Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN BUKU

MEMBANGUN PERADABAN MELALUI


PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Achmad Juntika Nurihsan,M.Pd

Disusun Oleh:
Ramsia Gelu NPM 131020210058

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkana puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan buku yang berjudul “Membangun Peradaban melalui
Pendidikan dan Bimbingan”, sebagai salah satu syarat Ujian Akhir Semester mata
kuliah Psikologi Pendidikan.
Buku Membangun Peradaban melalui Pendidikan dan Bimbingan adalah
sebuah buku yang sangat lengkap. Dengan judul memikat dan mengundang
penasaran karena manusia mulai sulit berdiri tegak menghadapi perubahan zaman
dan peradaban yang sulit, derasnya arus globalisasi turut member andil makin
menipis nila-nilai kemanusiaan. Membaca buku ini akan membuat kita seolah siap
berdiri dititik nol untuk menjadi pembelajar yang siap merubah wajah peradaban
di bumi tanpa ragu. Buku yang lengkap, memberimu arah dari titik mana kita
harus mulai merubah tingkah laku manusia. Buku yang tertulis rapi tanpa
kesalahan pengetikan sedikitpun dengan sistematika penulisan yang merangkul
erat bab demi bab, membuatmu tidak akan kehilangan fokus saat melayari setiap
halaman.
Buku ini terdiri atas dua puluh satu bab dari 61 referensi yang menambah
lengkap pengetahuan dan wawasan pembaca. Bahwa secara keseluruhan dari
perspektif agama, ilmu pengetahuan maupun perkembangan zaman, buku ini
sangat di rekomendasikan untuk di baca.
Yang terakhir kami ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Achmad
Juntika Nurihsan,M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan
yang telah banyak memberikan ilmu dan sangat memahami psikologi mahasiswa
selama perkuliahan syncronus termasuk inspirasi dan pengetahuan lewat karyanya
dalam buku ini. Kami sangat mengapresiasi, sungguh, kontribusi yang besar bagi
dunia pendidikan.Terima kasih juga buat teman-teman RPL Magister Kebidanan
Angk.25 yang selalu bersama saling memberi dukungan di saat-saat sulit, juga
kepada keluarga dan teman-teman yang tak henti memberi kami semangat untuk
terus belajar demi perubahan hidup.Amin

