Anda di halaman 1dari 14

OPINI PUBLIK PENDUKUNGNYA EKSISTENSI LEMBAGA-LEMBAGA SOSIAL

DAN LEMBAGA-LEMBAGA POLITIK

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Pemasaran

Dosen pengampun: Siti Amanah S. Kom

Nama Kelompok:

1. Wildan Hasan (20103108)


2. Nimas Wahyu (22103154)
3. Fitriana Ifa (20103088)
4. Tita Arliana (20103066)
5. Niken Dwi Anggraini (20103087)
6. Muhammad lutfi rizki i. (933507419)

KELAS D

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI 2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat, rahmat dan
hidayahnya, kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah “Opini Public” dengan judul
“Opini Publik sebagai pendukung eksistensi lembaga-lembaga sosial dan lembaga-lembaga”.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan nabi kita Nabi Muhammad
SAW.

Dengan adanya makalah ini kita berharap dapat memenuhi tugas yang telah
ditentukan agar dapat membantu proses perkuliahan selama satu semester ini. Dan harapan
kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata penulis menyadari masih banyak kekurangan di dalam makalah ini, oleh
karena itu kami selaku penulis dengan segala hormat mengharap dari pihak dosen untuk
perbaikan dan penyempurnaan makalah ini penulis mengucapkan terimakasih.

Kediri, 26 September 2022

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1. Latar Belakang................................................................................................................1

2. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

3. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN........................................................................................................................3

1. Pengertian dan perkembangan opini publik........................................................................3

2. Proses dan elemen-elemen komunikasi


politik....................................................................4
3. Opini publik sebagai eksistensi lembaga politik negara......................................................5
4. Opini publik sebagai eksistensi lembaga sosial negara........................................................6
BAB III.....................................................................................................................................12

PENUTUP................................................................................................................................12

1. Kesimpulan...................................................................................................................12

2. Saran..............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Opini publik dalam kegiatan komunikasi merupakan salah satu efek komunikasi
disamping yang lainnya adalah sikap dan perilaku. Namun demikian opini dapatlah
memperlihatkan sikap seseorang, karena pada prinsipnya seperti yang dinyatakan seorang
ahli komunikasi bahwa opini adalah sikap yang diekspresikan secara verbal, sedangkan
perilaku adalah sikap yang diekspresikan secara nonverbal. potensi opini publik bagi
kehidupan manusia antara lain sebagai berikut:
1. Opini publik dapat memperkuat undang-undang/peraturan-peraturan, sebab tanpa
dukungan opini publik, UU/PP itu tidak akan jalan.

2. Opini publik merupakan pendukung moril dalam masyarakat.


3. Opini publik adalah pendukung eksistensi lembaga-lembaga sosial (Bogardus, dalam Oemi
Abdurachman, 1993: 56).

Sehingga opini publik merupakan pendukung eksistensi lembaga-lembaga sosial dan lembaga
politik.

2. Rumusan Masalah

1. Apa maksud dari opini public dan bagaimana perkembangan nya?


2. Apa saja proses dan elemen-elemen opini public?
3. Bagaimana eksistensi opini public dalam Lembaga politik
4. Bagaimana eksistensi opini public dalam Lembaga sosial ?

3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui arti opini publik dan perkembangan nya
2. Untuk mengetahui apa proses dan elemen-elemen opini publik
3. Untuk mengetahui bagaimana eksistensi opini publik dalam lembaga politik
4. Untuk mengetahui bagaimana eksistensi opini publik dalam lembaga sosial

3
BAB 11

PEMBAHASAN

1. Pengertian Opini Publik dan perkembangannya


Opini Publik terdiri atas dua kata, yaitu opini dan publik. Opini diambil dari
kata opinion (Inggris) yang berarti pendapat, demikian juga kata publik berasal dari
kata public (Inggris) yang diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia berarti
publik/umum, dengan demikian Opini Publik sama dengan pendapat umum, karena
kedua istilah tersebut sama-sama dipakai di Indonesia.
Beberapa formulasi yang berbeda terhadap opini maupun publik dalam
perspektif ilmu komunikasi yang merupakan sebagian dari ilmu sosial.
• Rober E. Lane dan David O. Sears (1965:8): “... an opinion is an answer that is
given to a question in given situation”.
• Kimbal Young (Hartono,1966: 44) menambahkan bahwa “opinion means a belief or
conviction more variable and stronger in intensity than a mere hunch or impression
but less valid than truly verifiable or positive knowledge”
• William Albig (1939:6): “opinion is any expression on a controversial topic”.
Selanjutnya Albig memberikan perumpamaan, bahwa sesuatu yang sudah jelas/nyata
tidak dapat dipertentangkan untuk melahirkan opini.

