Makalah
Disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagian tugas
Pada mata kuliah Filsafat Pendidikan
Dosen Pengampu :
Dr. Desvian Bandarsyah, M.Pd
1
KATA PENGANTAR
Kelompok 6
ABSTRAK
ii
ABSTRACT
Education as preservation of values are social principles that are used and accepted in a
group, class, or individual. Value here is meant that is something that causes it to be done
by humans. Value is closely related to goodness, although both are not the same, goodness
is not always of high value and vice versa. Values are related to human behavior. A good
human being is a human who will not do things that are contrary to morals. Values are
independent but depend on and relate to human experience.
In addition to education as a preservation of values, education as well as social change, in
addition to evaluating the development of the times will also affect social changes that
occur in society, there is no group of people who will not experience social change. Social
changes that occur in people's lives are influenced by many factors and also changes can
lead to positive and negative directions. In this case, it means that change can make it better,
but also vice versa. But what we will discuss is education as a preservation of values and
social change. In addition we will also discuss what values must be preserved for education
in the future. To find out whether the values are in accordance with what is needed by
students in the future
Keyword: “ Education as a preservation of values and Social change”
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
ABSTRAK ......................................................................................................................... ii
ABSTRACT ...................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah .............................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan Makalah ............................................................................ 3
BAB II ................................................................................................................................ 4
2.1 Pengertian Pendidikan ..................................................................................... 4
2.2 Pendidikan Sebagai Pelestarian Nilai ............................................................. 5
2.3 Pengertian Perubahan Sosial ........................................................................... 7
BAB III............................................................................................................................. 11
3.1 Nilai- nilai yang dilestarikan dalam pendidikan .......................................... 11
3.2 Perubahan sosial menurut para ahli ............................................................. 13
3.3 Pendidikan sebagai agen perubahan sosial .................................................. 15
BAB IV ......................................................................................................................... 17
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 18
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Adelina Yuristia, M.Pd “ KETERKAITAN PENDIDIKAN, PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA,
MODERNISASI DAN PEMBANGUNAN” Jurnal Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FITK UIN SU Medan - Vol.1, No.1, Januari-Juni 2017, hlm 2
2
J. Rompas “ PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT PEDESAAN DIMINAHASA “
Jurnal ANTROPOLOGI NO. 51
1
moral, norma dan pendidikan memetakan hubungan dan kedudukan yang tidak
dapat dipisahkan. Dimana konsep nilai menjadi kerangka dasar bagi kajian
moral dan norma sebagai kumpulan aturan yang keberadaannya menjadi sebuah
petunjuk kemana arah sebuah pendidikan nilai atau moral akan ditunjukan.
Pendidikan sebagai pelestari nilai merupakan prinsip-prinsip social yang
dipakai dan diterima oleh individu maupun kelompok didalam kehidupan
sehari-hari. Nilai yang dimaksud disini yakni suatu yang menyebabkan hal
tersebut pantas dikerjakan dan dilakukan oleh manusia. Nilai berkaitan dengan
prilaku manusia. Manusia yang baik yaitu manusia yang tidak akan melakukan
hal yang bertentangan dengan moral.
Pendidikan mempengaruhi masyarakat yang pada akhirnya terjadi
perubahan social. Perubahan social sebagai bentuk inovasi yang berkaitan
dengan seluruh aspek kehidupan manusia yang bertujuan meningkatkan
kemakmuran.3 Pendidikan adalah sebagai proses yang dapat merubah prilaku
individu dalam konteks teori perubahan akan mepunyai dampak positif maupun
negative yang mampu merubah struktur social yang ada di masyarakat. Tetapi
pendidikan diharapkan dalam pelestari nilai dan perubahan social dapat
menghasilkan generasi yang tidak hanya cerdas ilmu saja tetapi juga cerdas
dalam menjaga dan melestarikan nilai yang telah ada juga dapat memberi
perubahan social ke arah yang positif.
3
Miftahul Huda “PERAN PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL” Jurnal penelitian
pendidikan islam
2
1.4 Manfaat Penulisan Makalah
1. Teoritis
Penulisan makalah ini dapat menambah wawasan khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi masyarakat tentang Pendidikan sebagai
Pelestarian Nilai dan perubahan Sosial.