Lembata, 25 Desember 2021

ii
DAFTAR ISI

COVER: ................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 1
B. TUJUAN/MANFAAT ................................................................................. 3
BAB II ..................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 4
BAB III ................................................................................................................. 13
SIMPULAN .......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam pandangan Islam, manusia adalah makhluk yang mulia dan terhormat
di sisi Allah, karena manusia diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik atau
sempurna. Manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang
diturunkan Allah, berupa Al-qur’an dan menuruti sunah Rasul. Dengan ilmu
manusia mampu berbudaya. dalam proses kehidupan. Setiap orang selalu
berinteraksi dengan manusia lainnya dan dengan alamnya. Interaksi dibangun
untuk mengembangkan diri dalam memenuhi kebutuhan. Kebutuhan manusia
dapat diartikan sebagai sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia atau keinginan
manusia yang harus dipenuhi, demi tercapainya kepuasan rohaniah dan jasmaniah
untuk keberlangsungan hidupnya. Kebutuhan ini dapat berupa barang, material
ataupun jasa. Dalam ilmu ekonomi apabila manusia dapat memenuhi
kebutuhannya maka dapat dikatakan hidupnya telah mencapai kemakmuran,
begitu pula sebaliknya. Kendati demikian . kebutuhan seseorang berbeda dengan
yang lainnya. Kebutuhan seseorang tergantung factor pendidikan, pendapatan,
perkembangan zaman, kondisi alam,adat istiadat, lingkungan dan agama.
Dalam interaksi social manusia tentunya diperhadapkan pada hal yang baru.
Manusia datang dengan kebiasaanya dan bertemu dengan individu atau kondisi
yang baru disekitarnya. Bagaimana manusia menghadapi hal yang baru? tentunya
manusia membutuhkan ilmu. Ilmu didapatkan dari membaca dan melalui
pendidikan. Dengan ilmu yang didapatkan dari pendidikan manusia dapat
melakukan adaptasi dengan lingkungan baru untuk bersama-sama membangun
sebuah peradaban dalam mencapai keinginan bersama.
Berkumpulnya individu-individu dalam sebuah komunitas baik kecil atau
besar komunitas tersebut haruslah diatur dengan sebuah aturan main untuk menata
kehidupan social yang dinamakan pranata social. Pranata social ini menjadi
rambu-rambu dalam membangun sebuah peradaban komunitas atau bangsa.
Karena kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh keunggulan peradabannya.
Membangun peradaban tentu tidak bisa lepas dari manusia sebagai subjek
individu pembentuk budaya luhur dari suatu kelompok masyarakat yang tercermin
dari kualitas kehidupan manusia dalam masyarakat tersebut. Dalam membangun
peradaban, komunitas ( bangsa ) harus mampu mewujudkan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dengan membangun sumberdaya manusia yang
terampil dalam memanfaatkan iptek, berbudaya dan bermoral yang berakar dari
nilai-nilai agama. Hal ini sebagaimana cendikiawan Bernard Lewis merumuskan
bahwa unsur pokok suatu peradaban adalah agama. Sementara Huntington juga
menulis bahwa agama merupakan karakteristik sentral yang menentukan
peradaban. Selain factor agama, juga dibangunnya tradisi keilmuan melalui
pendidikan akhlak sebagai basis pembentukan karakter bangsa atau akhlak
sebagai jantung peradaban. Karena pembentukan karakter bangsa atau akhlak
sebagai jantung sebuah peradaban, maka sumberdaya manusia dalam hal ini
mahasiswa sebagai agent of change dan agent of social control perlu di tanamkan
nilai nilai ini melalui pendidikan karakter mahasiswa. Pendidikan karakter
mahasiswa bertujuan agar mahasisiwa beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta betanggungjawab.
Pendidikan karakter merupakan bentuk kegiatan manusia yang didalamnya
terdapat suatu tindakan mendididk yang diperuntukan bagi generasi
berikutnya,.yaitu membentuk penyempurnaan diri secara terus menerus dan
melatih diri demi menuju kearah yang lebih baik. Bentuk nyata dari pembentukan
karakter ialah memberi nilai moral atau rasa hornat yang sejalan dengan tradisi
leluhur karakter kepada generasi penerus yaitu, kebaikan, kesetiaan, dan perilaku
sejalan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Tolok ukur utama
pendidikan karakter adalah nilai-nilai yang bersumber dari agama yang dapat
menumbuhkan karakter yang kuat bagi peserta didik. Nilai nilai budaya local yang
dipadukan dalam kurikulum berbasis karakter dapat mewujudkan perilaku yang
sudah mentradisi dan membudaya dalam kehidupan sehari hari. Nilai-nilai
kebenaran dalam ilmu pengetahuan harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan
nyata secara benar, mandiri dan diterapkan sesuai tahapan yang semestinya. Nilai
nilai kebenaran yang bersumber dari agama berdasarkan penelitian ilmiah
dilakukan semakin hari semakin terbukti kebenarannya.
Tidaklah berlebihan bila dinyatakan bahwa kebenaran mutlak dari Al-qur’an
dapat dibuktikan secara bertahap dengan adanya perkembangan ilmu
pengetahuan. Nilai nilai islam yang dapat menguatkan etika,mori dan prilaku
mansuia merupakan karakter yang akan memperkayakan khasana peradaban
manusia.Etika moral yang diperlihatkan oleh Rasulullah merupkan contoh konkrit
yang dapat membentuk karakter manusia seutuhnya. Untuk itu nilai-nilai moral
tersebut harus tetap dipelihara dan diteruskan utuk menguatkan khasana kebaikan
dalam kehidupan ini.
Runtuhnya pusat pendidikan biasanya terjadi apabila lembaga pendidikan sudah
diarahkan kepada kepentingan politik praktis untuk kepentingan jangka pendek,
sehingga nilai-nilai kebenaran sering kali diabaikan untuk kepentingn kelompok.
Dengan demikian, netralitas dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan sangat
diperlukan. Hal yang mesti diantispasi yaitu adanya benturan ilmu pengetahuan
sehingga terjadi perpecahan untuk digerogoti secara bertahap oleh kepentingan
kelompok tertentu dalam jangka pendek. Kebenaran hakiki harus dijaga serta
diawasi keberlangsungannnya dengan baik. Jangan sampai kekuatan utama
bangsa dibentur-benturkan dengan persepsi lain seolah-olah bertentangan dengan
penerapan demokrasi dan lain sebagainya. Penglaman membuktikan negara dan
bangsa yang lemah tidak mampu tegak berdiri untuk menerapkan keadilan.
Bangsa yang maju dan modern adalah bangsa yang unggul peradabannya. Karena
peradaban mencerminkan kualitas kehidupan manusia dalam masyarakat.
Kualitasnya di ukur dari ketentraman, kedamaian, keadilan, kesejahteraan yang
merata. Pembangunan karakter yang baik perlu terus di kembangkan. Tanpa
karakter yang baik, manusia kehilangan kemanusiaannya.

2
B. TUJUAN/MANFAAT
Memperoleh wawasan yang lebih luas tentang hakikat manusia, kewajiban
belajar, cara-cara merubah perilaku melalui belajar menuju peradaban yang lebih
baik serta kewajiban setiap orang untuk membangun dirinya agar menjadi pilar
bangsa yang kokoh dimasa depan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

