Anda di halaman 1dari 14

Makalah

Judul: pilar- pilar belajar menurut UNESCO

Nama – nama yang menyusun:


Veronika korain
Shintia hosyo
Kata pengantar
Alhamdulillah, Puja dan Puji hanya layak tercurahkan kepada Allah SWT. ,
karena atas limpahan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan
kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam. Manusia
istimewa yang seluruh perilakunya layak untuk diteladani, yang seluruh
ucapannya adalah kebenaran, yang seluruh getar hatinya kebaikan. Sehingga
Penulis dapat menyelesaikan tugas mandiri ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “4 PILAR
PENDIDIKAN “, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik
itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan. Walaupun makalah ini kurang sempurna dan
memerlukan perbaikan tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi
pembaca. Penulis menyimpulkan bahwa tugas mandiri ini masih belum
sempurna, oleh karena itu Penulis menerima saran dan kritik, guna
kesempurnaan tugas mandiri ini dan bermanfaat bagi Penulis dan pembaca
pada umumnya.

Sorong 18 September 2023


Kelompok Il
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………..….
KATA PENGANTAR……………………………………………………….…
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….….
1.1 .Latar Belakang Masalah……………………………………………………
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………….
1.3. Tujuan………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………
A. Makna Empat Pilar Pendidikan Menurut UNESCO…………………...
B. Garis Besar Mengenai ke Empat Pilar Pendidikan UNESCO…………....
BAB III PENUTUP…………………………………………………………...
3.1 Kesimpulan………………..……………………………………………….
3.2 Saran……………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


1.2 Zaman terus berjalan dan semakin modern, tantanganpun semakin
banyak di hadapan mata. Sekarang Indonesia sedang mencanangkan
untuk menghadapi MEA ( Masyarakat Ekonomi Asean) 2015 dimana
semua masyrakat Indonesia secara tidak langsung tertuntut untuk
mampu mengembangkan apa yang mereka miliki untuk menhadapi hal
itu. Dalam menghadapi tantangan di masa depan, seluruh masyarakat
yang khususnya masih dalam dunia pendidikan harus memiliki kualitas
yang mendukung. Dalam upaya meningkatkan kualitas tersebut , tidak
ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan
kualitas pendidikan bagi suatu bangsa, bagaimanapun harus menjadi hal
yang lebih diutamakan. Sebab kualitas pendidikan sangat penting
artinya, karena hanya manusia yang berkualitas saja yang bisa bertahan
hidup di masa depan. Manusia yang dapat bergumul dalam masa
dimana dunia semakin sengit tingkat kompetensinya adalah manusia
yang berkualitas. Manusia demikianlah yang diharapkan dapat bersama-
sama manusia yang lain turut bepartisipasi dalam percaturan dunia yang
senantiasa berubah dan penuh teka-teki.
Kualitas pendidikan suatu bangsa tidak dengan sendirinya terwujud begitu
saja, namun diperlukan adanya usaha serta landasan dalam pemwujudannya.
Sebagai mahasiswa jurusan keguruan dan ilmu pendidikan sudah selayaknya
kita mengetahui tentang pendidikan itu sendiri khususnya apa saja unsur-
unsur pendidikan sampai dengan pilar-pilar pendidikan. Disini dirasakan
perlu mengetahui apa saja pilar-pilar dari pendidikan itu sendiri agar
senantiasa para penikmat pendidikan bisa berorientasi pada produk dan hasil
belajar. Kemudian agar kita sebagai mahasiswa yang sedang belajar untuk
dapat menguatkan sistem pendidikan khususnya pendidikan di Indonesia
serta bagaimana kita bisa mengkonstruksi dasar dari suatu pendidikan serta
adanya oknum pendidikan yang belum bisa mengaplikasikan pilar-pilar
pendidikan.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalahnya sebagai
berikut :
1. Apa sajakah pilar-pilar pendidikan?
1. Bagaimana peran dari pilar-pilar pendidikan?
1.3.Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pilar-pilar pendidikan yang ada.
1. Untuk mengetahui peran dari masing-masing pilar-pilar pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

Pilar merupakan sebuah penopang atau penyangga, dalam sebuah


bangunan pilar yang dapat membuat bangunan berdiri tegak dan kokoh.
Dalam sistem pendidikan juga demikian terdapat pilar yang menjadi
penyangga sehingga sebuah sistem dapat berdiri untuk mencapai tujuan
pendidikan. Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa tidak ada cara
lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan.Pada saat ini telah ada
rumusan mengenai pilar tersebut yang paling terkenal adalah 4 (empat) pilar
pendidikan yang dirumuskan oleh Unesco yaitu : learning to know, learning
to do, learning to be, dan learning to live together atau belajar untuk
mengetahui, belajar melakukan (berkarya), belajar, belajar untuk menjadi
(berkembang utuh), dan untuk hidup bersama.

