Anda di halaman 1dari 22

MANAJEMEN LAYANAN KHUSUS

LABORATORIUM SEKOLAH

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Layanan Khusus
Yang diampu oleh Bapak Dr. H. Ahmad Yusuf Sobri, S.Sos, M.Pd

Disusun oleh Kelompok 3:


Ahmad Furqon Akhbar NIM. 190131601242
Arumia Fairuz Husna NIM. 190131601272
Firda Nur Aini NIM. 190131601266

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FEBRUARI 2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga pada kesempatan ini dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Manajemen Layanan Khusus Laboratorium Sekolah“ tepat waktu. Dengan
tanpa mengurangi rasa hormat penulis ucapkan banyak terimakasih kepada Bapak
Dr. H. Ahmad Yusuf Sobri, S.Sos, M.Pd.
Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas kelompok.
Dengan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai mata kuliah
Manajemen Layanan Khusus. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah
ini masih terdapat berbagai macam kendala, keterbatasan ilmu dan referensi. Oleh
karena itu, penulis harapkan untuk memberikan kritik dan sarannya yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata dari penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Malang, Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Konsep Dasar Laboratorium Sekolah .......................................................... 3
B. Tujuan dan Fungsi Laboratorium Sekolah ................................................... 3
C. Jenis-Jenis Laboratorium di Sekolah ........................................................... 5
D. Fasilitas Fisik Laboratorium di Sekolah ...................................................... 7
E. Standar Ruang Laboratorium Sekolah ......................................................... 8
F. Proses Pengelolaan Laboratorium di Sekolah ............................................ 11
G. Pengembangan Manajemen Layanan Khusus Laboratorium di Sekolah ... 15
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 16
Kesimpulan ........................................................................................................ 16
DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajamen layanan khusus sekolah merupakan salah satu bagian penting
dari manajemen berbasis sekolah. Manajemen layanan khusus ditujukan
untuk mengatur segala layanan khusus yang ada pada suatu sekolah. Layanan
khusus tersebut meliputi layanan bimbingan konseling, perpustakaan sekolah,
laboratorium sekolah, ekstrakurikuler, Usaha Kesehatan Sekolah, kafetaria
sekolah, koperasi sekolah, Organisasi Siswa Intra Sekolah, transportasi
sekolah, asrama sekolah, akselerasi, kelas inklusi, dan layanan PSG-Prakerin.
Manajemen layanan khusus ditujukan untuk memberikan layanan pada
peserta didik sebagai penunjang kegiatan pembelajaran agar tujuan
pendidikan tercapai secara efektif dan efisien.
Dari banyaknya layanan khusus yang ada di sekolah tersebut, laboratorium
merupakan salah satu layanan yang penting yang harus ada di sekolah. Jenis
laboratorium ada banyak, sesuai dengan jurusan yang ada di sekolah tersebut.
Di laboratorium sekolah peserta didik dapat melaksanakan praktek,
percobaan, penyelidikan maupun pembuktian terkait dengan pembelajaran
yang didapat di sekolah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar laboratorium sekolah?
2. Bagaimana tujuan dan fungsi laboratorium sekolah?
3. Apa saja jenis-jenis laboratorium di sekolah?
4. Bagaimana fasilitas fisik yang ada di laboratorium sekolah?
5. Bagaimana standar ruang laboratorium sekolah?
6. Bagaimana proses pengelolaan laboratorium sekolah?
7. Bagaimana pengembangan manajemen layanan khusus laboratorium di
sekolah?

1
2

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar laboratorium sekolah.
2. Untuk mengetahui dan memahami tujuan dan fungsi laboratorium sekolah.
3. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis laboratorium di sekolah.
4. Untuk mengetahui dan memahami fasilitas fisik yang ada di laboratorium
sekolah.
5. Untuk mengetahui dan memahami standar ruang laboratorium sekolah.
6. Untuk mengetahui dan memahami proses pengelolaan laboratorium
sekolah.
7. Untuk mengetahui pengembangan manajemen layanan khusus
laboratorium di sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Laboratorium Sekolah