Pada topik ini akan di bahas tentang isi buku dan beberapa sumber dari referensi
lain di susun bab demi bab agar memudahkan pemahaman pembaca.
1. Manusia menurut Perspektif Al-Qur’an dan Hadis1
Manusia adalah makhluk Allah paling sempurna dan diciptakan untuk
memimpin kehidupan di bumi ini ( QS. Al-Anaam 165 ), untuk itu Allah
menjadikan manusia dalam bentuk sebaik baiknya ( QSAt-Tin 4) yaitu terdiri dari
unsur jasmani dan unsur rohani. Dengan unsur jasmani ia berbeda dengan
makhluk yang gaib dan dengan unsur rohani ia berbeda dengan makhluk yang
melata di alam ini. Melalui pengajaran Allah kepada Adam, manusia mampu
secara potensial untuk mengetahui hukum-hukum alam. Allah mengajarkan
kepada Adam nama-nama seluruhnya, dan melalui penundukan Allah terhadap
alam raya, manusia dapat memanfaatkan seluruh jagat raya. Dia yag telah
menundukan untuk kamu apa yang ada di langit dan bumi semuanya sebagai
rahmat dari-Nya ( AS –Aljatsiyah 13).
Sebelum Allah menciptakan Adam, Dia telah mneyampaikan rencana-
rencananya untuk menjadikan makhluk tersebut (bersama anak keturunannya )
menjadi khalifa di bumi. Sebelum turun ke bumi, Adam dan isterinya transit lebih
dulu di surga agar mendapat pengalaman baik pahit maupun manis, sehingga
dengan pengelaman ini, ia memperoleh gambaran bagaimana sebenarnya
kehidupan yang akan dialaminya dan bagaimana seharusnya ia membangun dunia
ini. Sebagai makhluk yang sempurna dan diutus untuk menjadi khalifa dan
pemimpin dimuka bumi, manusia selalu berinteraksi dengan sesama dan alam
sekitanya, tentunya manusia tidak boleh lupa akan asal kejadiannya dan sebagai
rasa syukur kepada Allah sang Pencipta, Manusia selalu bertaqwa kepada-Nya,
sebagaiamana Allah berfirman dalam Qur’an surah An-Nisa ayat 1 ; Wahai
Manusia bertaqwalah kamu kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari
diri yang satu ( Adam ) dan ( Allah ) menciptakan pasangannya (Hawa) dari
(dirinya) dan dari keduanya Allah memperkembangbiakan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Bertaqwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya
kamu saling meminta dan peliharalah hubungan kekeluargaan, sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasimu.
Mengakhiri ulasan tentang perspektif Al-Qur’an tentang manusia, di sebuah
buku yang di tulis U.Sanusi,2018 tentang Upaya Memahami Manusia dalam Al-
qur’an mengatakan, Al-Qur’an telah sejak lama menyimpan informasi akurat
mengenai manusia melalui ayat-ayat dan kata kunci yang di tawarkan dalam
struktur lafzh-nya.Pemahaman manusia dalam perspektif Islam (baca Al-Qur’an)
tidak bisa dilepaskan dari pesan-pesan yang di wahyukan Allah SWT dalam Al-
Qur’an.Tidak ada yang lebih mengetahui tentang manusia kecuali Allah SWT
sebagai Khalik2.

4
2. Hakikat Pendidikan
Hakikat pendidikan adalah pendidikan untuk manusia dan dapat diperoleh selama
manusia lahir hinggga dewasa. Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
potensi spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan
akhlak mulia serta keterampilan yang diperluakn dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Pendidikan mempunyai tugas untuk menghasilkan generasi yang baik,
manusia-manussia yang lebih berbudaya, manusia sebagai individu yang memiliki
kepribadian yang lebih baik. Tujuan pendidikan di suatu negara sesuai dengan
dasar negara, falsafah hidup bangsa dan idiologi negara tersebut.Seperti di kutip
M Yaumi dalam buku Pendidikan Karakter tentang tujuan pendidikan Nasional
dalam UU nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 yang menyebutkan “pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”3. Hal ini menegaskan bahwa hakikat
pendidikan tidak hanya menciptakan manusia pintar secara akademis tetapi juga
cerdas moral dan peradabannya.
3. Akhlak sebagai Jantung Peradaban
Imam Al-Gazali sangat menganjurkan agar setiap pendidik, mampu menjalankan
tindakan, perbuatan dan kepribadiannya sesuai dengan ajaran dan pengetahusn
yang diberikan pada peserta didiknya. Oleh Al-Gazali diibaratkan bagai tongkat
dengan bayang-bayangnya. Bagaimana bayang-bayangnya akan lurus apabila
tongkatnya saja bengkok, kata Prof Juntika Nurhasan, M.Pd saat menyampaikan
pidato Majelis Wali Amanat Universtas Pendidikan Indonesia pada tanggal 24
Agustus 2016.
Menurut Prof. Juntika,, ahlak pendidik memiliki peran yang sangat penting dalam
membangun peradaban bangsa. Dalam sejarah peradaban manusia, moralitas,
akhlak dan budi pekerti selalu beriringan dengan jatuh bangunnya sebuah kaum.
Ambisi pribadi, kemaksiatan, korupsi dan pengkhianatan adalah bentuk
pencemaran akhlak yang berimplikasi langsung terhadap hancurnya peradaban.
4. Membangun Peradaban Bangsa Indonesia melalui Pendidikan dan
Bimbingan Komprehensif yang Bermutu
Kemajuan sebuah bangsa di tentukan oleh keunggulan peradabannya.
Membangun peradaban tentu tidak bisa dilepaskan dari manusia sebagai subjek
individu pembentuk budaya luhur dari suatu kelompok masyarakat yang tercermin
dari kualitas kehidupan manusia dari kelompok masyaraat tersebut.
Kualitas hidup dapat diukur dari tingkat kesejahteraann, ketentraman, kedamaian
dan keadilan. Dalam membangun peradaban, bangsa Indonesia harus mampu
mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdasan kehidupan bangsa dengan
membangun SDM yang terampil dalam memanfaatkan Iptek, perbudayaan dan
bermoral yang berakar dari nilai-nilai agama.

