Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PEMBELAJARAN PKN SD

ANALISIS KURIKULUM 2013 DAN KURIKULUM MERDEKA

Dosen Pengampu :

Yulfia Nora, S.Pd,M

Disusun Oleh

Kelompok 8

PUTRI IMELDA SHAFIRA (2010013411219)

DIVIA OKTA PAGANI (2110013411060)

SUCI INDAH SARI (2110013411061)

SARI FATUL HUSNA (2110013411147)

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Bung Hatta

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan segala berkah dan hidayahnya serta rahmat-NYA sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai struktur tubuh pada
manusia dan buatan dan juga bermanfaat bagi kita. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap, kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat dimasa yang akan datang mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa syarat yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi diri
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata kata yang kurang berkenan memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dimasa depan.

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..................................................................................................................6
A. Implementasi kurikulum 2013..................................................................................6
B. Penerapan Kurikulum 2013....................................................................................10
C. Konsep Dasar Merdeka Belajar..............................................................................12
D. Kebijakan Kurikulum merdeka Belajar..................................................................13
E. Pengelolaa Merdeka Belajar...................................................................................15
F. Implementasi Merdeka Belajar...............................................................................16
G. Perbedaan kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka..............................................17
BAB III..................................................................................................................................19
PENUTUP.........................................................................................................................19
A. Kesimpulan............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran Kurikulum 2013 Merupakan aktualisasi kurikulum dalam
pembelajaran dan pembentukan komptensi serta karakter peserta didik.
Kurikulum 2013 akan menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif,
inovatif dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang
terintegrasi. Berdasarkan pengertian tersebut jelas bahwa kurikulum merupakan
inti dari proses pendidikan. Kurikulum harus memuat rumusah yang harus
dicapai, pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh setiap siswa, serta strategi
cara yang dapat dikembangkan. Pembelajaran kurikulum 2013 akan memberikan
makna substansial terhadap mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
kewarganegaraan, Bahasa Indonesia,Matematika, Seni Budaya dan Prakarya,
serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Disinilah Kompetensi Dasar
dari Ilmu Pengetahuan Alam dan IlmuPengetahuan Sosial yang diorganisasikan
kedalam mata pelajaran lain memiliki peran penting sebagai pengikat dan
pengembangan Kompetensi Dasar mata pelajaran lainnya. Kurikulum 2013 dalam
pembelajaran di kelas , guru dituntuk untuk lebih kreatif dalam menyampaikan
materi kepada siswanya. Selain itu, guru juga dituntut untuk lebih menekankan
pada proses, bukan pada hasil. Tujuan dari hal tersebut adalah agar siswa sebagai
sasaran utama perubahan kurikulum ini diharapkan akan mampu menjadi pribadi
yang berkarakter

Perkembangan industri 4.0 menjadikan ilmu pengetahuan mengalami


transformasi yang pesat di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Digitalisasi
pendidikan merupakan potensi pembelajaran secara optimal dapat dilakukan
melalui kurikulum. Seiring berjalannya waktu pendidikan pun semakin
berkembang dan beberapa kali telah mengalami perubahan kurikulum. Pada saat

4
ini di Indonesia menggunakan kurikulum 2013, peserta didik dilatih untuk lebih
aktif, kreatif dan mandiri dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Pembelajaran kurikulum 2013 pada tingkat sekolah dasar disajikan dalam bentuk
pendekatan tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema dengan mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik.

Merdeka Belajar merupakan slogan pendidikan yang saat ini sedang


digegerkan oleh Mendikbud. Prinsip merdeka belajar diharapkan dapat
mempercepat proses reformasi pendidikan di Indonesia yang selama ini dianggap
perlahan layu. Medikbud bahkan menggagas istilah deregulasi pendidikan karena
regulasi pendidikan selama ini dinilai menghambat proses pencapaian reformasi
pendidikan bermuara pada kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan materi ini yaitu :
1. Bagaimana implementasi kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka ?
2. Apa perbedaan kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka ?
3. Apa konsep dasar kurikulum merdeka ?
4. Bagaimana pengelolaan kurikulum merdeka ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan materi ini :
1. Dapat mengetahui implementasi kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka
2. Dapat mengetahui perbedaan kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka
3. Dapat mengetahui konsep dasar kurikulum merdeka
4. Dapat mengetahui pengelolaan kurikulum merdeka

