Anda di halaman 1dari 16

4,5

MODUL OPINI PUBLIK Feni Fasta, SE, M.Si

Pokok Bahasan: Opini publik Tujuan Instruksi Umum Modul ini bertujuan memberikan pemahaman mengenai publik, opini dan opini publik, karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya opni publik. Tujuan Instruksi Khusus Setelah mempelajari modul ini, diharapkan dapat dipahami dengan baik mengenai: 1. Pengertian massa, crowed, mob, audience dan publik 2. Pengertian opini 3. Pengertian opini publik 4. Karakteristik opini publik 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya opini publik.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Feni Fasta, SE,M.Si.

OPINI PUBLIK

OPINI PUBLIK I. MASSA Menurut Herbert Blumer massa mempunyai ciri-ciri yang khas sebagai berikut a) Massa terdiri dari orang-orang yang berasal dari segala lapangan kehidupan dan tingkatan dalam masyarakat ; karena sifatnya heterogin b) Mereka tidak saling kenal mengenal satu sama lain (anonim)

c) Anggota massa tidak terdapat interaksi dan pertukaran pengalaman, karena itu
mereka terpisah satu sama lain, hingga mempunyai sedikit kesempatan untuk milling seperti yang ada pada Crowd. Milling atau perputaran dimana para individu berputar dan berkeliling tidak menentu dan tanpa tujuan yang nyata. d) Massa sangat longgar dalam ikatan organisasi atau bahkan tidak mempunyai organisasi secara jelas sehingga akibatnya tidak mampu bertindak secara teratur dan terarah seperti yang terdapat dalam crowd. II. CROWD Menurut Soerjono Soekamto SH.MA ukuran utama adanya crowd (kerumunan) adalah kehadiran orang-orang secara fisik. Crowd tersebut akan segera hilang atau lenyap apabila orang-orang telah bubar, dan karena itu crowd merupakan kelompok sosial yang bersifat sementara. Dengan demikian jelas bahwa Crowd tidak terorganisir. Herbert Blumer: membedakan crowd dalam 4 (empat) macam :

1)

The Casual Crowd, kerumunan yang terjadi secara kebetulan. Contoh orang berkerumun melihat etalase sebuah toko.

2) The Conventionalized Crowd, terbentuk sesuai dengan kebiasaan, terbentuknya berdasarkan aktivitas yang diarahkan kepada peraturan-peraturan tradisional. Kerumunan lebih banyak berpengaruh kepada kebudayaan, 3) An Acting Crowd. Kerumunan yang aktif, dapat disamakan dengan kerumunan yang agresif, bertujuan tidak atas satu tujuan tertentu. Keinginan golongan. 4) An Expressive Crowd, crowd terjadi karena curahan hati, tujuan ekspresif dari kepentingan pribadi. Tidak mempunyai tujuan yang jelas. individu yang ditandai oleh tuntutan baik berdasarkan kepentingan pribadi maupun

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Feni Fasta, SE,M.Si.

OPINI PUBLIK

III. MOB Menurut J.B.A.F. Mayor Polak, Mob sering diterjemahkan dengan kerumunan aktif atau Crowd yang aktif Tindakan-tindakan yang mengarah kepada kekacauan oleh mob disebut riots Seperti pada crowd maka terjadinya mob juga secara spontan, tanpa ada tata cara atau tradisi yang mengaturnya Tingkah laku kolektif mob tidak mempunyai dasar yang lazim atau menurut kebiasaan emosional dan impulsif. Adapun persamaannya ialah : a) Keduanya merupakan sekumpulan orang banyak b) Terjadinya karena suatu peristiwa, c) Tidak adan diskusi dan refleksi, d) Dimotivasikan oleh emosi dan impuls, perangsang, e) Pesertanya terpadu sebagai suatu kesatuan yang dikuasai oleh emosi kolektif f) Setiap kepribadian individual menurun sedemikian rupa sehingga akhirnya kepribadian tersebut lenyap. Membedakan antara crowd dan mob yaitu mob dalah crowd yang sudah berada dalam kondisi agresif. Mob senantiasa berhubungan dengan tindakan-tindakan kekerasan, pengrusakan atau kerusuhan IV. AUDIENCE Mengenai audience banyak sarjana yang menyamakan dengan publik Seorang sarjana La Pierre & Fansworth membedakan dan membandingkan audience dengan publik. Publik menunjukkan sejumlah orang yang berada dalam situasi kontak jauh atau interaksi terjadi secara tidak langsung yang biasanya melalui media massa. Hal ini sama dengan pendapat Soerjono Soekamto SH. MA Sedangkan audience berada dalam situasi kontak langsung. Perbedaan kontak langsung dan tidak langsung tersebut terutama dalam peninjauan ilmu komunikasi membawa perbedaan dalam cirri-ciri maupun dalam komunikasi antara komunikator dan komunikan. tertentu akan tetapi hanya suatu reaksi yang bersifat

