Anda di halaman 1dari 6

Pendahuluan

dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa tujuan kita membentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia diantaranya adalah untuk mencerdasakan kehidupan bangsa. Bangsa yang cerdas
adalah bangsa yang dapat bangkit di dalam menghadapi berbagai kesulitan. Dalam upaya
meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu
pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan bagi suatu bangsa, bagaimanapun mesti
diprioritaskan. Sebab kualitas pendidikan sangat penting artinya, karena hanya manusia yang
berkualitas saja yang bisa bertahan hidup dimasa depan.

A. Pengertian pilar pendidikan

pilar pendidikan yaitu sendi pendidikan yang ditopang oleh semangat belajar yang kuat
melalui pola belajar yang bervisi kedepan dengan melihat perubahan-perubahan
kehidupan agar menjadi suatu yang utuh.

B. Jenis-jenis pilar pendidikan

Ada 4 pilar-pilar pendidikan universal yang dirumuskan oleh UNESCO (Geremeck, 1986)
yaitu

Learning to Know (belajar untuk menguasai)

Learning to know mengandung makna bahwa belajar tidak hanya berorientasi pada
produk atau hasil belajar, akan tetapi juga harus berorientasi pada proses belajar.
Tidak hanya memperoleh pengetahuan tapi juga menguasai teknik memperoleh
pengetahuan tersebut. Pilar ini berpotensi besar untuk mencetak generasi muda yang
memiliki kemampuan intelektual dan akademik yang tinggi. Konsep learning to know
ini menyiratkan makna bahwa pendidik harus mampu berperan sebagai Guru
berperan sebagai sumber belajar, guru sebagai fasilitator, guru sebagai pengelola.
Dengan kebijakan tanpa batas umur dan batas waktu untuk belajar, maka kita
mendorong supaya tiap pribadi sebagai subjek yang bertanggung jawab atas pedidikan
diri sendiri menyadari, bahwa:

1) Proses dan waktu pendidikan berlangsung seumur hidup sejak dalam kandungan
hingga manusia meninggal.

2) Bahwa untuk belajar, tiada batas waktu. Artinya tidak ada kata terlambat atau
terlalu dini untuk belajar.

3) Belajar/ mendidik diri sendiri adalah proses alamiah sebagai bagian integral/
totalitas kehidupan.
Learning to do (belajar untuk menerapkan)

Learnning to do mengandung makna bahwa belajar bukanlah sekedar mendengar dan


melihat untuk mengakumulasi pengetahuan, akan tetapi belajar dengan dan untuk
melakukan sesuatu aktivitas dengan tujuan akhir untuk menguasai kompetensi yang
diperlukan dalam menghadapi tantangan kehidupan. Pendidikan membekali manusia
tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi lebih jauh untuk terampil berbuat/
mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan.
Melalui pilar kedua ini, dimungkinkan mampu mencetak generasi muda yang
intelligent dalam bekerja dan mempunyai kemampuan untuk berinovasi. Sekolah
sebagai wadah masyarakat belajar hendaknya memfasilitasi siswanya untuk
mengaktualisasikan ketrampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar
“Learning to do” dapat terealisasi.

Learning to be (belajar untuk menjadi)

Learning to be mengandung arti bahwa belajar adalah proses untuk membentuk


manusia yang memiliki jati dirinya sendiri. Dalam hal ini, learning to be berarti
bagaimana melalui pendidikan, seorang dapat belajar untuk menjadi manusia-
manusia yang memiliki harkat dan martabat sebagai manusia, unik sesuai ciri khasnya
masing-masing dan menyadari secara utuh bahwa ia dapat mengembangkan seluruh
kemampuannya dengan bertolak dari akal dan budi yang dibekali oleh Sang Pencipta.
Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat,
belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapain
aktualisasi diri.

Learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama)

Pilar ketiga adalah learning to live together, yang berarti belajar untuk dapat hidup
bersama dengan orang lain. Dalam kaitannya dengan kecakapan abad ke-21, belajar
satu ini berkaitan dengan keterampilan untuk dapat berkomunikasi dan berkolaborasi
dengan orang lain sehingga seseorang dapat mencapai target pribadi maupun target
bersama kelompok maupun yang sifatnya universal bagi kesejahteraan umat manusia.

Learning to believe and convince the almighty God (Belajar untuk Beriman dan
Bertakwa kepada tuhan YME)

Mempercayai dan meyakini Tuhan yang Maha Esa tidak terdapat dalam 4 (empat) pilar
Unesco. Inilah pilar yang hilang, namun tidak demikian dengan Indonesia. Indonesia
merupakan negara ketuhanan yang menjunjung tinggi nilai keagamaan oleh karena itu
pilar ini dimasukan kedalam pilar belajar di indonesia. Adapun pada proses
implementasinya pilar ini sudah terdapat dengan adanya mata pelajaran agama dan
PKn. Yang mengajarkan budi pekerti dan kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa.

C. Implikasi Masing-Masing Pilar dalam Pendidikan

1. Learning to know

Guru adalah orang yang identik dengan pihak yang memiliki tugas dan tanggung jawab
membentuk karakter generasi bangsa. Di tangan gurulah tunas-tunas bangsaini
terbentuknya sikap dan moralitasnya. Guru memiliki peranan yang sangat penting
dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Guru bisa
dikatakan unggul dan profesional bila mampu mengembangkan kompetensi individunya
dan tidak banyak bergantung pada orang lain.

