Anda di halaman 1dari 17

“PUBLIC OPINION DAN PARTISIPASI POLITIK”

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Opini Publik / Public Opinion
1. Pengertian Opini Publik
2. Faktor yang Mempengaruhi Opini Publik
3. Proses Pembentukan Opini Publik
4. Dampak yang akan ditimbulkan Opini Publik
B. Partisipasi Politik
1. Pengertian Partisipasi Politik menurut Para Ahli
2. Fungsi Partisipasi Politik
3. Bentuk-bentuk Partisipasi Politik
4. Faktor Pendukung partisipasi Politik
5. Faktor Penghambat Partisipasi Politik
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Politik sangat penting dalam sebuah Negara yang mana ini akan
menentukan perkembangan kemajuan sebuah Negara. Masyarakat perlu
memiliki kesadaran berpolitik agar bisa mengikuti kegiatan politik. Pemerintah
menjadi salah satu sasaran masyarakat terkait kinerja mereka dikarenakan
pemerintahlah yang mengatur aturan di sebuah Negara, masyarakat
menggunakan opini public untuk menyampaikan aspirasi. Opini public menjadi
salah satu alasan masyarakat untuk mengungkapkan gagasan mereka terhadap
pemerintah dimana mereka berharap pemerintah dapat intropeksi terhadap
kinerja mereka yang kurang di mata masyarakat. Partisiasi politik memiliki
kaitan dengan opini public dimana masyarakat mempunyai wadah untuk
menyampaikan aspirasi mereka yang akan mengubah keputusan pemerintah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang anda ketahui tentang opini public dan partisipasi politik ?
2. Apa fungsi dari opini public dan partisipasi politik ?
3. Seberapa penting sebuah opini public dan partisipasi politik dalam
pemerintahan ?
4. Bagaimana bentuk – bentuk dari partisipasi politik ?
5. Apa saja hambatan dalam partisipasi politik ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Memaparkan dan memahami apa yang dimaksud opini publik
2. Memaparkan dan memahami faktor – faktor pembentuk opini public
3. Memaparkan dan memahami Proses terjadinya opini public
4. Memaparkan dan memahami apa yang dimaksud partisipasi politik
5. Memaparkan dan memahami bentuk – bentuk partisipasi politik
6. Memaparkan dan memahami faktor penghambat partisipasi politik
BAB II
PEMBAHASAN

A. OPINI PUBLIK / PUBLIC OPINION


1. Pengertian Opini Publik
Berikut adalah beberapa definisi opini publik menurut beberapa ahli, antara
lain:
a. Dan Nimmo (2005;3) menyatakan bahwa opini publik adalah
penggabungan pikiran, perasaan, dan usul yang diungkapkan oleh warga
negara secara pribadi terhadap pilihan kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah yang bertanggung jawab atas ketertiban sosial dalam situasi
yang mengandung konflik, perbantahan, dan perselisihan pendapat
tentang apa yang akan dilakukan serta bagaimana melakukannya.
b. Emory S. Bogardus, dalam The Making of Public Opinion, mengatakan
bahwa opini publik adalah hasil pengintegrasian pendapat berdasarkan
diskusi dalam masyarakat demokratis (Olii, 2007: 20).
c. Herbert Blumer menyatakan opini publik merupakan sekumpulan
pandangan individu terhadap isu yang sama, berhubungan dengan arah
opini, pengukuran intensitas, stabilitas, dukungan informasi, dan
dukungan sosial (Cutlip, 2007: 239).
d. Leonard W. Doob (1948) dalam buku Opini Publik (Soemirat dan
Yehuda 2001), menyatakan bahwa opini publik menyangkut sikap orang-
orang mengenai suatu masalah, di mana mereka merupakan anggota dari
sebuah masyarakat yang sama. Doob juga menyebutkan yang
membentuk opini publik adalah sikap pribadi seseorang atau kelompok
yang berasal dari kelompoknya.
e. Ferdinand Tonnies (Sunarjo, 1997: 30) menyebutkan tiga tahap opini
publik dalam perkembangannya, yaitu die loftartige, die flüssige, dan die
feste. Pada tahap pertama, opini publik laksana uap yang tahap
perkembangannya masih terombang-ambing mencari bentuk nyata.
Tahap selanjutnya, opini publik mempunyai sifat-sifat seperti air yang

3
sudah mempunyai bentuk nyata, namun masih dapat dialirkan menurut
saluran yang dikehendaki. Tahap terakhir, opini publik sudah kuat dan
tidak mudah berubah.

