Anda di halaman 1dari 26

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

Kebijakan Pendidikan Drs. H. Hasbullah, M. Si.

PENERAPAN KEBIJAKAN KURIKULUM 2013


DAN PERMASALAHANNYA

Oleh Kelompok 6:

Nur Islamiyati NIM. 180101050765


Sri Wahyuni NIM. 180101050879
Kursani NIM. 180101051150

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah memberikan kepada
kita limpahan Rahmat, Taufiq, dan Hidayah, serta pertolongannya, sehingga dapat
terselesaikannya makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa pula kita haturkan
kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah menghantarkan
kita dari zaman jahiliyah yang penuh dengan kegelapan maksiat menuju zaman
ilmiah yang penuh dengan cahaya rahmat.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih banyak khususnya kepada yang kami
hormati Bapak Drs. H. Hasbullah, M. Si. selaku dosen pengampu mata kuliah
Kebijakan Pendidikan, yang telah memberikan tugas berupa makalah yang Insya
Allah sedikit banyaknya akan bermanfaat bagi kita semua.

Banjarmasin, 22 Maret 2020

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................... i

Daftar Isi.............................................................................................................. ii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 1

BAB II Pembahasan

A. Pengertian Kurikulum 2013 .................................................................... 3


B. Fungsi dan Tujuan Kurikulum 2013 ....................................................... 4
C. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013 ............................................ 5
D. Standar Kompetensi Lulusan .................................................................. 6
E. Keunggulan dan Kekurangan Kurikulum 2013 ...................................... 9
F. Kebijakan Penerapan Kurikulum 2013 ................................................... 12
G. Permasalahan dalam Penerapan Kurikulum 2013................................... 14

BAB III Penutup

A. Kesimpulan ............................................................................................. 21
B. Saran ........................................................................................................ 22

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum, bukan kata yang asing dalam dunia pendidikan. Pendidikan


atau pembelajaran tidak lepas dari istilah ini, karena kurikulum adalah salah satu
komponen dari pembelajaran. Dengan adanya kurikulum proses belajar dan
pembelajaran akan berjalan secara terstruktur dan tersistem demi mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Pengembangan kurikulum menjadi sangat penting
sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan
perubahan pada masyarakat.

Untuk mencapai tujuan mulia dari pembelajaran tersebut, maka para


pengembang kurikulum terus berbenah dan melakukan evaluasi terhadap
kurikulum yang diberlakukan. Sebagaimana yang akan dibahas di mkalah ini,
kurikulum 2013 merupakan hasil pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Kurikulum ini bertujuan tidak lain untuk lebih memperbaiki lagi
kualitas pendidikan yang ada saat ini.

Kurikulum 2013 ini adalah kurikulum terbaru yang implementasinya baru


dimulai di lapangan mulai tahun 2013 ini. Karena kurikulum ini masih sangat
baru, maka tak jarang masih ada permasalahan yang terjadi di lapangan. Oleh
sebab itu, kami menyusun makalah yang berjudul “Kebijakan Penerapan
Kurikulum 2013 dan Permasalahannya” ini, dalam makalah ini akan dimahas
mengenai pengertian Kurikulum 2013 hingga permasaalahan yang terjadi dalam
penerapannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Kurikulum 2013?
2. Apa fungsi dan tujuan penerapan Kurikulum 2013?
3. Apa yang menjadi landasan pengembangan Kurikulum 2013?
4. Bagaimana standar kompetensi lulusannya?

1
5. Apa saja keunggulan dan kekurangan Kurikulum 2013?
6. Bagaimana kebijakan penerapan Kurikulum 2013?
7. Apa saja permasalahan dalam penerapan Kurikulum 2013?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Kurikulum 2013?
2. Memahami fungsi dan tujuan penerapan Kurikulum 2013?
3. Mengetahui mengenai landasan pengembangan Kurikulum 2013?
4. Memahami standar kompetensi lulusannya?
5. Menganalisis keunggulan dan kekurangan Kurikulum 2013?
6. Meninjau kebijakan penerapan Kurikulum 2013?
7. Menganalisis permasalahan dalam penerapan Kurikulum 2013?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang mulai diterapakan pada


tahun pembelajaran 2013/2014. Kurikulum ini adalah pengembangan dari
kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik Kurikulum Berbasis Kompetensi yang
telah dirilis pada tahun 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada
tahun 2006. Hanya saja yang menjadi titik tekan pada Kurikulum 2013 ini adalah
adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi
aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kemudian, kedudukan
kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata
pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Selain itu, pembelajaran lebih bersifat
tematik integratif dalam semua mata pelajaran. Dengan demikian, dapat dipahami
bahwa Kurikulum 2013 adalah sebuah Kurikulum yang dikembangkan untuk
meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skills dan hard skills yang
berupa sikap, keterampilan, dan pengetauan.