2. Akademis
Penulisan makalah ini dapat menjadi sumbangan dalam dunia akademis
dan juga dapat menjadi sumber referensi bagi penulisan selanjutnya
dengan judul dan tema sejenis pada makalah ini.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4
Aas Siti Sholichah “TEORI-TEORI PENDIDIKAN DALAM AL-QURAN” Jurnal edukasi islam jurnal
pendidikan islam Vol.07 No.1 April 2018
5
Sutrisno “BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PENDEKATAN NILAI DAN PENDIDIKAN KEWARGA
NEGARAAN” Jurnal dimensi pendidikan dan pembelajaran Vol.5 Januari 2016. Hlm.30
4
pendidikan bersifat inter-rasional. Kebudayaan menyediakan kerangka nilai
dimana konsep dan aksi pendidikan diletakkan pada saat bersamaan.
Pendidikan berperan memberkaya dan mengembangkan kebudayaan. Ki
Hadjar Dewantara (1962 menyatakan bahwa pendidikan dalam Republik
Indonesia harus berdasarkan kebudayaan serta kemasyarakatan bangsa
Indonesia tanpa menutup diri dari dinamika budaya global. Penekanan pada
kebudayaan nasional bertujuan agar bangsa Indonesia tidak larut dan hanyut
dalam pusaran internasionalisasi sehingga kehilangan identitas sebagai rakyat
dari bangsa yang berdaulat (Dewantara, 1967) 6
6
Al musana “INDIGENSISASI PENDIDIKAN RASIONALITAS REVITALISASI PRAKSIS PENDIDIKAN KI
HADJAR DEWANTARA” Jurnal pendidikan dan kebudayaan, Vol.2, No.1, Juni 2017
5
Kaitan pendidikan dengan pelestarian nilai yaitu pendidikan berperan besar
dalam menanamkan nilai-nilai kepada generasi muda untuk melestarikan,
memurnikan dan mengidealkan kebiasaan masyarakat yang ada.
Pendidikan sebagai kata kuncinya harus dapat ditempatkan dan dimaknai
sesuai dengan cita-cita luhur kemanusiaan, yakni pendidikan yang berorientasi
maju pada penguasa ilmu pengetahuan dan teknologi di satu sisi, dan tujuan
hidup mulia sebagai umat manusia dalam konteks bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Pendidikan dalam makna dasarnya sebagai
upaya memanusiakan manusia dalam konteks universal, dan secara nasional
mesti berarti juga sebagai upaya meng-Indonesiakan segenap anak bangsa
Indonesia, selain tetap melestarikan nilai-nilai etniknya sendiri.
Secara konseptual dan kontekstual harus menjadi program yang utuh,
fungsional dalam rangka pembentukan karakter manusia Indonesia yang tetap
memelihara nilai-nilainya, yang bukan hanya cerdas dan terampil tapi juga
berjiwa sehat dan berakhlak mulia. Artinya pendidikan secara keseluruhan
mampu pada masing-masing subtansi disiplin keilmuan sendiri harus dapat
mengaktualisasikan dan mengartikulasikan capaian nilai dalam konstruks
pemahaman (mental) dan perilaku diri (moral) yang diharapkan oleh cita dan
citra luhur (kultural) masyarakat dan bangsanya.
Keterkaitan antara konsep nilai, etika moral termasuk norma dan pendidikan
memetakan hubungan dan kedudukan yang tak terpisahkan, dimana konsep
nilai menjadi kerangka dasar bagi kajian moral, atau moral menjadi subtansi
penting yang menempati posisi sentral di dalam kerangka nilai, dan norma
sebagai kumpulan aturan yang keberadaannya menjadi petunjuk kemana
sebuah pendidikan atau moral akan ditunjukan. Maka moral adalah sebagai
salah satu bagian dari strukturnilai, yakni termasuk dalam cabang etika. Etika
dan moral dibentuk oleh kesepakatan atas keyakinan yang mengikatnya, yang
berfungsi menjadi pedoman ekspresi nilai dan aktualisasi moral masyarakat di
dalam sebuah lingkungan budaya pendudukungnya.Etika juga sebagai materi
tentang menghadapi dan mengatasi masalah ditinjau dari berbagai alternative
dan berbagai sistem nilai sebagai bentuk prefrensi, pedoman untuk bertindak.