5
Dalam membangun peradaban, Rakyat Indonesia telah bertekad
membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang bertujuan melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
social. Bangsa Indonesia harus meningkatkan peradabannya.
B.J. Habibie menjelasan bahwa ada tiga tiang peradaban yang perlu
dikembangkan untuk membangun peradaban Indonesia yang maju, sejahtera,
mandiri dan kuat yaitu manusia manusia indoneia memiliki keunggulan “ HO2”
Hati ( Iman dan Taqwa) “ Otak” ( Ilmu Pengetahuan) dan “Otot” ( Teknologi ).
Potensi besar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia belum sepenuhnya dapat
diwujudkan menjadi prestasi yang mensejahterakan rakyat Indonesia. Tingkat
perkembangan kesejahtreraan, pendidikan, dan kesehatan bangsa Indonesia masih
belum optimal
Selain agama, factor terpenting lainnya dalam membangun peradaban
bangsa adalah tradisi keilmuan. Kejayaan umat Islam dalam sejarah terletak pada
tingginya peradaban yang diupayakan melalui pengembangan ilmu pengetahuan
yang mengalami puncaknya pada masa dinasti Abbsiyah ( 750 M-1258 M ).
Sydney Nettleton Fisher ( 1979 ) menjelaskan bahwa prestasi umat Islam dalam
pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang filsafat diawali dengan
munculnya nama Al-Kindi, filosof Arab yang lahir di Kuffah sekitar abad 8 M. ia
adalah seorang teolog sekaligus filosof. Keahliannnya juga terkenal dalam bidang
optic, kedokteran dan music.
Pendidikan adalah penyemaian dan penanaman adab ( ta’dib) secara utuh,
dalam upaya mencontoh utusan Allah, Nabi Muhammad SAW, sehingga menjadi
manusia sempurna. Pendidikan dimaknai sebgai upaya menumbuhkan manusia
menuju dunia lain yang lebih tinggi, tidak sekedar berada dalam hidup instinkif
belaka. Dunia yang lebih tinggi ini dapat dicapai dengan usaha sadar untuk
menentukan berbagai pilihan yang tersedia bagi manusia. Pendidikan diarahkan
agar manusia mampu menjalankan fungsi kemanusian sebagai hamba Allah dan
sebagai khalifa di bumi secara universal. Hal yang sangat esensial dalam
membangun peradaban bangsa Indonesia adalah mengembnagkan sumber daya
manusia yang bermutu. Sumber daya manusia yang bermutu dapat tercapai salah
satunya melalui pendidikan yang bermutu dan komprehesif.
Pendidikan yang bermutu memiliki atribut pokok sebagaimana dikatakan
Daulat P. Tampubolon ( ( 2002; 122 ), enam atribut diantaranya adalah : pertama
artibut relevansi, yaitu kesesuaian dengan kebutuhan, kedua atribut Efisiensi,
yaitu kehematan dalam penggunaan sumber daya (dana, tenaga dan waktu), ketiga
atribut Efektivitas, yaiutu kesesuaian perencanaan dengan hasil yang dicapai,
atau ketepatan system, keempat atribut Akuntabilitas, yaitu dapat tidaknya
kinerja dan produk lembaga pendidikan, termasuk perilaku para pengelola
dipertanggugjawabkan secara agama, hukum, etika akademik, dan nilai budaya,
kelima atribut kreativitas yaitu kemamapuan pendidikan untuk mengadakan
inovasi, pembaharuan atau menciptakan sesuatu sesuai perkembangan zaman,
termasuk kemampuan mengevaluasi diri, keenam atribut situasi menang-
menang, yaitu suasana yang menyenangkan dan memotivasi dalam lembaga