Kurikulum 2013 berusaha untuk lebih menanamkan nilai-nilai yang


tercermin pada sikap dapat berbanding lurus dengan keterampilan yang diperoleh
peserta didik melalui pengetahuan dibangku sekolah. Dengan kata lain, antara soft
skills dan hard skills dapat tertanam secara seimbang, berdampingan, dan mampu
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya kurikulum 2013,
harapannya peserta didik dapat memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang meningkat dan berkembang sesuai dengan jenjang pendidikan
yang telah ditempunya sehingga akan dapat berpengaruh dan menentukan
kesuksesan dalam kehidupannya.

3
B. Tujuan dan Fungsi Kurikulum 2013

Mengenai tujuan dan fungsi Kurikulum 2013 secara spesifik mengacu


pada Undang-Undang No. 20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam Undang-Undang Sisdiknas ini disebutkan bahwa fungsi kurikulum ialah
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermatabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Sementara tujuannya, yaitu
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

mengenai tujuan Kurikulum 2013, secara khusus dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Meningkatkan mutu pendidikan dalam menyeimbangkan hard skills dan


soft skills melalui kemampuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
dalam rangka menghadapi rantangan global yang terus berkembang.
2. Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang produktif,
kreatif, dan inovatif sebagai modal pembangunan bangsa dan negara
Indonesia.
3. Meringankan tenaga pendidik dalam menyampaikan materi dan
menyiapkan administrasi mengajar, sebab pemerintah telah menyiapkan
semua komponen kurikulum beserta buku teks yang digunakan dalam
pembbelajaran.
4. Meningkatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah serta warga
masyarakat secara seimbang dalam menentukan dan mengendalikan
kualitas dalam pelaksanaan kurikulum disatuan pendidikan.
5. Meningkatkan persaingan yang sehat antar satuan pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang akan dicapai. Sebab sekolah diberikan
keleluasaan untuk mengembangkan Kurikulum 2013 sesuai dengan
kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah.

4
C. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013

Dalam penyusunan Kurikulum 2013 dilandasi beberapa aspek sebagai berikut :

1. Aspek filosofis

Filosofis adalah landasan penyusunan kurikulum yang didasarkan pada


kerangka berpikir dan hakikat pendidikan yang sesusungguhnya. Dalam konteks
ini filosofis kurikulum 2013, yaitu :

a) Pendidikan yang berbasis nilai-nilai luhur, nilai akademik,


kebutuhan peserta didik, dan masyarakat.
b) Kurikulum berorientasi pada pengembangan kompetensi.
2. Aspek yuridis

Aspek yuridis adalah suatu landasan yang digunakan sebagai payung


hukum dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum 2013 ini, landasan
yuridis yang digunakan anatara lain :

a) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan


Nasional.
b) RPJMN 2010-2014 Sektor Pendidikan yang berisi tentang
perubahan metodologi pembelajaran dan penataan kurikulum.
c) Inpres Nomor 1 tahun 2010 tentang percepatan pelaksanaan
pengembangan Nasional, penyempurnaan Kurikulum dan
metodologi pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya
bangsa untuk membentuk daya saing karakter bangsa.
d) Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 32 tahun 2013
tentang perubahan atas peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.
e) Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 tentang implementasi
kurikulum 2013.

5
3. Aspek konseptual

Aspek konseptual adalah suatu landasan yang didasarkan pada ide atau
gagasan yang diabstrakkan dari peristiwa konkret. Dalam penyusunan Kurikulum
2013 ini landasan konseptualnya antara lain :

a) Prinsip relevansi.
b) Model Kurikulum Berbasis Kompetensi.
c) Kurikulum lebih dari sekedar dokumen.
d) Proses pembelajaran meliputi, aktivitas belajar, output belajar, dan
outcome belajar.
e) Penilaian, kesesuaian teknik penilaian dengan kompetensi dan
1
penjenjangan penilaian.

D. Standar Kompetensi Lulusan


Menurut PP No. 32 Tahun 2013 bahwa Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan dan keterampilan. SKL. Ini diwujudkan dan dijabarkan
melalui berbagai kompetensi untuk setiap mata pelajaran atau kelompok mata
pelajaran. Hal ini juga disebutkan dalam Permendikbud No. 54 Tahun 2013
tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Kegunaan Standar Kompetensi Lulusan adalah sebagai acuan utama dalam
pengembangan Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian Pendidikan, Standar
Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar
Pengelolaan, dan Standar Pembiayaan. Istilah-istilah ini dapat dijelaskan sebagai
berikut.
1. Standar Isi adalah Kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat
kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.

1
Fadillah, Implemenasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI & SMP/ MTS &
SMA/MA,(Yogyakarta : Ar-ruzz Media, 2014), h. 13-29.

