Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM

“PENDIDIKAN DAN MOBILITAS SOSIAL “

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah:


Kebijakan Pendidikan Islam
Dosen : Prof. Dr. H Syaiful Anwar, M.Pd

Disusun oleh :

KELOMPOK 10

Adetia Natasya : 2111010165

Cama CaiwaAlwajidu : 2111010221

Fatma Arsalya : 2111010243

Rafa Arub : 2111010343

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji Syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat
Hidayah, dan inayah-NYA. Sehingga kami dapat merampungkan penyusunan
makalah Kebijakan Pendidikan Islam dengan judul “Pendidikan dan mobilitas
sosial“ tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah ini semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung kerja
sama anggota kelompok, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.
Untuk itu saya berterima kasih atas kerja sama para anggota kelompok dalam
merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah
ini. Dan kepada Allah Swt kami berserah diri.

Bandar Lampung, April 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ...................................................................................... і

KATA PENGANTAR .................................................................................... іі

DAFTAR ISI ................................................................................................... ііі

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 4

1. Latar Belakang ............................................................................... 4


2. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
3. Tujuan Penulisan ............................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 6


1. Pengertian Pendidikan dan Mobilitas Sosial .................................. 6
2. Hubungan Pendidikan dan Mobilitas Sosial .................................. 11
3. Peran Pendidikan dalam Mobilitas Sosial ...................................... 12
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 14

1. Kesimpulan ...................................................................................... 14

2. Saran ................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami kondisi yang jauh dari apa
yang diharapkan. Masalah dalam dunia pendidikan di Negara ini sangat
bermacam-macam, meliputi hubungan sistem pendidikan dengan aspek-
aspek lain dalam masyarakat, hubungan antar manusia di dalam
sekolah,pengaruh sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak
sekolah dan lembaga pendidikan dalam masyarakat.Untuk itu, para guru
dan calon guru harus paham dan dibekali sosiologi pendidikan serta
terampil mengoperasionalkan dalam kegiatan pendidikan.

Pendidikan pada hakekatnya merupakan tali untuk mengantarkan peserta


didik menuju pada kesadaran sosial yang lebih tinggi dari sebelum ia
mengenyam pendidikan. Namun, kadang dalam perjalanannya pendidikan
kerap kali malah memisahkan pesrta didik dari kehidupan sosialnya. Hal
ini terjadi karena pendidikan yang diberikan bukan lagi berbasis akan
realitas masyarakat. Akan tetapi lebih berorientasi apada pemenuhan
kebutuhan pasar baik yang sekarang ataupun yang akan datang. Sehingga
peserta didik setelah selesai mendapatkan pendidikan bukan peka akan
realitas sosial malah hilang dari realitas sosial yang ada dimasyarakat.
Melihat realitas tersebut perlu kiranya merubah akan orientasi dari
pendidikan tersebut. Agar pendidikan dapat memainkan peranannya
sebagai motor penggerak mobilitas sosial. Sebab, pendidikan sebagai
pembentuk intelektual peserta didiknya merupakan faktor yang sangat
penting dalam peruabahan yang terjadi di masyarakat. Bahkan boleh
dikatakan, perubahan dalam kalangan masyarakat tergantung akan
pendidikan apa yang diterima oleh peserta didiknya. Sebagai contoh,

4
apabila pendidikan mengajarkan bahwa komunis, kapitalisme, dan
anakirme tidak baik. Maka peserta didik tidak akan melakukan hal
tersebut. Misalnya juga, bahwa untuk dapat mendekatkan diri kepada
Tuhan harus dengan peka terhadap realitas sosial maka peserta didik yang
dihasilkan akan selalu melakukan analisa sosial.Mobilitas sebagai salah
satu indikator bahwa masyarakat kita mengalami kemajuan atau tidak
cukup pantas kiranya dijadikan sebuah orientasi dari pendidikan. Sebab,
tanpa adanya mobilitas sosial masyarakat tidak mungkin untuk mencapai
kemajuan dan kesejahteraan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pendidikan dan Mobilitas Sosial ?
2. Bagaimanakah Hubungan Pendidikan dan Mobilitas Sosial ?
3. Bagaimanakah Peran Pendidikan dalam Mobilitas Sosial ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Pendidikan dan Mobilitas Sosial
2. Untuk Mengetahui Hubungan Pendidikan dan Mobilitas Sosial
3. Untuk mengetahui Peran Pendidikan dalam Mobilitas Sosial

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN MOBILITAS SOSIAL

1. Pengertian Pendidikan

Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie” yang berarti
bimbingan yang diberikan kepada anak, istilah ini kemudian diterjemahkan
kedalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan dan
bimbingan. Istilah pendidikan dalam islam disebutkan tarbiyah yang
diterjemahkan dengan pendidikan.