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Feni Fasta, SE,M.Si.

OPINI PUBLIK

V. PUBLIK Menurut Karl Mannheim, publik ialah kesatuan banyak yang bukan

berdasarkan interaksi perseorangan, tetapi atas dasar reaksi terhadap stimuli yang sama. Reaksi ini muncul tanpa keharusan berdekatannya anggota publik itu secara fisik antara satu sama lain. Ada beberapa keistimewaan dari publik yaitu : 1) punya tujuan tertentu atau maksud tertentu,

2) integrasi mereka menyerupai sejenis organisasi primer di mana terdapat


keteraturan waktu dan tingkah laku. Mereka menduduki dan meninggalkan tempat duduk pada waktu tertentu, 3) anggota publik memainkan peran tertentu seperti sebagai penonton / pendengar atau pembaca. Bagi Herbert Blumer , publik adalah sekelompok orang yang tertarik pada suatu isu dan terbagi-bagi pikirannnya dalam menghadapi isu tersebut dan berusaha untuk mengatasinya. Kingsley Davis menggaris bawahi bahwa publik itu kelompok yang tidak

merupakan kesatuan , interaksi terjadi tidak langsung melalui alat-alat komunikasi, tingkah laku public didasarkan pada tingkah laku individu Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan pengertian publik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : Suatu kelompok yang tidak merupakan kesatuan (kelompok tidak teratur) Interaksi terjadi secara tidak langsung biasanya melalui media massa Perilaku publik didasarkan kepada perilaku individu, Tidak saling kenal satu sama lain (anonim) dan terdiri dari berbagai lapisan masyarakat (heterogin) Mempunyai minat yang sama terhadap suatu masalah, minat bersama belum tentu opininya sama terhadap suatu masalah, Berusaha untuk mengatasi masalah tersebut Adanya diskusi sosial karena publik ada kecenderungan untuk berpikir secara rasional

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Feni Fasta, SE,M.Si.

OPINI PUBLIK

VI. OPINI. Jika diartikan secara ringkas, opini berarti pendapat. Dalam ilmu psikologi, opini adalah ekspresi sikap. Dengan demikian opini itu sebuah aktualisasi. Jadi sikap masih berada dalam diri dan belum dimunculkan, sedangkan opini sudah lebih dari itu, dimunculkan dan jika dibuktikan akan bisa diindera oleh manusia (ekspresi). Seseorang yang sedang mengeluarkan sebuah opini bisa dilihat dari komunikasi verbal dan nonverbalnya. Lain dengan sikap. Diam adalah sikap. Tetapi diam tidak bisa diindera secara utuh dan masih dalam diri seseorang. Cutlip dan Center pernah mengatakan bahwa opini adalah kecenderungan untuk memberikan respons terhadap suatu masalah atau situasi tertentu (Sastropoetro, 1987). Respons di sini berarti sesuatu yang sudah dikeluarkan pada diri seseorang. Disamping itu opini hanya bisa diwujudkan kalau ada suatu masalah yang merangsang seseorang untuk menanggapinya. Masalah tersebut bisa juga berarti situasi yang melekat atau menimpa dirinya. Misalnya, situasi tertekan, situasi tertekan, situasi marah dan tenang akan berbeda dalam aktualisasi opininya.