6
2. Standar Proses, Yaitu Kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada
satu satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan.
3. Standar Penilaian Pendidikan adalah Kriteria mengenai mekanisme,
prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah Kriteria mengenai
pendidikan prajabatan dan kelayakan maupun mental serta pendidikan
dalam jabatan.
5. Standar Sarana dan Prasarana adalah Kriteria mengenai ruang
belajar.tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium,
bengkel kerja, tempat bermain, tempat berekreasi, dan sumber belajar lain
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
6. Standar Pengelolaan adalah Kriteria mengenai perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan,
kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
7. Standar Pembiayaan adalah Kriteria mengenai komponen dan besarnya
biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
Jadi, dapat dipahami bahwa dengan adanya Standar Kompetensi Lulusan
akan dapat disusun sebuah perencanaan Kurikulum, mulai dari Standar Isi sampai
dengan Standar Pembiayaannya. Hal ini dikarenakan inti dari sebuah kurikulum
adalah untuk mewujudkan atau mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang telah
ditetapkan.
Dalam Kurikulum 2013, SKL diterjemahkan ke dalam Kompetensi Inti
dan Kompetensi Dasar. Dalam Konteks Ini, Standar Kompetensi Luluan (SKL)
untuk Masing-masing jenjang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sikap,
keterampilan, dan pengetahuan. Lebih jelasnya dapat diperhatikan melalui
penjelasan berikut.
1. Dimensi sikap
Untuk tingkat SD/MI, SKL. Yang menyangkut kemampuan sikap adalah
memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia,

7
percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan dan alam disekitar rumah, sekolah, dan tempat bermain.
Kemudian untuk jenjang SMP/MTs, SKL yang menyangkut kemampuan
sikap adalah memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman,
berakhlak mulia, percaya diri dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
Sementara pada jenjang SMA/MA/SMK, SKL yang berhubungan dengan
sikap adalah memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman,
berakhlak mulia, percaya diri dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara
efektif dngan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan dirinya
sebagai cerminan bangsa dalam bergaulan dunia.
2. Dimensi Keterampilan
Untuk tingkat SD/MI, SKL yang menyangkut kemampuan keterampilan
adalah memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif, serta kreatif dalam
ranah abstrak dan konkret sesuai yang ditugaskan kepadanya.
Kemudian untuk tingkat SMP/MTs, SKL yang menyangkut kemampuan
keterampilan ialah memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif
dalam ranah abstrak dan konkret sesuai yang dipelajari disekolah. Sementara
untuk tingkat SMA/MA/SMK, SKL adalah memiliki kemampuan pikir dan tindak
yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret terkait dengan
pengembangan diri yang dipelajarinya disekolah secara mandiri.
3. Dimensi Pengetahuan
Pada tingkat SD/MI,SKL yang berhubungan dengan kemampuan
pengetahuan adalah memiliki pengetahuan faktual dan konseptual dalam ilmu
pengetahuan,teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan .kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian
dilingkungan rumah, sekolah dan tempat bermain.
Kemudian pada tingkat SMP/MTs, SKL yang berhubungan dengan
kemampuan pengetahuan ialah memiliki pengetahuan faktual, konseptual dan
prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaa dengan wawaan

8
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
kejadian yang tampak mata.
Adapun untuk tingkat SMA/MA/SMK,SKL yang berhubungan dengan
kemampuan pengetahuan ialah memiliki kemampuan prosedural dan metakognitif
dalam ilmu pengetahuan ,teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan ,kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian.
Dalam hal ini, Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai pedoman
penilaian dalam pentuan dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan. Oleh karenanya SKL, harus dikembangkan secara seimbang dan
terintegrasi antara satu pelajaran dengan pelajaran yang lain. Dengan seperti itu,
kemampuan peserta didik akan semakin meningkat, baik yang berhubungan
dengan soft skills maupun hard skills. Dengan kemampuan sikap, keterampilan
dan pengetahuan yang mumpunilah peserta didik akan mampu bersaing di tengah-
tengah arus globalisasi yang terus berkembang cukup pesat.2

E. Keunggulan Dan Kekurangan Kurikulum 2013


Cukup panjang sekali perjalanan dan perkembangan kurikulum didunia
pendidkan indonesia, mulai dari kurikulum paska kemerdekaan hingga kurikulum
tahun 2006 yang berlaku sampai akhir tahun 2012 lalu. Dan pada akhirnya
kurikulum kembali berganti atau terjadinya “penyempurnaan”.
Tentu saja pergantian kurikulum tersebut bertujuan sangat baik, terlepas
ada kepentingan yang menungganginya, dan semua tujuan itu tidak terlepas dari
meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta rancangan pembelajaran yang
ada di sekolah.
Menurut beberapa ahli pendidikan, perubahan kurikulum dari masa
kemasa, baik di Indonesia maupun di negara lain, disebabkan karena kebutuhan
masyarakat yang setiap tahunnya selalu berkembang dan tuntutan zaman yang
selalu berubah tanpa bisa dicegah.