Sedangkan menurut terminologi terdapat berbagai definisi pendidikan oleh ahli,


diantaranya sebagaimana yang dikemukakan oleh Ahmad D.Marimba
memberikan pengertian pendidikan dengan bimbingan atau pimpinan secara sadar
oleh pendidik terhadap peserta didik menuju terbentuknya pribadi yang utama.
Pendidikan dapat juga diartikan sebagai kegiatan seseorang dalam membimbing
dan memimpin anak menuju ke pertumbuhan dan perkembangan secara optimal
agar dapat berdiri sendiri dan bertanggun jawab.

2. Pengertian Moilitas Sosial

Dalam tiap masyarakat modern terdapat mobilitas sosial atau perpindahan


golongan yang cukup banyak. Orang naik atau turun statusnya dalam berbagai
sistem status dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial,
kekayaan jabatan, kekayaan dan sebagainya. Perpindahan orang dari golongan
sosial yang lain, yang lebih tinggi atau lebih rendah disebut mobilitas sosial
vertikal. Mobilitas sosial ini berarti bahwa individu itu memasuki lingkungan
sosial yang berbeda dengan sebelumnya. Sedangkan menurut Haditono mobilitas
sosial adalah perpindahan seorang atau sekelompok orang dari kedudukannya
yang satu ke kedudukan lain. Kedudukan dapat berarti: situasi tempat, dapat pula
berarti status. Berikut adalah pengertian mobilitas sosial menurut para ahli:

a. Menurut SoerjonoSoekanto : Mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam


struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok
sosial.

6
b. Menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack:Mobilitas sosial adalah
suatu mobilitas dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur
organisasi suatu kelompok sosial.

c. Menurut William Kornblum:Mobilitas sosial adalah perpindahan individu-


individu, keluarga-keluarga dan kelompok sosialnya dan satu lapisan ke lapisan
sosial lainnya.

d. Menurut H.EdwardRansford: Mobilitas sosial adalah perpindahan ke atas


atau ke bawah dalam lingkungan sosial secara hirarki.

e. Menurut Robert M.Z. Lawang:Mobilitas sosial adalah perpindahan posisi


dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain atau dari satu dimensi ke dimensi yang
lainnya.

f. Menurut Horton dan Hunt: Mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan
dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya.

Jadi dapat disimpulan bahwa mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang
atau kelompok dari lapisan (strata sosial) yang satu ke lapisan yang lain. Mobilitas
berasal dari bahasa Latin, yaitu mobilis yang berarti mudah dipindahkan dari satu
ke tempat ke tempat lain. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan “gerak”
atau “perpindahan”. Mobilitas sosial merupakan suatu konsep dinamika sosial
yang secara harfiah seringkali diartikan sebagai suatu gerakan yang terjadi akibat
berpindah atau berubah posisi sosial seseorang atau sekelompok orang pada saat
yang berbeda.

B . FAKTOR-FAKTOR PENDORONG MOBILITAS SOSIAL

1. Status Sosial
Setiap manusia secara hierarki berhak untuk memlih atau mengubah status sosial
yang mereka terima sejak lahir. Tetapi hal ini sangat tergantung pada sistem
stratifikasi sosial yang terdapat dalam masyarakat. Pada sistem pelapisan yang
terbuka , individu memilik peluang besar untuk melakukan untuk melakukan
mobilitas antar kelas. Sedangkan pada sistem tertutup, mobilitas sosial individu
tetap dapat terjadi meskipun sangat terbatas dan berjalan lambat. Pada sistem
pelapisan tertutup, status yang ada dipaksakan oleh keadaan untuk diterima.
Meskipun terjadi perubahan , berjalan dalam waktu yang lama setelah melewati
beberapa generasi.

2. Keadaan Ekonomi

7
Terdapat perbedaan latar belakang ekonomi keluarga dari setiap individu. Tetapi,
masing-masing individu pasti berusaha untuk memperbaiki dan meningkatkan
keadaan ekonominya menjadi lebih baik dari semula. Jadi,
mobiltassosialdisebabkan oleh suatu sikap yang tidak menerima keadaan ekonomi
yang sudah dimiliki sebelumnya.

