Anda di halaman 1dari 23

Pendidikan Sebagai Pelestarian Nilai dan Perubahan Sosial

Makalah
Disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagian tugas
Pada mata kuliah Filsafat Pendidikan

Dosen Pengampu :
Dr. Desvian Bandarsyah, M.Pd

Disusun oleh Kelas 7B:

1. Galuh Narulita Astuti 1601025280


2. Salma Munifah 1601025340
3. Putri Khoiroummah 1601025202
4. Tri Safrilah 1601025250

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa


memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini berjudul “Pendidikan Sebagai
Pelestarian Nilai dan Perubahan Sosial”. Makalah ini berisi uraian mengenai
Pendidikan sebagai salah satu media dalam pelestarian nilai dan perubahan sosial.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan pengarahan-pengarahan sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kepada Bapak Dosen dan teman-
teman lain untuk memberikan saran dan masukan kepada penyusun agar
penyusunan makalah ini lebih baik lagi. Demikian, semoga makalah ini bermanfaat
khususnya bagi penyusun dan semua pembaca makalah ini. Aamiin.

Jakarta, 20 November 2019

Kelompok 6
ABSTRAK

Pendidikan sebagai pelestarian nilai merupakan prinsip-prinsip sosial yang


dipakai dan diterima dalam suatu kelompok, kelas, maupun individu. Nilai disini
dimaksudkan yakni suatu yang menyebabkan hal itu pantas dikerjakan manusia. Nilai erat
kaitannya dengan kebaikan, meskipun keduanya memang tak sama, kebaikan memang tak
selalu bernilai tinggi dan begitu juga sebaliknya. Nilai berkaitan dengan perilaku manusia.
Manusia yang baik yaitu manusian yang tidakakan melakukan hal yang bertentangan
dengan moral. Nilai itu berdiri sendiri namun bergantung dan berhubungan dengan
pengalaman manusia.
Selain pendidikan sebagai pelestarian nilai, pendidikan juga sebagai perubahan
sosial, selain pada penilaian perkembangan zaman juga akan berpengaruh pada perubahan
sosial yang terjadi dimasyarakat, tidak ada sekelompok manusiapun yang tidak akan
mengalami perubahan sosial. Perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat
ini dipengaruhi oleh banyak faktor dan juga perubahan dapat menuju kearah positif
maupun negatif. Dalam hal ini, berarti perubahan dapat membuat lebih baik, namun juga
sebaliknya. Akan tetapi yang akan kami bahas kali yakni pendidikan sebagai pelestarian
nilai dan perubahan sosial. Selain itu kami juga akan membahas tentang nilai apa saja yang
harus dilestarikan untuk pendidikan di masa depan. Untuk mengetahui apakah nilai- nilai
tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh siswa di masa yang akan datang
Kata kunci: ” Pendidikan sebagai Pelestarian Nilai dan Perubahan Sosial”

ii
ABSTRACT

Education as preservation of values are social principles that are used and accepted in a
group, class, or individual. Value here is meant that is something that causes it to be done
by humans. Value is closely related to goodness, although both are not the same, goodness
is not always of high value and vice versa. Values are related to human behavior. A good
human being is a human who will not do things that are contrary to morals. Values are
independent but depend on and relate to human experience.
In addition to education as a preservation of values, education as well as social change, in
addition to evaluating the development of the times will also affect social changes that
occur in society, there is no group of people who will not experience social change. Social
changes that occur in people's lives are influenced by many factors and also changes can
lead to positive and negative directions. In this case, it means that change can make it better,
but also vice versa. But what we will discuss is education as a preservation of values and
social change. In addition we will also discuss what values must be preserved for education
in the future. To find out whether the values are in accordance with what is needed by
students in the future
Keyword: “ Education as a preservation of values and Social change”

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
ABSTRAK ......................................................................................................................... ii
ABSTRACT ...................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah .............................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan Makalah ............................................................................ 3
BAB II ................................................................................................................................ 4
2.1 Pengertian Pendidikan ..................................................................................... 4
2.2 Pendidikan Sebagai Pelestarian Nilai ............................................................. 5
2.3 Pengertian Perubahan Sosial ........................................................................... 7
BAB III............................................................................................................................. 11
3.1 Nilai- nilai yang dilestarikan dalam pendidikan .......................................... 11
3.2 Perubahan sosial menurut para ahli ............................................................. 13
3.3 Pendidikan sebagai agen perubahan sosial .................................................. 15
BAB IV ......................................................................................................................... 17
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 18