2
Fadillah, Implemenasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI & SMP/ MTS &
SMA/MA,..., h. 36

9
Perkembangan kurikulum diharapkan dapat menjadi penentu masa depan
anak bangsa. Oleh karena itu, kurikulum yang baik akan sangat diharapkan dapat
dilaksanakan diindonesia sehingga akan menghasilkan masa depan anak bangsa
yang cerah yang berimplikasi pada kemajuan bangsa dan negara.
Setiap kurikulum yang telah berlaku diindonesia dari periode sebelum
tahun 1945 hingga kurikulum tahun 2006, tentu saja memiliki beberapa perbedaan
dalam sistem yang diterapan. Perbedaan sistem yang terjadi bisa merupakan
kelebihan maupun kekurangan dari kurikulum itu sendiri. Kekurangan dan
kelebihan tersebut dapat berasal dari landasan, komponen, evaluasi, prinsip,
metode, maupun model pengembangan kurikulum.
Kurikulum terbaru yaitu kurikulum 2013 yang mulai dilaksanakan pada
tahun ajaran 2013-2014 pada sekolah yang ditunjuk pemerintah maupun sekolah
yang siap melaksanakannya. Meskipun masih prematur, namun ada beberapa hal
yang dirasakan oleh banyak kalangan terutama yang langsung berhadapan dengan
kurikulum itu sendiri.
Terdapat beberapa hal penting dari perubahan atau penyempurnaan
kurikulum tersebut, yaitu keunggulan dan kekurangan yang terdapat disana-sini.
1. Keunggulan Kurikulum 2013
a. Siswa lebih lanjut dituntut untuk aktif, kreatif, inovatif, dalam
setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi disekolah.
b. Adanya penilaian dari semua aspek. Penentuan nilai bagi siswa
bukan hanya didapat dari nilai ujian saja tetapi juga didapat dari
nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain-lain.
c. Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang
telah diintegrasikan kedalam semua program studi.
d. Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional.
e. Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistik
domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
f. Dan banyak sekali kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan
perkembangan kebutuhan seperti pendidikan karakter, metodologi

10
pembelajaran aktif, keseimbangan softkills dan hard skills,
kewirausahaan.
g. Hal yang paling menarik dari kurikulum 2013 ini adalah sangat
tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial. Hal ini mulai
dari perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional,
maupun global. Terlihat kalau ditingkatan SD, penerapan sikap
masih dalam ruang lingkup lingkungan sekitar, sedangkan untuk
tingkat SMP penerapan sikap dituntut untuk diterapkan pada
lingkungan pergaulannya dimanapun ia berada. Sementara itu,
untuk tigkat SMA atau SMK, dituntut memiliki sikap kepribadian
yang mencerminkan kepribadian bangsa dalam pergaulan dunia.
h. Standar penilaian mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi
seperti sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara proporsional.
i. Mengharuskan adanya remediasi secara berkala.
j. Tidak lagi memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci
karena pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum
sampai buku teks dan pedoman pembahasan sudah tersedia.
k. Sifat pembelajaran sangat kontekstual.
l. Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan
kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal.
m. Buku, dan kelengkapan dokumen disiapkan lengkap sehingga
memicu dan memacu guru untuk membaca dan menerapkan
budaya literasi, dan membuat guru memiliki keterampilan
membuat RPP, dan menerapkan pendekatan scientific secara benar.

2. Kelemahan kurikulum 2013


a. Guru banyak salah kaprah, karena beranggapan kurikulum 2013
guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa dikelas, padahal
banyak mata pelajaran yang harus tetap ada penjelasan guru.
b. Banyak sekali guru-guru yang belum siap secara mental dengan
kurikulum 2013 ini. Karena kurikulum ini menuntut guru lebih

11
kreatif, pada kenyataannya sangat sedikit para guru yang seperti
itu, sehingga membutuhkan waktu yang panjang agar bisa
membuka cakrawala berfikir guru, dan salah satunya dari
pelatihan-pelatihan dan pendidikan agar merubah paradigma guru
sebagai pemberi materi menjadi guru yang dapat memotivasi siswa
agar kreatif.
c. Kurangnya keterampilan guru merancang RPP.
d. Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik.
e. Tugas menganalisis SKL, KI, KD, Buku Siswa dan Buku guru
belum sepenuhnya dikerjakan oleh guru, dan banyaknya guru yang
hanya menjadi plagiat dalam kasus ini.
f. Tidak pernahnya guru dilibatkan langsung dalam proses
pengembangan kurikulum 2013, karena pemerintahan cenderung
melihat guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama.
g. Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran
dan hasil dalam kurikulum 2013 karena UN masih menjadi faktor
penghambat.
h. Terlalu banyaknya materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak
setiap materi bisa tersampaikan dengan baik, belum lagi persoalan
guru yang kurang berdedikasi terhadap mata pelajara yang dia
mampu.
i. Beban belajar siswa dan termasuk guru terlalu berat, sehingga
waktu belajar disekolah terlalu lama.3

F. Kebijakan Penerapan Kurikulum 2013

Kebijakan penerapan Kurikulum 2013 tidak terlepas dari upaya


pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, baik
menyangkut penyeleggaraan maupun outputnya. Bagaimanapun lajunya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan
3
Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013 (Konsep & Penerapan),
(Surabaya: Kata Pena, 2014), h. 39

12
pendidikanpendidikan yang berkualitas memaksa pemerintah untuk mengambil
langkah-langkah strategis, slah satunya adalah dengan melakukan perubahan
kurikulum disekolah ataulembaga pendidikan.