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Implementasi kurikulum 2013


Kehadiran kurikulum 2013 diharapkan mampu melengkapi kekurangan
kekurangan yang ada pada kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013 disusun
dengan mengembangkan dan memperkuat sikap, pengetahuan, dan keterampilan
secara berimbang. Penekanan pembelajaran diarahkan pada penguasaan
pengetahuan dan keterampilan yang dapat mengembangkan sikap spiritual dan
sosial sesuai dengan kerakteristik Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
diharapkan akan menumbuhkan budaya keagamaan (religious culture) di sekolah.
Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Oleh karenanya Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti penting
diajarakan dalam rangka untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada
Allah Swt dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang
jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan
produktif, baik personal maupun sosial, sebagaimana tujuan pendidikan nasional
tersebut.
Perubahan Kurikulum 2013 merupakan wujud pengembangan dan
penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya—kurikulum KTSP tahun 2006—
yang dalam implementasinya dijumpai beberapa masalah yaitu :
1. Konten kurikulum terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya
matapelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya
melampaui tingkatperkembangan usia anak,
2. Belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan
tujuan pendidikan nasional,

6
3. Kompetensi belum menggambarkan secara holistic domain sikap,
keterampilan, dan pengetahuan,
4. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan
kebutuhan—misalnyapendidikan karakter, metodologi pembelajaran
aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan—belum
terakomodasi di dalam kurikulum,
5. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang
terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global
6. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran
yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam
dan
berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.
7. Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi
(proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi
secara berkala, dan
8. Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar
tidak menimbulkan multitafsir.

Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 ini adalah penyempurnaan pola


pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi,
penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat
menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan.
Oleh karena itu, implementasi Kurikulum 2013 diyakini sebagai langkah strategis
dalam menyiapkan dan menghadapi tantangan globalisasi dan tuntutan
masyarakat Indonesia masa depan.

Dalam kerangka inilah kurikulum 2013 memerankan fungsi penyesuaian (the


adjusted or adaptive function) yaitu kurikulum yang mampu mengarahkan peserta
didiknya mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial yang terus berubah. Kurikulum 2013 mengintegrasikan

7
tiga ranah kompetensi yaitu sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang dalam
implementasinya terangkum dalam KI-1 (sikap spiritual), KI-2 (sikap sosial), KI-
3 (pengetahuan), dan KI-4 (ketrampilan). Kurikulum 2013 yang disingkat K-13
merupakan perwujudan dari upaya pemerintah untuk terus melakukan
penyesuaian kurikulum. telah mengamanatkan bahwa kurikulum pada
semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Dalam rangka
itulah, maka peranan guru menjadi sangat penting. Mengimplementasikan
kurikulum secara efektif, diperlukan kesiapan guru, baik kesiapan administrasi
pembelajaran, maupun kesiapan mental. Sebab, dalam implementasi kurikulum
sangat mungkin terjadi munculnya perbedaan antara perencanaan dengan realita
sifatnya local dan kontekstual. Sebuah kurikulum yang baru diberlakukan
menyebabkan kepercayaan professional guru berkurang dan kemampuan
profesional melemah. Guru memerlukan berbagai penyesuaian baik penyesuaian
tentang konsep maupun implementasinya. Strategi implementasi kurikulum
hendaknya diarahkan kepada peningkatan kemampuan guru sebagai manusia
kunci (key person) di dalam ruang kelas

Strategi implementasi kurikulum berorioentasi guru antara lain:

1. Mengubah mind set guru dari paradigma konvensional yang statis ke


paradigm modern yang dinamis.
Perubahan mind set guru dilakukan untuk mengimbangi pengaruh teknologi
komunikasi dan informasi yang demikian hebat yang akhir-akhir ini dikenal
denganera industri. Beberapa paradigma guru terhadap profesinya yang sering
menjadi penghambat dalam pencapaian hasil secara komprehensif yaitu (a)
pekerjaan guruadalah mengajar saja, bukan mendidik, (b) guru lebih
memahami dari pada pesertadidik, (c) guru menjadi satu-satunya sumber
belajar dan (d) mengutamakan metodemengajar ceramah. Apabila prinsip
paradigma tersebut masih mewarnai pembelajaranhingga dewasa ini, maka