Laboratorium dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tempat atau
kamar tertentu yang dilengkapi dengan peralatan untuk mengadakan
percobaan atau penyelidikan dan sebagainya. Istilah laboratorium berasal dari
kata labora yang berarti bekerja. Menurut Zulkarnain (2018) laboratorium
sekolah adalah sarana penunjang kegiatan belajar mengajar, yang bersifat
tertutup maupun terbuka yang dimanfaatkan untuk pelaksanaan praktikum
penyelidikan, percobaan, pengembangan bahkan pembakuan. Laboratorium
tertutup biasanya dibatasi untuk empat dinding yang tidak dapat dilihat secara
bebas dari luar, sedangkan laboratorium terbuka adalah laboratorium yang
dapat dilihat secara langsung tanpa ada sekat yang membatasi, contohnya
kebun percobaan dan kolam sekolah. Adapun pengertian laboratorium
menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/
Madrasah Ibtidaiyah (SD/ MI), Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah
Tsanawiyah (SMP/ MTs), dan Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah
(SMA/ MA) adalah tempat berlangsungnya pembelajaran secara praktek yang
memerlukan peralatan khusus.
Dari beberapa sumber diatas sehingga dapat disimpulkan bahwa
laboratorium di sekolah merupakan tempat atau ruang tertentu yang
dilengkapi peralatan untuk pelaksanaan praktikum, penyelidikan, percobaan,
pengembangan dan pembakuan terhadap pembelajaran di sekolah yang
membutuhkan praktek. Laboratorium di sekolah ini sangat menunjang proses
pembelajaran peserta didik di sekolah.

B. Tujuan dan Fungsi Laboratorium Sekolah


Menurut Zulkarnain (2018) tujuan penyelenggaraan layanan labolatorium
sekolah sebagai alat penunjang kegiatan pembelajaran di sekolah, terutama
dalam praktik, penyelidikan, atau percobaan di sekolah. Terdapat tiga peran

3
4

atau fungsi utama laboratorium sekolah, yaitu sebagai sumber belajar, metode
pendidikan, dan sarana penelitian.
1. Sumber belajar, berarti laboratorium berfungsi untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor
atau melakukan percobaan.
2. Metode pendidikan, yaitu metode pengamatan dan metode percobaan.
3. Sarana penelitian, yang merupakan tempat dilakukanya berbagai
penelitian yang dapat membentuk sikap ilmiah peserta didik.
Menurut Campbell & Bohn (2008) “initial effort in the process of helping
committed science teachers to continually improve laboratory experiences. It
is hoped that these findings may also serve to focus and direct other states
and nations in appraising and improving their own students experiences”,
yang berarti pendidik berkomitmen untuk terus meningkatkan pengalaman
laboratorium pada peserta didik sehingga dapat berfungsi untuk
meningkatkan pengalaman mereka.
Menurut Wilcox-Herzog & McLaren (2012) “laboratory schools fulfill a
3-part mission. One, laboratory schools facilitate research endeavors
designed to learn more about how children grow and develop and how they
should best be educated. Two, laboratory schools provide exemplary
educational facilities for young children while educating college students
about child development and early childhood education. Third, laboratory
schools serve the early childhood professional community in the form of
training, educational presentations” yang berarti laboratorium sekolah
memiliki tiga misi yaitu memfasilitasi penelitian, menyediakan fasilitas
pendidikan untuk peserta didik, melayani peserta didik dalam bentuk
pelatihan dan presentasi pendidikan.
Tujuan umum laboratorium di sekolah menurut Hamiyah & Jauhar
(2015) adalah sebagai layanan khusus yang diberikan oleh sekolah untuk
peserta didik guna menunjang kegiatan pembelajaran. Kemudian ada pula
tujuan khusus laboratorium di sekolah, yaitu sebagai berikut.
1. Menunjang penguasaan mata pelajaran yang diajarkan oleh guru
5

2. Menumbuhkan keberanian pribadi yang sesuai dengan hak serta hakikat


kebenaran dalam segala aspek hidupnya
3. Melatih dan mengembangkan keterampilan guru dan peserta didik
4. Melatih dan membiasakan peserta didik belajar inovatif secara individu
maupun kelompok.
Fungsi laboratorium di sekolah secara umum menurut Hamiyah & Jauhar
(2015) adalah sebagai sumber belajar dan mengajar, sebagai metode
pengamatan dan percobaan, sebagai prasarana pendidikan atau wadah proses
belajar mengajar. Sedangkan fungsi khususnya yaitu sebagai berikut.
1. Untuk menguatkan kepastian informasi
2. Untuk menentukan hubungan sebab akibat
3. Untuk verifikasi faktor-faktor atau gejala-gejala tertentu
4. Untuk mempraktekkan sesuatu yang diketahui
5. Untuk mengembangkan keterampilan
6. Untuk memberikan latihan
7. Untuk membentuk siswa belajar dengan metode ilmiah dalam
memecahkan masalah
8. Untuk melakukan penelitian secara perseorangan atau kelompok
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari laboratorium di sekolah
adalah menunjang kegiatan pembelajaran peserta didik di sekolah, terutama
dalam praktik, penyelidikan, atau percobaan. Kemudian terdapat tiga fungsi
utama laboratorium di sekolah adalah sebagai sumber belajar dan mengajar,
metode pendidikan baik dalam pengamatan maupun percobaan dan sebagai
wadah proses belajar mengajar.