6
pendidikan sehingga semua orang melaksanakan tugasya dengan senang hati,
tulus dan penuh semangat
5. Peran Guru dalam Membangun Peradaban Bangsa
Dalam membangun peradaban bangsa, guru mempunyai peran yang sangat
strategis. Guru harus menunjukan kepribadiannya secara efektif agar menjadi
teladan bagi bangsanya. Abin Syamsudin Makmun ( 20025 ; 23 ) menjelaskan
secara luas peran guru dalam membangun peradaban bangsa yakni sebagai
Konservator ( Pemelihara ) system nilai; sebagai Transmiter ( Penerus ) system
nilai; sebagai Transformator ( Penerjemah ) system nilai dan sebagai
Organisator ( Penyelenggara ) terciptanya proses pendidikan dalam membangun
peradaban bangsa.
6. Peran Psikologi Pendidikan dalam Mengembangkan Kapasitas Guru
Psikologi pendidikan sebgai ilmu paedagogic teoritis dan sebagai cabang dari
psikologi mempunyai peran strategis dalam mengembangkan kapasitas guru untuk
memahami karakter para peserta didik, merumuskan tujuan pembelajaran utuk
mengembangkan potensi peserta didik sampai pada tahapan mnegevaluasi proses
pendidikan.
7. Peran Psikologi Pendidikan dalam Membangun Karakter Bangsa
Dalam membangun karakter bangsa Indonesia baik melalui jalur pendidikan
formal,informal dan non formal, psikologi pendidikan memiliki peran yang sangat
startegis. Psikologi pendidikan membantu pendidik dalam memahami dan
mencapai tujuan pendidikan karakter bangsa, memahami karakteristik peserta
didik, memahami proses pembelajaran, memahami metode mengajar serta
memahami penillaian karakter bangsa.
Selain itu psikologi pendidikan membantu mengklasifikasikan dan merumuskan
tujuan pendidikan karakter bangsa kedalam tiga domain yaitu, pengetahuan, sikap
dan prilaku nyata karakter bangsa.
8. Pembinaan Karakter Mahasiswa
Pendidikan karakter mahasiswa harus berpijak pada landasan filosofis tentang
hakikat pendidikan dan manusia.
Pendidikan karakter mahasiswa tidak dapat lepas dari persoalan tujuan dan focus
pendidikan, yaitu mengembangkan potensi peserta didik sebagai satu kesatuan
pribadi yang utuh.
9. Implementasi Pembinaan Karakter Mahasiswa
Sistem pembinaan kemahasiswaan yang berparadigma harus tepat sasaran dan
jelas menuju pada keunggulan mutu proses dan hasil didik melalui kegiatan intra
dan ekstra kurikuler. Dalam banyak kajian menunjukan bahwa baik buruk suatu
lulusan tidak hanya ditentukan oleh intake semata, tetapi juga oleh kualitas
interaksi dan nilai edukatif selama pembelajaran.
Atas dasar itu maka sistem pembinaan kemahasiswaan harus dapat memberikan
daya dukung terhadap keberhasilan studi mahasiswa dalam arti luas.
Program pengembangan kemahasiswaan diorentasikan pada upaya menggali,
menampung, menyalurkan dan meningkatkan seluruh potensi kemahasiswaan
yang ada dilingkungan universitas kearah yang lebih baik.
Sesuai dengan Pola Pengembangan Kemahasiswaan ( POLBANGMAWA )
bidang pengembangan kemahasiswa dapat di kategorikan dalam lima bidang

7
utama, 1. Penalaran dan keilmuan, 2 bakat, minat dan kemampuan, 3
kesejahteraan, 4 kepedulian social, dan 5 kegiatan penunjang, kelima bidang ini
menjadi bagian integral dari program utama universitas.
10. Latar Belakang Bimbingan dan Konseling
Kemajuan berpikir dan kesadaran manusia akan diri dan dunianya, telah
mendorong terjadinya globalisasi. Untuk menangkal dan mengatasi masalah
tersebut perlu disiapkan insan dan sumber daya manusia yang bermutu.
Manusia yang bermutu yaitu manusia yang harmonis lahir dan batin, sehat
jasmani dan rohani, bermoral, menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) secara professional serta dinamis dan kreatif. Akibat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, kesempatan, kerja berkembnag
dengan cepat pula, sehingga para siswa memerlukan bantuan dari pembimbing
untuk menyesuaikan minat dan kemampuan mereka terhadap kesempatan dunia
kerja yang selalu berubah dan meluas. Perluasan program pendidikan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mencapai tingkat pendidikan setinggi mungkin
sesuai dengan kemampuannya. Arah ini menimbulkan kebutuhan akan bimbingan.
11. Konsep Bimbingan Konseling
Bimbingan yang berkembang saat ini adalah bimbingan perkembangan. Visi
bimbingan bersifat ‘edukatif” yaitu titik berat layanan bimbingan ditekankan
pada pencegahan dan pengembangan bukan korektif atau terapeutik,
‘pengembangan” yaitu titik sentral sasaran bimbingan adalah perkembangan
optimal seluruh aspek kepribadian individu dengan strategi pokoknya
memberikan kemudahaan perkembangan melalui perekayasan lingkungan
perkembangan, dan “outreach” target populasi layanan bimbingann tidak terbatas
kepada individu bermasalah tetapi semua individu berkenan dengan
kepribadiannya dalam semua konteks kehidupannya (masalah, target, intervensi,,
setting,metode, lama waktu layanan). Teknik bimbingan yang digunakan meliputi
teknik-teknik pembelajaran, pertukaran inovasi bermain peran, tutorial, dan
konseling ( Muro and Kottman, 1995 ; 5)
12. Ragam Bimbingan
Dilihat dari masalah individu, ada empat jenis bimbingan, yaitu :
1. Bimbingan akademik, bimbingan yang diarahkan untuk membantu para
individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik
(pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar dan perencanaan
pendidikan lanjutan )
2. Bimbingan social pribadi, merupakan bimbingan utuk membantu para individu
dalam memecahkan maslah social pribadi ( maslaah hubungan dengan sesama
teman, dengan dosen, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri
dengan lingkungan )
3. Bimbingan karier, bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan,
pengembangan dan pemecahan masalah masalah karier ( pemahaman terhadap
jabatan, penyesuaian pekerjaan dan pemecahan masalah karier yang dihadapi).
4. Bimbingan keluarga, merupakan upaya pemberian bantuan kepada individu
sebagai pemimpin/anggota keluarga agar mereka mampu menciptakan
keluarga yang utuh dan harmois, memberdayakan diri sendiri secara produktif,