6
Moral secara harfilah berasal dari kata Mores atau Mosyang berarti adat
istiadat, kebiasaan atau cara hidup. Sedangkan dalam bahasa Yunani
disebut Ethos yaitu suatu kebiasaan, adat istiadat. Dengan latar belakang yang
sama asal-usulnya, kedua istilah tersebut yakni moral dan etika kerap menjadi
sinonim dalam percakapan keseharian. Namun para ahli membedakan
konteksmya, dimana moral menekankan kepada perbuatan atau tingkah laku
manusia sedangkan etika menekankan kepada tata cara atau suatu ketentuan
yang harus diikuti atau dipedomani dalam melakukan suatu tindakan.Dengan
demikian, moral lebih dimaksudkan kepada perbuatan praksis manusia
sedangkan etika dilahirkan sebagai aturan atau norma yang memeberikan
perintah moral untuk dijalankan oleh setiap anggota komunitas pendukung
sebuah sistem budaya dan peradaban.
Maka, pendidikan mengambil peran yakni cara-cara atau alat dan sistem
bagi tujuan peningkatan dan pengembangan kebudayaan yang di dalamnya
telah merupakan pengejawan tahan upaya penanaman dan pengembangan
nilai-nilai yang dalam makna luas tersebut. Dengan demikian, pendidikan
secara umum dan pendidikan secara khususnya, menduduki peran sentral dan
strategis dari hajat pembangunan / pembentukan manusia Indonesia seutuhnya,
baik dalam skala nasional hingga dalam dimensi yang lebih luas/universal.
7
Abdullah Idi, “Bahan Kuliah Sosiologi Pendidikan S1 & S2,” op.cit.,hlm.39.
7
hingga ke tingkat masyarakat dunia; perubahan yang dapat menimbulkan
ketidakseimbangan (disequilibrium) dalam suatu sistem masyrakat.
8
Abdullah Idi, “Bahan Kuliah Sosiologi Pendidikan S1 & S2,” op.cit.,hlm.39.
8
masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang
tidak diharapkan masyarakat.
3. Progress
Progress, yaitu perubahan sosial yang membawa ke arah kemajuan
sehingga bisa menguntungkan dalam kehidupan sosial bagi masyarakat.
Bentuk progress ini dibedakan menjadi dua: planned progress
(kemajuan yang dikehendaki), contohnya adalah pembangunan listrik
masuk desa, intesifikasi pertanian, modernisasi desa, dan lain-lain.
Unplanned progress (kemajuan yang tidak dikehendaki), contohnya
adalah akibat gunung merapi meletus menyebabkan warga masyarakat
makin makmur dengan sawah pertanian yang bertambah subur serta
tambah pasir semakin melimpah untuk ditambang.
4. Regress
Regress, yaitu perubahan sosial yang membawa ke arah kemunduran
sehingga kurang menguntungkan bagi mayarakat. Contohya, perang
yang berakibat hancurnya barang-barang, perabot, dan sarana
infrastruktur masyarakat serta binasanya ribuan hewan bahkan jiwa
manusia.
Dilihat dari tampak perubahan sosial, tidak satu pun perubahan sosial yang
tidak hidup,membawa pengaruh positif bagi kehidupan masyarakatnya, tetapi
juga berdampak negatif. Dampak positif dari perubahan sosial adalah
kompleksnya alat dan perlengkapan dalam memenuhi kebutuhan hidup,
majunya teknologi di berbagai bidang kehidupan, industri berkembang maju,
tercipta stabilitas politik, meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan
sebagainya. Adanya perubahan sosial yang beberapa diantaranya adalah
modernisasi dan globalisasi9 yang terjadi dalam masyarakat.
9
Globalisasi diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi belum memiliki
definisi yang mapan kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga tergantung dari
sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses
sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin
terikat stau sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi
dengan menyingkirkan batas-batas geografi bumi dan budaya masyarakat.
