Anda di halaman 1dari 3

Nama : Wury Maharani

NIM : 20004091

Prodi : Teknologi Pendidikan

Tugas : Pertemuan 5 Pedagogi Tugas Individu 3

PILAR-PILAR PENDIDIKAN DAN IMPLEMENTASINYA

A. Pengertian Pilar Pendidikan


Dalam kamus umum pilar berarti penopang atau penyangga. Dalam sistem
pendidikan terdapat pilar-pilar yang berfungsi sebagai penyangga agar suatu sistem dapat
berdiri untuk mencapai tujuan pendidikan. Dan pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

B. Jenis- Jenis Pilar Pendidikan


Pada saat ini telah ada rumusan pilar-pilar tersebut, yang paling terkenal adalah 4
(empat) pilar pendidikan yang dirumuskan oleh Unesco (Sudurajat, 2005) yaitu: learning
to know (belajar untuk mengetahui), learning to do (belajar melakukan/berkarya),
learning to live together (belajar untuk hidup bersama), dan learning to be (belajar untuk
menjadi/berkembang secara utuh).
Namun, keempat pilar yang dikemukakan Unesco tersebut tidak mengakomodir
tujuan sistem pendidikan nasional di Indonesia sebagaimana tertuang dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 yang
berbunyi: “Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana untuk mewujudkan menciptakan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar Siswa secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Oleh karena itu, muncullah penambahan pilar-pilar agar dapat menjadi pilar-pilar
yang mengakomodir tujuan sistem pendidikan Indonesia yang kemudian dikenal dengan
5 (lima) pilar pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu:
 Belajar percaya dan yakin kepada Tuhan Yang Maha Esa
 Belajar mengetahui
 Belajar melakukan
 Belajar hidup bersama
 Belajar menjadi.
1. Learning to know
Learning to know atau belajar untuk mengetahui. Artinya belajar harus mampu
memahami apa yang dipelajari, tidak hanya dihafal tetapi harus ada pemahaman yang
mendalam. Secara implisit learning to know berarti belajar sepanjang hayat, yang
meyakini bahwa pendidikan berlangsung selama manusia hidup, di dalam atau di luar
sekolah dan tanpa mengenal batas usia. Oleh karena itu, kami mendorong setiap individu
sebagai subjek yang bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri untuk menyadari
bahwa:
 Proses dan waktu pendidikan berlangsung seumur hidup sejak dalam kandungan
sampai manusia meninggal.
 Belajar tidak mengenal batas waktu, artinya tidak ada kata terlambat untuk
belajar.
 Belajar adalah proses alamiah sebagai bagian integral/totalitas kehidupan.

2. Learning to do Learning to do (belajar menerapkan)


Artinya siswa memiliki keterampilan dan dapat melaksanakan proses pembelajaran yang
memadai untuk memacu peningkatan perkembangan intelektualnya. Beberapa hal yang
mendukung penerapan learning to do dalam pembelajaran adalah:
 Pembelajaran berorientasi pada pendekatan konstruktivisme.
 Belajar adalah proses yang aktif, dinamis, dan generatif.

Learning to do lebih ditekankan pada bagaimana mengajarkan anak untuk


mempraktekkan segala sesuatu yang telah dipelajarinya dan dapat mengadaptasikan ilmu
yang telah diperolehnya untuk pekerjaan yang akan datang. Seperti kemampuan
melaksanakan pekerjaan, seperti mengontrol, memantau, merancang, mengorganisir.
Siswa diajarkan untuk melakukan sesuatu dalam situasi konkret yang tidak hanya terbatas
pada penguasaan keterampilan mekanistik tetapi juga kemampuan berkomunikasi dengan
terampil, bekerja sama dengan orang lain, mengelola dan menyelesaikan konflik. Melalui
pilar ini dimungkinkan untuk menghasilkan generasi muda yang cerdas dalam berkarya
dan memiliki kemampuan berinovasi.

3. Learning to live together Belajar hidup bersama (belajar untuk dapat hidup bersama).
Artinya belajar memahami dan menghargai orang lain, sejarah mereka dan nilai-nilai
agamanya. Learning to live together, pada dasarnya adalah mengajarkan, melatih dan
membimbing peserta didik agar mereka dapat menciptakan hubungan komunikasi yang
baik, mengatasi- prasangka buruk terhadap orang lain serta mencegah terjadinya kejadian
dan konflik. Persaingan dalam misi ini harus dilihat sebagai upaya-upaya yang sehat
untuk mencapai keberhasilan, bukan sebaliknya mengalahkan nilai-nilai kebersamaan
bahkan pengehancuran terhadap orang lain atau pihak lain untuk kepentingan sendiri.
Dengan demikian diharapkan keharmonisan dan keharmonisan hidup benar-benar dapat
diwujudkan.
Dalam proses pembelajaran, pengembangan kemampuan berkomunikasi yang baik
dengan guru dan sesama siswa yang dilandasi sikap saling menghargai harus terus
menerus dikembangkan dalam setiap pembelajaran. Kebiasaan-kebiasaan yang terkadang
kurang mendapat perhatian dari guru, karena dianggap sebagai hal rutin yang
berlangsung pada kegiatan sehari-hari. Padahal kemampuan ini tidak dapat berkembang
dengan baik begitu saja, tetapi membutuhkan latihan-latihan yang terbimbing dari guru.
Kebiasaan-kebiasaan saling menghargai yang dipraktikkan di ruang-ruang kelas dan
dilakukan secara terus- menerus akan menjadi bekal bagi siswa untuk dapat
dikembangkan secara nyata dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Learning to be Learning to be (belajar untuk menjadi)


Maksudnya yaitu peserta didik dapat menghargai dan memberikan apresiasi terhadap
nilai-nilai dan keindahan akan produk dan proses pendidikan. Yang di lakukan dengan
sikap tenang belajar, bekerja keras, sabar, disiplin, ulet, jujur, mempunyai niat untuk
berprestasi yang tinggi dan rasa percaya diri. Dan aspek-aspek ini mendukung agar
peserta didik meningkatkan kecerdasan dan mengembangkan keterampilan intelektual
dirinya secara berkelanjutan.
Konsep learning to be ini harus di hayati oleh pendidik untuk melatih peserta didik agar
memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kepercayaan ini merupakan modal utama agar
membentuk siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penguasaan pengetahuan dan
keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be). Menjadi
diri sendiri didefinisikan sebagai proses memahami kebutuhan dan identitas seseorang.
Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di masyarakat, belajar
menjadi orang sukses, sebenarnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri.

Daftar Pustaka: Djamal. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Fakhrudin. (2010).
Menjadi Guru Faforit. Yogyakarta: Diva Press. Isjoni.(2008). Memajukan Bangsa dengan
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Syafril. Zen, Zalhendri. 2012. Pengantar Pendidikan.
Padang: Sukabina Press

Anda mungkin juga menyukai