Disusuun Oleh :
SEKOLAH TINGI ILMU SOSIAL DAN ILMU PILITIK ( STISIP) MBOJO BIMA
TAHUN AJARAN 2021-2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena rahmat, taufiq dan
hidayahNya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kedua
kalinya sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW yang telah mengarahkan kita kepada agama yang diridloi Allah
SWT yakni agama Islam. Namun kami yakin tanpa adanya bimbingan, dorongan,
motivasi dan do’a, makalah ini tidak akan terwujud. Akhir kata penulis menyadari
makalah ini masih banyak kesalahan, baik dalam penulisan maupun informasi
yang terkandung didalam makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
maupun saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan dimasa yang
akan datang. Dan semoga makalah ini bisa membawa manfaat bagi kita
khususnya bagi penulis. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMA JUDUL
KATA
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan Makalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Opini Publik
B. Faktor Yang Mempengaruhi Opini Pablik
C. Dampak Yang Ditimbulkan Opini Publik
D. Pengertian Etika
E. Pengertian Komunikasi
F. Pengertian Keprotokolan
G. Asas-Asas Keprotokolan
H. Tujuan Keprotokolan
I. Ruang Lingkup Keprotokolan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.
B. Saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembentukan opini publik merupakan salah satu kegiatan Public Relations
atau yang lebih kita kenal dengan sebutan humas. Opini public penting untuk
keberlangsungan suatu perusahaan atau instansi termaksud instansi
pemerintah,karena dengan mengetahui opini yang terbentuk di masyarakat dapat
menjadi bahan evaluasi untuk kedepannya dan memengaruhi kebijakan sebuah
pemerintahan.
Sederhananya opini publik merupakan sebuah keputusan yang di ambil oleh
sekelompok orang yang mempunyai beberapa kesamaan. Keputusan tersebut
dapat berupa persepsi, tindakan, dan sikap positif atau negatif terhadap sebuah isu.
Opini publik tidak akan terbentuk kecuali dengan adanya penyebaran isu melalui
sebuah media. Media yang saat ini banyak di gunakan ialah media social dengan
memanfaatkan jejaringan internet.
Melalui Komunikasi sarana untuk terjalinnya hubungan antar seseorang
dengan orang lain. Dengan adanya komunikasi, maka terjadilah hubungan sosial
karena manusia itu adalah sebagai makhluk sosial, diantara satu dengan yang lainnya
saling membutuhkan, sehingga terjadinya interaksi timbal balik. Dalam hubungan
seseorang dengan orang lain terjadi proses komunikasi diantaranya. Tetapi ketika
sedang melakukan komunikasi terkadang tidak memperhatikan etika-etika
komunikasi dengan baik. Hal ini yang terkadang orang salah menafsirkan isi dari
informasi yang diberikan atau pun yang didengarkannya. Terlebih lagi ketika
berkomunikasi dalam ruang lingkup perkantoran. Cara yang paling mudah
menerapkan etika komunikasi dalam perkantoran ialah, semua anggota dan
pimpinan perkantoran perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini:
1.Tata krama pergaulan yang baik
2.Norma kesusilaan dan budi pekerti
3.Norma sopan santun dalam segala tindakan
Dalam suatu organisasi penerapan etika komunikasi dibutuhkan untuk semua
bentuk kegiatan kerja. Etika komunikasi yakni etika komunikasi yang terjadi dan
berlangsung dalam kantor (office communication). Dengan terciptanya etika
komunikasi timbal balik yang baik antara pimpinan dan karyawan, akan
menimbulkan produktivitas kerja yang baik. Dengan kata lain tanpa adanya
komunikasi, maka pekerjaan kantor akan menjadi tidak sesuai dengan rencana
yang sudah ditetapkan sehingga tujuan-tujuan yang diharapkan tidak akan
tercapai. Pada dasarnya komunikasi kantor dapat berlangsung secara lisan maupun
tulisan
Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Bangsa
Indonesia telah memulai proses perubahan mendasar dalam kehidupan
ketatanegaraan yang akan mempengaruhi segala dimensi kehidupan bangsa, baik
dimensi politik, ekonomi, sosial maupun budaya. Dalam konteks organisasi
publik, penilaian kinerja organisasi merupakan suatu hal yang penting, karena
dengan adanya penilaian kinerja maka akan diketahui tingkat pencapaian hasil
yang telah dicapai, atau akan diketahui seberapa jauh pelaksanaan tugas-tugas
yang dapat dilaksanakan.