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan jalan untuk melahirkan generasi-generasi bangsa
yang terbaik sesuai dengan tujuan sebuah bangsa, perubahan segala aspek
kehidupan manusia khususnya sosial budaya dalam masyarakat dapat dilakukan
melalui dengan adanya pendidikan. Pengembangan pendidikan yang
melahirkan perubahan sosial budaya itu akan membuka pintu untuk menuju ke
dunia modern, karena hanya dengan pendidikan dapat dilakukan perubahan
sosial budaya, yaitu pengembangan ilmu pengetahuan, penyesuaian nilai-nilai
dan sikap-sikap yang mendukung pembangunan dan penguasaan berbagai
keterampilan dalam menggunakan teknologi maju untuk mempercepat proses
pembangunan. Sehingga terciptanya kesejahteraan dan kemakmuran suatu
bangsa.1
Pendidikan sebagai proses rekayasa social sejatinya merupakan
istrumentasi budaya dalam melanjutkan dan mengembangkan peradaban. Pada
dasarnya fungsi pendidikan sebagai penjaga dan pelestari nilai tujuan hidup
manusia, yakni sebagai insan yang bukan hanya harus cerdas dalam mengatasi
tuntutan dunia material bagi kebutuhannya saja tetapi juga cemerlang dalam
memahami, dan mendalami keluhuran hidup sebagai manusia secara spiritual
dan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang.
Perubahan social dalam masyarakat antara lain disebabkan oleh
perkembangan pendidikan. Kesadaran akan pentingnya pendidikan dapat
2
mengakibatkan kemajuan social masyarakat, juga dipedesaan. Pendidikan
adalah investasi untuk menggapai kemenangan masa depan. Mengabaikan
pendidikan sama saja membiarkan diri bangsa ini tidak tahu bagaimana
menghadapi diri di masa yang akan datang. Keterkaitan antara konsep nilai,

1
Adelina Yuristia, M.Pd “ KETERKAITAN PENDIDIKAN, PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA,
MODERNISASI DAN PEMBANGUNAN” Jurnal Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FITK UIN SU Medan - Vol.1, No.1, Januari-Juni 2017, hlm 2
2
J. Rompas “ PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT PEDESAAN DIMINAHASA “
Jurnal ANTROPOLOGI NO. 51

1
moral, norma dan pendidikan memetakan hubungan dan kedudukan yang tidak
dapat dipisahkan. Dimana konsep nilai menjadi kerangka dasar bagi kajian
moral dan norma sebagai kumpulan aturan yang keberadaannya menjadi sebuah
petunjuk kemana arah sebuah pendidikan nilai atau moral akan ditunjukan.
Pendidikan sebagai pelestari nilai merupakan prinsip-prinsip social yang
dipakai dan diterima oleh individu maupun kelompok didalam kehidupan
sehari-hari. Nilai yang dimaksud disini yakni suatu yang menyebabkan hal
tersebut pantas dikerjakan dan dilakukan oleh manusia. Nilai berkaitan dengan
prilaku manusia. Manusia yang baik yaitu manusia yang tidak akan melakukan
hal yang bertentangan dengan moral.
Pendidikan mempengaruhi masyarakat yang pada akhirnya terjadi
perubahan social. Perubahan social sebagai bentuk inovasi yang berkaitan
dengan seluruh aspek kehidupan manusia yang bertujuan meningkatkan
kemakmuran.3 Pendidikan adalah sebagai proses yang dapat merubah prilaku
individu dalam konteks teori perubahan akan mepunyai dampak positif maupun
negative yang mampu merubah struktur social yang ada di masyarakat. Tetapi
pendidikan diharapkan dalam pelestari nilai dan perubahan social dapat
menghasilkan generasi yang tidak hanya cerdas ilmu saja tetapi juga cerdas
dalam menjaga dan melestarikan nilai yang telah ada juga dapat memberi
perubahan social ke arah yang positif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian pendidikan?
2. Apa makna pendidikan sebagai pelestarian nilai?
3. Apa pengertian dari perubahan sosial?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


1. Mengetahui apa pengertian pendidikan
2. Mengetahui apa makna pendidikan sebagai pelestarian nilai
3. Mengetahui apa pengertian dari perubahan social

3
Miftahul Huda “PERAN PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL” Jurnal penelitian
pendidikan islam

2
1.4 Manfaat Penulisan Makalah
1. Teoritis
Penulisan makalah ini dapat menambah wawasan khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi masyarakat tentang Pendidikan sebagai
Pelestarian Nilai dan perubahan Sosial.
2. Akademis
Penulisan makalah ini dapat menjadi sumbangan dalam dunia akademis
dan juga dapat menjadi sumber referensi bagi penulisan selanjutnya
dengan judul dan tema sejenis pada makalah ini.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pendidikan