C. Jenis-Jenis Laboratorium di Sekolah


Jenis-jenis laboratorium di sekolah menurut Rizkita & Afriansyah (2019)
dapat dikategorikan dengan bidang studi atau kelompok bidang studi tertentu
yaitu sebagai berikut.
1. Menurut bidang studi, contohnya adalah laboratorium kimis, fisika, bahasa
dan lain sebagainya.
6

2. Menurut kelompok bidang studi, contohnya adalah laboratorium IPA dan


laboratorium IPS.
3. Menurut bidang ilmu teknik, contohnya adalah laboratorium yang
digunakan sebagai workshop atau bengkel kerja.
Menurut Hamiyah & Jauhar (2015) jenis-jenis laboratorium yang ada pada
suatu sekolah bergantung pada seberapa banyak jumlah jurusan yang ada di
sekolah tersebut serta kemampuan sekolah untuk menyediakan peralatannya.
Berikut adalah beberapa jenis laboratorium di sekolah.
1. Laboratorium Komputer
Laboratorium kompuer merupakan salah satu komponen penting
dalam melaksanakan proses belajar mengajar untuk meningkatkan mutu
pendidikan serta peningkatan mutu lulusan yang optimal. Selain itu,
menurut Ariyani (2018) laboratorium komputer adalah tempat
penggunaan teknologi informasi disekolah yang dianggap wajar. Selain
digunakan untuk tempat pembelajaran komputer juga dapat dimanfaatkan
untuk melakukan eksperimen dan eksplorasi bakat yang dimiliki oleh
peserta didik.
Menurut Farag (2018) “nowadays most educational institutions are
equipped with computer labs to provide trasining for students that
qualify them for their professional life. In today’s educational
environment, the need to provide classrooms with the best educational
technology available is vital”, yang berarti pada saat ini sangat
dibutuhkan kelas untuk memberikan pendidikan teknologi bagi peserta
didik sehingga dapat meningkatkan kualitas diri mereka.
2. Laboratorium IPA
Laboratorium IPA merupakan laboratorium yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran IPA secara praktik yang membutuhkan alat
khusus. Laboratorium IPA memiliki alat dan bahan tersendiri. Alat
adalah barang yang dapat dipakai secara berulang-ulang, contohnya
adalah pinset, pembakar spiritus, termometer, stopwatch, tabung reaksi,
gelas ukur jangka sorong, dan mikroskop. Sementara itu, bahan meliputi
zat kimia yang bersifat habis pakai. Bahan kimia tersebut memiliki tiga
7

jenis, yaitu padat, cair dan gas. Menurut Hamidah, dkk (2013) adanya
laboratorium IPA diharapkan dapat mengoptimalkan proses pengajaran
IPA, namun bukan berarti IPA tidak dapat diajarkan tanpa laboratorium.
3. Laboratorium IPS
Laboratorium IPS adalah tempat dilaksanaknnya kegiatan
pembelajaran IPS berupa praktik yang mengharuskan adanya peralatan
khusus. Menurut Supardi & Widiastuti (2014) laboratorium IPS memiliki
fungsi sebagai pelengkap pelajaran yang berupa teori, memberikan
keterampilan kerja ilmiah bagi siswa, menambah keterampilan dalam
menggunakan alat dan media, mempermudah siswa membangun konsep
dan memahami materi yang diajarkan.
4. Laboratorium Bahasa
Laboratorium bahasa adalah sebuah tempat yang digunakan untuk
memudahkan pendidik dalam menyampaikan materi terhadap peserta
didik yang terkait dengan bahasa, baik bahasa Indonesia maupun bahasa
asing. Menurut Putri (2016) terdapat tiga fungsi dasar laboratorium
bahasa yaitu, percakapan (conversation), mendengarkan (listening), dan
funsi manajemen instruktur dalam mengatur kegiatan belajar mengajar.
Berdasar pada sumber-sumber diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis
laboratorium di sekolah ada empat yaitu laboratorium komputer, laboratorium
IPA, laboratorium IPS, dan laboratorium bahasa. Keempat jenis laboratorium
di sekolah tersebut dapat khususkan lagi berdasarkan budang studi contohnya
adalah laboratorium kimia dan laboratorium fisika.