VII. OPINI PUBLIK

1. ADINEGORO, menyebutkan opini publik

sebagai ratu dunia. Hal tersebut

memang benar akan tetapi hanya nama dan benar pula ditinjau dalam dukungan (social support). Meskipun demikian jangan diartikan kita dapat menggerakan opini publik, karena opini publik tidak ada organisasinya, tidak ada pimpinannya.

2. LEONARD W.DOOB. Yang dimaksud opini publik adalah sikap orang-orang


mengenai sesuatu soal, di mana mereka merupakan anggota dari sebuah masyarakat yang sama.

Opini publik dibentuk oleh publik yang selektif, karena itu untuk setiap masalah selalu ada publiknya sendiri-sendiri.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Feni Fasta, SE,M.Si.

OPINI PUBLIK

Dalam hubungan ini Leonard W.Doob mengemukakan batas-batas kemampuan opini publik antara lain : 1. Perhatian orang terhadap sesuatu masalah itu sangat tergantung pada pengetahuan dan pendidikannya masing-masing, 2. Kebijaksanaan tergantung juga dari penilaian serta seleksi publik terhadap fakta dan nilainya sendiri 3. Pada kenyataannya bahwa setiap persoalan (masalah) mempunyai banyak segi sehingga untuk hal-hal yang kompoten yang menimpa masyarakat luas, opini (yang kompoten) itu terdiiri dari banyak publik.

4. Tidak adanya standard ataupun ukuran dalam penyelesaian sesuatu masalah


lebih-lebih masalah sosial di mana setiap masalah mempunyai ciri khas sendirisendiri. Hal ini tergantung pada mental, pengalaman, perasaan, kebudayaan dan idea yang telah tersebar dalam masyarakat.

WILLIAM ALBIG. Opini publik itu dinyatakan kepada sesuatu hal yang kontraversial atau sedikit-dikitnya terdapat pandangan yang berlainan mengenai masalah tersebut. Mengenai sesuatu hal atau sesuatu masalah yang nyata dan jelas tidak dapat menjadi subyek opini publik.

VIII. KARAKTERISTIK OPINI PUBLIK. Diantara peserta komunikasi akan terjadi pergeseran pandangan. Setiap kali jaringan komunikasi berubah pandangan opini publikpun berubah, dan itu menurut Redi Panuju (2002) yang berubah dalam opini publik adalah dinamika komunikasinya: Sedangkan kenyataannya substansi opini publik cenderung tetap, karena ketika proses pembentukan opinI publik berlangsung, fakta empiriknya telah terjadi. Berapa lama opini publik bertahan tergantung pada bagaimana publik yang terlibat didalamnya menganggap sebagai persoalan penting. Dalam pelaksanaan opini publik akan terjadi pergeseran-pergeseran yang disebabkan oleh beberapa faktor komunikasi berikut: sebagai

Pertama, faktor psikologis.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Feni Fasta, SE,M.Si.