Berdasarkan beberapa definisi opini publik menurut beberapa ahli, penulis


menyimpulkan bahwa opini publik adalah:
a. Perpaduan pemikiran, perasaan, dan saran yang diungkapkan warga
tentang pilihan kebijakan oleh komunikator politik.
b. Hasil interaksi individu melalui sebuah perdebatan.
c. Sekumpulan pandangan individu tentang topik/isu yang sama dengan
mengukur kekuatan, stabilitas, dukungan informasi, dan dukungan sosial.
d. Unit-unit sosial berkomunikasi dalam jumlah besar dan aktif sehingga
mereka menyadari semua masalah umum yang menjadi perhatian.

2. Faktor yang Mempengaruhi Opini Publik


a. Faktor Psikologis
Tidak ada kesamaan antara individu yang satu dengan lainnya, yang ada
hanya kemiripan yang memiliki banyak perbedaan. Perbedaan antar
individu yang meliputi hobi, kepentingan, pengalaman, selera, dan
kerangka berpikir menjadikan setiap individu berbeda bentuk dan cara
merespon stimulus atau rangsangan yang menghampirinya. Perbedaan
faktor psikologis menyebabkan pemaknaan terhadap kenyataan yang
sama bisa menghasilkan penyandian yang berbeda-beda. Bisa saja output
komunikasi tidak sama dengan input komunikasi karena perbedaan
beberapa unsur yang bekerja dalam seleksi internal yang meliputi
dimensi pemikiran (kognisi) dan dimensi emosi (afeksi).
Sebagian masalah mampu mengundang opini publik, sebagian lain tidak.
Setiap Masalah mempunyai bobot yang berbeda-beda. Masalah bisa
hilang begitu saja karena publik tidak tertarik pada isu tertentu. Masalah
bisa menyempit, bisa juga melebar karena ada kecenderungan “hiper-
realitas” dalam komunikasi. Hiper-realitas adalah kecenderungan

3
membesarkan sebagian fakta dan sekaligus menyembunyikan fakta yang
lain. Proses psikologis bisa menghasilkan pergeseran makna atas realitas
tertentu. Itulah sebabnya, dalam opini publik sering simbol verbal tidak
berhubungan sama sekali dengan kenyataan. Hal ini terjadi karena opini
publik semata-mata merupakan hasil penyandian individu-individu.
b. Faktor Sosiologi
Politik Opini publik terlibat dalam interaksi sosial seperti :
1) Opini publik menunjukkan citra superioritas.
Siapa yang menguasai opini publik, maka ia akan mengendalikan
orang lain. “Menguasai” bersifat dinamis dan relatif. Artinya, publik
akan cenderung berpihak pada kelompok atau individu yang paling
memiliki kedekatan hubungan
2) Opini publik menunjukkan keikutsertaan individu ke kejadian tertentu.
Melalui keikutsertaan ke dalam opini publik, individu merasa
terwakili keberadaannya. Melalui opini publik, individu juga merasa
sebagai bagian dari masyarakatnya.
3) Opini publik berhubungan dengan citra, rencana, dan operasi (action).
Kenneth R. Boulding (1969) menyatakan citra, rencana, dan operasi
merupakan matriks dari tahap-tahap kegiatan dalam situasi yang selalu
berubah. Matriks perilaku sangat tergantung pada citra. Opini publik
memberi inspirasi bagaimana individu dalam kelompok bertindak agar
terhindar dari pencitraan yang buruk.
4) Opini publik sesuai dengan kemauan banyak orang.
Opini publik cenderung sesuai dengan kemauan banyak orang. Karena
itu, banyak orang berlomba memanfaatkan opini publik sebagai
argumentasi atas berbagai keputusan.Dalam alam demokrasi,
kebenaran normatif dapat digeser oleh kebenaran menurut “banyak
orang”. Keputusan yang didasarkan pada dominasi opini publik belum
tentu selaras dengan norma dan etika sosial yang berlaku.
5) Opini publik identik dengan hegemoni ideologi. Jika kelompok atau
pemerintahan ingin tetap terus berkuasa, maka mereka harus mampu