A. Makna Empat Pilar Pendidikan Menurut UNESCO

1. Learning To Know ( Belajar Untuk Mengetahui)


Learning to know mengandung makna bahwa belajar tidak hanya
berorientasi pada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga harus
berorientasi pada proses belajar. Dalam proses belajar, peserta didik bukan
hanya menyadari apa yang harus di pelajari tetapi juga diharapkan menyadari
bagaimana cara mempelajari apa yang seharusnya dipelajari. Kesadaran
tersebut, memungkinkan proses belajar tidak terbatas di sekolah saja, akan
tetapi memungkinkan peserta didik untuk belajar secara berkesinambungan.
Learning to know bukan sebatas proses belajar di mana pelajar
mengetahui dan memiliki materi informasi sebanyak-banyaknya, menyimpan
dan mengingat, namun juga kemampuan untuk dapat memahami makna
dibalik materi yang telah diterimanya. Learning to know adalah suatu proses
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk menghayati dan
akhirnya dapat merasakan serta dapat menerapkan cara memperoleh
pengetahuan. Suatu proses yang memungkinkannya tertanam sikap ilmiah
yaitu sikap ingin tahu dan selanjutnya menimbulkan rasa mampu untuk
mencari jawaban atas masalah yang dihadapi secara ilmiah. Belajar untuk
mengetahui artinya bahwa seseorang harus senang mencari tahu yang
bertujuan untuk menjalankan proses pendidikan dengan baik.
Ada dua konsep yang perlu diterapkan oleh peserta didik dalam hal belajar
yaitu apa yang perlu diketahui dan bagaimana cara efektif untuk
mengetahuinya. Artinya bahwa dalam belajar untuk mengetahui, peserta
didik harus memiliki tujuan yang akan dicapainya, hal apa saja yang harus
diketahuinya, dan bagaimanakah cara atau proses yang harus ditempuhnya
untuk dapat mengetahui hal-hal yang ingin ia ketahui. Dalam
pengimplementasian “learning to know” (belajar untuk mengetahui), guru
atau pendidik memiliki pean yang cukup besar, karena lewat guru atau
pendidik pulalah tunas tunas bangsa Indonesia berada, sehingga pendidik
harus mampu berperan sebagai berikut:
a. Guru berperan sebagai sumber belajar
Peran ini berkaitan penting dengan penguasaan materi pembelajaran.
Dikatakan guru yang baik apabila ia dapat menguasai materi pembelajaran
dengan baik, sehingga benar-benar berperan sebagi sumber belajar bagi anak
didiknya.
b. Guru sebagai Fasilitator
Guru berperan memberikan pelayanan memudahkan siswa dalam kegiatan
proses pembelajaran.
c. Guru sebagai pengelola
Guru berperan menciptakan suasana belajar yang memungkinkan siswa
dapat belajar secara nyaman.
d. Guru sebagai demonstrator
Guru berperan untuk menunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat
membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang
disampaikan.
e. Guru sebagai pembimbing
Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu bisa dilihat dari adanya setiap
perbedaan. Perbedaan inilah yang menuntut guru harus berperan sebagai
pembimbing.
f. Guru sebagai mediator
Guru selain dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang media pendidikan
juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan media dengan
baik.
g. Guru sebagai Evaluator
Yakni sebagai penilai hasil pembelajaran siswa. Dengan penilaian tersebut,
guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa
terhadap pelajaran, serta ketepatan/ keefektifan metode mengajar.