Pengembangan Kurikulum 2013 dilandasi oleh peraturan Presiden Nomor


5 tahun 2010 tentang rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-
2014, dan peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan atas
peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Pada kurikulum 2006, pemerintah menetapkan standar nasional Pendidikan,
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menyusun panduan penyusunan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), sedangkan setiap satuan pendidikan
menyusun KTSP mengacu standar nasional pendidikan dan panduan penyusunan
kurikulum tingkat satuan .pendidikan.

KTSP meliputi dokumen (1) antara lain berisi visi, misi, tujuan satuan
pendidikan, struktur dan matan KTSP beban belajar, dan kalender akademik.
Dokumen (2) berupa silabus setiap mata pelajaran yang disusun oleh setiap guru.
Dokumen (3) berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (SPP) yang juga disusun
oleh setiap guru.

Pada kurikulum 2013, pemerintah menetapkan standar nasional


pendidikan, kerangka dasar dan struktur kurikulum, silabus, dan pedoman
Implementasi Kurikulum. Sedangkan setiap satuan pendidikan seperti halnya pada
kurikulum 2006 juga menyusun KTSP, kecuali dokumen yang berupa silabus
setiap mata pelajaran sudah disusun oleh pemerintah, guru tinggal menyalin dan
menyusunnya menjadi satu kesatuan KTSP yang utuh. Silabus dipakai sebagai
bahan guru untuk menyusun rencana pembelajaran

Perubahan yang paling mendasar dalam aspek manajemen kurikulum,


bahwa pendidikan harus mampu mengoptimalkan semua potensi kelembagaan
yang ada daam masyarakat, baik pada lembaga pendidikan yang dikelola
pemerintah, masyarakat atau swasta. Adapun persyaratan dasar dalam penetapan
jenis kurikulum anatara lain :

13
1. Kurikulum dikembangkan berdasarkan minat danbakat peserta
didik.
2. Kurikulum berkaitan dengan karakteristik potensi wilayah
setempat,misalnya sumber daya alam, ekonomi,pariwisata, dan
sosial budaya yang dapat dikembangkan secara nyata sebagai
dasar penguatan sector usaha pemberdayaan ekonomi masyarakat.
3. Pembelajaran berorientasi pada peningkatan kompetensi
keterampilan untuk belajar dan bekerja, lebih bersifat aplikatif dan
operasional.
4. Jenis keterampilan ditetapkan oleh pengelola program bersama-
sama dengan peserta didik, orang tua, tokoh masyarakat, dan mitra
kerja serta para stakeholder lainnya.

Dengan demikian persyaratan utama dalam bobot muatan kurikulum.


Harus mendasar, kuat, dan lebih luas. Medasar, dalam ati terkait dengan
pemberian kemampuan dalam upaya memenuhi kebutuhan mendasar peserta didik
sebagai individu maupun anggota masyarakat. Kuat, dalam arti terkait dengan isi
dan proses pembelajaran atau penyiapan peserta didik untuk menguasai
pengetahuan, sikap keterampilan yang kuat sehingga memiliki kemampuan untuk
mandiri dalam meningkatkan kualitas pemenuhan kebutuhan mendasarnya,
sementara itu, luas dalam arti terkait dengan pemanfaatan dan pendayagunaan
potensi dan peluang yang ada dan dapat dijangkau oleh peserta didik.4

G. Permasalahan dalam Penerapan Kurikulum 2013


1. Masalah Isi dan Kemasan

Kurikulum baru ini yang rencana pelaksanaannya menghabiskan anggaran


hingga 2,49 triliun telah menuai banyak kritik, termasuk dari kalangan aktivis,
antara lain, karena membuang sains dan menggantikannya dengan pendidikan
kewarganegaraan (civics) dan pelajaran agama. Jadi, kurikulum baru ini lebih
banyak muatan pendidikan kebangsaan dan agama, sedangkan sains atau IPA

4
Hasbullah, Kebijakan Pendidikan Dalam Persfektif Teori, aplikasi,dan kondisi objektif
Pendidikan di Indonesia, ( Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2016), h.169.

14
akan digabung ke dalam dua mata pelajaran tersebut. Menurut Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan, Muhammad Nuh, yang dikutip oleh berbagai media massa, tidak
lucu mengintegrasikan pendidikan kebangsaan dan pendidikan agama dengan
pelajaran kimia dan ini akan membuat anak menjadi lebih kreatif. Muhammad
Nuh juga mempertahankan keputusan menteri untuk menambah jam pelajaran
agama dengan harapan penambahan dua jam pelajaran agama akan membantu
program pembasmian teroris. Muhammad Nuh berkeyakinan bahwa gerakan
teroris tidak dipicu oleh lamanya jam pelajaran agama di sekolah. Justru aksi
terorisme yang semakin meningkat di Indonesia, menurutnya, karena tidak
lengkapnya pendidikan agama. Oleh karena itu, kita perlu menambah jam
pelajaran agama.