Sejalan dengan sistem pemerintahan saat ini, protokol pemerintahan dituntut
untuk merubah paradigma dalam setiap penyelenggaraan sistem maupun kegiatan
pemerintahan. Protokol berperan penting dalam penyelenggaraan Tata Kelola
Pemerintahan yang Baik (Good Governance). Esensi dari good governance adalah
peningkatan kinerja organisasi melalui supervisi atau pemantauan kinerja
manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap pemangku kepentingan
lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlak.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang dimaksud dengan Opini Publik?
b. Apa saja ruang lingkup Opini publik?
c. Jelaskan pengertian komunikasi!
d. Jelaskan pengertian etika!
e. Apa saja aliran-aliran etika?
f. Apa pengertian keprotokolan?
g. Apa saja asas-asas keprotokolan?
C. TUJUAN
a. Pembaca bisa Mengetahui tentang Opini Publik beserta ruang lingkupnya.
b. Mengetahui faktor yang mempengaruhi Opini Publik
c. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca
d. Pembaca dapat mengetahui lebih mendalam mengenai Etika Komunikasi.
e. Pembaca jugabisa Mengetahui tentang Keprotokolan
BAB II
PEMBAHASAN
3. Opini Publik banyak orang (ungkapan massa) disebut opini yang satu.
Ketiganya merupakan wajah opini public yaitu opini massa, kelompok dan
opini rakyat. Dan hal ini sering dilakukan dengan cara untuk
menggunakan media massa agar bisa lebih cepat mencakup kepada
masyarakat luas seperti yang di jelaskan di komunikassi massa. Dengan
kata lain, opini publik dapat menimbulkan kontroversi, antara pemerintah
dan masyarakat sendiri. Namun, tidak jarang juga opini publik justru
diarahkan untuk menguatkan kekuatan para elit politik. Dari hal itulah,
opini publik juga tidak sepenuhnya mencerminkan kehendak rakyat; sesuai
dengan hati nurani masing-masing individu. Arti opini publik yang
pramodern dewasa ini mempunyai arti penting dalam dua hal Pertama,
opini publik sebagai tekanan dari teman sejawat tetap merupakan
hambatan bagi keterlibatan warga negara secara penuh. Minimnya sikap
toleransi terhadap pandangan minoritas pun terjadi di banyak negara.
Kedua, pemerintah mempunyai sumber yang luas untuk menciptakan,
memperkuat, dan mengarahkan tekanan untuk menyesuaikan diri. Opini
publik adalah pengumpulan citra yang diciptakan oleh proses komunikasi.
Gambaran tentang sesuatu akan menimbulkan banyak tafsir bagi para
peserta komunikasi. Sesuatu akan berbentuk abstrak atau konkret dan
selalu bermuka banyak atau berdimensi jamak karena adanya berbagai
perbedaan penafsiran (persepsi) yang terjadi di antara peserta komunikasi.
Pergeseran citra pada opini publik ini tergantung pada siapa saja yang
terlibat dalam proses komunikasi. Setiap kali jaringan komunikasi
berubah, opini publik juga berubah. Perubahan opini publik merupakan
“dinamika komunikasi”, sedangkan substansi opini publik tidak berubah.
Substansi tidak berubah karena ketika proses pembentukan opini publik
berlangsung, pengalaman dari peserta komunikasi itu telah terjadi.
