI) pada
tahun 2019 menegaskan bahwa ada kebijakan baru dalam dunia pendidikan,
kebijakan tersebut yaitu “Merdeka Belajar”. Merdeka belajar merupakan
kebijakan baru yang dicetuskan oleh Bapak menteri pedidikan Nadiem Anwar
Makarim. Merdeka belajar terlahir dari banyaknya problem yang ada dalam
pendidikan, terutama yang terfokus pada pelaku atau pemberdayaan manusianya.
Diharapkan setelah diterapkannya kebijakan Merdeka Belajar, nantinya akan
terjadi banyak perubahan terutama dari sistem pembelajaran. Sistem pembelajaran
yang sekarang hanya dilaksanakan di dalam kelas akan berubah dan dibuat
senyaman mungkin agar mempermudah interaksi antara murid dan guru. Seperti
yang kita ketahui kebanyakan proses pembelajaran yang sekarang diterapkan oleh
guru adalah hanya berpusat pada guru. Dengan perbaikan sistem merdeka belajar
siswa akan dapat mengeksplorasi kreativitas yang dimiliki. Sistem pembelajaran
akan didesain sedemikian rupa agar karakter siswa terbentuk, dan tidak terfokus
pada sistem perangkingan yang menurut beberapa penelitian hanya meresahkan,
tidah hanya bagi guru tetapi juga anak dan orang tuanya, selain itu, dengan
perangkingan nantinya juga akan muncul diskriminasi dimana ada pelebelan
antara si pintar dan si bodoh (Baro’ah, 2020).

B. Kebijakan Merdeka Belajar

Menteri pendidikan tetapakan 4 pokok utama dari kebijakan pendidikan


merdeka belajar. Konsep merdeka belajar terdorong dari keinginannya untuk
3
menciptakan suasana belajar yang bahagia dan menyenangkan tanpa dibebani
dengan nilai dan target pencapaiana tertentu. Pokok- pokok kebijakan
Kemendikbud RI terkait dengan konsep merdeka belajar adalah:
1. Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN)
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) resmi menghapus Prosedur
Operasional Standar (POS) pelaksanaa Ujian Sekolah Berstandar Nasional
(USBN) mulai tahun ini. Penghapusan USBN merupakan amanat Menteri
Pendidikan dan Kebudayaa Nadiem Makarim yang tertuang dalam
Permendikbud Nomor 43 tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ujian Yang
Diselenggarakan Satuan Pendidikan dan Ujian Nasional. Hal ini berarti
pembuatan soal maupun penyelenggaraan USBN akan diserahkan sepenuhnya
kepada pihak sekolah. Sekolah diberikan kebebasan dan keleluasaan untuk
menyelenggarakan ujian, karena diselenggarakan oleh sekolah maka menjadi
tugas pemerintah daerah melalui dikbud untuk memonitor dan mengevaluasi
serta memastikan bahwa ujian yang dilakukan oleh pihak sekolah adalah ujian
yang berkualitas. Hal ini penting untuk dilakukan karena erat hubungannya
dengan mutu pendidikan. Dikbud harus memfasilitasi terutama dari segi
anggaran agar pelaksanaan ujian berjalan lancar, selain itu juga harus
mengadakan pelatihan pembuatan soal yang sesuai dengan standar atau kriteria
yang harus dipenuhi.
2. Ujian Nasional (UN)
Ujian Nasional adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar, dan
menengah. UN merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah
dalam rangka penjaminan mutu pada satuan pendidikan. Hal ini sebagaimana
tercantum dalam PP No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pemerintah telah diselenggarakan
sejak puluhan tahun lalu dan telah berulangkali mengalami perubahan pada
setiap periodenya.

Ujian Nasional dalam beberapa tahun terakhir menjadi momok yang


sangat menakutkan dan menjadi topik yang hangat untuk diperbincangkan.
Banyak sekali paradigma dan anggapan-anggapan mengenai Ujian Nasional,