Salah seorang pengamat pendidikan, Sakhiyya (2013) mempertanyakan


kesesuaian kurikulum 2013 untuk semua seting sekolah. Sebab pada kurikulum
2013 ini guru tidak diharuskan menyiapkan silabus. Sedangkan kurikulum
sebelumnya yaitu kurikulum KTSP 2006 mewajibkan guru merancang sendiri
silabus setelah mengidentifikasikan kebutuhan siswa. Berbeda dengan kurikulum
KTSP 2006, kurikulum 2013 yang baru diperkenalkan ini dibungkus dalam satu
paket bersama silabus. Dalam suatu wawancara, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Muhammad Nuh mengatakan pemerintah akan menyiapkan
kurikulum dalam satu paket bersama silabusnya. Ini bisa menjadi berita bagus
bagi sebagian guru, tetapi mungkin tidak untuk sebagian yang lain. Sakhiyya
(2013) menganalogikan kebijakan kurikulum sepaket dengan silabus yang dibuat
pemerintah ini sebagai suatu produk pakaian yang berukuran sama, atau satu
ukuran dengan mempertanyakan, Should one size fit all?. Tentu saja pakaian yang
dibuat dengan satu ukuran tidak bisa dipakai oleh semua orang, karena orang
menggunakan ukuran pakaian yang berbeda-beda seperti ukuran S, M, L, XL
bahkan ukuran XXL. Menurutnya, paling tidak, terdapat tiga kelemahan yang
dapat diasumsikan dengan kurikulum 2013, yaitu:

a. Perencana kurikulum telah salah mengidentifikasikan masalah,


yaitu menganggap guru tidak sanggup merancang silabus sehingga

15
menganggap obat mujarabnya adalah merancang kurikulum yang
sama, satu ukuran, bersama dengan silabusnya untuk semua
sekolah.
b. Seperti pakaian satu ukuran, kurikulum baru ini bisa cocok untuk
satu sekolah tetapi belum tentu cocok untuk sekolah lainnya. Yang
lebih mencemaskan lagi beberapa sekolah bisa terabaikan karena
mereka memiliki masalah dan kebutuhan yang unik. Kurikulum
yang mengasumsikan semua sekolah, fasilitas, guru dan siswa
sama adalah kurang tepat.
c. Guru tidak dipercaya menyangkut kreativitas mereka dalam
mengembangkan kurikulum berdasarkan kebutuhan kontekstual
dan kebutuhan-kebutuhan unik di setiap daerah. Kurikulum 2013
diasumsikan bahwa guru akan disetir dari jarak jauh dengan
menggunakan remote control universal yang disebut silabus.
Sakhiyya juga mengutip Winston Churchill yang mengatakan
bahwa “barang siapa yang gagal merencanakan berarti
merencanakan kegagalan.”

Di samping itu, pengabaian pengajaran bahasa Inggris di sekolah dasar


juga banyak dikritisi. Mereka berargumen bahwa bahasa Inggris merupakan mata
pelajaran penting yang tidak semestinya dinomorduakan di sekolah-sekolah dasar
sebab pendidikan juga menyiapkan peserta didik untuk mampu bersaing di tingkat
global. Dalam kurikulum 2013, bahasa Inggris menjadi pelajaran minor atau
elektif di sekolah dasar. Menurut mereka bahasa Inggris merupakan pelajaran
penting yang harus diajarkan di sekolah sejak dini, karena dengan mempelajari
bahasa Inggris peserta didik memiliki peluang untuk mendapatkan pendidikan
yang lebih berkualitas, pekerjaan yang lebih baik dan dapat bersaing secara
global.

16
2. Masalah Guru

Muhammad Nuh mengatakan bahwa untuk menyiapkan implementasi


kurikulum 2013, kementerian akan membekali guru dengan pelatihan 52 jam dan
sesi mentoring selama beberapa bulan pertama tahun pelajaran 2013/2014.
Bagaimanapun, para aktivis, antara lain, ketua Forum Diskusi Guru (FSGI)
Jakarta, Retno Listyarti (2013), mengutarakan bahwa 52 jam pelatihan tidak
memadai untuk menyiapkan guru menerapkan kurikulum baru. Menurutnya, sulit
untuk mengajarkan dan memaksa guru menerapkan kurikulum baru. Banyak
pengamat pendidikan lainnya juga tidak setuju dengan jam pelatihan guru yang
dianggap cukup singkat. Menurut mereka, pemerintah sebaiknya menyiapkan
guru dulu dengan meningkatkan kompetensi mereka sebab penerapan kurikum
baru diperkirakan memang berat. Jadi, Muhammad Nuh dianggap terlalu tergesa-
gesa menerapkan kurikulum baru dengan mengabaikan kesiapan guru.

Kurikulum 2013, sebagaimana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah


jelaskan, merupakan perbaikan dari kurikulum 2004 dan 2006, yang merupakan
kurikulum berbasis sekolah dan berbasis kompetensi. Namun, guru masih sedang
mempelajari bagaimana melaksanakan kurikulum 2006. Sangat disesalkan,
kebanyakan guru dan masyarakat umum tidak diinformasikan apa yang
sebenarnya tidak beres dengan kurikulum 2006. Pemerintah seharusnya telah
mempublikasikan data hasil evaluasi untuk mengidentifikasikan aspek mana
kurikulum 2013 yang bermasalah. Data semacam itu akan membuat perubahan
kurikulum lebih masuk akal.