2. Learning to do

Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar hendaknya memfasilitasi siswanya untuk


mengaktualisasikan ketrampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar “Learning
to do” dapat terealisasi. Karena bakat dan minat anak tumbuh dan berkembang juga
bergantung pada lingkungan .

3. Learning to be

Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri
sendiri. Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan
dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di
masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses
pencapain aktualisasi diri.

4. Learning to live together

Learning to know merupakan instrument pemahaman akan diri sendiri dan orang lain,
serta wawasan untuk dapat belajar hidup kebersamaan. Learning to live together
menjadi penting khususnya menghadapi dunia yang penuh konflik dan banyaknya
pelanggaran akan hak-hak asasi manusia.

5. Learning to believe in God

Pengetahuan yang dicari oleh seseorang harus dapat memberi manfaat untuk isi alam
itu sendiri, dan bagaimana mengelolanya untuk kebaikan bersama secara berkelanjutan
(sustainable), yang secara religius dapat dipertanggungjawabkannya kepada Yang maha
Kuasa.
D. Pengertian pendidikan sebagai suatu sistem

Pendidikan sebagai suatu sisitem adalah suatu keseluruhan kerja manusia yang terbentuk
dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam membantu terjadinya
proses transformasi atau perubahan tingkah laku seseorang dalam keseluruhan kehidupan
bangsa. yang dalam kegiatannya saling terkait secara fungsional, sehingga terjadinya satu
kesatuan yang terpadu, saling berhubungan dan diharapkan dapat mencapai tujuan.

E. Komponen pendidikan

Dalam proses pendidikan terdapat komponen-komponen pendidikan yang dapat


membentuk pola interaksi atau saling mempengaruhi. Berikut komponen-komponen
tersebut:

1. tujuan

Tujuan merupakan komponen pendidikan yang memiliki posisi penting dalam proses
pendidikan. dikarenakan tanpa tujuan yang jelas suatu pendidikan tidak akan
menghasilkan suatu hal yang penting tentang kecerdasan. Maka dengan tujuan
pendidikan yang relatif benar biasanya memiliki tujuan agar yang terdidik mendapatkan
perubahan pengetahuan dan sikap yang lebih baik. Manusia Indonesia yang dicita-
citakan dan harus diupayakan melaluipendidikan adalah manusia yang bermoral,
berilmu, berkepribadian dan beramal bagi kepentingan manusia, masyarakat, bangsa
dan Negara.

2. Pendidik

Pendidik ialah orang yang mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan pendidikan
yang bertugas membimbing dan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh
peserta didik itu pada tiap-tiap tahapnya. Orang tua juga disebut pendidik menurut
kodrat karena mereka mempunyai hubungan darah dengan anak. Namun orang tua
kurang memiliki kemampuan, waktu dan sebagainya memberikan pendidikan yang
diperlukan anaknya, maka mereka menyerahkan sebagian tanggung jawabnya kepada
orang dewasa lain untuk membimbingnya seperti guru di sekolah.

3. Peserta didik

tanpa adanya peserta didik suatu pendidikan bisa dikatakan tidak berjalan dengan baik.
Maka perlunya peserta didik yang mana dimulai dari pendidikan sekolah dasar hingga
universitas yang akan menempuh pendidikan lama agar menjadi cerdas.

4. Materi
Berdasarkan tujuan pendidikan yang ingin dicapai ditetapkan isi/materi pendidikan yang
relevan dan memiliki beberapa kriteria/syarat utama yang harus dipertimbangkan
seperti Bahan/materi harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan, Bahan/materi
harus sesuai dengan karakteristik perkembangan peserta didik, Bahan/materi harus
mengandung nilai-nilai sesuai pandngan hidup bangsa, dan masih banyak lagi.

5. Metode, media, dan alat pendidikan

a. Metode

Metode pendidikan merupakan komponen pendidikan yang penting juga dikarenakan


dengan metode pendidikan suatu pembelajaran akan memiliki arah yang jelas untuk
menyampaikan materi kepada siswa.

b. Media

segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau
pesan untuk memudahkan pembelajaran dalam pendidikan.

c. Alat pendidikan

tindakan atau perbuatan atau situasi atau benda/alat yang dengan sengaja digunakan
untuk mencapai suatu tujuan dalamm proses pendidikan.

6. Lingkungan pendidikan

Lingkungan pendidikan ini berisikan berbagai kebudayaan, aturan hingga kehidupan


yang ada di lingkungan tersebut yang mana bisa memberikan pengaruh terhadap
pendidikan para siswa terdidik. Lingkungan dibedakan menjadi dua jenis lingkungan
alam dan lingkungan sosial.

Kesimpulan

Hakikat pendidikan sesungguhnya adalah belajar. UNESCO mulai tahun 1997 sudah
mulai menggali kembali dan memperkenalkan The Five Pillars of Education. Kelima pilar
ini masing-masing mempunyai tujuan yang berbeda namun saling keterkaitan.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik suatu pemahaman bahwa implementasi pilar-
pilar pendidikan sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan dalam pendidikan. Dalam
pengertian tersebut mutlak diterapkan dalam proses belajar-mengajar.

Anda mungkin juga menyukai