3
menjadikan ideologi kekuasaan menjadi dominan melalui opini
publik.
c. Faktor Budaya
Budaya mempunyai pengertian yang beragam. Budaya adalah
seperangkat nilai yang digunakan mengelola, memelihara hidupnya,
menjaga dari gangguan internal maupun eksternal, dan mengembangkan
kehidupan manusia. Nilai-nilai yang terhimpun dalam sistem budaya itu
oleh individu dijadikan identitas sosialnya atau dijadikan ciri-ciri
keanggotaanya di komunitas budaya tertentu.
d. Faktor Media Massa
Menurut Meyer, yang dikutip Redi Panuju, interaksi antara media dan
institusi masyarakat menghasilkan produk berupa isi media (media
content). Audiens menyebabkan isi media diubah menjadi gugusan-
gugusan makna. Apakah yang dihasilkan dari proses penyandian pesan
itu, menurut Meyer, sangat ditentukan oleh norma yang berlaku dalam
masyarakatnya, pengalaman individu yang lalu,kepribadian individu, dan
selektivitas penafsiran.

3. Proses Pembentukan Opini Publik


a. Persepsi
Persepsi adalah suatu proses memberikan makna, yang sebenarnya
merupakan akar dari opini. Persepsi ditentukan oleh faktor-faktor seperti:
1) Latar belakang budaya
2) Pengalaman masa lalu
3) Nilai-nilai yang dianut
4) Berita-berita yang berkembang
b. Opini
Opini sendiri mempunyai kaitan yang erat dengan pendirian (attitude).
Abelson,dalam Kasali (1994) menyebutkan bahwa opini mempunyai
unsur sebagai molekul opini, yakni:
1) Belief (Kepercayaan tentang sesuatu)

3
2) Attitude (apa yang sebenarnya dirasakan seseorang)
3) Perception (persepsi)
c. Konsensus
Opini individu bisa berkembang menjadi luas, menjadi “milik suatu
segmen masyarakat”. Opini yang meluas itu disebut opini publik. Untuk
berkembang menjadi opini publik, opini-opini tersebu melewati sejumlah
dimensi,yakni; waktu, cakupan (luasnya publik), pengalaman masa lalu
khalayak, media massa dan tokoh.
d. Pendirian
Sebagai pembentuk opini, pendirian mempunyai tiga komponen
pembentuk yang dikenal sebagai A – B – C s of Attitude.
1) Affect atau perasaan (Emosi)
2) Behavior atau perilaku
3) Cognition atau pengertian (penalaran)
4. Dampak yang akan ditimbulkan Opini Publik
Opini Publik terjadi akibat persepsi-persepsi yang timbul dan kemudian
berkembang. Karena opini publik bukan organisasi dan tidak ada
pemimpinnya maka opini publik tidak bisa dikendalikan, pasti selalu ada
pro dan kontra. Perbedaan-perbedaan tersebutlah yang kemudian menjadi
dampak di masyarakat
Dampak opini publik bisa positif bisa negatif bagi masyarakat. Dampak
negatifnya adalah seperti tersebar luasnya desas-desus atau isu-isu atas
sesuatu hal dan tanpa adanya bukti-bukti yang nyata dari akibat opini publik
tersebut. Sebagai contohnya seperti para aktor politik yang mengeluarkan
salah satu opini harus berhati-hati sebelum mengeluarkan opini dan
menyebarkannya ke masyarakat luas, karena sebagian masyarakat bisa saja
menyimpulkan hal tersebut melalui pemikirannya sendiri dan menimbulkan
dampak negatif terhadap aktor politik tersebut.
Sedangkan dampak positifnya seperti misalnya menyebarluaskan berita
baik seseorang akibat opini publik yang dapat meningkatkan prestasi orang
yang diberitakan tersebut. Sebagian dari dampak opini publik yang banyak

3
adalah terbentuknya mitos, ideologi dan utopia. Opini masyarakat
kebanyakan yang lama-lama seakan telah menempel pada kehidupan
masyarakat dan bertahan lama hingga sekarang.