4
namun tahun ini UN disambut dengan rasa penuh suka cita, pasalnya Menteri
Pendidikan Nadiem Makarim telah memutuskan untuk menghapuskan UN.
Dengan dihapuskannya UN ini, diharapkan akan membuat siswa tidak
mengalami tekanan beban mental, karena kelulusannya dari jenjang pendidikan
tertentu tidak ditentukan oleh nilai yang diperoleh hanya dalam beberapa hari
saja. Namun dengan begitu bukan berarti tidak ada yang digunakan untuk
mengukur hasil belajar siswa. Ujian Nasional akan diganti dengan sistem yang
baru, yaitu Assesmen kompetensi minimum dan survei karakter. Konsep ini
merupakan penyederhanaan dari sistem UN, berbeda dengan UN yang dilakukan
pada akhir jenjang pembelajaran, asessmen ini akan dilaksanakan ketika anak
duduk di kelas 4, 8 dan 11. Dan hasil dari assesmen ini akan dijadikan sebagai
bahan masukan bagi sekolah untuk memperbaiki proses pembelajaran
selanjutnya. Selain asesmen kompetensi, akan diberlakukan juga survei karakter,
dimana survei karakter ini digunakan untuk melalui jalur prestasi bertambah
yang awalnya hanya 15% menjadi 30%, hal ini dilakukan karena ada kasus di
beberapa daerah yang mengalami kesulitan atas diberlakukannya sistem zonasi
lama, dengan adanya perubahan pada presentase tersebut diharapkan mekanisme
penerimaan siswa baru bisa mengakomodasi perbedaan situasi dan kondisi pada
setiap daerah. Zonasi ini tidak hanya mengatur pemerataan kualitas sekolah dan
siswa, tetapi juga menitikberatkan pada kuantitas dan kualitas guru di suatu
daerah yang nantinya akan menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah
daerah. mengetahui karakter anak dan bagaimana keadaan lingkungan di
sekolah. Survei karakter juga digunakan untuk menjadi indikator atau tolak ukur
agar sekolah memberikan umpan balik bagi kegiatan pembelajaran, terutama
dalam mengimplementasikan nilai-nilai karakter ke dalam diri siswa. Sehingga
nantinya nilai karakter tersebut akan terinternalisasi ke dalam diri siswa yang
secara otomatis akan berdampak pada prestasi dan kualitas siswa tersebut.
3. RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran atau yang sering disingkat dengan RPP
merupakan pegangan seorang guru dalam mengajar. Seorang guru sebelum
masuk kelas wajib menyusun RPP agar pembelajaran yang dilakukan lebih

5
terarah dan sesuai indikator yang dikembangkan. Kebijakan baru terkait dengan
penyusunan RPP telah dikeluarkan oleh menteri pendidikan yang tertuang dalam
Surat Edaran No 14 tahun 2019 tentang Penyederhanaan RPP. Berbeda dengan
RPP sebelumnya yang mencakup lebih dari sepuluh komponen, pada RPP yang
baru terjadi penyederhanaan yaitu hanya terdapat 3 komponen inti dalam RPP
yang sesuai dengan edaran menteri pendidikan no 14 tahun 2019 yaitu; tujuan
pembelajaran, langkah kegiatan pembelajaran, dan penilaian atau assesment.
Dengan adanya kebijakan ini, guru akan lebih mudah dan diberikan kebebasan
untuk membuat dan mengembangkan RPP seefektif dan seefisien mungkin, akan
tetapi tetap berorientasi pada perkembangan anak.
4. Memperluas sistem zonasi dalam penerimaan siswa baru
Sistem zonasi adalah sistem pengaturan proses penerimaan siswa baru
sesuai dengan wilayah tempat tinggal. Zonasi merupakan salah satu kebijakan
dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan agar tercipta pemerataan akses
layanan pendidikan dan pemerataan kualitas pendidikan nasional. Sebenarnya
sistem ini sudah diberlakukan sejak masa menteri sebelumnya, akan tetapi ada
perbedaan dalam pelaksanaannya dengan sistem zonasi yang sekarang ini.
Tentunya sebelum diterapkan, sistem ini sudah dilakukan pengkajian, serta
memperhatikan rekomendasi dari lembaga-lembaga yang kredibilitasnya tidak
diragukan lagi.
Salah satu perbedaan yang mendasar dari sistem zonasi yang lalu dengan era
menteri sekarang adalah kuota siswa dari jalur zonasi. Sistem zonasi yang
awalnya memiliki kuota minimum 80% dari kuota total 100%, sisanya
diperuntukan untuk jalur prestasi dan perpindahan. Pada sistem zonasi yang
sekarang berubah menjadi jalur zonasi 50%, afirmasi 15%, perpindahan 5%, dan
jalur prestasi 30 persen. Perubahan persentase melalui jalur prestasi bertambah
yang awalnya hanya 15% menjadi 30%, hal ini dilakukan karena ada kasus di
beberapa daerah yang mengalami kesulitan atas diberlakukannya sistem zonasi
lama, dengan adanya perubahan pada presentase tersebut diharapkan mekanisme
penerimaan siswa baru bisa mengakomodasi perbedaan situasi dan kondisi pada
setiap daerah. Zonasi ini tidak hanya mengatur pemerataan kualitas sekolah dan