D. Fasilitas Fisik Laboratorium di Sekolah


Menurut Imron dalam Zulkarnain (2018) laboratorium di sekolah
memerlukan berbagai ruangan yang disesuaikan dengan fungsinya. Oleh
karena itu dibutuhkan beberapa ruangan penunjang laboratorium sebagai
berikut.
1. Studio, tempat dimana peserta didik dapat merekam suaranya dengan alat
perekam video, merekan penampilannya dengan peralatan visual,
merekan penampilan dan suara dengan peralatan audiovisual.
8

2. Ruang persiapan, ruangan khusus dimana digunakan untuk


mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipakai untuk peragaan,
eksperimen, maupun penyelidikan.
3. Gudang, tempat menyimpan alat dan bahan.
4. Ruangan bercerobong, ruangan untuk melakukan percobaan-percobaan
yang mengeluarkan asap berbahaya.
5. Kebun percobaan, tempat yang digunakan peserta didik untuk melakukan
percobaan-percobaan khususnya yang berkaitan dengan biologi.
6. Ruangan penyimpanan skema, bagan dan model, khususnya pada
laboratorium ilmu-ilmu sosial.
Selain ruangan penunjang, laboratorium di sekolah juga mengadakan
fasilitas untuk memberikan pelayanan yang baik kepada peserta didik.
Fasilitas-fasilitas tersebut menurut Imron dalam Zulkarnain (2018) adalah
sebagai berikut.
1. Perabot, terdiri dari meja, kursi, rak, alat, dan bahan.
2. Perkakas, terdiri dari pisau, gunting, palu, obeng, kikir, pengungkit,
pemotong, pengepres, dan lain sebagainya.
3. Alat peraga, terdiri dari model, bagan, gelas, buku, peta, foto, maket dan
lain sebagainya.
4. Kotak obat, lengkap beserta obat yang dibutuhkan peserta didik jika
mengalami kecelakaan kerja.
5. Alat pemadam kebakaran
Jadi, dapat disimpulkan bahwa fasilitas fisik laboratorium di sekolah ada
dua yaitu ruangan penunjang dan berbagai fasilitas. Ruangan penunjang
meliputi studio, ruang persiapan, gudang, ruangan bercerobong, kebun
percobaan dan ruangan penyimpanan skema, bagan dan model. Fasilitas-
fasilitas meliputi perabot, perkakas, alat peraga, kotak obat dan alat pemadam
kebakaran.

E. Standar Ruang Laboratorium Sekolah


Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia telah mengatur standar
tentang sarana dan prasarana pendidikan di tiap jenjang pendidikan. Hal
9

tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik


Indonesia Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) serta Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2008 tentang Standar Sarana
dan Prasarana untuk Skeolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah
Kejuruan (SMK/ MK).
Standar ruang laboratorium dibedakan di setiap jenjang pendidikan.
Menurut Zulkarnain (2018) terdapat tiga standar ruang yaitu standar ruang
laboratorium di SD/ MI & SMP/ MTs, laboratorium SMA/ MA dan
laboratorium SMK/ MK.
1. Laboratorium di SD/MI & SMP/MTs
Jenjang pendidikan SD/MI atau SMP/MTs wajib memiliki
laboratorium IPA, tetapi yang membedakanya adalah ada tidaknya
ruangan khusus untuk laboratorium tersebut di SD/MI dapat
memanfaatkan ruang kelas sebagai laboratorium IPA tanpa harus
menyediakan ruang khusus. Sedangkan di SMP/MTs wajib menyediakan
ruangan khusus untuk labolatorium karena diharuskan adanya praktik.
Standar ruangnya sebagai berikut.
a. Ruang laboratorium setidaknya harus bisa menampung satu
rombongan belajar
b. Ukuran ruang kelasnya paling sedikit adalah 2,4 𝑚2/peserta didik,
bagi rombongan belajar yang jumlahnya kurang dari 20 orang.
c. Luas minimum ruanganya adalah 48 𝑚2, luas itu termasuk ruang
penyimpanan dan persiapan yang memiliki luas 18 𝑚2 .
d. Lebar minimumnya adalah 5 m.
2. Laboratorium di SMA/MA
Jenjang pendidikan di SMA/MA memiliki standar ruang
laboratorium yang lebih kompleks daripada di SMP/MTs sehingga
klasifikasi laboratorium dapat dibedakan berdasarkan disiplin ilmunya.
Terdapat lima jenis ruang laboratorium di SMA/MA yaitu laboratorium
10