3
4

B. PARTISIPASI POLITIK
1. Pengertian Partisipasi Politik menurut Para Ahli
a. Michael Rush Phillip Althoff, partisipasi politik adalah keterlibatan
individu sampai macam-macam tingkatan di dalam sistem politik.
b. Kevin R. Hardwick, partisipasi politik memberi perhatian cara-cara
warga negara berupaya menyampaikan kepentingan-kepentingan mereka
terhadap pejabat-pejabat publik agar mampu mewujudkan kepentingan-
kepentingan tersebut.
c. Herbert McClosky, partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela
dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam
proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak
langsung,dalam proses pembentukan kebijakan umum
d. Ramlan Surbakti, partisipasi politik adalah keikutsertaan warga negara
biasa dalam menentukan segala keputusan menyangkut atau
memengaruhi hidupnya. Sesuai dengan istilah partisipasi (politik) berarti
keikutsertaan warga negara biasa (yang tidak mempunyai kewenangan)
dalam memengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan
politik.
e. Wahyudi Kumorotomo mengatakan, partisipasi adalah berbagai corak
tindakan massa maupun individu yang memperlihatkan adanya hubungan
timbal balik antara pemerintah dan warganya. Partisipasi politik adalah
bagian penting dalam kehidupan politik semua negara, terutama bagi
negara yang menyebut dirinya sebagai negara demokrasi, partisipasi
politik merupakan salah satu indikator utama. Artinya, suatu negara baru
bisa disebut sebagai negara demokrasi jika pemerintah yang berkuasa
memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada warga negara untuk
berpartisipasi dalam kegiatan politik, sebaliknya warga negara yang
bersangkutan juga harus memperlihatkan tingkat partisipasi politik yang
cukup tinggi. Jika tidak, maka kadar kedemokratisan negara tersebut
masih diragukan.
5

2. Fungsi Partisipasi Politik


Arbi Sanit (Sastroatmodjo, 1995) memandang ada tiga fungsi
partisipasi politik, yaitu:
a. Memberikan dukungan kepada penguasa dan pemerintah yang bentuknya
serta sistem politik yang dibentuknya.
b. Sebagai usaha untuk menunjukkan kelemahan dan kekurangan
pemerintahan.
c. Sebagai tantangan terhadap penguasa dengan maksud menjatuhkan
sehingga kemudian diharapkan terjadi perubahan struktural dalam
pemerintahan dan dalam sistem politik, misalnya melalui pemogokan,
hura-hura dan kudeta.
Partisipasi politik juga mempunyai fungsi bagi kepentingan
pemerintahan. Untuk kepentingan pemerintahan, partisipasi politik
mempunyai fungsi sebagai berikut
a. Untuk mendorong program-program pemerintah. Hal ini berarti bahwa
peran serta masyarakat diwujudkan untuk mendukung program politik
dan program pemerintah.
b. Sebagai institusi yang menyuarakan kepentingan masyarakat untuk
masukan bagi pemerintah dalam mengarahkan dan meningkatkan
pembangunan.
c. Sebagai sarana untuk memberikan masukan, saran dan kritik terhadap
pemerintah dalam perencanaan dan pelaksanaan program-program
pembangunan.
6

3. Bentuk-bentuk Partisipasi Politik


Bentuk partisipasi politik dilihat dari segi kegiatan dibagi menjadi dua,
yaitu:
a. Partisipasi aktif
Bentuk partisipasi ini berorientasi kepada segi masukan dan keluaran
suatu sistem politik. Misalnya, kegiatan warga negara mengajukan usul
mengenai suatu kebijakan umum, mengajukan alternatif kebijakan umum
yang berbeda dengan kebijakan pemerintah, mengajukan kritik dan saran
perbaikan untuk meluruskan kebijaksanaan, membayar pajak, dan ikut
serta dalam kegiatan pemilihan pimpinan pemerintahan.
b. Partisipasi pasif
Bentuk partisipasi ini berorientasi pada segi keluaran suatu sistem politik.
Misalnya, kegiatan mentaati peraturan/pemerintah, menerima, dan
melaksanakan begitu saja setiap keputusan pemerintah.