Hasil penelitian Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) (2013)


menyangkut pelatihan dan persiapan implementasi kurikulum 2013 di 17
kabupaten/kota di 10 provinsi di tanah air menunjukkan bahwa terdapat sejumlah
masalah krusial dan kegagalan sistemik pelatihan persiapan guru. Pelatihan tidak
merubah mindset guru, yaitu menggunakan pendekatan tradisional, tutor
berceramah, peserta mendengar. Dalam pelatihan tersebut tidak ditekankan
pendekatan scientific, murid mengamati, bertanya, mencoba, mengeksplorasi dan
berkomunikasi. Perubahan maindset guru ke pendekatan scientific tidak mudah

17
dan butuh waktu bertahun-tahun untuk belajar dan membiasakan diri. Sayangnya,
penerapan kurikulum 2013 dipaksakan secepatnya.

Bahkan dalam pelatihan tersebut hanya diminta satu hingga dua orang
guru untuk terlibat. Akibatnya, pihak sekolah mengalami kesulitan memilih guru
dan tentu saja sejumlah besar guru yang tidak terlibat dalam pelatihan tidak
paham dengan mekanisme kurikulum 2013. Bahkan menurut hasil pantauan FSGI
ada sekolah yang tidak tahu menahu tentang kurikulum 2013. Masih berhubungan
dengan guru, ditemukan juga bahwa ada sejumlah guru yang bernasib malang
akibat dari bertambahnya jam pelajaran dan penghapusan mata pelajaran seperti
Teknologi Informasi dan Komputer (TIK) di SLTP dan SLTA. Disamping itu,
guru juga menjadi bingung karena di tingkat SMA, kurikulum 2013 tidak
memiliki pedoman penjurusan. Juga tidak ada sosialisasi kepada ketua program
keahlian si SMK. Ini membingungkan pihak sekolah, murid dan guru.

Selanjutnya, peleburan mata pelajaran di tingkat Sekolah Dasar juga


menimbulkan masalah. Menurut Pengamat Pedidikan Universitas Negeri Jakarta
(UNJ), Suryadi (2013), peleburan tersebut akan menimbulkan masalah terutama
terkait keberadaan guru. Ketika mata pelajaran dileburkan dan integrasikan,
banyak guru yang sudah menjadi guru profesional kehilangan pekerjaan. Bahkan
tidak bisa lagi menerima tunjangan profesi karena jam mengajarnya tidak cukup.
Di samping itu, apa yang disebut pendekatan tematik integratif ini diakui banyak
pihak sangat memberatkan guru. Begitu juga dengan pedoman kolaborasi
kontekstual dan praktek yang tidak dirincikan dalam implementasi kurikulum
2013. Ini akan berpotensi merugikan siswa dan membingungkan guru.

Pihak wakil rakyat juga angkat bicara menyangkut kurikulum 2013.


Anggota Komisi X DPR RI, Raihan Iskandar (2013) meminta pemerintah
menunda implementasi kurikulum 2013, karena sosialisasi terutama kepada guru
belum maksimal. Melalui kunjungan kerjanya ke Kalimanatan Timur dan
Sulawesi Selatan, Raihan menemukan bahwa para guru baru memahami kulitnya,
tetapi belum menguasai isi kurikulum 2013. Banyak juga peserta seminar
menyangkut kurikulum 2013 yang menyesali bahwa penerapan kurikulum 2013

18
tidak didahului dengan riset dan evaluasi yang mendalam. Akibatnya, kurikulum
ini memberatkan siswa dan membingungkan guru. Memang tidak dapat
dipungkiri bahwa guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi
kurikulum. Bagaimanapun sempurnaya sebuah kurikulum yang dirancang, namun
tanpa ditopang oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, kurikulum
yang telah dirancang dengan bagus itu akan siasia (Sanjaya, 2009).

3. Masalah Lainnya

Masalah kurikulum 2013 lainnya seperti multi tafsir juga menjadi


hambatan dalam implementasi kurikulum 2013. Sebagai contoh, kurikulum 2013
menggunakan pendekatan saintifik dalam aktivitas pembalajaran dengan lima
langkah pokok: Mengamati, Menanya, Mengumpulkan informasi (explorasi),
Mengasosiasi (menggunakan pengetahuan) dan Mengkomunikasikan.
Menyangkut langkah terakhir, “Mengkomunikasikan” telah menimbulkan
interpretasi yang berbeda meskipun itu memang berbeda berdasarkan jenjang
pendidikan. Ada yang menafsirkan “Mengkomunikasikan” sebagai
menyampaikan atau mengkomunikasikan pengetahuannya setelah proses
pembelajaran kepada orang lain atau teman sekelasnya baik secara lisan maupun
tulisan. Namun, banyak juga yang menafsikan “Mengkomunikasikan” itu
maksudnya siswa berjaringan, menggunakan internet untuk mencari lagi inquiry
atau memperdalam pengetahuannya dan menggunakan fasilitas internet seperti
email untuk berkomunikasi dengan ahli di bidang tertentu.