OPINI PUBLIK

Sebenarnya tidak ada individu-individu yang sama. Kalau ada yang sama , karena hanya kemiripan saja, tetapi banyak perbedaan-perbedaan. Perbedaan-perbedaan atas individu bisa meliputi, preferensi nilai, hobi, kepentingan, pengalaman, selera, kerangka berpikir dan sebagainya. Sehingga setiap individu berbeda dalam bentuk dan cara responsnya terhadap stimulus yang menghampirinya. Perbedaan-perbedaan yang berakar dari faktor psikologis inilah menyebabkan pemaknaan terhadap realistik faktual yang sama bisa menghasilkan penyandian yang berbeda-beda. Dalam proses komunikasi fakta ditransformasikan menjadi simbol-simbol verbal, melalui konversi yang disebut selektivitas internal, kemudian jadilah realitas opini publik. Seleksi internal menghasilkan sistem pemaknaan, yang pada gilirannya menghasilkan output yang tidak sama dengan inputnya. Unsur-unsur yang bekerja dalam seleksi internal itu bisa meliputi dimensi pemikiran (kognitif), bisa juga dimensi emosi (afeksi). Karena itulah, ketika realitas faktual atau empirik itu telah ditransformasikan dalam opini publik bisa mempnyai bobot yang berbeda, ( bisa lebih dalam insentitasnya karena adanya sugesti, bisa juga mencair karena hancurnya kredibilitas publik terhadap issu, bisa juga menyempit, bisa juga melebar karena adanya kecenderungan gejala hiperrealitas dalam komunikasi. Hiper-realitas adalah kecenderungan membesarkan sebagian fakta dan seiring dengan itu berusaha menyembunyikan fakta yang lain) Bahkan , hasil dari proses konversi psikologi ini bisa menghasilkan pergeseran makna. Itulah sebabnya, dalam opini publik seringkali symbol verbal tidak berhubungan sama sekali dengan realitas faktualnya, sebab realitas opini publik itu merupakan hasil penyandian individu-individu. Jika unsur kognitif-psikologis menghasilkan pemaknaan yang bermakna tertentu (meaning), maka unsur afektif menghasilkan makna yang sulit dirumuskan secara tepat, tetapi sangat bisa dirasakan keberadaannya. Kita sebut nuansa ( Condition of the heart) Contoh nuansa itu antara lain, suka atau tidak suka, senang atau benci percaya atau curiga dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari, unsure perasaan (aketif) ini justru sering sangat dominan dalam membentuk opini publik. Masyarakat yang tradisi rasionalistiknya masih lemah acapkali percaya pada nuansa sebagai sesuatu yang hakiki (realitas faktual) ketimbang realistik empirik yang direkontruksi berdasarkan elemen-elemen verifikasi (pembuktian melalui pengamatan, investigasi, maupun penelitian riset) semata-mata

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Feni Fasta, SE,M.Si.

OPINI PUBLIK

Kedua, Faktor Sosiologis Politik. Mengapa opini publik dianggap bernilai oleh seseorang yang terlibat dalam interaksi sosial ? Karena : 1. opini publik mewakili citra superioritas, sehingga ada keyakinan

bahwa barangsiapa yang menguasai opini publik, maka ia akan bisa mengendalikan orang lain, 2. keterlibatan 3. Opini publik mewakili realitas faktual, sehingga individu merasa dalam opini publik dirinya ingin menunjukkan bagian atau Opini publik berhubungan dengan citra, rencana dan operasi harus merespons sebagai cara menunjukkan eksistensi diri, Melalui proses anggota dari komunitas tertentu., (actions). Kenneth R.Boulding (1969) mengutarakan bahwa citra, rencana, dan operasi merupakan matriks dari tahap-tahap kegiatan dalam situasi yang selalu berubah Di dalam situasi itu orang memulai, mengembangkan dan menyusun perilaku dengan cara bermakna sesuatu bagi dirinya Dalam matriks itu, perilaku sangat tergantung pada citra. Dengan kata lain, opini publik sebenarnya memberi inspirasi bagaimana individu dalam kelompok bertindak agar tidak terhindar dari pencitraan yang buruk (stigmatisasi), 4. Opini publik merefleksikan apa yang menjadi kemauan banyak orang. Karena orang berlomba-lomba memanfaatkan opini publik sebagai argumentasi atas alasan memutuskan sesuatu, 5. Opini publik identik dengan hegemoni ideologi Apabila suatu kelompok atau pemerintahan ingin tetap terus berkuasa, maka ia harus mampu menjadikan ideologi kekuasaannya menjadi dominan dalam opini publik.

Ketiga, faktor Budaya. Pengertian budaya beragam. Umumnya, budaya diartikan sebagai seperangkat nilai yang dipergunakan untuk mengelola kehidupan manusia untuk memlihara hidupnya, menjaga dari gangguan internal mapun eksternal, dan mengembangkannya. Hasil

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Feni Fasta, SE,M.Si.

OPINI PUBLIK

kreativitas pengembangan kehidupan sehingga menjadi mode biasanya di sebut peradaban Nilai-nilai yang terhimpun dalam system budaya itu, oleh individu menjadi identitas sosialnya, menjadi ciri-ciri yang merupakan sudah dibekali bagian dari anggota

komunitas budaya tertentu. Walau bangsa Indonesia berbagai suku, dengan budaya juga berbeda, masyarakatnya terbuka. Kata kunci dari konflik dengan nilai-nilai toleransi, sehingga perbedaan hanya terakumulasi dalam opini publik, tetapi tidak meledak dalam konflik berlatar belakang budaya ini adalah toleransi dan akomodasi. Lebih banyak ada sifat-sifat saling pengertian dari dua budaya.