biologi, fisika dan kimia sebagai tempat dilaksanakannya proses


pembelajaran secara praktik yang memerlukan peralatan khusus.
Laboratorium komputer berfungsi sebagai tempat keterampilan dalam
bidang teknologi informasi dan komunikasi dikembangkan. Sedangkan
ruang laboratorium bahasa memiliki fungsi sebagai tempat
mengembangkan keterampilan berbahasa peserta didik khusus sekolah
yang memiliki jurusan bahasa. Standar ruangnya sebagai berikut.
a. Ruang laboratorium tersebut setidaknya harus bisa menampung paling
sedikit satu rombel.
b. Untuk laboratotium biologi fisika dan kimia harus memiliki luas ruang
minimum 2,4 𝑚2/peserta didik, tetapi untuk rombel yang memiliki
jumlah peserta didik kurang dari 20 orang luas ruangan paling sedikit
adalah 48 𝑚2 yang sudah termasuk ruang penyimpangan dan
persiapan seluas 18 𝑚2.
c. Untuk laboratorium komputer dan bahasa ukuran ruangannya
minimum 2 𝑚2/ peserta didik, tetapi untuk rombongan belajar dengan
peserta didik yang berjumlah kurang dari 15 orang luas ruang
laboratorium minimumnya adalah 30 𝑚2 .
d. Lebar minimum semua ruang laboratorium adalah 5 m.
3. Laboratorium di SMK/MAK
SMK/MAK memiliki ruang laboratorium sebanyak enam jenis dan
satu ruang praktik gambar, enam jenis ruang laboratorium tersebut
meliputi laboratorium biologi, laboratorium fisika, laboratorium kimia,
laboratorium IPA, laboratorium komputer, laboratorium bahasa. Ruang
laboratorium di SMK/MAK digunakan ketika proses pembelajaran yang
membutuhkan alat khusus. Standar ruangnya sebagai berikut.
a. Daya tampung yang harus dimiliki adalah setengah rombel.
b. Ukuran ruang laboratorium minimum 3 𝑚2 /peserta didik.
c. Luas minimum yang harus dimiliki adalah 16 𝑚2 termasuk luas
penyimpanan dan persiapan selebar 16 𝑚2
d. Lebar minimum laboratorium adalah 8 m.
11

SMK/MAK memiliki prasarana yang membedakan dengan sekolah


lain, prasarana tersebut adalah ruang praktik gambar teknik. Ruang
praktik gambar teknik digunakan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan
pembelajaran menggambar teknik, penghitungan bahan, dan menghitung
biaya. Ruang ini merupakan ruang pembelajaran umum, ruang ini harus
memiliki luas minimum 64 𝑚2 dan lebar 8 m. Ruangan ini setidaknya
harus bisa menampung setengah rombel dan rasio minimumnya adalah
3 𝑚2/peserta didik.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 40 tahun 2008 Tentang Standar Sarana dan Prasarana
untuk Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan
(SMK/MAK) standar sarana ruang praktik gambar teknik terdiri dari
perabot, peralatan, pendidikan, dan perlengkapan lain yang mendukung
kegiatan pembelajaran. Perabot meliputi meja gambar, kursi gambar, dan
lemari yang digunakan untuk menyimpan alat dan bahan praktik. Peralatan
meliputi alat-alat untuk membantu peserta didik ketika menggambar
perhitungan bahan dan menghitung anggaran biaya. Media pendidikan
dalam ruangan itu setidaknya meliputi papan tulis yang dapat digunakan
paling sedikit 16 peserta didik. Sedangkan perlengkapan lain yang
mendukung adalah kotak kontak listrik, jam dinding, dan perpustakaan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa standar ruang laboratorium dapat
dibedakan menjadi tiga standar ruang yaitu standar ruang laboratorium di
SD/MI & SMP/MTs, laboratorium SMA/MA dan laboratorium SMK/MAK.
Standar ruang tersebut mengacu pada Permendiknas Nomor 24 tahun 2007
tentang Standar Sarana Dan Prasarana untuk SD/MI & SMP/MTs, SMA/MA,
serta Permendiknas Nomor 40 tahun 2008 tentang Standar Sarana dan
Prasarana untuk SMK/ MK.

F. Proses Pengelolaan Laboratorium di Sekolah


Proses pengelolaan laboratorium di sekolah menurut Zulkarnain (2018)
adalah sebagai berikut.
1. Perencanaan (Planning)
12