8
implementasi kurikulum yang sesungguhnya akan susahdicapai. Oleh karena
itu, revolusioner mind set guru mesti dilakukan untuk melayanimainstream
perubahan yang terus melaju.
2. Membentuk budaya (kultur) baru di lingkungan sekolah
Membangun budaya kaitannya dengan implementasi kurikulum adalah
sejumlah perilaku yang disepakati bersama sebagai identitas guru pada suatu
sekolah.Kesepakatan tersebut kemudiandiiringi dengan menghadirkan
komitmen yang konsisten untuk melaksanakannya. Komitmen guru terhadap
sekolah yang tinggidan kerja sama yang baik antarguru merupakan ciri bahwa
sekolah tersebut efektif.
3. Guru sebagai pengembang kurikulum
Tugas guru bukan hanya mengajar di dalam kelas, melainkan juga sebagai
pengembang kurikulum. Guru sebagai pengajar terbatas pada penyampaian
bahan pelajaran kepada peserta didik, sedangkan guru sebagai pengembang
kurikulum bertugas untuk mengembangkan dan memodifikasi bahan pelajaran
dalam rangka menyesuaikannya dengan kondisi peserta didik dan
lingkungannya. Untuk menjaga efektivitas pencapaian kurikulum, guru
hendaklah terlebih dahulu memahami dan menghayati falsafah dan tujuan
kurikulum, struktur dan organisasi kurikulum serta mata pelajarannya

B. Penerapan Kurikulum 2013


1. Karakteristik Pembelajaran
Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat
pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi
Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang
harus dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan
belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang
lingkup materi.
2. Perencanaan Pembelajaran

9
a. Desain Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana
Pelaksanaan . Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi.
Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat
penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus
dan RPP disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan.
3. Pelaksanaan Pembelajaran
a. Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran
1) Alokasi Waktu Jam Tatap Muka Pembelajaran
a) SD/MI : 35 menit
b) SMP/MTs : 40 menit
c) SMA/MA : 45 menit
d) SMK/MAK : 45 menit
2) Buku Teks Pelajaran
Buku teks pelajaran digunakan untuk meningkatan efisiensi dan
efektivitas yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan peserta
didik.
3) Pengelolaan Kelas
a) Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik sesuai
dengan tujuan dan karakteristik proses pembelajaran.
b) Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus
dapat didengar dengan baik oleh peserta didik.
c) Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah
dimengerti oleh peserta didik.
d) Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan
kemampuan belajar peserta didik.
e) Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, dan
keselamatan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran.

10
f) Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons
dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung.
g) Guru mendorong dan menghargai peserta didik untuk bertanya dan
mengemukakan pendapat.
h) Guru berpakaian sopan, bersih, dan rapi.
i) Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada peserta didik
silabus mata pelajaran; dan
j) Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan
waktu yang dijadwalkan.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi
kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
4. Penilaian Hasil dan Proses Pembelajaran
Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik
(authentic assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar
secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan
menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar siswa atau bahkan
mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak
pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran. Hasil penilaian otentik dapat
digunakan oleh guru untuk merencanakan program perbaikan (remedial),
pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil
penilaian otentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses
pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan. Evaluasi proses
pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dengan menggunakan alat:
angket, observasi, catatan anekdot, dan refleksi.

11
C. Konsep Dasar Merdeka Belajar
Konsep dasar Merdeka Belajar ala Nadiem Makarim terdorong karena
keinginannya menciptakan suasara belajar yang bahagia tanpa dibebani dengan
pencapaian skor atau nilai tertentu. Merdeka Belajar menjadi salah satu program
untuk menciptakan suasana belajar di sekolah yang bahagia suasana yang happy,
bahagia bagi peserta didik maupun para guru. Adapun yang melatarbelakangi
diantaranya banyak keluhan para orangtua pada sistem pendidikan nasional yang
berlaku selama ini. Salah satunya ialah keluhan soal banyaknya siswa yang
dipatok dengan nilai-nilai tertentu). Ditambahkan pula bahwa program Merdeka
Belajar merupakan bentuk penyesuaian kebijakan untuk mengembalikan esensi
dari asesmen yang semakin dilupakan. "Konsepnya, mengembalikan kepada
esensi undang-undang kita untuk memberikan kemerdekaan sekolah
menginterpretasi kompetensi- kompetensi dasar kurikulum, menjadi penilaian
mereka sendiri, seperti disampaikan Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan
(Dirjen GTK) Kemendikbud Supriano
Perkembangan teknologi digital pada hakikatnya menciptakan pengetahuan
untuk bisa melampaui akses informasi tanpa batas. Peran pendidik sebagai
mentoring berkelanjutan, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah,
dan teamwork untuk peserta didik serta melakukan proses penilaian dengan tidak
menitikberatkan pada nilai namun proses pembelajaran yang dilakukan. Pendidik
perlu mendidik peserta didik sesuai dengan karakteristik peserta didik saat ini
yang dikenal dengan "digital native" atau biasa disebut sebagai generasi
millennial. Generasi "digital native" memiliki ciri-ciri: aktif, fun, random akses,
instan, multi tasking, networking dan life. Oleh karena itu, untuk menghadapi
perkembangan teknologi di era digitalisasi dalam mendidik peserta didik generasi
"digital native". salah satu gagasan Konsep merdeka belajar dalam pendidikan di
era digital juga dapat diartikan bahwa semua proses pendidikan memerlukan
komitmen dalam peningkatan investasi di pengembangan digital skill di dunia
pendidikan, selalu mencoba menerapkan prototype teknologi terbaru dalam