8
dapat mencipakan dan menyesuaikan diri dengn norma keluarga, serta
berperan/berpartisiasi aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang bahagia.
13. Bimbingan di Perguruan Tinggi
Bimbingan mahasiswa merupakan usaha membantu mahasiswa mengembangkan
dirinya dan mengatasi problem-problem akademik serta problem social pribadi
yang berpengaruh terhadap perkembangan akademik mereka.
Seorang mahasiswa telah dipandang cukup dewasa dalam memilih dan
menentukan program studi yang sesuai dengan bakat, minat dan cita citanya.
Dalam mengelola hidupnya juga mahasiswa telah dipandang cukup dewasa untuk
dapat mengatur kehidupanya sendiri.
Dalam merealisasikan kemandirian tersebut, perkembangannya tidak selalu mulus
dan lancar, banyak hambatan dan problem yang mereka hadapi. Untuk
mengembangkan diri dan menghadapi problem yang mereka alami diperlukan
bimbingan dari para dosen yang dilakukan secara sistematik dan berpegang pada
prinsip ‘ Tutwuri Handayani”
14. Bimbingan Komprehensif : Model Bimbingan dan Konseling di
Sekolah Lanjutan
Model bimbingan ini berpandangan bahwa manusia itu merupakan satu kesatuan,
pengaruh terhadap satu bagian dari seorang manusia akan mempengaruhi
keseluruhannya.
Manusia tidak kaku terhadap pengalaman-pengalaman masa lampaunya, ia dapat
mengelola pengalamannya untuk memperbaiki pilihannya, dan secara umum
untuk memperbaiki arah, kecepatan, dan kematangan perkembangannya. Perilaku
manusia adalah hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Bertitik tolak dari pendapat dan harapan akan bimbingan dan konseling di
lapangan ( sekolah ) serta pertimbangan tuntutan, perkembangan dan tantangan
lingkungan masa depan yang lebih kompetitif, maka visi bimbingan dan konseling
di rumuskan sebagai berikut ; bimbingan dan konseling adalah upaya
pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa, pencegahan terhadap timbulnya
masalah yang akan menghambat perkembangannnya, dan memecahkan masalah
masalah yang dihadapi baik sekarang maupun yang akan datang. Sehubungan
dengan target populasi layanan bimbingan dan konseling, layanan bimbingan dan
konseling tidak terbatas pada individu yang bermasalah tetapi meliputi seluruh
siswa. Program bimbingan harus berdiferensiasi baik dari segi pendekatan, teknik,
kegiatan,sumber maupun pihak-pihak yang terlibat.
15. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
Pelayanan bimbingan dan konseling di SD mengacu pada perkembangan siswa
SD yang tengah beradaptasi dengan lingkungan yang lebih luas dan belajar
bersosialisasi dengan mengenal berbagai aturan, nilai dan norma-norma.
Layanan bimbingan dan konseling di SD meliputu layanan orientasi, informasi,
penempatan/penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan
kelompok dan konseling kelompok.

9
16. Konsep Dasar Mutu dan Sistem Manajemen Layanan Bimbingan dan
Konseling
Konsep mutu yang dikemukakan oleh Goetsch dan Davis ( 1994), adalah mutu
layanan bimbingan dan konseling itu merujuk pada proses dan produk layanan
bimbingan dan konseling yang mampu memenuhi harapan siswa, masyarakat dan
pemerintah. Layanan bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dalam
keseluruhan proses di sekolah, tidak mungkin akan mencapai sasarannya apabila
tidak memiliki program yang bermutu, dalam arti tersusun secara jelas, sistematis,
dan terarah. Dalam program tersebut harus terdapat unsure-usur pokok yaitu (1)
tujuan yang hendak di capai, (2) personil yang terlibat didalamnya, (3) kegiatan -
kegiatan yang dilakukan, (4) sumber sumber yang dibutuhakn, (5) cara
melakukannya, dan (6) waktu kegiatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Stephen P.
Robinson ( 1978;60) yang mengemukakan bahwa “.. a program should contain all
the activities necessary for achieving the abjectives, and clarify who should do,
what, and when’. Demikian juga dengan program layanan bimbingan dan
konseling, hendaknya di dalamnya tercakup unsure-unsur tersebut.
17. Konsep dan Peran Bimbingan Konseling dalam Proses Belajar
Mengajar yang Bermakna di Perguruan Tinggi
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu unsur terpadu dalam
keseluruhan program pendidikan di Perguruan Tinggi.
Bimbingan dan konsleing di Perguruan Tinggi adalah suatu proses pemberian
bantuan kepada mahasiswa yang dilakuan secara berkesinambungan, supaya
mahasiswa tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan
dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan
lingkungan kampus, keluarga, dan masyarakat, serta kehidupan pada umumnya.
Dengan demikian, ia dapat menikmati kebahagian hidupnya dan dapat memberi
sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat umumnya. Bimbingan dan
konseling membanu mahasiswa mencapai perkembangan diri secara optimal bagi
makhluk social.
Peran bimbingan dan konseling dalam proses belajar mengajar merupakan
salah satu kompetensi dosen yang terpadu dalam keseluruhan kompetensi
pribadinya. Dalam hal ini peran bimbingan dan konseling itu merupakan
kompetensi penyesuaian interaksional yang merupakan kemampuan dosen untuk
menyesuaikan diri dengan karakter mahasiswa dan suasana belajar mahasiswa.
Keseluruhan kompetensi dosen tampak dalam perilaku yang nyata (performance)
dosen yang bersangkutan. Akan tetapi perilaku nyata itu diakukannya atas dasar
berbagai unsur pendukung lainnya, seperti; penguasaan bahan pengajaran,
penguasaan dan penghayatan landasan professional dosen, penguasaan dan
pemanfaatan proses-proses yang diperlukan, penyesuaian interaksional dan
kepribadian yang memperlihatkan internalisasi sikap, perasaan nilai-nilai yang
diharapkan dari seorang dosen. Selain itu juga perilaku dosen terhadap situasi
yang khusus sangat penting untuk memperoleh hasil belajar pada diri mahasiswa,
sesuai dengan yang diinginkan. Jadi efektivitas mengajar sangat bergantug
kepada kemampuan dosen untuk menyesuaikan diri pada situasi khusus.