Perencanaan laboratorium sekolah terdiri dari perencanaan dan


pemeliharaan alat-alat dan bahan-bahan serta sarana prasarana,
perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan, serta rencana
pengembangan laboratorium, pengadministrasian, dan pengadaan alat dan
bahan laboratoium, serta alokasi dana laboratorium. Pengadministrasian
alat-alat dan bahan-bahan laboratorium bertujuan agar dimudahkan dalam
mengetahui jenis alat atau bahan yang ada di laboratorium, jumlah tiap alat
dan bahan, jumlah pembelian atau tambahan, serta jumlah yang pecah,
hilang, atau habis. Ketika melakukan pencatatan alat dan bahan
laboratorium yang diperlukan adalah format atau buku perangkat
administrasi yang mencangkup buku inventaris, kartu stok, kartu
permintaan atau peminjaman alat/ bahan, buku catatan harian, kartu alat/
bahan yang rusak, kartu reparasi, dan format label. Perangkat administrasi
dapat dilengkapi dengan menambah buku daftar alat dan bahan, jadwal
kegiatan laboratorium, dan program semester kegiatan laboratorium.
Menurut Gorey (2012) “when planning school science laboratories
the planners and designers need to address long-term educational and
structural implications. To do so, they must look carefully at the
educational, environment and physical sustainability of their designs”,
yang berarti ketika merencanakan laboratorium harus dipikirkan untuk
pendidikan jangka panjang, karena itu harus dipikirkan secara seksama dan
matang.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Organisasi laboratorium merupakan suatu kegiatan kerja sama dari
dua orang atau lebih, sekelompok barang, atau unit tertentu tentang
laboratorium untuk mencapai tujuan yang telah sekolah tentukan.
Mengorganisasikan laboratorium yaitu kegiatan pengelompokan orang
atau petugas dan sumber daya lain untuk melakukan suatu rencana atau
program yang bertujuan untuk mencapai keinginan sekolah secara efektif
dan efisien. Laboratorium memiliki pengelola yang meliputi koordinator
laboratorium (korlap) yang bertanggung jawab mengkoordinasi seluruh
laboratorium yang terdapat disuatu sekolah. Adapun struktur organisasi
13

laboratorium di sekolah adalah koordinator laboratorium yang


bertanggung jawab mengoordinasikan seluruh laboratorium yang ada di
sekolah, kepala laboratorium yang harus menguasai bidang ilmu yang
dikepalainya, teknisi yang membantu kepala laboratorium dalam
mempersiapkan dan memelihara alat dan bahan praktikum, serta laboran
yaitu tenaga yang membantu kepala laboratorium dalam mengelola alat
bahan dan melayani kegiatan praktikum.
Untuk menjadi seorang kepala laboratorium terdapat dua jalur yang
dapat ditempuh yaitu melalui jalur guru dan jalur laboran.
a. Jalur guru, persyaratan yang harus dipenuhi yaitu:
1) Pendidikan minimal S-1;
2) Berpengalaman minimal 3 tahun sebagai pengelola praktikum;
3) Memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah atau madrasah
dari perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh
pemerintah.
b. Jalur laboran, ada beberapa persyaratan, yaitu:
1) Pendidikan minimal D-3;
2) Pengalaman minimal 5 tahun sebagai laboran;
3) Memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah atau madrasah
dari perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan
pemerintah.
Sedangkan kualifikasi teknisi laboratorium minimal lulusan D-2 dan
untuk laboran laboratorium minimal lulusan D-1. Keduanya harus relevan
dengan peralatan laboratorium serta sertifikat yang berasal dari perguruan
tinggi atau lembaga yang ditetapkan pemerintah.
3. Penggerakan (Actuating)
Pemeliharaan dan perawatan yang baik harus dilakukan agar
peralatan dan bahan laboratorium dapat awet dan tidak cepat rusak,
pemeriksaan serta pembersihan juga harus dilakukan secara berkelanjutan.
Contoh dari kegiatan pemeliharaan antara lain: perawatan rutin, perawatan
darurat, dan perawatan perawatan preventif. Ada beberapa macam
pengelompokan penyimpanan alat/bahan laboratorium, yaitu:
14

a. Alat/ bahan yang sering dipakai;


b. Alat/ bahan yang tidak dapat diambil sendiri oleh peserta didik;
c. Alat/ bahan yang jarang dipakai; dan
d. Alat/ bahan yang berbahaya.
Untuk menjaga keamanan dan keselamatan maka peserta didik harus
menaati peraturan yang ada di laboratorium. Sanksi perlu diadakan dan
diberikan ketika seorang peserta didik atau orang yang sedang melakukan
praktikum melakukan pelanggaran terhadap tata tertib yang berlaku. Tata
tertib tersebut dibuat oleh koordinator laboratorium beserta para guru
mata pelajaran.
4. Pengawasan (Controlling)
Dalam mengelola laboratorium sekolah terdapat tiga tahap
controlling yaitu dengan mengadakan pengawasan, pelaporan, dan
penghapusan.
a. Pengawasan secara intensif, bisa berupa yang sifatnya preventif
maupun kuratif agar penggunaan dan pemeliharaan peralatan dan
bahan-bahan laboratorium dapat dilakukan secara efektif.
b. Pengecekan secara rutin terhadap peralatan dan bahan-bahan yang ada
di laboratorium.
c. Penghapusan, dilakukan apabila biaya perawatan lebih besar daripada
fungsinya. Penghapusan barang atau bahan-bahan bisa melalui
pemusnahan, pelelangan, atau menghibahkan ke instansi lain yang
lebih membutuhkan.
Ketika akan melakukan praktikum, guru perlu melakukan asistensi
untuk meminimalisir kerusakan alat-alat laboratorium yang biasanya
disebabkan oleh kesalahan penggunaan alat. Namun hal yang paling
terpenting dalam pengawasan adalah penanaman kesadaran diri kepada
peserta didik bahwa laboratorium adalah bagian dari sekolah yang
membantu prestasi belajar, sehingga harus ikut menjaga dan merawat apa
yang ada di laboratorium sekolah, seperti setiap kali selesai melakukan
praktikum peserta didik harus membersihkan alat dan meja praktikum.
Kemudian perlu dilakukan pendelegasian pengawasan secara teratur agar
15