3. Situasi Politik
Situasi politik dalam suatu masyarakat sangat di pengaruhi aspek-aspek lain
sehingga perubahan dan kebijakan politik akan memberikan peluang untuk
melakukan mobiltas vertikal maupun horizontal.

4. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk yang tidak di imbangi dengan penyediaan atau
pengembangan kebutuhan dapat menjadi beban. Hal ini mudah di mengerti karena
sejumlah kebutuhan harus dibagi-bagi untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang
semakin banyak jumlahnya sehingga tingkat kesejahteraan berkurang, bahkan
mengarah pada kemiskinan.

C. FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT MOBILITAS SOSIAL

1. Perbedaan Ras dan Agama


Diskriminasi (pembedaan) ras mash banyak terjadi di dunia, baik yang secara
terbuka maupun secara terselubung. Perbedaan ini terutama di rasakan oleh ras
minoritas. Biasanya pemerintah suatu negara menerapkan kebijakan tertentu yang
membatasi hak-hak ras minoritas tersebut, seperti yang terjadi pada ras aborigin
di Australia atau ras Indian di Amerika Serikat.

2. Diskriminasi Kelas
Hambatan juga dapat disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap kelas sosial
tertentu. Misalnya, pada zaman kolonial Belanda di Indonesia, sekolah formal
hanya dapat di ikuti oleh anak-anak Belanda, warga asing (khususnya dari Asia
Timur) dan kaum bangsawan pribumi yang memperoleh dukungan dari
pemerintah kolonial Belanda.

3. Pengaruh Sosialisasi yang Kuat


Sosialisasi adalah suatu proses dimana seorang anak berpartisipasi menjadi
anggota masyarakat. Jika proses sosialisasi ini berjalan baik, maka pola-pola
prilaku, cara pandang, dan persepsi, akan tertanam dengan sangat kuat sehingga

8
sulit dipengaruhi oleh unsur-unsur yang dianut kelas sosial lainnya. Misal, pada
umumnya seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tinggal di pedesaan
sederhana akan menghayati semua norma dan nilai-nilai keluarganya, sehingga
akan menolak atau bahkan menghindar bila bertemu dengan tata nilai dan norma
dalam masyarakat kota yang dianggap tidak pantas dilakukan.

4. Kemiskinan
Banyak ilmuan yang menjadiakn kemiskinan ( kemiskinan material ) sebagai
dasar permasalahan sulitnya masyarakat berubah dari kelas bawah ke kelas
menengah ataupun atas. Masyarakat miskin tidak memiliki akses yang memadai
atas saran informasi dan pendidikan, sehingga akhirnya tertinggal dari kelompok
lain dan dari generasi ke generasi akan tetap berada pada kelas sosial yang sama.

5. Perbedaan Jenis Kelamin


Meskipun telah disinggung sebelumnya bahwa sosiologi tidak memandang status
sosial pria lebih tinggi dari pada wanita, namun pada kenyataannya masih banyak
masyarakat yang memandang bahwa pria lebih superior. Hal ini memengaruhi
pencapaian prestasi, kekuasaan, dan status sosial yang dicapai oleh kebanyakan
kaum wanita di seluruh dunia.

D. PROSES TERJADINYA MOBILITAS SOSIAL

Gerak sosial atau sosial mobility adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu
pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial
mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungannya
adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur
organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan
antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan
kelompoknya.

Tipe-tipe gerak sosial yang prinsipil ada dua macam, yaitu gerak sosial yang
horizontal dan vertikal. Gerak sosial horizontal merupakan peralihan individu atau
objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya
yang sederajat. Misalnya, seseorang yang beralih kewarganegaraan, beralih
pekerjaan yang sederajat atau mungkin juga peralihan lainnya. Dengan adanya
gerak sosial yang horizontal, tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan
seseorang ataupun suatu objek sosial. Gerak sosialvertikal dimaksudkan sebagai
perpindahan individu atau obyek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan
lainnya, yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, maka terdapat dua jenis
gerak sosial yang vertikal, yaitu yang naik (social-climbing) dan turun (social-

9
sinking).Dalam pelapisan masyarakat, semakin seimbang kesempatan-kesempatan
untuk mendapatkan kedudukan tersebut akan semakin besar gerak sosial. Itu
berarti bahwa sufat sistem lapisan masyarakat semakin terbuka. Dalam sisyem
lapisan terbuka, kedudukan apa yang hendak dicapai semuanya terserah pada
individunya.