2. Learning to do (belajar untuk menerapkan)


Learnning to do mengandung makna bahwa belajar bukanlah sekedar
mendengar dan melihat untuk mengakumulasi pengetahuan, akan tetapi
belajar dengan dan untuk melakukan sesuatuyang diperlukan dalam
menghadapi tantangan kehidupan. Learning to do juga berarti proses
pembelajaran berorientasi pada pengalaman langsung (learning by
experience) Learning to do bukanlah pembelajaran yang hanya
menumbuhkembangkan kemampuan berbuat mekanis dan keterampilan
tanpa pemikiran; tetapi mendorong peserta didik agar terus belajar
bagaimana menumbuhkembangkan kerja, juga bagaimana mengembangkan
teori atau konsep. Learning to do tidak hanya tertuju pada penguasaan suatu
keterampilan bekerja, tetapi juga secara lebih luas berkenaan dengan
kompetisi atau kemampuan yang berhubungan dengan banyak situasi dan
bekerja dalam tim.
Learning to do merupakan konsekuensi dari learning to know. Setelah
peserta didik itu belajar mengetahui, belajar untuk mencari hal-hal yang ingin
diketahuinya, maka peserta didik tersebut diiringi dengan potensi yang
dimilikinya, ia harus harus bisa menghasilkan suatu karya dari potensi yang
dimilikinya. Belajar merupakan suatu proses untuk mengembangkan diri
individu, khususnya belajar di sini yaitu dalam pendidikan formal (lingkungan
sekolah). Dalam hal ini juga, Learning to do mempersiapkan perserta didik
atau manusia untuk dapat bisa hidup di masyarakat, terjun ke dunia kerja,
menghasilkan kreativitas yang dimilikinya. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal dan sebagai wadah masyarakat dalam belajar seyogjanya
dapat memfasilitasi siswanya untuk mengaktualisasikan keterampilan yang
dimiliki, serta bakat dan minatnya agar “Learning to do” (belajar untuk
melakukan sesuatu)dapat terealisasi. Walau sesungguhnya bakat dan minat
anak dipengaruhi faktor keturunan namun tumbuh dan berkembangnya
bakat dan minat juga bergantung pada lingkungan. Seperti kita ketahui
bersama bahwa keterampilan merupakan sarana untuk menopang kehidupan
seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan
pengetahuan saja.
Sekolah juga berperan penting dalam menyadarkan peserta didik bahwa
berbuat sesuatu begitu penting. Oleh karena itulah peserta didik mesti
terlibat aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Tujuannya adalah
agar peserta didik terbiasa bertanggung jawab, sehingga pada akhirnya
peserta didik terlatih untuk memecahkan masalah.

3. Learning to be (Belajar untuk menjadi)


Robinson Crussoe berpendapat bahwa manusia itu tidak bisa hidup sendiri
tanpa kerja sama atau dengan kata lain manusia saling tergantung dengan
manusia lain. Manusia di era sekarang ini bisa hanyut ditelan waktu jika tidak
berpegang teguh pada jati dirinya. Learning to be akan menuntun peserta
didik menjadi ilmuwan sehingga mampu menggali dan menentukan nilai
kehidupannya dan menentukan nilai kehidupannya sendiri dalam hidup
bermasyarakat sebagai hasil belajarnya.
Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses
menjadi diri sendiri (learning to be). Hal ini erat sekali kaitannya dengan
bakat, minat, perkembangan fisik, kejiwaan, pribadi anak serta kondisi
lingkungannya. Misal : bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati dirinya
bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa
yang pasif, peran guru sebagai kompas penunjuk arah sekaligus menjadi
fasilitator sangat diperlukan untuk menumbuhkembangkan potensi diri siswa
secara utuh dan maksimal. Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses
pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai
dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang
yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri.
Belajar untuk dapat mandiri, menjadi orang yang bertanggung jawab untuk
mewujudkan tujuan bersama. Learning to be yaitu mengembangkan
kepribadian dirinya sendiri dan mampu berbuat dengan kemandirian yang
lebih besar, perkembangan dan tanggung jawab pribadi. Learning to be
merupakan pelengkap dari learning to know dan learning to do.

4. Learning to live together


Belajar memahami dan menghargai orang lain, sejarah mereka dan nilai-nilai
agamanya. Terjadinya proses “learning to live together” (belajar untuk
menjalani kehidupan bersama), pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup
bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu
dikembangkan disekolah. Kondisi seperti inilah yang memungkinkan
tumbuhnya sikap saling pengertian antar ras, suku, dan agama. Dengan
kemampuan yang dimiliki, sebagai hasil dari proses pendidikan, dapat
dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana
individu tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri sesuai
dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam
kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat
(learning to live together). Konsep learning to live together tumbuh karena
perlunya kerjasama dalam menyelesaikan proyek-proyek kolaboratif. Dengan
demikian diharapkan dapat menjadi cara yang efektif untuk mencegah
munculnya suatu konflik. Tugas pendidik terkait dengan pilar ini adalah
menumbuhkan kesadaran peserta didik tentang keberagaman dalam
masyarakat dan menanamkan rasa saling ketergantungan antar sesama
manusia (aspek sosial).