Keempat, Faktor Media Massa. Interaksi antar media dengan lembaga-lembaga masyarakat, menurut Meyer (1988) menghasilkan produk isi media (media content). Isi media berupa pesan-pesan dari masyarakat, oleh Meyer dikatakan ditentukan oleh norma-norma yang berlaku di masyarakat, pengalamannya masa lalu, kepribadian dan selektivitas dalam penafsiran. Sejak tahun 1980, muncul riset-riset baru. Yang diteliti bukan lagi pengaruh media pada masyarakat, melainkan apa yang di buat masyarakat pada media. Asumsinya, masyarakat aktif mengubah makna dan dampak yang mereka terima lewat media (the active audience). Banyak para ahli komunikasi, merasakan kepercayaan masyarakat kepada media massa cenderung lenyap, kadang ada protes mereka terhadap isi media yang mengganggu perasaan audience. Pakar lain mengemukakan bukan saja kehilangan kepercayaan, tetapi frekwensi komunikasi memberikan informasi yang berlebihan, sehingga timbul kejenuhan terhadap media. Apalagi ke hal-hal yang bersifat entertainment dan kepuasan Apabila media massa dikaitkan dengan opini publik, isi opini publik menjadi tidak signifikan dengan isi media massa. Everett M. Rogers, memaparkan Revolusi Iran 1978, dimana revolusi Iran tidak digerakkan oleh media massa tetapi digerakkan oleh inter-personal channels dan small media seperti kaset, foto copian yang disebarluaskan dari satu orang kepada orang lain. Keberhasilan media kecil membantu Ayatollah Khomeini menggulingkan kekaisaran Pahlevi. media yang memberikan informasi yang sama Ada upaya media, isi pesannya banyak mengarah

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Feni Fasta, SE,M.Si.

OPINI PUBLIK

Ditinjau dari perspektif lain, opini Publik memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. dibuat berdasarkan fakta, bukan kata-kata 2. dapat merupakan reaksi terhadap masalah tertentu, dan reaksi itu diungkapkan 3. masalah tersebut disepakati untuk dipecahkan 4. dapat dikombinasikan dengan kepentingan pribadi 5. yang menjadi opini publik hanya pendapat dari mayoritas anggota masyarakat 6. opini publik membuka kemungkinan adanya tanggapan 7. partisipasi anggota masyarakat sebatas kepentingan mereka, terutama yang terancam. 8. memungkinkan adanya kontra-opini. PROSES PEMBENTUKAN OPINI PUBLIK Proses terbentuknya opini publik melalui beberapa tahapan yang menurut Cutlip dan Center ada empat tahap, yaitu : 1. Ada masalah yang perlu dipecahkan sehingga orang mencari alternatif pemecahan. 2. Munculnya beberapa alternatif memungkinkan terjadinya diskusi untuk memilih alternatif 3. Dalam diskusi diambil keputusan yang melahirkan kesadaran kelompok. 4. Untuk melaksanakan keputusan, disusunlah program yang memerlukan dukungan yang lebih luas. Menurut Santoso Sastropoetro (1990) yang mengutip George Carslake Thompson, kalau publik menghadapi isu maka timbul perbedaan opini karena: 1. perbedaan pandangan terhadap fakta. 2. perbedaan perkiraan tentang cara-cara terbaik untuk mencapai tujuan. 3. perbedaan motif yang serupa guna mencapai tujuan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Feni Fasta, SE,M.Si.