10
Dalam hal ini, ada tiga factor situasional yang dapat mempengaruhi penampilan
dan efektivitas dosen, yaitu Karakteristik Mahasiswa, Karakteristik Ketua Jurusan
dan Karakteristik Teman sejawat.
18. Strategi dan Intervensi Bimbingan dan Konseling
Dalam proses konseling, konselor harus mampu menilai perilakunya dan
pengaruhnya terhadap klien. Proses menilai dan membuat keputusan ini
melibatkan dua kegiatan sebelum dan selama kegiatan konseling. Dimensi
sebelum kegiatan, konselor harus memahami klien dan kesulitan klien sebaik
mungkin untuk menyeleksi intervensi konseling apa yang sesuai. Dimensi selama
kegiatan melibatkan penilaian yang berkesinambungan terhadap respons klien
terhadap intervensi konselor.
Dalam upaya menigkatkan perubahan klien, konselor menjadi lebih peduli dengan
perubahan yang diarahkan sendiri oleh klien. Kepedulian ini telah mengarahkan
berbagai peneliti dan praktisi konsling ke eksplorasi pemanfaatan dari berbagai
strtegi bantuan yang disebut pengendalian diri, pengaturan diri, atau pengelolaan
diri. Karakteristik utama strategi pengelolaan diri adalah bahwa klien mengatur
strategi dan mengarahkan upaya upaya perubahan dengan bantuan yang sedikit
dari konselor. Strategi pengelolaan itu sangat berguna dalam kaitan dengan
sejumlah masalah klien. Tiga dari strategi pengelolaan diri yang paling berguna
antara lain (1) pantau diri, melibatkan pengalaman klien memperhitungkan dan
atau mengatur kebiasaan, pikiran dan perasaan yang ada, (2), ganjar diri,
melibatkan pemberian ganjaran pada diri akibat kejadian dari perilaku yang
diharapkan, (3) kontrak diri, komitmen klien terhadap dirinya sendiri untuk
melakukan kegiatan kegiatan yang mengarah pada pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan sebelumya yang disetujui oleh konselor dan ditandaangani oleh klien.
19. Konseling Keluarga
Keluarga merupakan system social yang alamiah, berfungsi membentuk
aturan- aturan, komunikasi, dan negosiasi diantara para anggotanya. Ketiga
fungsi keluarga ini mempunyai sejumlah implikasi terhadap perkembangan dan
keberadaan para anggotanya.
Keluarga mencerminkan system hubungan yang kompleks, terjadi kausalitas
sirkuler dan multidimensi. Peran-peran keluarga itu sebagian besar tidak statis,
perlu dipahami oleh anggota keluarga untuk membantu memantapkan dan
mengatur fungsi keluarga. Konseling ini distimuli oleh penelitian mengenai
keluarga yang anggotanya mengaami schizophrenia. Konseling keluarga
berkembang mencapai kemajuan pada tahun 1950an. Pada tahun 1960an para
pelopor konseling keluarga memutuskan untuk bekerja sama dengan para
konselor yang berorientasi individual.
Pendekatan-pendekatan dalam konseling keluarga dapat dibagikan dalam
enam kelompok yaitu : (1) Pendekatan psikodinamik, memberikan perhatian
terhadap latar belakang dan pengalaman setiap anggota keluarag sebanyak ada
unit keluarga itu sendiri. (2) Pendekatan eksistensial/humanistic, pendekatan ini
memberikan pengalama-pengalaman dalam meningkatkan perkembangan yaitu
melalui interaksi antara konselor dengan keluarga, (3) Pendekatan bowenian,
melakukan wawancara evaluasi keluarga menekankan objektivitas dan netralitas.
Membantu memberikan gambaran tentang system hubungan keluarga kurang