Menurut Pitirim A Sorokin, gerak sosialvertikal mempunyai saluran-saluran


dalam masyarakat. Proses gerak sosialvertikal melalui saluran tersebut disebut
socialcirculation. Sebagai contoh lembaga pendidikan sebagai saluran gerak sosial
seperti sekolah, pada umumnya merupakan saluran konkrit gerak sosial yang
vertikal. Bahkan sekolah-sekolah dapat dianggap sebagai sosial elevator yang
bergerak dari kedudukan-kedudukan yang paling rendah ke kedudukan yang
paling tinggi. Kadang-kadang dijumpai keadaan disekolah-sekolah tertentu hanya
dapat dimasuki oleh golongan-golongan masyarakat tertentu di Indonesia sendiri,
secara relatif dapat ditelaah kedudukan apa yang ditempati oleh lapisan yang
rendah maka dia akan menjadi saluran geraksosial yang vertikal. Adapula
mobilitas antargenerasi (Perpindahan Status yang dilakukan oleh dua generasi.
Misal orang tua dengan anak-anaknya) dan mobilitas intragenerasi (terjadi dalam
satu kelompok generasi yang sama).

Adapun cara melakukan mobilitas diantaranya yaitu:

a. Perubahan standar hidup melalui perkawinan


Berpindah tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang
baru mengubah nama yang menunjukkan posisi sosial yang lebih tinggi.

b. Perubahan tingkah laku


Manusia memerlukan kedudukan dan peranan didalam masyarakat dalam hal ini
tidak selalu sama dalam hal pemenuhannya. Maka tidak dapat dihindarkan bahwa
masyarakat harus menyediakan beberapa macam sistem pembalasan jasa sebagai
pendorong agar individu mau melaksanakan kewajiban-kewajibannya yang sesuai
dengan posisinya dalam masyarakat. Dengan demikian mau tidak mau maka harus
ada pelapisan masyarakat dan mobilitas sosial karena gejala tersebut sekaligus
memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat, yaitu penempatan individu
dalam tempat-tempat yang tersedia dalam struktur sosial dan mendorongnya agar
melaksanakan kewajiban yang sesuai dengan kedudukan dan peranannya.
Pengisian tempat-tempat tersebut merupakan daya dorong agar mesyarakat
bergerak sesuai dengan fungsinya. Akan tetapi wujudnya dalam setiap masyarakat
juga berlainan, karena tergantung pada bentuk dan kebutuhan masing-masing
masyarakat jelas bahwa kedudukan dan peranan yang dianggap tertinggi oleh

10
setiap masyarakat adalah kedudukan dan peranan yang dianggap terpenting serta
memerlukan kemampuan dan latihan-latihan yang maksimal.

E. DAMPAK MOBILITAS SOSIAL

1. Mendorong Seseorang Untuk Maju


Seseorang yang berhasil naik ke kelas sosial yang lebih tinggi akan termotivasi
atau terdorong untuk lebih berprestasi dan lebih maju sehingga dapat
mempertahankan, atau bahkan meningkatkan, status sosialnya ke jenjang kelas
yang lebih tinggi lagi. Misalnya seorang staf dipromosikan menjadi pemimpin
unit di kantornya.

2. Mempercepat Perubahan Sosial


Perubahan sosial adalah perubahan struktur sosial yang meliputi lembaga-lembaga
tempat individu menjadi bagiannya. Melalui mobilitas sosial, seseorang
termotivasi untuk melakukan perubahan pola perilakunya.

3. Menimbulkan Kecemasan dan Ketegangan


Seseorang yang mengalami penurunan ke kelas sosial yang lebih rendah akan
mengalami kecemasan sebab fasilitas dan kemudahan-kemudahan yang
sebelumnya dia miliki dan dinikmati dalam melakukan aktivitas sehari-hari tidak
lagi dimiliki.

4. Keretakan Hubungan Dalam Kelompok


Keretakan hubungan dalam kelompok primer terjadi ketika salah seorang yang
mulanya merupakan anggota suatu kelompok kemudian mengalami perpindahan
kelas sosial ke kelas sosial yang lebih rendah atau lebih tinggi. Misal, seseorang
yang berasal dari kelompok masyarakat petani di suatu kampung kemudian
memperoleh jabatan yang lebih tinggi disuatu lembaga pemerintahan.

F. HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN MOBILITAS SOSIAL

Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik di
dalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh makin besar harapan
untuk mencapai tujuan itu. Dengan demikian terbuka kesempatan untuk ke
golongan sosial yang lebih tinggi. Pendidikan dilihat sebagai kesempatan untuk
beralih dari golongan yang satu kegolongan yang lebih tinggi. Dikatakan bahwa
pendidikan merupakan jalan bagi mobilitas sosial. Pada zaman dahulu
keturunanlah yang menentukan status sosial seseorang yang sukar ditembus karna
sistem golongan yang ketat. Para tokoh-tokoh pendidikan banyak yang menaruh
kepercayaan akan keampuhan pendidikan untuk mengubah dan memperbaiki

11
nasib seseorang. Dengan memperluas dan meratakan pendidikan diharapkan
dicairkannya batas-batas golongan-golongan sosial. Diharapkan kesempatan
belajar yang sama membuka jalan bagi seriap peserta didik untuk memperoleh
pekerjaan yang diinginkannya. Kewajiban belajar atau pendidikan universal
memberikan pengetahuan dan keterampilan yang sama bagi semua peserta didik
dari semua golongan sosial. Dengan demikian perbedaan golongan sosial akan
dikurangi sekalipun tidak dapat dihapuskan sepenuhnya. Dalam kenyataan cita-
cita itu tidak mudah diwujudkan.

Hubungan antara pendidikan dengan mobilitas seperti yang dikemukakan Robert


G. Burgess dalam Bahar (1989: 37) bahwa sistem pendidikanlah yang menjadi
mekanisme mobilitas sosial. Pendapat Ivan Reid (1989: 37) menyatakan bahwa
pendidikan memainkan peranan penting dalam mobilitassosial sekalipun tidak
tertuju pada penempatan pekerjaan tertentu. Berkaitan dengan peranan pendidikan
dalam mobilitas sosial, kita mengetahui bahwa kualifikasi pendidikan harus
dihubungkan secara langsung dengan jenis pekerjaan.

Ada beberapa hal dalam melihat hubungan antara pendidikan dengan mobilitas
sosial yaitu: kesempatan pendidikan yang banyak ditentukan oleh faktor-faktor
tertentu antara lain kedudukan atau status sosial masyarakat. Kalangan masyarakat
bawah menginginkan terjadinya perubahan atau mobilitas sosial melaui
pendidikan. Selain itu juga untk mendapatkan pekerjaan, kualifikasi pendidikan
ada hubungannya dengan jenis pekerjaan, akan tetapi tidak semua orang yang
berkualifikasi tinggi dalam pendidikan mendapatkan yang cocok dengan
pekerjaannya. Kesempatan pekerjaan antara satu daerah dengan daerah lainnya
berbeda-beda karena mobilitas sosial dipengaruhi adanya pendidikan, maka
pendidikan menghasilkan kualifikasi yang lebih banyak.Jadi secara singkat
hubungan dengan mobilitas sosial dipengaruhi kesempatan memperoleh pekerjaan
sesuai dengan kualifikasi pendidikannya. Sehingga apabila ingin mobilitas sosial
semakin baik maka kesempatan memperoleh pendidikan semakin baik, dan hasil
pendidikan sesuai dengan kebutuhan lapangan pekerjaan.

G. PERAN PENDIDIKAN DALAM MOBILITAS SOSIAL

Pendidikan dalam kaitannya dengan mobilitas. Yang pertama berakhir pada


jabatan mandor, dan yang lainya bermula dari kedudukan “sosial hanya satu, tapi
dua mobilitas harus mampu untuk mengubah mainstream peserta didik akan
realitas sosialnya. Pendidikan merupakan anak tangga mobilitas yang penting.
Pendidikan dapat menjadi penyandar bagi mobilitas. Artinya, dari ketiga
pendidikan yang ada, formal, informal, dan nonformal, nampaknya dua dari tiga
pendidikan tersebut dapat diandalkan. Pada pendidikan formal dunia pekerjaan
dan dunia status lebih mempercayai kepemilikan ijazah tanda lulus seseorang

12
untuk naik jabatan dan naik status. Akan tetapi seiring dengan perkembangan
zaman kemudian mereka lebih mempercayai kemampuan individu atau skill yang
harus menghormati kepemilikan ijazah yang kadang tidak sesuai dengan
kenyataannya. Inilah yang ahirnya memberikan peluang bagi tumbuhnya
pendidikan nonformal yang lebih bisa memberikan keterampilan praktis bagi
kebutuhan dunia kerja yang tentunya memiliki pengaruh bagi seseorang.