12
mempermudah proses pembelajaran di dunia pendidikan, dan menggali berbagai
bentuk kolabomsi baru bagi model sertifikasi atau pendidikan dalam ranah
peningkatan digital skill sehingga mutu pendidikan dapat ditingkatkan.Terdapat
juga beberapa Konsep Dasar Merdeka Belajar di ambil dari hukum yang
menyertai upaya meningkatkan kualitas SDM Indonesia dilandasi tanggungjawab
untuk menjalankan amanat:
1. Pembukaan UUD 1945 alinea IV: dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa:
2. Pasal 31, pada ayat 3, yang menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan
danmenyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa;

D. Kebijakan Kurikulum merdeka Belajar


Merdeka Belajar adalah program kebijakan baru Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) yang dicanangkan oleh
Mendikbud Nadiem Anwar Makarim. Nadiem membuat kebijakan merdeka
belajar bukan tanpa alasan. Pasalnya, penelitian Programme for International
Student Assesment (PISA) tahun 2019 menunjukkan hasil penilaian pada peserta
didik Indonesia hanya menduduki posisi keenam dari bawah; untuk bidang
matematika dan literasi, Indonesia menduduki posisi ke-74 dari 79 Negara.
Menyikapi hal itu,Nadiem pun membuat gebrakan penilaian dalam kemampuan
minimum, meliputi literasi, numerasi, dan survei karakter. Literasi bukan hanya
mengukur kemampuan membaca, tetapi juga kemampuan menganalisis isi bacaan
beserta memahami konsep di baliknya. Untuk kemampuan numerasi, yang dinilai
bukan pelajaran matematika, tetapi penilaian terhadap kemampuan peserta didik
dalam menerapkan konsep numerik dalam kehidupan nyata. Satu aspek sisanya,
yakni Survei Karakter, bukanlah sebuah tes, melainkan pencarian sejauh mana
penerapan nilai-nilai budi pekerti, agama, dan Pancasila yang telah dipraktekkan
oleh peserta didik.(Siti Mustaghfiro, 2020). Esensi kemerdekaan berpikir,

13
menurut Nadiem, harus didahului oleh para guru sebelum mereka
mengajarkannya pada peserta didik. Nadiem menyebut, dalam kompetensi guru di
level apapun, tanpa ada proses penerjemahan dari kompetensi dasar dan
kurikulum yang ada, maka tidak akan pernah ada pembelajaran yang terjadi.
Ada empat pokok kebijakan baru Kemendikbud RI (Kemendikbud, 2019: 1-5),
yaitu:

1) Ujian Nasional (UN) akan digantikan oleh Asesmen Kompetensi


Minimum dan Survei Karakter. Asesmen ini menekankan kemampuan
penalaran literasi dan numerik yang didasarkan pada praktik terbaik tes
PISA. Berbeda dengan UN yang dilaksanakan di akhir jenjang
pendidikan, asesmen ini akan dilaksanakan di kelas 4, 8, dan 11. Hasilnya
diharapkan menjadi masukan bagi lembaga pendidikan untuk
memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya sebelum peserta didik
menyelesaikan pendidikannya (Kemendikbud, 2019: 1)
2) Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) akan diserahkan ke sekolah.
Menurut Kemendikbud, sekolah diberikan kemerdekaan dalam
menentukan bentuk penilaian, seperti portofolio, karya tulis, atau bentuk
penugasan lainnya(Kemendikbud, 2019)
3) Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Menurut Nadiem Makarim, RPP cukup dibuat satu halaman saja. Melalui
penyederhanaan administrasi, diharapkan waktu guru yang tersita untuk
proses pembuatan administrasi dapat dialihkan untuk kegiatan belajar dan
peningkatan kompetensi (Kemendikbud, 2019)
4) Dalampenerimaan peserta didik baru (PPDB), sistem zonasi diperluas
(tidak termasuk daerah 3T. Bagi peserta didik yang melalui jalur afirmasi
dan prestasi, diberikan kesempatan yang lebih banyak dari sistem PPDB.
Pemerintah daerah diberikan kewenangan secara teknis untuk menentukan
daerah zonasi ini (Kemendikbud, 2019)