B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OPINI PUBLIK
1. Faktor Psikologis
Tidak ada kesamaan antara individu yang satu dengan lainnya, yang ada hanya
kemiripan yang memiliki banyak perbedaan. Perbedaan antar individu yang
meliputi hobi, kepentingan, pengalaman, selera, dan kerangka berpikir
menjadikan setiap individu berbeda bentuk dan cara merespon stimulus atau
rangsangan yang menghampirinya. Perbedaan faktor psikologis menyebabkan
pemaknaan terhadap kenyataan yang sama bisa menghasilkan penyandian yang
berbeda-beda. Bisa saja output komunikasi tidak sama dengan input komunikasi
karena perbedaan beberapa unsur yang bekerja dalam seleksi internal yang
meliputi dimensi pemikiran (kognisi) dan dimensi emosi (afeksi). Sebagian
masalah mampu mengundang opini publik, sebagian lain tidak. Setiap masalah
mempunyai bobot yang berbeda-beda. Masalah bisa hilang begitu saja karena
publik tidak tertarik pada isu tertentu. Masalah bisa menyempit, bisa juga melebar
karena ada kecenderungan “hiper realitas” dalam komunikasi.
Hiper realitas adalah kecenderungan membesarkan sebagian fakta dan
sekaligus menyembunyikan fakta yang lain. Proses psikologis bisa menghasilkan
pergeseran makna atas realitas tertentu. Itulah sebabnya, dalam opini publik sering
simbol verbal tidak berhubungan sama sekali dengan kenyataan. Hal ini terjadi
karena opini publik semata-mata merupakan hasil penyandian individu-individu.
2. Faktor sosiologi Politik Opini publik terlibat dalam interaksi sosial seperti :
a. Opini publik menunjukkan citra superioritas. Siapa yang menguasai opini
publik, maka ia akan mengendalikan orang lain. “Menguasai” bersifat dinamis
dan relatif. Artinya, publik akan cenderung berpihak pada kelompok atau
individu yang paling memiliki kedekatan hubungan.
b. Opini publik menunjukkan keikutsertaan individu ke kejadian
tertentu.Melalui keikutsertaan ke dalam opini publik, individu merasa
terwakili keberadaannya. Melalui opini publik, individu juga merasa sebagai
bagian dari masyarakatnya.
c. Opini publik berhubungan dengan citra, rencana, dan operasi (action).
Kenneth R. Boulding (1969) menyatakan citra, rencana, dan operasi
merupakan matriks dari tahap-tahap kegiatan dalam situasi yang selalu
berubah. Matriks perilaku sangat tergantung pada citra. Opini publik memberi
inspirasi bagaimana individu dalam kelompok bertindak agar terhindar dari
pencitraan yang buruk.
d. Opini publik sesuai dengan kemauan banyak orang. Opini publik cenderung
sesuai dengan kemauan banyak orang. Karena itu, banyak orang berlomba
memanfaatkan opini publik sebagai argumentasi atas berbagai keputusan.
Dalam alam demokrasi, kebenaran normatif dapat digeser oleh kebenaran
menurut “banyak orang”. Keputusan yang didasarkan pada dominasi opini
publik belum tentu selaras dengan norma dan etika sosial yang berlaku.