Pendidikan secara etimologi berasal dari kata “paedagogie” dari Bahasa
yunani terdiri kata “pais” artinya anak dan “again” artinya membimbing, jadi
kita artikan paedagogie artinya bimbingan yang diberikan kepada anak. Dalam
Bahasa romawi pendidikan berasal dari kata “educate” yang berarti
mengeluarkan sesuatu yang berada didalam. Sedangkan dalam Bahasa inggris
pendidikan di istilahkan dengan kata “to educate” yang berarti memperbaiki
moral dan melatih intelektual. Secara Bahasa definisi pendidikan mengandung
arti bimbingan yang dilakukan oleh seseorang (orang dewasa) kepada anak-
anak, untuk memberikan pengajaran, perbaikan moral, dan melatih intelektual.
Bimbingan kepada anak dapat dilakukan tidak hanya dalam pendidikan formal
yang diselenggarakan pemerintah, akan tetapi peran keluarga dan masyarakat
dapat menjadi lembaga pembimbing yang mampu menumbuhkan pemahaman
dan pengetahuan 4
Pendidikan merupakan sarana yang sangat efektif dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa, hal ini meruakan salah satu wujud pelaksanaan tujuan
negara Indonesia yang ke tiga yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh
karna itu maju dan tidaknya bangsa di pengaruhi oleh tingkat pendidikan yang
diterapkan oleh negara. Dalam kajian yuridis Formal, makna pendidikan
seperti tersurat dalam UU tentang system pendidikan nasional BAB 1
ketentuan umum pasal 1 ayat 1 yakni “Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan dan pengendalian diri5
Pendidikan hadir dan berlangsung dalam konteks social-budaya. Pendidikan
harus menempatkan kebudayaan sebagai fondasinya. Kebudayaan dan

4
Aas Siti Sholichah “TEORI-TEORI PENDIDIKAN DALAM AL-QURAN” Jurnal edukasi islam jurnal
pendidikan islam Vol.07 No.1 April 2018
5
Sutrisno “BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PENDEKATAN NILAI DAN PENDIDIKAN KEWARGA
NEGARAAN” Jurnal dimensi pendidikan dan pembelajaran Vol.5 Januari 2016. Hlm.30

4
pendidikan bersifat inter-rasional. Kebudayaan menyediakan kerangka nilai
dimana konsep dan aksi pendidikan diletakkan pada saat bersamaan.
Pendidikan berperan memberkaya dan mengembangkan kebudayaan. Ki
Hadjar Dewantara (1962 menyatakan bahwa pendidikan dalam Republik
Indonesia harus berdasarkan kebudayaan serta kemasyarakatan bangsa
Indonesia tanpa menutup diri dari dinamika budaya global. Penekanan pada
kebudayaan nasional bertujuan agar bangsa Indonesia tidak larut dan hanyut
dalam pusaran internasionalisasi sehingga kehilangan identitas sebagai rakyat
dari bangsa yang berdaulat (Dewantara, 1967) 6

2.2 Pendidikan Sebagai Pelestarian Nilai


Menurut pandangan idealisme, nilai itu absolut. Dan pada hakikatnya nilai
itu tetap. Menurut Plato jika manusia tau apa yang dikatakannya sebagai hidup
baik, maka mereka tidak akan berbuat hal-hal yang bertentangan dengan moral.
Menurut Kant, kita harus memperlakukan orang lain sebagai tujuan bukan
sebagai alat. Hukum moral menyatakan bahwa tiap manusia harus selalu
melakukan sesuatu yang oleh semua manusia tindakan tersebut wajib
dilakukan dimanapun. Misalnya suatu kewajiban bagi manusia untuk berlaku
jujur, adil, ikhlas, kasih sayang, pemaaf sesama manusia. Oleh karena itu
semua merupakan kebaikan universal. Manusia memiliki nilai dan harkat
kemanusiaan yang tak terbatas sebagai makhluk manusia. Menurut
objektivisme nilai itu berdiri sendiri, namun bergantung dan berhubungan
dengan pengalaman manusia. Pendidikan memiliki nilai objektif, karena tanpa
dinilai oleh manusia pun pendidikan secara inhern adalah baik. Pendidikan
yang baik sebagai nilai bagi manusia atau sebaliknya.
Apa yang dilestarikan dari nilai oleh pendidikan? Nilai itu perwujudan dari
hal-hal yang baik menurut manusia. Hal-hal yang baik itu diantaranya nilai-
nilai moral, etika dan budi pekerti, hati nurani, rasa ketaqwaan, dan lain-lain.
Hal-hal yang dikatakan nilai itu harus ditanamkan kepada generasi muda dalam
proses pendidikan. Tujuannya adalah supaya generasi muda mempertahankan
dan menjaga nilai-nilai luhur yang berfungsi sebagai kerukunan dimasyarakat.