14
E. Pengelolaa Merdeka Belajar
Pengelolaan Merdeka Belajar ini akan dijelaskan secara runtut dimulai dari
sisi payung hukum yang mendasari upaya mewujudkan kualitas SDM
sebagaimana tujuan kebijakan Merdeka Belajar, diikuti dengan isi pokok merdeka
belajar itu sendiri, lalu konsep dasar Merdeka Belajar dikaji secara teori atau
definisinya, dan diakhiri tanggapan penilaian sebagai masukan, serta harapan dari
digulirkannya kebijakan merdeka belajar.Pentingnya memiliki SDM yang unggul
merupakan solusi dalam menyelesaikan permasalah bangsa, sebagaimana
disampaikan oleh Mendikbud, bahwa: "Apapun kompleksitas masa depan, kalau
SDM kita bisa menangani kompleksitas maka itu tidak menjadi masalah" (FOR
WAS Edisi ke-3/2019). Tentu SDM yang dikehendaki merupakan kapital
intelektual yang memiliki keunggulan kompetitif dan koperatif, dan siap
menghadapi era globalisasi. Mengenai tantangan yang bersifat internal. berupa
gejala melemahnya mentalitas anak-anak bangsa sebagai dampak maraknya
simpul informasi dari media sosial. Menghadapi tantangan tersebut tentu harus
diimbangi dengan pendidikan yang bermutu supaya dapat menjamin SDM yang
berkualitas, yang bisa bertindak cepat, tepat, dan mampu beradaptasi dengan baik
dalam mengantisipasi sekaligus mengatasi dampak negatif dari gelombang
perubahan besar tersebut. Namun sayangnya kondisi pendidikan kita belum
menunjukkan hasil yang memuaskan, salah satu indikatornya berdasarkan data
skor PISA (Programme for International Students Assessment) tahun 2015 pada
tingkat literasi yang meliputi tiga aspek; membaca, kemampuan matematika, dan
kemampuan sain, masih berada pada peringkat 10 besar terbawah yaitu peringkat
ke- 62 dari 72 negara anggota OECD (Orgnization for Economic Cooperation and
Development), kita masih kalah dari negara Vietnam (Kompasiana,
16/12/2018).Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) selaku
leading sektor pendidikan nasional sangat berperan penting dalam mewujudkan
kualitas SDM Indonesia, maka dari itu melalui kebijakan pendidikan "Merdeka
Belajar", dimana target pemerintahan periode kedua Jokowi akan memfokuskan

15
diri pada pembangunan Sumber Daya Manusia sebagaimana diamanatkan dalam
Nawacita kelima, untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
sekaligus untuk mewujudkan salah satu syarat dalam pengelolaan program
merdeka belajar yang harus mempunyai SDM berkualitas.

F. Implementasi Merdeka Belajar


Jika dilihat dari Konsep merdeka belajar maka implementasinya dalam
pendidikan khususnya di era digital dapat diartikan bahwa pendidikan dapat
dilakukan :
1. Dalam beragam waktu dan tempat, proses belajar bukan hanya di ruang kelas,
namun dapat diciptakan proses pembelajaran yang tak terbatas oleh ruang dan
waktu
2. Free Choice, dipilih peserta didik sesuai perangkat, program/teknik belajar
sesuai peserta didik, mempraktikkan cara belajar yang paling nyaman
sehingga kemampuannya terus terasah.
3. Personalized Leaming, menyesuaikan pelajar dalammemahami materi,
memecahkan jawaban sesuai dengan kemampuannya.
4. Berbasis Proyek, peserta didik diajak menerapkan keterampilan yang sudah
dipelajari dalam berbagai situasi. Jadi pengalamannya akan terasa untuk
nantinya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya.
5. Pengalaman Lapangan, link and match di dunia pekerjaan sangatlah penting.
Saat ini banyak sekali materi yang diajarkan di bangku sekolah dan
perkuliahan yang tidak sesuai dengan dunia kerja. Soal fenomena kekerasan
dan bullying di sekolah
6. Terkait fenomena kekerasan dan perundungan (bulliying) di sekolah