2. Faktor Budaya.
Budaya mempunyai pengertian yang beragam. Budaya adalah seperangkat
nilai yang digunakan mengelola, memelihara hidupnya, menjaga dari gangguan
internal maupun eksternal, dan mengembangkan kehidupan manusia. Nilai-nilai
yang terhimpun dalam sistem budaya itu oleh individu dijadikan identitas
sosialnya atau dijadikan ciri-ciri keanggotanya di komunitas budaya tertentu. Para
budayawan di Indonesia pernah menggagas nilai-nilai yang seharusnya
dikembangkan bangsa Indonesia ke depan. Misalnya, mereka membedakan
budaya Indonesia dari budaya Jawa dan Batak. Untungnya, dalam masyarakat kita
masing-masing kelompok budaya sudah dibekali nilai-nilai toleransi sehingga
perbedaan-perbedaan hanya terkumpul dalam opini publik, tetapi tidak meledak
ke dalam konflik terbuka
D. PENGERTIAN ETIKA
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup
tingkat internasional diperlukan suatu system yang mengatur bagaimana
seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling
menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler
dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-
masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa
merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah
dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan
dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya
etika di masyarakat kita. Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan
prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan
menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim
juga disebut etik, berasal dari kata Yunani “ethos” yang berarti norma-norma,
nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang
baik.
Selain itu dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin
ethicus yang berarti kebiasaan. Sesuatu dianggap etis atau baik, apabila sesuai
dengan kebiasaan masyarakat. Pengertian lain tentang etika ialah sebagai studi
atau ilmu yang membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang
dinilai baik dan mana pula yang dinilai buruk. Etika juga disebut ilmu normatif,
maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan yang dapat digunakan sebagai
acuan untuk menilai tingkah laku apakah baik atau buruk, seperti yang
dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini :
1) Drs. O.P. Simorangkir : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik ada dua macam etika yang
harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan buruknya prilaku
manusia :
a. Etika deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan
rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia
dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan
fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap
yang mau diambil.
b. Etika normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan
pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini
sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus
memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Etika secara umum dapat dibagi menjadi :
1) Etika umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana
manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan
etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi
pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai
baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan
dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum
dan teori-teori.
2) Etika khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam
bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud :
Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang
kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh
cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat
juga berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain
dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh
kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis, cara bagaimana
manusia mengambil suatu keputusan atau tidanakan, dan teori serta
prinsip moral dasar yang ada dibaliknya. Etika khusus dibagi lagi
menjadi dua bagian :
a) Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia
terhadap dirinya sendiri.
b) Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola
perilaku manusia sebagai anggota umat manusia. Perlu
diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat
dipisahkan satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban
manusia terhadap diri sendiri dan sebagai anggota umat manusia
saling berkait
E. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Meskipun komunikasi merupakan kegiatan yang sangat dominan dalam
kehidupan sehari-hari, namun tidaklah mudah memberikan definisi yang dapat
diterima semua pihak. Sebagaimana layaknya ilmu sosial lainnya, komunikasi
mempunyai banyak definisi sesuai dengan persepsi ahli-ahli komunikasi yang
memberikan batasan pengertian. Beberapa contoh definisi komunikasi menurut
beberapa tokoh antara lain:
1. Wilbur Schramm (1955) Komunikasi merupakan tindakan melaksanakan
kontak antara pengirim dan pengirim, dengan bantuan pesan, pengirim dan
penerima memiliki beberapa pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan
dan simbol yang dikirim oleh pengirim dan diterima serta ditafsirkan oleh
penerima.
2. Theodore Herbert (1981) Komunikasi ialah proses yang didalamnya
menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya
dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus.
3. Edward Depari (1990) Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan,
harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti,
dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Dari beberapa
pengertian komunikasi menurut beberapa tokok diatas, dapat kita kemukakan
pengertian yang sederhana, bahwa komunikasi ialah suatu
proses pengiriman pesan atau simbol-simbol yang mengandung arti dari seseorang
komunikator kepada komunikan dengan tujuan tertentu. Agar komunikasi dapat
berjalan secara efektif, maka komponen-komponen komunikasi adalah sebagai
berikut:
a. Komunikator atau Pengirim Pesan Komunikator ialah individu atau orang
yang mengirim pesan. Seorang komunikator menciptakan pesan, untuk
selanjutnya mengirimkannya dengan saluran tertentu kepada orang atau
pihak lain.
b. Pesan atau Informasi Pesan adalah informasi yang diciptakan komunikator
dan akan dikirimkan kepada komunikan. Pesan ini dapat berupa pesan
verbal maupun non-verbal. Pesan verbal ialah pesan yang berbentuk
ungkapan kata/kalimat baik lisan maupun tulisan. Pesan non-verbal ialah
pesan isyarat, baik berupa isyarat gerakan badan, ekspresi wajah, nada suara, dan
sebagainya. 3. Media atau Saluran Media ialah suatu sarana yang digunakan
untuk menyampaikan pesan dari seorang komunikator kepada komunikan.