6
Al musana “INDIGENSISASI PENDIDIKAN RASIONALITAS REVITALISASI PRAKSIS PENDIDIKAN KI
HADJAR DEWANTARA” Jurnal pendidikan dan kebudayaan, Vol.2, No.1, Juni 2017

5
Kaitan pendidikan dengan pelestarian nilai yaitu pendidikan berperan besar
dalam menanamkan nilai-nilai kepada generasi muda untuk melestarikan,
memurnikan dan mengidealkan kebiasaan masyarakat yang ada.
Pendidikan sebagai kata kuncinya harus dapat ditempatkan dan dimaknai
sesuai dengan cita-cita luhur kemanusiaan, yakni pendidikan yang berorientasi
maju pada penguasa ilmu pengetahuan dan teknologi di satu sisi, dan tujuan
hidup mulia sebagai umat manusia dalam konteks bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Pendidikan dalam makna dasarnya sebagai
upaya memanusiakan manusia dalam konteks universal, dan secara nasional
mesti berarti juga sebagai upaya meng-Indonesiakan segenap anak bangsa
Indonesia, selain tetap melestarikan nilai-nilai etniknya sendiri.
Secara konseptual dan kontekstual harus menjadi program yang utuh,
fungsional dalam rangka pembentukan karakter manusia Indonesia yang tetap
memelihara nilai-nilainya, yang bukan hanya cerdas dan terampil tapi juga
berjiwa sehat dan berakhlak mulia. Artinya pendidikan secara keseluruhan
mampu pada masing-masing subtansi disiplin keilmuan sendiri harus dapat
mengaktualisasikan dan mengartikulasikan capaian nilai dalam konstruks
pemahaman (mental) dan perilaku diri (moral) yang diharapkan oleh cita dan
citra luhur (kultural) masyarakat dan bangsanya.
Keterkaitan antara konsep nilai, etika moral termasuk norma dan pendidikan
memetakan hubungan dan kedudukan yang tak terpisahkan, dimana konsep
nilai menjadi kerangka dasar bagi kajian moral, atau moral menjadi subtansi
penting yang menempati posisi sentral di dalam kerangka nilai, dan norma
sebagai kumpulan aturan yang keberadaannya menjadi petunjuk kemana
sebuah pendidikan atau moral akan ditunjukan. Maka moral adalah sebagai
salah satu bagian dari strukturnilai, yakni termasuk dalam cabang etika. Etika
dan moral dibentuk oleh kesepakatan atas keyakinan yang mengikatnya, yang
berfungsi menjadi pedoman ekspresi nilai dan aktualisasi moral masyarakat di
dalam sebuah lingkungan budaya pendudukungnya.Etika juga sebagai materi
tentang menghadapi dan mengatasi masalah ditinjau dari berbagai alternative
dan berbagai sistem nilai sebagai bentuk prefrensi, pedoman untuk bertindak.

6
Moral secara harfilah berasal dari kata Mores atau Mosyang berarti adat
istiadat, kebiasaan atau cara hidup. Sedangkan dalam bahasa Yunani
disebut Ethos yaitu suatu kebiasaan, adat istiadat. Dengan latar belakang yang
sama asal-usulnya, kedua istilah tersebut yakni moral dan etika kerap menjadi
sinonim dalam percakapan keseharian. Namun para ahli membedakan
konteksmya, dimana moral menekankan kepada perbuatan atau tingkah laku
manusia sedangkan etika menekankan kepada tata cara atau suatu ketentuan
yang harus diikuti atau dipedomani dalam melakukan suatu tindakan.Dengan
demikian, moral lebih dimaksudkan kepada perbuatan praksis manusia
sedangkan etika dilahirkan sebagai aturan atau norma yang memeberikan
perintah moral untuk dijalankan oleh setiap anggota komunitas pendukung
sebuah sistem budaya dan peradaban.
Maka, pendidikan mengambil peran yakni cara-cara atau alat dan sistem
bagi tujuan peningkatan dan pengembangan kebudayaan yang di dalamnya
telah merupakan pengejawan tahan upaya penanaman dan pengembangan
nilai-nilai yang dalam makna luas tersebut. Dengan demikian, pendidikan
secara umum dan pendidikan secara khususnya, menduduki peran sentral dan
strategis dari hajat pembangunan / pembentukan manusia Indonesia seutuhnya,
baik dalam skala nasional hingga dalam dimensi yang lebih luas/universal.