Samuel P. Huntington dan Joan Nelson membagi bentuk-bentuk


partisipasi politik menjadi:
a. Kegiatan Pemilihan, yaitu kegiatan pemberian suara dalam pemilihan
umum, mencari dana partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan bagi
calon legislatif atau eksekutif, atau tindakan lain yang berusaha
mempengaruhi hasil pemilu;
b. Lobby, yaitu upaya perorangan atau kelompok menghubungi pimpinan
politik dengan maksud mempengaruhi keputusan mereka tentang suatu
isu;
c. Kegiatan Organisasi, yaitu partisipasi individu ke dalam organisasi, baik
selaku anggota maupun pemimpinnya, guna mempengaruhi pengambilan
keputusan oleh pemerintah;
d. Contacting, yaitu upaya individu atau kelompok dalam membangun
jaringan dengan pejabat-pejabat pemerintah guna mempengaruhi
keputusan mereka, dan
7

e. Tindakan Kekerasan (violence), yaitu tindakan individu atau kelompok


guna mempengaruhi keputusan pemerintah dengan cara menciptakan
kerugian fisik manusia atau harta benda, termasuk di sini adalah huru-
hara,teror, kudeta, pembutuhan politik (assassination), revolusi dan
pemberontakan.

Bila dilihat dari jumlah pelaku, partisipasi politik dapat dibedakan


menjadi berikut:
a. Partisipasi individual, yaitu partisipasi yang dilakukan oleh orang
perorang secara individual, misalnya menulis surat yang berisi tuntutan
atau keluhan kepada pemerintah.
b. Partisipasi kolektif, yakni kegiatan politik yang dilakukan oleh sejumlah
warga negara secara serentak yang dimaksudkan untuk mempengaruhi
penguasa.Partisipasi kolektif ini dibagi lagi menjadi dua, yaitu
konvensional dan non-konvensional.

Tur Wahyudin (2008), membagi bentuk partisipasi politik berdasarkan


tipe masyarakatnya seperti berikut ini:
a. Masyarakat Primitif, dalam masyarakat primitif, kehidupan politik
cenderung berat terintegrasi dengan kegiatan masyarakat pada umumnya.
Oleh sebab itu, partisipasi politik pada masyarakat ini cenderung tinggi
dan mungkin sulit untuk membedakannya dari kegiatan yang lain. b.
b. Masyarakat Berkembang, dalam masyarakat berkembang, karena adanya
kombinasi dari institusi dan pengaruh modern dan tradisional, partisipasi
umumnya dibatasi oleh faktor-faktor seperti tingkatan melek huruf dan
masalah umum. Oleh karenanya, partisipasi dalam masyarakat ini dalam
beberapa bentuk cenderung sangat tinggi, dan yang lainnya cenderung
sangat rendah.
c. Masyarakat Totaliter, salah satu karakteristik paling penting dari
masyarakat totaliter adalah bahwa mereka berusaha mengontrol
partisipasi dalam proses politik pada semua tingkatan.
8

4. Faktor Pendukung partisipasi Politik


a. Pendidikan politik
Menurut Ramdlon Naning, pendidikan politik adalah usaha untuk
memasyarakatkan politik, dalam arti mencerdaskan kehidupan politik
rakyat,meningkatkan kesadaran setiap warga negara dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara; serta meningkatkan kepekaan dan kesadaran
rakyat terhadap hak,kewajiban, dan tanggung jawabnya terhadap bangsa
dan negara.
b. Kesadaran politik
Menurut Drs.M. Taopan,Kesadaran politik adalah suatu proses batin
yang menampakkan keinsafan dari setiap warga negara akan urgensi
kenegaraan dalam kehidupan masyarakat dan bernegara, kesadaran
politik atau keinsafan hidup bernegara menjadi penting dalam kehidupan
kenegaraan, mengingat tugas-tugas negara bersifat menyeluruh dan
kompleks sehingga tanpa dukungan positif dari seluruh warga
masyarakat, tugas-tugas negara banyak yang terbengkalai.
c. Sosialisasi politik
Sosialisasi politik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
proses dengan jalan mana orang belajar tentang politik dan
mengembangkanorientasi pada politik. Adapun alat yang dapat dijadikan
sebagai perantara/sarana dalam sosialisasi politik. antara lain; keluarga,
sekolah dan partai politik