Ada berbagai macam media, meliputi media cetak, audio, audio visual.
c. Komunikan atau Penerima Komunikan adalah pihak penerima pesan.
Selain menerima pesan, komunikan juga bertugas untuk menganalisis dan
menafsirkan sehingga dapat memahami makna pesan tersebut.
d. Umpan Balik atau Feedback. Umpan balik atau feedback disebut pula
respon, dikarenakan komponen ini merupakan respon atau tanggapan dari
seorang komunikan setelah mendapatkan pesan dari komunikator
F. PENGERTIAN KEPROTOKOLAN
Dalam pengertian luas protokoler adalah seluruh hal yang mengatur
pelaksanaan suatu kegiatan baik dalam kedinasan/kantor maupun masyarakat.
Secara etimologis istilah protokol dalam bahasa Inggris protocol, bahasa Perancis
protocole, bahasa Latin protocoll (um), dan bahasa Yunani protocollon. Awalnya,
istilah protokol berarti halaman pertama yang dilekatkan pada sebuah manuskrip
atau naskah. Sejalan dengan perkembangan zaman, pengertiannya berkembang
semakin luas, yakni keseluruhan naskah yang isinya terdiri dari catatan, dokumen
persetujuan, perjanjian, dan lain-lain dalam lingkup secara nasional maupun
internasional.
G . ASAS-ASAS KEPROTOKOLAN
1. Kebangsaan
Yang dimaksud dengan “kebangsaan” adalah keprotokolan harus
mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistis (kebinekaan)
dengan tetap menjaga prinsip negara kesatuan Republik Indonesia.
2. Ketertiban dan Kepastian Hukum
Dalam hal ini yang dimaksud dengan “ketertiban dan kepastian hukum”
adalah keprotokolan harus dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat
melalui adanya kepastian hukum.
3. Keseimbangan, Kesesuaian, dan Keselarasan
Dalam hal ini yang dimaksud dengan “keseimbangan, keserasian, dan
keselarasan” adalah keprotokolan harus mencerminkan keseimbangan, keserasian,
dan keselarasan, antara individu dan masyarakat dengan kepentingan bangsa dan
negara.
4. Timbal Balik
Pada asas keempat ini yang dimaksud dengan “timbal balik” adalah
keprotokolan diberikan setimpal atau balas jasa terhadap keprotokolan dari negara
lain.
H. TUJUAN KEPROTOKOLAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Olli, Hellena. 2007. Opini Public. Jakarta: PT Indeks. Sunarjo, Djoenasih S. 1984.
Opini Publik . Yogyakarta: Liberty.
http://id.wikipedia.org/wiki/Opini_publik
http://kancahkreatif.blogspot.com/2011/10/opini-publik.html
http://sisil-masterpiece.blogspot.com/2010/09/opini-publik.html
http://komunikasidakwah.blogspot.co.id/2011/07/publik-relations-dan-opini-
publik.html
Junaedi, F. (2019). Etika Komunikasi di Era Siber : Teori dan Praktik.Depok: PT.
RajaGrafindo Persada.
http://keprotokolantrisakti.blogspot.com/2014/08/keprotokolan-berdasarkan-
undang-undang.html
https://nurazizaharham.blogspot.com/2016/08/asas-dan-tujuan-protokol_1.html
http://jetnawati.blogspot.com/2017/06/asas-keprotokolan.html