2.3 Pengertian Perubahan Sosial


Perubahan sosial adalah proses di mana terjadi perubahan struktur dan
fungsi suatu sistem sosial7. Dengan perubahan sosial juga merupakan gejala
yang melekat di masyarakat yang dapat diketahui dengan membandingkan
keadaan masyarakat pada suatu waktu dengan keadaan masyarakat pada masa
lampau. Perubahan sosial, dapat dikatakan bahwa perubahan pada segi
struktural masyarakat seperti pola-pola perilaku dan pola interaksi antar
anggota masyarakat; perubahan pada segi kultural masyarakat seperti nilai-
nilai, sikap-sikap, serta norma-norma sosial masyarakat; perubahan di berbagai
tingkat kehidupan manusia mulai dari tingkat individual, keluarga, masyrakat

7
Abdullah Idi, “Bahan Kuliah Sosiologi Pendidikan S1 & S2,” op.cit.,hlm.39.

7
hingga ke tingkat masyarakat dunia; perubahan yang dapat menimbulkan
ketidakseimbangan (disequilibrium) dalam suatu sistem masyrakat.

Perubahan sosial dapat dibedakan dalam beberapa kelompok, diantaranya:

1. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar


perubahan kecil dan perubahan besar. Sedikit sulit untuk merumuskan
masing-masing pengertian di atas, karena batas-batas pembedaannya
sangat relatif. Dapat dikatakan perubahan kecil adalah perubahan yang
terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh
langsung atau berarti bagi masyarakat. Misalnya, perubahan model
pakaian. Perubahan besar adalah perubahan yang mengakibatkan
perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan, dan membawa
pengaruh pada masyarakat secara keseluruhan. Misalnya, proses
industrialisasi yang berlangsung pada masyarakat agraris.
2. Perubahan yang dihendaki dan peubahan yang tidak dihendaki
perubahan yang dikehendak (intended change) atau perubahan yang
direncanakan (planned-change) dan perubahan yang tidak dikehendaki
(unintended-change) atau perubahan yang tidak direncanakan
(unplanned change). Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan
merupakan perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan
terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan
dalam masyarakat, pihak-pihak yang mengadakan perubahan disebut
agent of change. Suatu perubahan yang dikehendaki atau yang
direncanakan selalu berada di bawah pengendalian serta pengawasan
agent of change tersebut. Cara-cara memengaruhi masyarakat dengan
sistem yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu dinamakan
rekayasa sosial (social engineering) atau sering pula dinamakan
8
perencanaan sosial (social planning) . Perubahan yang tidak
dikehendaki atau tidak direncanakan merupakan perubahan yang terjadi
tanpa dikehendaki, berlangsung di luar jangkauan pengawasan

8
Abdullah Idi, “Bahan Kuliah Sosiologi Pendidikan S1 & S2,” op.cit.,hlm.39.

8
masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang
tidak diharapkan masyarakat.
3. Progress
Progress, yaitu perubahan sosial yang membawa ke arah kemajuan
sehingga bisa menguntungkan dalam kehidupan sosial bagi masyarakat.
Bentuk progress ini dibedakan menjadi dua: planned progress
(kemajuan yang dikehendaki), contohnya adalah pembangunan listrik
masuk desa, intesifikasi pertanian, modernisasi desa, dan lain-lain.
Unplanned progress (kemajuan yang tidak dikehendaki), contohnya
adalah akibat gunung merapi meletus menyebabkan warga masyarakat
makin makmur dengan sawah pertanian yang bertambah subur serta
tambah pasir semakin melimpah untuk ditambang.
4. Regress
Regress, yaitu perubahan sosial yang membawa ke arah kemunduran
sehingga kurang menguntungkan bagi mayarakat. Contohya, perang
yang berakibat hancurnya barang-barang, perabot, dan sarana
infrastruktur masyarakat serta binasanya ribuan hewan bahkan jiwa
manusia.

Dilihat dari tampak perubahan sosial, tidak satu pun perubahan sosial yang
tidak hidup,membawa pengaruh positif bagi kehidupan masyarakatnya, tetapi
juga berdampak negatif. Dampak positif dari perubahan sosial adalah
kompleksnya alat dan perlengkapan dalam memenuhi kebutuhan hidup,
majunya teknologi di berbagai bidang kehidupan, industri berkembang maju,
tercipta stabilitas politik, meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan
sebagainya. Adanya perubahan sosial yang beberapa diantaranya adalah
modernisasi dan globalisasi9 yang terjadi dalam masyarakat.