5. Faktor Penghambat Partisipasi Politik


Ada banyak orang yang tidak berpartisipasi dalam politik, hal ini
disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
a. Apatis (masa bodoh) dapat diartikan sebagai tidak punya minat atau tidak
punya perhatian terhadap orang lain, situasi, atau gejala-gejala.
b. Sinisme menurut Agger diartikan sebagai “kecurigaan yang busuk dari
manusia”, dalam hal ini dia melihat bahwa politik adalah urusan yang
9

kotor, tidak dapat dipercaya, dan menganggap partisipasi politik dalam


bentuk apa pun sia-sia dan tidak ada hasilnya.
c. Alienasi menurut Lane sebagai perasaan keterasingan seseorang dari
politik dan pemerintahan masyarakat dan kecenderungan berpikir
mengenai pemerintahan dan politik bangsa yang dilakukan oleh orang
lain untuk orang lain tidak adil.
d. Anomie, yang oleh Lane diungkapkan sebagai suatu perasaan kehidupan
nilai dan ketiadaan awal dengan kondisi seorang individu mengalami
perasaan ketidakefektifan dan bahwa para penguasa bersikap tidak peduli
yang mengakibatkan devaluasi dari tujuan-tujuan dan hilangnya urgensi
untuk bertindak.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Opini public terbentuk oleh persepsi-persepsi dari setiap orang yang
timbul dan kemudian berkembang menjadi sebuah opini public. Setiap orang
tidak mungkin memiliki pemikiran yang benar – benar sama sehingga opini
setiap orang akan menjadi sebuah perbedaan dan berkembang luas hingga
dapat memunculkan sebuah gagasan terkait untuk pengembangan. Pro kontra
terhadap sebuah opini akan menjadi pertimbangan dalam opini public yang
mana akan disaring untuk diungkapkan di hadapan public.
Opini public dan partisipasi politik saling berkaitan satu sama lain, dimana
partisipasi politik ini memiliki fungsi untuk mengembangkan program
pemerintahan serta memberikan kritik saran atas kinerja pemerintahan selama
ini. Opini public berguna untuk mengungkapkan gagasan untuk memberikan
saran kritik terhadap pemerintahan agar pemerintahan ini bisa intropeksi jika
kinerja mereka kurang.
Partisipasi politik ini dapat berupa mengikuti sebuah organisasi, maupun
membangun koneksi dengan para pejabat untuk mempengaruhi pengambilan
keputusan mereka. Untuk mendukuung partisipasi politik ini masyarakatperlu
mengerti terlebih dahulu tentang politik, setiap individu perlu memiliki
kesadaran terhadap politik yang dimana akan membantu setiap individu dalam
mengikuti kegiatan politik. Individu yang apatis akan sangat menghambat
dalam partisipasi politik yang mana hal ini akan menutup mata individu untuk
mengembangkan politik serta tidak ikut campur dalam proses politik, contoh
dari sikap apatis ini berupa tidak memiliki kepedulian terhadap orang lain

B. SARAN
Opini public menjadi dasar acuan bagi pemilihan keputusan sehingga
setiap individu diharapkan untuk mengungkapkan opini – opini terbaik mereka
agar menjadi pertimbangan dalam mempertimbangan opini yang akan

10
11

disampaikan. Setiap individu juga diharapkan ikut andil dalam partisipasi


politik walaupun hanya dengan mengikuti sebuah organisasi ataupun menaati
aturan pemerintah agar setiap individu dapat memiliki kesadaran politik untuk
membantu perkembangan pemerintah.
12

DAFTAR PUSTAKA

Gun Gun Heryanto. 2018. MEDIA KOMUNIKASI POLITIK Relasi Kuasa


Media di Panggung Politik. Yogyakarta: IRCiSoD

Cecep Suryana. 2018. KOMUNIKASI POLITIK Teori dan Praktik. Bandung:


CV. Mimbar Pustaka

Umaimah Wahid. 2016. KOMUNIKASI POLITIK TEORI, KONSEP DAN


APLIKASI PADA ERA MEDIA. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Anda mungkin juga menyukai