OPINI PUBLIK

10

Dalam hubungannya dengan penilaian terhadap suatu diperhitungkan empat pokok, yaitu:

opini publik, perlu

a. Difusi, yaitu apakah opini yang timbul merupakan suara terbanyak, akibat adanya kepentingan golongan. b. Persistense, yaitu kepastian atau ketetapan tentang masa berlangsungnya isu karena di samping itu opini pun perlu diperhitungkan. c. Intensitas, yaitu ketajaman terhadap isu, d. Reasonableness atau pertimbangan-pertimbangan yang tepat dan beralasan. Herbert Blumer mengemukakan ciri-ciri publik: a. dihadapkan pada suatu isu b. terlibat dalam diskusi mengenai isu c. memiliki perbedaan opini tentang cara mengatasi isu. Kelompok-kelompok individu secara kebetulan bertemu mendiskusikan isu, sehingga terpenuhi ciri-ciri bahwa: a. kehadiran kelompok bukan direncanakan, tetapi merupakan respons yang alamiah terhadap suatu isu. b. Kelompok tersebut bukan merupakan suatu kelompok yang didirikan secara resmi. c. Bertemu individu-individu dalam kelompok terbentuk karena spontanitas. Diskusi terjadi, dengan masing-masing berfikir dalam konteks kerangka pengetahuan (frame of reference) dan kerangka pengalaman (frame of reference). Masing-masing memiliki opini, simpang siur yang kemudian lambat laun arahnya semakin jelas sehingga menuju pada satu pikiran bulat. Dengan demikian, terdapat tiga tahap pembicaraan, yakni: Tahap I: tahap masukan yang masih sembrawut. Ada sementara ilmuwan barat yang menyebutkan sebagai stage of brainstorming sedangkan Ferdinand Tonnies menyebutnya sebagai luftartigen position atau sebagai angin.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Feni Fasta, SE,M.Si.

OPINI PUBLIK

11

Tahap II: tahap pembicaraan mulai terarah, mulai membentuk pikiran yang jelas dan menyatu. Pada tahap ini sebagian ilmuwan menyebutnya sebagai the stage of consolidation. Ferdinand Tonnies menyebutnya dengan fleissigen position. Tahap III: tahap ini para ilmuwan menyebutnya sebagai the solid stage atau menurut Ferdinand Tonnies, festigen position. Setelah berada di tahap tiga, hasil diskusi tidak dipertentangkan lagi terutama kelompok yang hadir dalam diskusi, kemudian mereka bubar dan membicarakan masalah lain. Itulah yang disebut sebagai Opini Publik. Menurut Emory S. Bogardus, opini yang timbul sebagai akibat interaksi itu adalah opini public. Seorang sosiolog dan ahli komunikasi Jerman, Ferdinand Tonnies, juga mengemukakan tiga tahap pembentukan opini publik berikut ini :

1. Luftartigen Position, yaitu posisi bagaikan angin yang merupakan tahap


masukan yang masih semrawut

2. Fleissigen Position, yaitu tahap pembicaraan yang mulai terarah untuk


membentuk pikiran yang jelas dan menyatu. Pada tahap ini isu bisa disetujui bisa juga tidak.

3. Festigen Position, yaitu tahap yang dapat menyatukan pendapat anggota


kelompok dari tahap-tahap sebelumnya. Opini publik sudah terbentuk jika pendapat yang semula dipertentangkan sudah tidak lagi dipersoalkan. Dalam hal ini tidak berarti bahwa opini publik merupakan hasil kesepakatan mutlak atau suara mayoritas setuju, karena kepada para anggota diskusi memang sama sekali tidak dimintakan pernyataan setuju. opini publik terbentuk jika dalam diskusi tidak ada lagi yang menentang pendapat akhir karena sudah berhasil diyakinkan atau mungkin karena argumentasi untuk menolak sudah habis. Opini publik sudah terbentuk jika pendapat yang semula dipertentangkan sudah tidak lagi dipersoalkan. Dalam hal ini tidak berarti bahwa opini publik merupakan hasil kesepakatan mutlak atau suara mayoritas setuju, karena kepada para anggota diskusi memang sama sekali tidak dimintakan pernyataan setuju. opini publik terbentuk jika dalam diskusi tidak ada lagi yang menentang pendapat akhir karena sudah berhasil diyakinkan atau mungkin karena argumentasi untuk menolak sudah habis.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Feni Fasta, SE,M.Si.

OPINI PUBLIK

12

Erikson, Lutberg dan Tedin mengemukakan adanya empat tahap terbentuknya opini publik : 1. Muncul isu yang dirasakan sangat relevan bagi kehidupan orang banyak 2. Isu tersebut relatif baru hingga memunculkan kekaburan standar penilaian atau standar ganda.