9
Globalisasi diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi belum memiliki
definisi yang mapan kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga tergantung dari
sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses
sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin
terikat stau sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi
dengan menyingkirkan batas-batas geografi bumi dan budaya masyarakat.

9
Dilihat dari proses terjadinya perubahan sosial, proses awal perubahan
sosial adalah;

1. Communication (komunikasi), dimana melalui kontak komunikasi,


unsur-unsur baru dapat menyebar, baik berupa ide-ide, gagasan,
keyakinan, maupun kebendaan. Dan proses penyebaran unsur
kebudayaan dari satu masyarakat kepada masyarakat lain disebut difusi.
Proses berlangsungnya difusi akan mendorong terjadinya akulturasi dan
asimilasi.10
2. Acculturation (akulturasi), yang merupakan proses penerimaan unsur-
unsur kebudayaan baru dari luar secara lambat dengan tidak
menghilangkan sifat khas kepribadian kebudayaan sendiri. Contohnya,
budaya selamatan merupakan bentuk akulturasi antara budaya lokal
dengan jawa dengan budaya islam.
3. Assimilation (asimilasi), berupa suatu proses penerimaan unsur-unsur
kebudayaan baru yang berbeda.

Kuntowijoyo (1997) ada tiga tahapan perubahan masyarakat. Pertama,


tahap masyarakat ganda, yakni ketika terpaksa ada pemilihan antara
masyarakat madani (civil society) dengan masyarakat politik (political society)
atau antara masyarakat dengan negara. Karena ada pemilahan ini, maka dapat
terjadi negara tidak memberikan layanan dan perlindungan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakatnya. Kedua, tahap masyarakat tunggal, yaitu ketika
masyarakat madani sudah berhasil dibangun. Ketiga, tahap masyarakat etis
(ethical society) yang merupakan tahap akhir dari perkembangan tersebut.11

10
Difusi dapat dikatakan menjadi dua tipe; intra society diffusion, yaitu difusi yang terjadi
diantara anggota dan individu dalam satu masyarakat, dan inter society diffusion yaitu difusi yang
terjadi dari satu masyarakat ke masyarakat lain.
11
Faisal jalal dan Dedi Supriadi (eds), Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah,
(Yogyakarta: Adicita Karya Nusa,2001),hlm.42.

10
BAB III
TEMUAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Nilai- nilai yang dilestarikan dalam pendidikan


Nilai-nilai yang dilestarikan dalam pendidikan diantaranya adalah
sebagai berikut12:
1. Religius, yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan
melaksanakan ajaran agama yang dianut, termasuk dalam hal ini adalah
sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama ( aliran kepercayaan)
lain, serta hidup rukun berdampingan.
2. Jujur, yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan kesatuan antara
pengetahuan, perkataan, dan perbuatan ( mengetahui apa yang benar,
mengatakan yang benar, dan melakukan yang benar) sehingga
menjadikan orang yang bersangkutan menjadi pribadi yang dapat
dipercaya.
3. Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan
terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, ras, etnis,
pendapat dan hal- hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan
terbuka, serta dapat hidup tenang di tengah perbedaan tersebut.
4. Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala
bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.
Contoh: patuh pada setiap peraturan yang berlaku
5. Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukan upaya secara sungguh-
sungguh ( berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam
menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain- lain
dengan sebaik- baiknya.
6. Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam
berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan
cara- cara baru, bahkan hasil- hasil baru yang lebih baik dari
sebelumnya.

12
David Wijaya S.E,M.M, Pendidikan budaya dan karakter bangsa ( Jakarta: Mitra Wacana Media,
2017) hlm. 62-63

11
7. Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak bergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun hal ini
bukan berarti tidak boleh bekerja sama secara kolaboratif, melainkan
tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain.
8. Demokratis, yakni sikap dan cara berfikir yang mencerminkan
persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dan
orang lain.
9. Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap dan prilaku yang
mencerminkan perasaan dan keingintahuan terhadap segala hal yang
dilihat, didengar dan dipelajari secara lebih mendalam.
10. Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan tindakan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan
pribadi atau individu dan golongan.
11. Cinta tanah air, yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan rasa
bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Sehingga tidak mudah
menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsannya
sendiri.
12. Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain
dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat
berprestasi yang lebih tinggi.
13. Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan tindakan
terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga
tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik.
14. Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana
damai, aman, tenang, nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas
atau masyarakat tertentu.
15. Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk
menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi,
baik buku, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya, sehingga
menimbulkan kebijakan bagi dirinya.