dapat menghemat tenaga para pengelola laboratorium sehingga


pengawasan dapat berjalan secara efektif.
Berdasar pada sumber tersebut maka dapat disimpulkan bahwa proses
pengelolaan laboratorium di sekolah meliputi perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Perencanaan tersebut
meliputi perencanaan pengadaan alat dan bahan laboratorium. Pengelola
laboratorium terdiri atas koordinator laboratorium, kepala laboratorium,
teknisi laboratorium, dan laboran. Pemeliharaan dan perawatan yang baik
harus dilakukan agar peralatan dan bahan laboratorium dapat awet dan tidak
cepat rusak. Tiga tahap pengawasan yaitu dengan mengadakan pengawasan,
pelaporan, dan penghapusan.

G. Pengembangan Manajemen Layanan Khusus Laboratorium di Sekolah


Pada zaman sekarang telah memasuki era teknologi yang sudah begitu
canggih, oleh karena itu perlu adanya pengembangan manajemen layanan
khusus laboratorium di sekolah sebagai berikut.
1. Pengelolaan data alat dan bahan serta alat peraga dan perabot lain
disimpan dalam sebuah sistem informasi atau di-digitalisasi.
2. Pengembangan sistem informasi atau aplikasi yaitu laboratorium maya
untuk mempermudah peserta didik dalam memvisualisasikan suatu bahan
pembelajaran.
Pengembangan tersebut sejalan dengan pendapat Muhamad, dkk (2012)
yang menyatakan bahwa “important components contained in science
subjects like Physics, Chemistry and Biology include the aspects of doing
experiment. As students embark in the process of doing experiment in the lab,
they have to face some constraints such as safety, time and cost” yang berarti
bahwa pada saat melakukan praktikum di laboratorium terutama mengenai
fisika, kimia dan biologi maka peserta didik akan menghadapi komponen
yang mengandung bahan-bahan penting dan harus menghadapi kendala
keselamatan, waktu dan biaya, sehingga akan lebih baik jika dikembangkan
laboratorium virtual atau laboratorium maya.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Laboratorium di sekolah merupakan tempat atau ruang tertentu yang
dilengkapi peralatan untuk pelaksanaan praktikum, penyelidikan, percobaan,
pengembangan dan pembakuan terhadap pembelajaran di sekolah yang
membutuhkan praktek. Tujuan utama dari laboratorium di sekolah adalah
menunjang kegiatan pembelajaran peserta didik di sekolah, terutama dalam
praktik, penyelidikan, atau percobaan. Kemudian terdapat tiga fungsi utama
laboratorium di sekolah adalah sebagai sumber belajar dan mengajar, metode
pendidikan baik dalam pengamatan maupun percobaan dan sebagai wadah proses
belajar mengajar.
Jenis-jenis laboratorium di sekolah ada empat yaitu laboratorium komputer,
laboratorium IPA, laboratorium IPS, dan laboratorium bahasa. Keempat jenis
laboratorium di sekolah tersebut dapat khususkan lagi berdasarkan budang studi
contohnya adalah laboratorium kimia dan laboratorium fisika.
Fasilitas fisik laboratorium di sekolah ada dua yaitu ruangan penunjang dan
berbagai fasilitas. Ruangan penunjang meliputi studio, ruang persiapan, gudang,
ruangan bercerobong, kebun percobaan dan ruangan penyimpanan skema, bagan
dan model. Fasilitas-fasilitas meliputi perabot, perkakas, alat peraga, kotak obat
dan alat pemadam kebakaran.
Standar ruang laboratorium dapat dibedakan menjadi tiga standar ruang yaitu
standar ruang laboratorium di SD/MI & SMP/MTs, laboratorium SMA/MA dan
laboratorium SMK/MAK. Standar ruang tersebut mengacu pada Permendiknas
Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana Dan Prasarana untuk SD/MI &
SMP/MTs, SMA/MA, serta Permendiknas Nomor 40 tahun 2008 tentang Standar
Sarana dan Prasarana untuk SMK/ MK.
Proses pengelolaan laboratorium di sekolah meliputi perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Perencanaan tersebut meliputi
perencanaan pengadaan alat dan bahan laboratorium. Pengelola laboratorium
terdiri atas koordinator laboratorium, kepala laboratorium, teknisi laboratorium,