B. Garis Besar Mengenai ke Empat Pilar Pendidikan UNESCO :


a. Kekuatan
Ke empat pilar pendidikan tersebut dirancang sangat bagus, dengan tujuan
yang bagus pula, dan sesuai dengan keadaan zaman sekarang yang menuntut
pesera didik tidak hanya diajarkan IPTEK, kemudian dapat bekerja sama dan
memecahkan masalah, akan tetapi juga hidup toleran dengan orang lain
ditengah-tengah maraknya perbedaan pendapat dimasyarakat. Dengan ke
kempat pilar ini akan bisa tercapai pendidikan yang berkualitas.
b. Kelemahan
Meskipun ke empat pilar pendidikan ini dirancang sedemikian bagusnya,
namun perlu diingat, masih banyak aspek penghalang dalam pelaksanaan
tersebut, seperti kurangnya SDM guru yang benar-benar “mumpuni”,
perbedaan pola pikir setiap masyarakat atau daerah dalam memandang arti
penting pendidikan, kemudian ada lagi fasilitas, fasilitas yang masih minim
akan sangat menghambat kemajuan proses belajar mengajar, dan kendala-
kendala lain.
c. Peluang
Apabila pendidikan di Indonesia diarahkan pada ke empat pilar pendidikan
ini, maka pada gilirannya masyarakat Indonesia akan menjadi masyarakat
yang bermartabat di mata masyarakat dunia.
d. Ancaman
Ke empat pilar pendidikan UNESCO ini bisa menjadi bumerang bagi peserta
didik dan pengajar apabila tujuan atau keinginan yang hendak dicapai tidak
kunjung terwujud. Bisa jadi akan muncul sikap pesimis dan putus asa
kehilangan kepercayaan diri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pilar – pilar pendidikan diguanakan sebagai acuan dalam peningkatan mutu
pendidikan suatu bangsa. Pilar- pilar pendidikan yaitu learning to know,
learning to do, learning to be, dan learning to life together , keempat pilar
tersebut saling berhubungan satu sama lain.
Keempat pilar ini masing-masing mempunyai tujuan yang berbeda namun
saling keterkaitan. Learning to Know mengajarkan seseorang untuk tidak
mengetahui saja materi ataupun ilmu yang mereka dapat, tetapi mereka juga
harus tau makna yang terkandung didalamnya. Learning to Do mengajarkan
seseorang untuk lebih banyak melakukan tindakan daripada omongan.
Learning to Live Together menuntun seseorang untuk hidup bermasyarakat
dan menjadi “educated person yang bermanfaat baik bagi diri dan
masyarakatnya, maupun bagi seluruh ummat manusia sebagai amalan
agamanya. Sedangkan Learning to Be mengajarkan Belajar untuk dapat
mandiri, menjadi orang yang bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan
bersama.
Dari keempat pilar ini juga memiliki kekuatan, kelemahan, peluang serta
ancaman, empat pilar ini akan menjadi baik apabila dipergunakan dengan
baik, begitu juga sebaliknya apabila keempat pilar ini tidak dipergunakan
sebagaimana mestinya maka akan menjadi bumerang sendiri bagi kita.
3.2 Saran
Dengan mengaplikasikan pilar-pilar tersebut, diharapkan pendidikan yang
berlangsung di seluruh dunia termasuk Indonesia dapat menjadi lebih baik,
namun yang menjadi masalah adalah dunia pendidikan di Indonesia yang
saat ini masih minim fasilitas, terlebih lagi di daerah-daerah terpencil, belum
meratanya fasilitas pendidikan, tentunya akan menjadi halangan bagi siswa
untuk mengembangkan diri mereka. Untuk itu semua, pendidikan di
Indonesia harus diarahkan pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual
dan profesional serta sikap, kepribadian dan moral.

DAFTAR PUSTAKA

Djamal. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


Fakhrudin. (2010). Menjadi Guru Faforit. Yogyakarta: Diva Press.
Isjoni.(2008). Guru Sebagai Motifator Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Isjoni.(2008). Memajukan Bangsa dengan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Salam, B. (1997). Pengantar Pedagogik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Syah, M. (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Atika Aziz (2010) “4 Pilar Pendidikan Menurut UNESCO” (online) tersedia:
http://Atikatikaaziz.Blogspot.com.2010/09/4-pilar-pendidikan-menurut
unesco.html?m=1 (12 Maret 2012)
Aezacan (2011) “4 Pilar Pendidikan Menurut UNESCO” (online) tersedia:
http://aezacan.wordpress.com (15 Maret 2012)
Soedijarto (2010) “Paradigma Pembelajaran Menjawab Tantangan Jaman”
(online) tersedia: http://www.ilmupendidikan.net/2010/03/16/paradigma-
pembelajaran-menjawab-tantangan-jaman.php (12 Maret 2012)

Anda mungkin juga menyukai