Anda di halaman 1dari 2

D.

Paradigma Pembelajaran

Pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari proses belajar. Proses belajar inilah yang
menuntut seseorang untuk menjadi yang terbaik, berprestasi, dan dikenal banyak orang. Melalui
komisi internasional untuk Pendidikan, UNESCO telah merekomendasikan empat pilar
Pendidikan (the four pillars of education). Empat pilar tersebut adalah

1. Learning to Know
Belajar untuk mengetahui dengan cara memahami dahulu apa yang akan
dipelajari. Selanjutnya, menghafal yang sudah dibaca, dan mengerti maksud dari apa
yang dibaca. Lebih menekankan proses belajar dan hasil belajar. Pada proses belajar
mengandung arti pada dasarnya menyadari sesuatu yang hendak dipelajari dan
mengetahui cara mempelajarinya. Sementara itu, belajar yang berorientasi pada hasil
diperoleh berupa pemahaman tentang maksud, arah, dan pesan dari suatu cerita.
Perannya secara tegas menuntut penerapan teknologi pembelajaran dan teknologi
informasi serta prinsip pendidikan sepanjang hayat. Sasaran terakhirnya adalah lahirnya
generasi yang mampu mendukung perkembangan, kemajuan dan menjadikan IPTEKS
sebagai bagian dari budaya dalam (generasi) yang diwujudkan dalam bentuk science
melalui proses berpikir.

2. Learning to Do
Belajar untuk berbuat/melakukan dengan cara memahami dan mengerti isi dari
apa yang dibaca, kemudian berusaha untuk melaksanakannya sering diartikan proses
pembelajaran yang berorientasi pengalaman (learning by experiences). Contoh : praktik
masak di TV, kita memahami dan lihat terlebih dahulu, lalu dipraktikkan. Dalam
learning to do, belajar bukan hanya mendengar dan melihat melainkan bisa
melakukannya (mempraktikkan). Kompetensi peserta didik akan berkembang baik jika
diberi kesempatan untuk melakukan kinerja yang bisa mengasah kemampuan mereka.
Sasaran akhir ialah lahirnya generasi yang dapat bekerja secara cerdas dengan
memanfaatkan IPTEKS. Peserta didik tidak hanya menguasai keterampil motorik tetapi
dituntut melaksanakan berbagai pekerjaan, seperti controlling, monitoring, maintaining,
designing, dan organizing. Pilar ini sangat relevan dengan ekonomi dasar dari teknologi
(technology based economy).

3. Learning to Live Together


Belajar hidup bersama merupakan pembelajaran yang lebih menekankan pada
konteks manusia sebagai makhluk sosial yang mengajarkan harus hidup bersama, saling
membantu, saling menasihati, serta saling menghargai dan menghormati. Posisi manusia
sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup secara individual, pasti membutuhkan bantuan
orang lain. Harus disadari bahwa Allah menciptakan manusia supaya saling tolong-
menolong.
Perwujudan learning to live together di era globalisasi ini dipengaruhi adanya
proses dialektika antarbudaya yang hidup pada era pasar bebas (free market), sehingga
adanya kedua hal tersebut dapat menimbulkan rawannya konflik antarkelompok budaya
pada masyarakat global.

4. Learning to Be
Implementasi dari learning to be adalah membentuk manusia menjadi dirinya
sendiri yang sadar diri akan kekurangan dan kelemahan, sehingga mau mengubahnya
menjadi lebih baik. Pepatah mengatakan bahwa hari ini lebih baik dari hari kemarin,
sedangkan besok harus lebih baik dari hari ini.
Implementasi ini bertujuan untuk membentuk pengajar dan pembelajar memiliki
dedikasi, integras, dan kearifan kepribadian yang tinggi dalam hubungan dan
komunikasinya dengan orang lain serta lingkungan sekitar ( environment ).

Untuk mewudujkan the four pillars of education dalam proses pembelajaran, guru
perlu memiliki empat kompetensi yang di kenal PKPS. Meskipun sebagai sarana
pendukung keberadaan gedung kurikulum dan lingkungan juga sangat dibutuhkan dalam
proses belajar mengajar. Dengan adanya keempat kompetensi guru yang ditambah
dengan sarana pendukung tersebut, akan menjadikan tugas dan peran guru menjadi
semakin efektif

Anda mungkin juga menyukai