16
G. Perbedaan kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka
1. Kerangka Dasar
Bedanya kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka yang pertama yakni
mengenai kerangka dasar. Landasan utama dari kurikulum 2013 ialah
tujuan Sistem Pendidikan Nasional dan Standar Nasional pendidikan.
Sementara itu, kurikulum merdeka lebih menekankan mengenai
pengembangan profil pelajar pancasila khususnya pada peserta didik.
2. Kompetensi yang dituju
Pada kurikulum 2013, kompetensi disusun dalam bentuk Kompetensi
Dasar (KD) juga Kompetensi Inti sebagai suatu penilaian. Aspek tersebut
seperti sikap sosial, sikap spiritual, pengetahuan juga keterampilan.
Kemudian terkait kompetensi yang dituju merdeka belajar dan capaian
pembelajaran akan disusun per fase dimana dinyatakan dalam bentuk
paragraf yang memuat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam
mencapai, menguatkan, juga meningkatkan kompetensi.
3. Struktur Kurikulum
Pada kurikulum 2013, jam pembelajaran atau yang disingkat JP akan
diatur selama seminggu. Aturan alokasi waktu pembelajaran ini akan
dibahas secara rutin dalam setiap minggunya pada setiap semester.Dengan
demikian, peserta didik akan memperoleh nilai hasil belajar untuk setiap
semester yang telah dilakukannya. Sementara kurikulum merdeka ini
struktur pembelajaran terbagi menjadi dua yakni pembelajaran reguler
atau pembelajaran rutin (kegiatan intrakurikuler).Kemudian yang kedua
yakni mengenai projek penguatan profil pancasila sebagai pengembangan
jiwa berkarakter pancasila pada peserta didik saat ini.
4. Pembelajaran
Pada kurikulum 2013, pendekatan pembelajaran ialah pendekatan secara
saintifik dan berlaku untuk semua mata pelajaran. Sementara pada

17
pembelajaran kurikulum merdeka belajar lebih menguatkan pembelajaran
yang berbeda sesuai dengan tahapan capaian dari peserta didik.
5. Penilaian
Perbedaan selanjutnya yakni pada kurikulum 2013 akan dibagi terkait
penilaian pada aspek sikap, keterampilan, juga pengetahuan. Sementara
pada kurikulum yang baru yakni kurikulum merdeka ada pemisahan
terkait penilaian sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
6. Perangkat Ajar yang Disediakan oleh Pemerintah
Terkait dengan perangkat ajar, maka kurikulum 2013 biasanya
menggunakan buku teks atau buku cetak diberikan pada sekolah-sekolah
sebagai bahan pembelajaran. Sementara pada kurikulum merdeka belajar,
sumber belajar bisa menggunakan banyak sumber yang terdapat di sekitar
baik teks bisa juga non teks yang didapatkan selama pembelajaran.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
kurikulum dalam proses pembelajaran yang dapat memberi pengaruh terhadap
perubahan perilaku peserta didik. Mengimplementasikan kurikulum secara
efektif, diperlukan kesiapan guru, baik kesiapan administrasi pembelajaran,
maupun kesiapan mental. Sebab, dalam implementasi kurikulum sangat mungkin
terjadi munculnya perbedaan antara perencanaan dengan realita sifatnya lokal dan
kontekstual.Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, proses pembelajaran
merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang penting untuk pencapaian
keberhasilan pembelajaran dan pembentukan kompetensi siswa dimana
dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan saranadan fasilitas pendidikan yang
ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
kurikulum, sehingga dalam hal ini, pihak-pihak yang terkait dan berkepentingan
seharusnya senantiasa responsif terhadap dinamika yang terjadi dalam dunia
pendidikan.

19
DAFTAR PUSTAKA
Anshori, Fahmi Reza. “Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 Terhadap Hasil Belajar
Siswa PadaMata Pelajaran Sosiologi Kelas X Semester Genap Di SMA Negeri 01
Batu.” Journal of Chemical Information and Modeling 53, no. 9 (2019): 1689–1699.
Lestari, Neta Dian. “Analisis Penerapan Kurikulum 2013 Dalam Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran Ekonomi Di Sma Negeri Se-Kota Palembang.” Jurnal Neraca:
Jurnal Pendidikan dan Ilmu Ekonomi Akuntansi 2, no. 1 (2018): 68–79
https://edulogy.id/tentang-merdeka-belajar/ diakses pada 11 november 2022
https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/merdeka-belajar diakses pada 11 november
2022

20

Anda mungkin juga menyukai