12
16. Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya
menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.
17. Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian
terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkannya.
18. Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban, baik yang berkaitan dengan diri
sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama.

3.2 Perubahan sosial menurut para ahli


Para sosiolog maupun antropolog sudah banyak yang membahas
mengenai pembatasan pengertian perubahan-perubahan sosial dan
kebudayaan. Ada beberapa rumusan para ahli mengenai pengertian
perubahan sosial, antara lain13:

a. William F.Ogburn
Ogburn berusaha memberikan suatu pengertian tertentu walau
tidak memberi definisi tentang perubahan-perubahan sosial. Ia
mengemukakan ruang lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi
unsur-unsur kebaikan yang material maupun yang immaterial, yang
ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material
terhadap unsur-unsur immaterial. Sosial Ogburn mengusulkan suatu
pandangan mengenai perubahan sosial yang didasarkan pada
teknologi. Teknologi menurutnya mengubah masyarakat melalui tiga
proses: penciptaan, penemuan, dan difusi (Henslin,2006: 223).
b. Kingsley Davis
Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-
perubahan yang terjadi di dalam struktur dan fungsi masyarakat.
Misalnya munculnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat
kapitalis telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan
antara buruh dan majikan dan seterusnya menyebabkan perubahan-
perubahan dalam organisasi ekonomu dan politik.

13
Vol.10,No.1,Februari 2015

13
c. Mac Iver
Iver lebih suka membedakan utilitarian elements dan cultural
element yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan manusia
yang primer dan sekunder. Utilitarian elements disebut juga
civilization, artinya semua mekanisme dan organisasi yang dibuat
manusia dalam upayanya menguasai kondisi-kondisi kehidupannya,
terutama di dalamnya sistem-sistem organisasi sosial, teknik, dan
alat-alat material. Culture menurut Mac Ivera dalam ekspresi jiwa
yang terwujud dalam cara-cara hidup dan berfikir, pergaulan hidup,
seni kesusastraan agama, rekreasi, dan hiburan. Dengan kenyataan itu
Mac Iver mengeluarkan unsur material dari ruang lingkup kultur.
Perubahan-perubahan sosial dikatakannya sebagai perubahan-
perubahan terhadap keseimbangan.
d. Gillin & Gillin
Gillin & Gillin menyebutkan perubahan sosial sebagai sebuah
variasi. Sebuah variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik
karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan
material, komposisi penduduk,ideologi,maupun karena adanya difusi
ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
e. Selo Soemardjan
Segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam
suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di
dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-
kelompok dalam masyarakat. Definisi ini menekankan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan pokok manusia
dan perubahn-perubahan yang mempengaruhi segi-segi struktur
masyarakat lainnya (Illahi, 210: 141-143).
Oleh karena kerangka sustainabilitas pendidikan, haruslah diletakkan dalam
kerangka perubahan yang luas. Tuntutan terhadap lembaga inovasi juga
datang karena desakan dari jalur pertumbuhan yang datang dari luar sebagai

14
hasil dari perubahan. Perlu dicatat bahwa perubahan itu sendiri, justru
merupakan sumbangan dari proses pendidikan, baik langsung atau tidak
langsung, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan faktor-faktor lain
seperti faktor sosial, ekonomi, agama maupun politik. Pendidikan memberikan
jalan efektif dalam membangun dan mempercepat perubahan. Sebaliknya arah,
isi, tujuan, strategi, juga pemasaran pendidikan kemudian dipengaruhi oleh
perubahan sosial (Maliki, 2010: 276).
Perubahan jalur pertumbuhan itu lebih diakibatkan karena terjadi ledakan
ilmu pengetahuan. Pengetahuan menjadi begitu menyebar keseluruh sendi
kehidupan, sehingga sekarang kita berada di sebuah era yang disebut dengan
masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based society). Dalam
masyarakat berbasis pengetahuan, dan bukan semata didasarkan kepada aspek
di luar ilmu pengetahuan, misalnya hanya mendasarkan aspek material. Dalam
perkembangan seperti ini persaingan kreatifitas menjadi sedemikian ketat,
bahkan cenderung melahirkan “perang” ide dan kreatifitas (brain war) (Maliki,
2010: 277).