16
17

dan laboran. Pemeliharaan dan perawatan yang baik harus dilakukan agar
peralatan dan bahan laboratorium dapat awet dan tidak cepat rusak. Tiga tahap
pengawasan yaitu dengan mengadakan pengawasan, pelaporan, dan penghapusan
Pada zaman sekarang telah memasuki era teknologi yang sudah begitu
canggih, oleh karena itu perlu adanya pengembangan manajemen layanan khusus
laboratorium di sekolah yaitu pengelolaan data alat dan bahan serta alat peraga
dan perabot lain disimpan dalam sebuah sistem informasi serta pengembangan
sistem informasi atau aplikasi yaitu laboratorium maya untuk mempermudah
peserta didik dalam memvisualisasikan suatu bahan pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN

Ariyani, R. 2018. “Manajemen Laboratorium Komputer Dalam Pemberdayaan


Keterampilan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) Siswa SMK
Negeri Se-Provinsi Jambi.” (Online), (http://repository.uinjambi.ac.id/169/.,
diakses 8 Februari 2020)
Campbell, T. & Bohn, C. 2008. “Science Laboratory ExpScience Laboratory
Experiences of High School Students Across One State in the U.S.:
Descriptive Research from the Classroom.” Science Educator 17(1).
(Online), (https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ886169.pdf., diakses 15 Februari
2020)
Farag, S. G. 2018. “Computer Laboratory Teaching Management System for
Improving Teaching and Learning.” iJOE 14(9). (Online),
(https://www.researchgate.net/publication/327985597_Computer_Laboratory
_Teaching_Management_System_for_Improving_Teaching_and_Learning.,
diakses 18 Februari 2020)
Gorey, A. 2012. “School Science Laboratories: Planning For Sustainability.”
(Online), (http://www.oecd.org/australia/2032085.pdf., diakses 18 Februari
2020)
Hamidah, A., Sari, N. & Budianingsih, R. S. 2013. “Manajemen Laboratorium
Biologi Beberapa SMA Swasta Di Kota Jambi.” Jurnal Sainmatika 7(1).
(Online), (https://media.neliti.com/media/publications/221192-manajemen-
laboratorium-biologi-beberapa.pdf., diakses 8 Februari 2020)
Hamiyah, N. & Jauhar, M. 2015. Pengantar Manajemen Pendidikan Di Sekolah.
Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2009. Jakarta: PT Media Pustaka Phoenix.
Muhamad, M., Zaman, H. B. & Ahmad, A. 2012. “Virtual Biology Laboratory
(VLab-Bio): Scenario-Based Learning Approach.” International Conference
on Education and Educational Psychology 69: 162–68. (Online),
(https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042812053815.,
diakses 18 Februari 2020)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2007 Tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/
Madrasah Ibtidaiyah (SD/ MI), Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah
Tsanawiyah (SMP/ MTs), Dan Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah
(SMA/ MA). (Online),
(http://vervalsp.data.kemdikbud.go.id/prosespembelajaran/file/Permendiknas
No 24 Tahun 2007.pdf., diakses 8 Februari 2020)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 40 Tahun
2008 Tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah Menengah
Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK). (Online),
(http://luk.tsipil.ugm.ac.id/atur/bsnp/Permendiknas40-2008SarprasSMK.pdf.,

18
19

diakses 8 Februari 2020)


Putri, O. T. D. 2016. “Manajemen Laboratorium Bahasa Dalam Meningkatkan
Kemampuan Percakapan Bahasa Inggris SMA.” Nur El-Islam 3(1). (Online),
(https://media.neliti.com/media/publications/226445-manajemen-
laboratorium-bahasa-dalam-meni-44754b10.pdf., diakses 15 Februari 2020)
Rizkita, N. I. & Afriansyah, H. 2019. “Administrasi Layanan Khusus.” (Online),
(https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://osf.io/q4
n7e/download/%3Fformat%3Dpdf&ved=2ahUKEwjH0Ozb_NfnAhXTxjgG
HRSBCRYQFjANegQIARAB&usg=AOvVaw3zDoSva2HApIvC1dbvXT8
C., diakses 15 Februari 2020)
Supardi & Widiastuti, A. 2014. “Pemanfaatan Labarotorium IPS SMP.”
JIPSINDO 1(2). (Online),
(https://journal.uny.ac.id/index.php/jipsindo/article/view/2886/2410., diakses
15 Februari 2020)
Wilcox-Herzog, A. S. & McLaren, M. S. 2012. “Lessons Learned: Building a
Better Laboratory School.” NALS Journal 4(1). (Online),
(https://digitalcommons.ric.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1021&context=n
als., diakses 18 Februari 2020)
Zulkarnain, W. 2018. Manajemen Layanan Khusus Di Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara.

Anda mungkin juga menyukai