9
Dilihat dari proses terjadinya perubahan sosial, proses awal perubahan
sosial adalah;
10
Difusi dapat dikatakan menjadi dua tipe; intra society diffusion, yaitu difusi yang terjadi
diantara anggota dan individu dalam satu masyarakat, dan inter society diffusion yaitu difusi yang
terjadi dari satu masyarakat ke masyarakat lain.
11
Faisal jalal dan Dedi Supriadi (eds), Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah,
(Yogyakarta: Adicita Karya Nusa,2001),hlm.42.
10
BAB III
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
12
David Wijaya S.E,M.M, Pendidikan budaya dan karakter bangsa ( Jakarta: Mitra Wacana Media,
2017) hlm. 62-63
11
7. Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak bergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun hal ini
bukan berarti tidak boleh bekerja sama secara kolaboratif, melainkan
tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain.
8. Demokratis, yakni sikap dan cara berfikir yang mencerminkan
persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dan
orang lain.
9. Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap dan prilaku yang
mencerminkan perasaan dan keingintahuan terhadap segala hal yang
dilihat, didengar dan dipelajari secara lebih mendalam.
10. Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan tindakan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan
pribadi atau individu dan golongan.
11. Cinta tanah air, yakni sikap dan prilaku yang mencerminkan rasa
bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Sehingga tidak mudah
menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsannya
sendiri.
12. Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain
dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat
berprestasi yang lebih tinggi.
13. Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan tindakan
terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga
tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik.
14. Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana
damai, aman, tenang, nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas
atau masyarakat tertentu.
15. Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk
menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi,
baik buku, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya, sehingga
menimbulkan kebijakan bagi dirinya.
12
16. Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya
menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.
17. Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian
terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkannya.
18. Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban, baik yang berkaitan dengan diri
sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama.
a. William F.Ogburn
Ogburn berusaha memberikan suatu pengertian tertentu walau
tidak memberi definisi tentang perubahan-perubahan sosial. Ia
mengemukakan ruang lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi
unsur-unsur kebaikan yang material maupun yang immaterial, yang
ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material
terhadap unsur-unsur immaterial. Sosial Ogburn mengusulkan suatu
pandangan mengenai perubahan sosial yang didasarkan pada
teknologi. Teknologi menurutnya mengubah masyarakat melalui tiga
proses: penciptaan, penemuan, dan difusi (Henslin,2006: 223).
b. Kingsley Davis
Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-
perubahan yang terjadi di dalam struktur dan fungsi masyarakat.
Misalnya munculnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat
kapitalis telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan
antara buruh dan majikan dan seterusnya menyebabkan perubahan-
perubahan dalam organisasi ekonomu dan politik.
13
Vol.10,No.1,Februari 2015
13
c. Mac Iver
Iver lebih suka membedakan utilitarian elements dan cultural
element yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan manusia
yang primer dan sekunder. Utilitarian elements disebut juga
civilization, artinya semua mekanisme dan organisasi yang dibuat
manusia dalam upayanya menguasai kondisi-kondisi kehidupannya,
terutama di dalamnya sistem-sistem organisasi sosial, teknik, dan
alat-alat material. Culture menurut Mac Ivera dalam ekspresi jiwa
yang terwujud dalam cara-cara hidup dan berfikir, pergaulan hidup,
seni kesusastraan agama, rekreasi, dan hiburan. Dengan kenyataan itu
Mac Iver mengeluarkan unsur material dari ruang lingkup kultur.
Perubahan-perubahan sosial dikatakannya sebagai perubahan-
perubahan terhadap keseimbangan.
d. Gillin & Gillin
Gillin & Gillin menyebutkan perubahan sosial sebagai sebuah
variasi. Sebuah variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik
karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan
material, komposisi penduduk,ideologi,maupun karena adanya difusi
ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
e. Selo Soemardjan
Segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam
suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di
dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-
kelompok dalam masyarakat. Definisi ini menekankan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan pokok manusia
dan perubahn-perubahan yang mempengaruhi segi-segi struktur
masyarakat lainnya (Illahi, 210: 141-143).