11
lebih tiga generasi. (4) pendekatan sruktural, memfokuskan pada kegiatan
keseluruhan yang terorganisir dari unsur, dan keluarga mengatur dirinya sendiri
melalui pola-pola transaksional diantara mereka. (5) Pendekatan
trategis/komunikasi, pendekatan ini menggunakan double binds terapetik atau
teknik-teknik paradoksal untuk mengubah aturan aturan keluarga dan pola-pola
hubungan. (6) pendekatan behavioral, mengambil prinsip-prinsip belajar manusia
seperti classical dan operant conditioning, penguatan posistif dan negative,
pembentukan, extinction, dan belajar social. Pendekatan ini menekankan
lingkungan, situasional, dan factor-factor social dari perilaku.
20. Pengembangan Kecakapan Hidup di Sekolah
Kecakapan hidup sebagai inti dari kompetensi dan hasil pendidikan adalah
kecakapan yag dimiliki sesorang untuk berani menghadapi probem hidup dan
kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan
kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.
Konsep kecakapan hidup ( life skill ) dirumuskan secara beragam, sesuai dengan
landasan filosofis penyusunannya.
Kecakapan hidup sebagai pengetahuan yang luas dan interaksi yang diperkirakan
merupakan kebutuhan esensial bagi manusia dewasa untuk dapat hidup secara
mandiri ( Brolin dalam Goodship,2002).
Adapun tujuan pendidikan kecakapan hidup yang harus menjadi focus kepedulian
bimbingan konseling adalah memfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya,
yaitu mengembangkan potensi peserta didik dalam menghadapi perannya dimasa
mendatang secara menyeluruh.
21. Membangun Sistem Pertahanan dan Keamanan yang Tangguh
Menuju Bangsa Indnesia yang Beradab
Bangsa yang maju dan modern adalah bangsa yang unggul peradabannya.
Peradaban adalah bentuk budaya paling tinggi dari suatu kelompok masyarakat
yang dibedakan secara nyata dari makhluk lainnya. Peradaban mencerminkan
kualitas kehidupan manusia alam masyarakat. Kualitas peradaban diukur dari
ketentraman ( human security), kedamaian ( peacefull), keadilan (justice), dan
kesejahteraan ( welfare ) yang merata.
Potensi bangsa Indonesia utuk menjadi negara yang maju, modern, dan beradab
sangat tinggi. Untuk mewujudkan potensi masyarakat Indonesia yang beradab,
sejahtera dan aman serta ikut menciptakan perdamaian dunia, diperlukan system
pertahanan dan keamanan negara yang tangguh.
Persoalan keamanan adalah persoalan masyarakat, oleh karena itu membutuhkan
keterlibatan dan dukungan moral dari masyarakat dalam menjaga keamanan.

12
BAB III
SIMPULAN

Kemajuan sebuah bangsa ditentukan oleh keunggulan peradabannya.


Membangun peradaban tentu tidak bisa dilepaskan dari manusia sebagai subjek
individu pembentuk budaya luhur dari suatu kelompok masyarakat yang tercermin
dari kualitas kehidupan manusia dalam masyarakat tersebut.
Kualitas hidup dapat diukur dari tingkat kesejaheraan, ketentraman, kedamaian
dan keadilan. Dalam membangun peradaban bangsa Indonesia harus mampu
mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
membangun sumber daya manusia yang trampil dalam memanfaatkan Iptek yang
berbudaya dan bermoral yang berakar dari nilai-nilai agama. Hal ini sebagaimana
cendikiawan Bernard Lewis merumuskan bahwa unsure pokok suatu peradaban
adalah agama, sementara Huntington juga menulis bahwa agama merupakan
karakteristik sentral yang menentukan peradaban.
Selain faktor agama, adalah dibangunnya tradisi keilmuan melalui
pendidikan yang berkulitas, ditopang oleh pendidikan ahlak sebagai basis
pembentukan karakter bangsa atau akhlak sebagai jantung peradaban.
Dalam buku membangun Peradaban Melalui Pendidikan dan Bimbingan ini,
dikemukan antara lain, tentang Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadis,
Hakikat Pendidikan, Akhlak Sebagi Jantung Peradaban, Membangun Peradaban
Bangsa Indonesia Melalui Pedidikan Dan Bimbingan Komprehensif Yang
Bermutu, juga Peran Guru dalam Membangun Peradaban Bangsa, Peran Psikologi
Pendidikan Dalam Membangun Karakter Bangsa, Pembinaan Karakter
Mahasiswa, Latar Beakang Diperlukan Bimbingan serta Sejarah Perkembangan
Bimbingan di Indonesia. Selain itu, di bahas pula Konsep Bimbingan dan
Konseling, Ragam Bimbingan, Bimbingan di Perguruan Tinggi, Model
Bimbingan dan Konseling Komprehensif di Sekolah Lanjutan, Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Dasar, Peran Bimbingan dan Konseling dalam Proses
Belajar Mengajar yang Bermakna di Perguruan Tinggi, Konseling Keluarga,
Membangun System Pertahanna dan Keamanan yang Tangguh Menuju Bangsa
Indonesia yang beradab.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmad Juntika Nurihsan. Membangun Peradaban. Vol. 1. PT Refika


Aditama; 2016.
2. Sanusi U, Suryadi RA. Kenali Dirimu: Upaya Memahami Manusia dalam
al-Quran. Deepublish; 2018.
3. Yaumi M. Pendidikan karakter: landasan, pilar & implementasi. Prenada
Media; 2016.

Anda mungkin juga menyukai