3. Ada opinion leaders (tokoh pembentuk opini) yang juga tertarik dengan
isu tersebut, seperti politisi atau akademisi 4. Mendapat perhatian pers hingga informasi dan reaksi terhadap isu tersebut diketahui khalayak. Leo Bogart menegaskan bahwa opini public tidak timbul dari suatu persetujuan, tetapi dari pertentangan pendapat mengenai nilai-nilai. Menurut Nurudin (2001), opini publik timbul meliputi dua sebab yaitu direncanakan dan tidak direncanakan. Opini publik yang tidak direncanakan kemunculannya karena tidak mempunyai tujuan dan target tertentu. Opini public yang direncanakan memiliki organisasi, media dan target menjadi sasaran yang jelas. Isu muncul karena untuk mempengaruhi opini publik yang berkembang di masyarkat atau sengaja untuk meng-counter opini public lain yang sudah diyakini masyarakat. Opini dan Komunikasi Komunikasi adalah penggunaan tanda-tanda yang berarti untuk membina hubungan sosial. Menurut Bernard Hennessy, bahasa yang berlaku dalam komunikasi adalah katakata lisan atau tulisan, melalui hubungan antara jaringan komunikasi yang besar dan kecil dan dengan pemilik opini mengenai isu kepentingan publik. a. Jaringan Komunikasi Jaringan komunikasi paling sederhana terdiri dari dua orang saling bertukar tanda yang mempunyai arti. Suami-istri, atasan-bawahan, teman-teman: hubungan-hubungan ini menginformasikan opini masing-masing. Jaringan dua orang ini merupakan: 1. pengaruh langsung yang cukup kuat atas opini perorangan 2. struktur dasar untuk pola komunikasi yang lebih rumit

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Feni Fasta, SE,M.Si.

OPINI PUBLIK

13

Hubungan kelompok primer dengan kelompok sekunder masing-masing mempunyai publiknya. Kelompok primer adalah himpunan orang-orang yang berinteraksi sebagai perorangan. Mereka, kata Homans, terdiri dari sejumlah orang relatif sedikit yang selalu berkomunikasi satu sama lain dalam waktu tertentu, secara tatap muka. Bernard Hennessy berpendapat, tatap muka di sini tidak dalam arti harfiah. Bisa saja mereka berinteraksi melalui media atau fasilitas tertentu, seperti telephon. Kelompok sekunder, jika relasi antar anggotanya tidak dikenali sebagai perorangan. Contohnya, keluarga, organisasi keagamaan, perkumpulan persaudaraan, menunjukkan derajat formalitas, keseragaman. Jaringan komunikasi kelompok ini melalui komunikasi massa. b. Komunikasi dan pengamatan langsung sebagai sumber opini Pembentukan opini atau perubahan opini tidak selamanya disebabkan komunikasi. Naluri dan belajar tanpa bantuan melalui pengalaman perorangan dapat menghasilkan sikap dan pandangan mengenai suatu persoalan. Komunikasi berinteraksi dengan pengamatan pribadi. Sekalipun terdapat orang yang dapat membentuk atau mengubah opini atas suatu hal tanpa suatu komunikasi dengan pihak lain, namun pengamatan langsung dapat menambah, memperkuat atau memperlemah arti informasi yang dikomunikasikan. Jadi banyak opini yang dibentuk melalui komunikasi diuji dengan pengalaman pribadi. Hasilnya, bisa selaras atau sebaliknya. jaringan komunikasi sendiri, akibatnya berbeda-beda opini

IX. KEKUATAN OPINI PUBLIK Bergulirnya opini publik terutama banyak dapat diketahui melalui media massa, mengakibatkan seseorang tercemar nama baiknya, bahkan institusipun tidak luput dari kegiatan opini publik. Misal bagaimana opini publik menghukum seseorang,

1) Menjadi hukuman sosial, seorang pejabat yang terlibat KKN akan merasa risih
seandainya ada opini publik yang terus memojokkannya. Opini publik semakin

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Feni Fasta, SE,M.Si.