Oleh karena kerangka sustainabilitas pendidikan, haruslah diletakkan dalam
kerangka perubahan yang luas. Tuntutan terhadap lembaga inovasi juga
datang karena desakan dari jalur pertumbuhan yang datang dari luar sebagai
14
hasil dari perubahan. Perlu dicatat bahwa perubahan itu sendiri, justru
merupakan sumbangan dari proses pendidikan, baik langsung atau tidak
langsung, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan faktor-faktor lain
seperti faktor sosial, ekonomi, agama maupun politik. Pendidikan memberikan
jalan efektif dalam membangun dan mempercepat perubahan. Sebaliknya arah,
isi, tujuan, strategi, juga pemasaran pendidikan kemudian dipengaruhi oleh
perubahan sosial (Maliki, 2010: 276).
Perubahan jalur pertumbuhan itu lebih diakibatkan karena terjadi ledakan
ilmu pengetahuan. Pengetahuan menjadi begitu menyebar keseluruh sendi
kehidupan, sehingga sekarang kita berada di sebuah era yang disebut dengan
masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based society). Dalam
masyarakat berbasis pengetahuan, dan bukan semata didasarkan kepada aspek
di luar ilmu pengetahuan, misalnya hanya mendasarkan aspek material. Dalam
perkembangan seperti ini persaingan kreatifitas menjadi sedemikian ketat,
bahkan cenderung melahirkan “perang” ide dan kreatifitas (brain war) (Maliki,
2010: 277).
14
Ella Yulealawati. Kurrikulum dan pembelajaran. Filosofi, Teori dan Aplikasi. (Bandung: pakar Ray, 2004), hlm. 2.
15
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”
Pendidikan mengambil peran yang besar dalam kehidupan sosial
bermasyarakat, dimana akan mempengaruhi perubahan sosial yang memiliki
fungsi sebagai berikut :
1. Melakukan reproduksi budaya
2. Difusi budaya
3. Mengembangkan analis kultural terhadap kelembagaan-kelembagaan
tradisional
4. Melakukan perubahan yang lebih mendasar terhadap institusi – institusi
tradisional yang telah ketinggalan.
5. Melakukan perubahan atau modifikasi tingkat ekonomi sosial tradisional.
Pedagogik tradisional memandang lembaga pendidikan sebagai salah satu
struktur dan kebudayaan dalam suatu masyarakat sehingga lembaga
pendidikan perlu mempersiapkan agar lembaga tersebut berfungsi sesuai
dengan perubahan sosial yang akan terjadi nantinya. Di dalam pedagogik
tradisional, tempat individu adalah sebagai objek perubahan sosial, dimana
individu tersebut yang mempelajari peranan baru dalam kehidupan sosial yang
berubah. Sementara itu, pedagogik modern mengungkapkan bahwa, seorang
individu hanya dapat berkembang didalam interaksinya dengan tatanan
kehidupan sosial budaya dimana dia hidup. Individu berperan sebagai faktor
dari pengarah dari perubahan sosial atau sebagai agen perubahan.
16
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Pendidikan adalah sebagai proses rekayasa sosial (Social Reengenering
Process) sejatinya merupakan instrumentasi budaya dalam melanjut-
kembangkan peradaban, artinya pendidikan selain berperan besar dalam
mendorong perkembangan kemajuan IPTEK, juga tetap pada fungsi dasarnya
sebagai penjaga dan pelestari nilai tujuan hidup manusia. Perubahan sosial
yang terjadi didorong kemajuan kecerdasan dalam menemukan IPTEK telah
mengantarkan perubahan spektakuler dalam cara hidup. Terjadinya perubahan
tersebut yang berlangsung kemudian secara masal dapat diterima sebagai
bagian dari kemajuan pendidikan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Jalal, Fasli dan Dedi Supriadi, 2001, Reformasi Pendidikan Dalam Konteks
Otonomi Daerah, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Wijaya, David S.E M.M. 2017. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.
Jakarta: 2017
Faisal jalal dan Dedi Supriadi (eds), Reformasi Pendidikan Dalam Konteks
Otonomi Daerah, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa,2001),hlm.42.
18