Rektor Unsyiah, Darni Daud, dalam suatu diskusi dengan penulis pernah
mengatakan bahwa sulit menerapkan kurikulum 2013, kurikulum berkarakter di
Indonesia karena siswa tidak mudah mendapatkan contoh tauladan yang bisa
mereka tiru atau ikuti dari orang dewasa. Di kalangan orang dewasa terjadi
penyelewengan, konspirasi, nepotisme dan korupsi yang semakin merajalela.
Tidak terlihat secara jelas implementasi norma-norma hukum dan nilai-nilai
agama dalam kehidupan sehari-hari.

19
Dekan FIP Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Ahman,
dalam ceramahnya di acara Rapat Koordiansi PPG di Bandung pada bulan Juli
2013 mengisyaratkan bahwa untuk mendidik siswa dengan kurikulum berkarakter
perluadanya asrama untuk setiap sekolah. Jadi, semua siswa mulai dari tingkat
SD, SLTP dan SLTA harus diasramakan agar mereka bisa mempraktekkan
pengetahuannya dan menjalankan domain afektifnya. Tentu saja ini sesuatu yang
hampir tidak mungkin dilaksanakan dalam waktu singkat karena butuh dana untuk
membangun asrama dan fasilitasnya yang cukup besar.

Ada juga yang mempertanyakan kenapa Pendekatan Saintifik yang


diterapkan. Sedangkan rekomendasi ahli psikolog pembelajaran adalah
Konstruktivisme, karena Teori Konstruktivisme merupakan penyempurnaan dari
teori-teori utama pembelajaran sebelumnya, Behaviorisme dan Kognitivisme.
Bahkan, ada pihak yang mengkritik dengan sinis bahwa pendekatan yang
digunakan merupakan Pendekatan Saintifik, tetapi kenapa sainsnya banyak
dibuang.5

5
Syarwan Ahmad, “ Problematika Kurikulum 2013 dan Kepemimpinan
Instruksional Kepala Sekolah “ dalam Jurnal Pencerahan, Vol. 8 No. 2 2014, h. 100

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang mulai diterapakan pada
tahun pembelajaran 2013/2014. Kurikulum ini adalah pengembangan dari
kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik Kurikulum Berbasis Kompetensi yang
telah dirilis pada tahun 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada
tahun 2006.
Dalam Undang-Undang Sisdiknas ini disebutkan bahwa fungsi kurikulum
ialah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermatabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Sementara tujuannya,
yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

Dalam penyusunan Kurikulum 2013 dilandasi beberapa aspek, yakni


aspek filosofis, aspek yuridis dan aspek konseptual. Menurut PP No. 32 Tahun
2013 bahwa Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kriteria mengenai
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan
keterampilan. SKL. Ini diwujudkan dan dijabarkan melalui berbagai kompetensi
untuk setiap mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran.

Salah satu keunggulan Kurikulum 2013, yakni siswa lebih lanjut dituntut
untuk aktif, kreatif, inovatif, dalam setiap pemecahan masalah yang mereka
hadapi disekolah. Sedangkan salah satu Kelemahan kurikulum 2013, yakni guru
banyak salah kaprah, karena beranggapan kurikulum 2013 guru tidak perlu
menjelaskan materi kepada siswa dikelas, padahal banyak mata pelajaran yang
harus tetap ada penjelasan guru.

Pada kurikulum 2013, pemerintah menetapkan standar nasional


pendidikan, kerangka dasar dan struktur kurikulum, silabus, dan pedoman

21
Implementasi Kurikulum. Sedangkan setiap satuan pendidikan seperti halnya pada
kurikulum 2006 juga menyusun KTSP, kecuali dokumen yang berupa silabus
setiap mata pelajaran sudah disusun oleh pemerintah, guru tinggal menyalin dan
menyusunnya menjadi satu kesatuan KTSP yang utuh.

Kurikulum 2013 yang rencana pelaksanaannya menghabiskan anggaran


hingga 2,49 triliun telah menuai banyak kritik, termasuk dari kalangan aktivis,
antara lain, karena membuang sains dan menggantikannya dengan pendidikan
kewarganegaraan (civics) dan pelajaran agama. Jadi, kurikulum baru ini lebih
banyak muatan pendidikan kebangsaan dan agama, sedangkan sains atau IPA
akan digabung ke dalam dua mata pelajaran tersebut.

B. Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan


makalah ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
diharapkan untuk perbaikan kedepannya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Syarwan. “Problematika Kurikulum 2013 dan Kepemimpinan


Instruksional Kepala Sekolah“. Jurnal Pencerahan 8.2 (2014): 98-108.
Fadillah. Implemenasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI & SMP/ MTS
& SMA/MA. Yogyakarta : Ar-ruzz Media. 2014.
Hasbullah. Kebijakan Pendidikan Dalam Persfektif Teori, aplikasi,dan kondisi
objektif Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2016.
Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. Implementasi Kurikulum 2013 (Konsep &
Penerapan). Surabaya: Kata Pena. 2014.

23

Anda mungkin juga menyukai