Pendidikan yang tepat untuk mengubah paradigma ini adalah pendidikan kritis
yang pernah digulirkan oleh Paulo Freire. Sebab, pendidikan kritis mengajarkan
kita selalu memperhatikan kepada kelas-kelas yang terdapat di dalam
masyakarakat dan berupaya memberi kesempatan yang sama bagi kelas-kelas
sosial tersebut untuk memperoleh pendidikan. Disini fungsi pendidikan bukan lagi
hanya sekedar usaha sadar yang berkelanjutan. Akan tetapi sudah merupakan
sebuah alat untuk melakukan perubahan dalam masyarakat. Pendidikan harus bisa
memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang realitas sosial, analisa
sosial dan cara melakukan mobilitas sosial. Pendidikan yang diinginkan oleh
masyarakat adalah proses pendidikan yang bisa mempertahankan dan
meningkatkan keselarasan hidup dalam pergaulan manusia.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie” yang
berarti bimbingan yang diberikan kepada anak, istilah ini kemudian
diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti
pengembangan dan bimbingan. Istilah pendidikan dalam islam
disebutkan tarbiyah yang diterjemahkan dengan pendidikan.
Menurut SoerjonoSoekanto:Mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam
struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu
kelompok sosial.
Menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack:Mobilitas sosial
adalah suatu mobilitas dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu
yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
Hubungan antara pendidikan dengan mobilitas seperti yang
dikemukakan Robert G. Burgess dalam Bahar (1989: 37) bahwa sistem
pendidikanlah yang menjadi mekanisme mobilitas sosial. Pendapat Ivan
Reid (1989: 37) menyatakan bahwa pendidikan memainkan peranan
penting dalam mobilitassosial sekalipun tidak tertuju pada penempatan
pekerjaan tertentu. Berkaitan dengan peranan pendidikan dalam
mobilitas sosial, kita mengetahui bahwa kualifikasi pendidikan harus
dihubungkan secara langsung dengan jenis pekerjaan.
Pendidikan yang tepat untuk mengubah paradigma ini adalah
pendidikan kritis yang pernah digulirkan oleh Paulo Freire. Sebab,
pendidikan kritis mengajarkan kita selalu memperhatikan kepada kelas-
kelas yang terdapat di dalam masyakarakat dan berupaya memberi
kesempatan yang sama bagi kelas-kelas sosial tersebut untuk
memperoleh pendidikan. Disini fungsi pendidikan bukan lagi hanya
sekedar usaha sadar yang berkelanjutan. Akan tetapi sudah merupakan
sebuah alat untuk melakukan perubahan dalam masyarakat. Pendidikan
harus bisa memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang realitas
sosial, analisa sosial dan cara melakukan mobilitas sosial. Pendidikan
yang diinginkan oleh masyarakat adalah proses pendidikan yang bisa
mempertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup dalam pergaulan
manusia.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ari Ayumika, Trisna. 2012. [Online]. Pendidikan dalam Mengupayakan


Mobilitas. Tersedia : http://etnosentrisna.blogspot.com/2012/11/pendidikan-
dalam-mengupayakan-mobilitas.html.

Nababan. 2012. Pengertian Mobilitas. [Online]. Tersedia :


http://nababan363.blogspot.com/2012/11/pengertian-mobilitas.html.

Ramayulis, dkk. Dasar-dasar Pendidikan. 2009. Padang: The Zaky Press.

Rizal Rasyid, Imra. Pendidikan dan Mobilitas sosial. 2012. [Online]. Tersedia
:https://imrarizalrasyid.wordpress.com/2012/11/25/pendidikan-dan-mobilitas-
sosial.

Sadiah, Nurul. 2013. [Online]. Pendidikan dan Mobilitas Sosial Studi Kasus
Pengangguran Terdidik. Tersedia :
http://blog.umy.ac.id/nurulsadiah/2013/01/20/pendidikan-dan-mobilitas-sosial-
studi-kasus-pengangguran-terdidik.

Syadia, Donny. 2013. [Online]. Ekonomi-Sosiologi Semester-1 Mobilitas-Sosial.


Tersedia :https://donnysyadia.wordpress.com/ekonomi/sosiologi/semester-
1/mobilitas-sosial.

15

Anda mungkin juga menyukai