OPINI PUBLIK

14

genjar apalagi ada bukti bahwa seseorang terlibat KKN, tentu ia akan dihujat masyarakat. Mantan Presiden Suharto yang diduga KKN, juga tidak lepas dari hukuman itu. Hukuman sosial, yang terlibat pak Harto di klaim sebagai raja KKN, muncul sinisme, bahkan terus menerus dituntut untuk diadili. Tanpa harus dihukum, ia sudah terkena hukuman sosial yang juga mendapat tekanan psikologis. Semua ini karena ada opini publik yang tercipta di masyarakat.

2) Masyarakat Indonesia adalah masyarakat Timur nampak dalam soal etika,


norma dan nilai yang ada di masyarakat. Misalnya nilai kesopanan. Jika norma tersebut makin luntur, ia bisa di dongkrak lagi lewat opini publik. Misalnya budaya Barat. Disis lain, opini kelemahan dan keburukan dengan memberitakan , mengatakan bahwa bangsa Indonesia sudah kehilangan nilai kesopanan dan cenderung mengadopsi publik juga bisa diciptakan dengan menunjukan

budaya Barat. Karena terus menerus dibicarakan dikalangan masyarakat umum. Lambat laun masyarakat semakin sadar bahwa memang norma itu perlu dipertahankan. Jika ini berhasil, artinya opini publik bisa melanggengkan sebuah norma. Jadi, opini publik bisa diciptakan untuk menghapus norma ini, karena terbukti tidak sesuai dan sebagai penghambat kemajuan masyarakat serta membunuh kompetisi sehat. 3) Mengancam karir politik seseorang. Kasus seorang pejabat BPPN, pernah

diisukan diduga terlibat KKN. Opini publik pun menyudutkan dia Meskipun dia sudah membantah tidak terlibat KKN, tetapi opini publik tetap mengarah kepadanya. Akhirnya, dia memilih jalan terbaik mengundurkan diri dari BPPN. Kasus ini sangat berhubungan dengan Opini Publik. Bagaimana sebuah opini publik menghancurkan karier seseorang? Contoh diatas , yaitu seorang pejabat yang dituduh terlibat KKN, pada akhirrnya mengundurkan diri dari jabatannya.

4) Mempertahankan atau menghancurkan sebuah organisasi atau Institusi. Institusi


Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah salah satu lembaga yang harus melakukan rekonstruksi ulang tentang paradigmanya karena pengaruh opini publik. Lembaga ini (dulu bernama ABRI) sudah terlalu jauh masuk di bidang politik. Akibat campur tangan tersebut, maka perilaku demokrasi tidak dapat berkembang secara baik. KKN pun sangat kental terdapat di sebuah lembaga

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Feni Fasta, SE,M.Si.

OPINI PUBLIK

15

lain yang dilindungi oleh institusi TNI. Ketika reformasi bergulir, opini publik mengarah ke lembaga ini. Dengan demikian antara lain adanya tuntutan agar dihapuskannya Dwi Fungsi ABRI. Institusi kepolisian pun dituntut untuk independen, tidak dibawah naungan kepada Presiden. TNI, dan bertanggungjawab langsung Contoh-contoh tersebut menunjukkan adanya opini publik

mampu mempertahankan atau menghancurkan sebuah lembaga. Sebuah opini terbentuk tidak ada syarat-syarat khusus, siapa, dimana dan kapan saja bisa dimunculkan Sebuah opini dinyatakan benar, manakala sudah tercapai suatu kesepakatan umum tentang kebenaran dari sebuah opini. Sedang untuk mencapai kesepakatan itu diperlukan suatu proses atau tahapan-tahapan. Tak dapat dipungkiri opini publik penuh dengan muatan kepentingan pribadi dan kelompok. Bahkan opini publik sengaja diciptakan untuk tujuan-tujuan yang diinginkan individu atau kelompok dalam mencapai sasarannya. Daftar Pustaka Helena Olii (2007) Opini Publik. Jakarta: Indeks. Lippman, Walter, 1998, Opini Umum. Kata pengantar baru oleh Michael Curtis; Kata pengantar edisi Indonesia, Mochtar Lubis; penerjemah, S. MaimoenEd. 1, Cet. 1. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Feni Fasta, SE,M.Si.

OPINI PUBLIK

16

Anda mungkin juga menyukai