3.3 Pendidikan sebagai agen perubahan sosial


Sekolah sebagai lembaga sosial pendidikan berfungsi mentransmisikan
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat dan kebudayaan pada saat itu. Dalam
pendidikan transformatif, peserta didik berperan penting dalam perubahan pada
diri mereka sendiri. Peran guru hanyalah sebagai fasilitator yang mendukung
terhadap perkembangan dan perubahan positif yang diciptakan oleh peserta
didik. Perubahan itu bergerak kepada sesuatu bentuk yang sudah ada didalam
waktu yang lampau.14
Peran pendidikan nasional sebagai pendorong perubahan sosial terlihat
dalam UU No.20 Sisdiknas 2003 pasal 3 “ pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

14
Ella Yulealawati. Kurrikulum dan pembelajaran. Filosofi, Teori dan Aplikasi. (Bandung: pakar Ray, 2004), hlm. 2.

15
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”
Pendidikan mengambil peran yang besar dalam kehidupan sosial
bermasyarakat, dimana akan mempengaruhi perubahan sosial yang memiliki
fungsi sebagai berikut :
1. Melakukan reproduksi budaya
2. Difusi budaya
3. Mengembangkan analis kultural terhadap kelembagaan-kelembagaan
tradisional
4. Melakukan perubahan yang lebih mendasar terhadap institusi – institusi
tradisional yang telah ketinggalan.
5. Melakukan perubahan atau modifikasi tingkat ekonomi sosial tradisional.
Pedagogik tradisional memandang lembaga pendidikan sebagai salah satu
struktur dan kebudayaan dalam suatu masyarakat sehingga lembaga
pendidikan perlu mempersiapkan agar lembaga tersebut berfungsi sesuai
dengan perubahan sosial yang akan terjadi nantinya. Di dalam pedagogik
tradisional, tempat individu adalah sebagai objek perubahan sosial, dimana
individu tersebut yang mempelajari peranan baru dalam kehidupan sosial yang
berubah. Sementara itu, pedagogik modern mengungkapkan bahwa, seorang
individu hanya dapat berkembang didalam interaksinya dengan tatanan
kehidupan sosial budaya dimana dia hidup. Individu berperan sebagai faktor
dari pengarah dari perubahan sosial atau sebagai agen perubahan.

16
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Pendidikan adalah sebagai proses rekayasa sosial (Social Reengenering
Process) sejatinya merupakan instrumentasi budaya dalam melanjut-
kembangkan peradaban, artinya pendidikan selain berperan besar dalam
mendorong perkembangan kemajuan IPTEK, juga tetap pada fungsi dasarnya
sebagai penjaga dan pelestari nilai tujuan hidup manusia. Perubahan sosial
yang terjadi didorong kemajuan kecerdasan dalam menemukan IPTEK telah
mengantarkan perubahan spektakuler dalam cara hidup. Terjadinya perubahan
tersebut yang berlangsung kemudian secara masal dapat diterima sebagai
bagian dari kemajuan pendidikan.

17
DAFTAR PUSTAKA
Jalal, Fasli dan Dedi Supriadi, 2001, Reformasi Pendidikan Dalam Konteks
Otonomi Daerah, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Adelina Yuristia, M.Pd. 2017. Keterkaitkan Pendidikan Perubahan Sosial


Budaya, Modernisasi dan Pembangunan. Jurnal Program Studi Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial FITK UIN SU Medan. 1(1):2

J. Rompas. Pendidikan dan Perubahan Sosial Masyarakat Pedesaan


Diminahasa. Jurnal Atropologi NO. 51:57

Miftahul Huda. 2015. Peran Pendidikan Islam Terhadap Perubahan Sosial.


Jurnal penelitian pendidikan islam. 10(1):170

Aas Siti Sholichah. 2018. Teori-teori Pendidik Dalam Al-Quran. Jurnal


edukasi islam jurnal pendidikan islam. 7(1):25

Sutrisno. 2016. Berbagai Pendekatan Dalam Pendekatan Nilai dan Pendidikan


Kewargannegaraan. Jurnal dimensi pendidikan dan pembelajaran. Vol.5: 30

Al musana. 2017. Indigensiasi Pendidikan Rasionalitas Revitalisasi Praksis


Pendidikan KI Hadjar Dewantara. Jurnal pendidikan dan kebudayaan.
2(1):122

Wijaya, David S.E M.M. 2017. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.
Jakarta: 2017

Abdullah Idi, “Bahan Kuliah Sosiologi Pendidikan S1 & S2,” op.cit.,hlm.39.

Faisal jalal dan Dedi Supriadi (eds), Reformasi Pendidikan Dalam Konteks
Otonomi Daerah, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa,2001),hlm.42.

18

Anda mungkin juga menyukai