6
siswa, tetapi juga menitikberatkan pada kuantitas dan kualitas guru di suatu
daerah yang nantinya akan menjadi wewenang dan tanggungjawab pemerintah
daerah.
C. Merdeka Belajar Sebagai Reformasi Pendidikan di Indonesia
Penerapan kebijakan merdeka belajar diharapkan akan memberikan
perubahan dan kemajuan di pendidikan Indonesia. Pemerintah melalui menteri
pendidikan terus berupaya mengembankan dan menyesuaikan pendidikan
nasional dengan perkembangan zaman. Mengkutip pernyataan menteri
pendidikan Nadiem Makariem menyatakan “Menindaklanjuti arahan Presiden
Republik Indonesia Joko Widodo dan Wakil Presiden Republik Indonesia
Ma’ruf Amin untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mencanangkan reformasi sistem
pendidikan Indonesia melalui kebijakan Merdeka Belajar”. Hal ini ditegaskan
dalam sebuah seminar web di Jakarta, Selasa (5/5).
Dengan diterapakannya 4 kebijakan yang terangkum dalam konsep merdeka
belajar, ini sedah menunjukkan kepedulian dalam kualitas pendidikan di
Indonesia. Dimana nantinya Indonesia akan dapat mencetak sumber daya manusia
cerdas, beriman dan bertaqwa sehingga dapat menghadapi tantangan zaman yang
terus berubah. Konsep merdeka belajar ialah siswa disiapkan untuk benar-benar
siap menghadapi terjangan badai yang mungkin akan terjadi di lautan, dalam arti
di lapangan kerja dan di lingkungan masyarakat (Siregar dkk, 2020).

7
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Perkembangan pendidikan di Indonesia haruslah mengikuti zaman era


revolusi 4.0. Dimana Indonesia harus dapat mencetak sumber daya manusia
yang mampu bersaing dengan arus globalisasi. Maka dari itu sistem pendidikan
Indonesia juga harus dapat menyesuaikan dengan tantangan tersebut. Salah satu
bentuk perubahan yang dilakukan pemerintah Indonesia melalui Kemendikbud
bapak Nadiem Makrim mengeluarkan kebijakan baru dalam sistem pendidikan
yaitu “Merdeka Belajar”. Kebijakan merdeka belajar mengutamakan 4 konsep
utama yang akan dilaksanakan pada sistem pendidikan. Dimana hal utama dalam
merdeka belajar ialah siswa dan guru menciptakan suasana belajar yang bahagia
dan menyenangkan tanpa dibebani dengan nilai dan target pencapaiana tertentu.
Merdeka belajar diharapkan akan memberikan kontribusi lebih terhadap
pengembangan sumber daya manusia, karena sumber daya manusia yang
berkualitas merupakan aset dan potensi bangsa yang sangat penting untuk
mengisi pembangunan di berbagai bidang.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekuarangan. Penulis
hanya dapat memaparkan beberapa pembahasan dalam makalah ini seperti
pengertian merdeka belajar, konsep merdeka belajar, dan merdeka belajar sebagai
reformasi pendidikan di Indonesia. Nantinya ada penulis lain yang akan lebih jauh
menjelaskan mengenai kebijakan pendidikan merdeka belajar di Indonesia.

8
DAFTAR RUJUKAN

Baro’ah, S. (2020). Kebijakan Merdeka Belajar Sebagai Strategi Peningkatan


Mutu Pendidikan. Jurnal Tawadhu Vol. 4 No. 1, 2020.

Kemendikbud. (2020). Reformasi Pendidikan Nasional Melalui Merdeka


Belajar. Online: https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/05/reformasi-
pendidikan-nasional-melalui-merdeka-belajar. Akses: 13 Desember 2020.

Kemendikbud. (2019). Mendikbud Tetapkan Empat Pokok Kebijakan


Pendidikan “Merdeka Belajar. Online:
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/mendikbud-tetapkan-empat-
pokok-kebijakan-pendidikan-merdeka-belajar. Akses: 13 Desember 2020.

Siregar, N., Sahirah, R., Harahap, A,A,. (2020). Konsep Kampus Merdeka
Belajar di Era Revolusi Industri 4.0. Journal of Islamic Education. Vol. 1 No. 1
Juni 2020

9
10

Anda mungkin juga menyukai