Berdasarkan rumusan di atas, opini dapat dipahami sebagai pernyataan yang di


komunikasikan sebagai jawaban atas pertanyaan atau permasalahan yang kontroversial.

Selanjutnya publik diartikan sebagai sekelompok orang yang menaruh perhatian


terhadap masalah yang dilontarkan melalui media massa, dan ikut serta dalam proses diskusi
yang intensif untuk mencari cara memecahkan masalah yang dihadapi untuk kepentingan
umum/orang banyak. Kimbal Young (Hartono, 1966: 45): publik tidak mesti selalu bertemu
muka atau berhubungan langsung, ditambahkan bahwa yang dimaksud publik adalah
sejumlah orang yang terpencar dan memberikan reaksi terhadap suatu stimuli.

4
Publik diartikan sebagai kelompok orang yang menaruh perhatian terhadap masalah
yang dilontarkan melalui mass media dan ikut serta dalam proses diskusi yang intensif untuk
mencari cara memecahkan masalah yang dihadapi untuk kepentingan umum atau orang
banyak. Dalam hal ini publik diartikan tidak sama dengan massa, melainkan diartikan sebagai
individu-individu di dalam kelompok yang memiliki atau diharapkan memiliki opini.

Hartono Menjelaskan publik adalah kelompok yang abstrak dan orang-orang yang
menaruh minat pada suatu persoalan atau kepentingan yang sama, dimana mereka terlibat
dalam suatu pertukaran pikiran melalui komunikasi tidak langsung untuk mencari
penyelesaian atau kepuasan atas persoalan atau kepentingan mereka itu.

Oey Hong Lee menjelaskan bahwa bagian-bagian massa yang tertarik oleh masalah-
masalah dan persoalan-persoalan kemasyarakatan yang diteruskan oleh alat-alat komunikasi
massa, secara spontan mempersatukan diri dalm kelompok-kelompok yang dinamakan
publik. Jumlah publik-publik secara keseluruhan dinamakan dengan Publik (huruf P besar).
Selai n itu publik (huruf p kecil) dijelaskan sebagai orang banyak yang terhimpun dalm
kelompok-kelompok yang sedang menghadapi suatu masalah yang sulit dan kontoversial,
serta berusaha untuk mencari solusi dengan melakukan diskusi-diskusi secara tidak langsung.

Perkembangan Opini Publik

Opini Publik berasal dari bahasa Inggris, yaitu: public opinion yang kemudian
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia, adapun Anwar Arifin (1998) lebih suka
menggunakan istilah pendapat umum sebagai terjemahan dari istilah public oinion.

Opini Publik sebagai sebuah fenomena dalam kehidupan sosial dan politik mulai
banyak dikenal dan dipakai pada akhir abad ke-18 di Eropa dan di Amerika Serikat yang
mana pemakaian tersebut sangat berkaitan dengan politik dan komunikasi politik. Alquin
menyatakan “vox populi, vox dei” yaitu suara rakyat adalah suara Tuhan. Bahkan Jeremy
Benthan berpendapat bahwa Opini Publik sangat penting sebagai dasar negara demokrasi,
karena dapat menjadi kontrol sosial. Machiavelli yang pertama kali menggunakan istilah
public opinion dalam pengertian yang modern. Dalam bukunya yang berjudul Discourses
beliau menyatakan bahwa orang yang bijaksana tidak akan mengabaikan Opini Publik
mengenai soal-soal tertentu.

5
Rosseau, pemikir politik pertama yang melakukan analisis yang luas tentang Opini
Publik terutama dalam hubungannya dengan kebijakan pemerintahan dan pendapat pribadi
serta Opini Publik dalam kaitannya dengan pemerintahan dan perwakilan mayoritas dalam
demokrasi. Rosseau (1913: 105) menyatakan bahwa dalam perubahan sosial dan politik,
pemerintah tidak boleh terlalu jauh di depan pendapat rakyat. Rosseau pernah menyebut
Opini Publik sebagai “ratu dunia” karena tidak dapat ditaklukan oleh raja-raja di zaman
otoritarian pada abad ke 17 dan ke 18, kecuali si “ratu dunia” sudi “dibeli” sehingga menjadi
“budak” dari raja. Rosseau mendapat kritik dari Hennesy, menurutnya Rosseau dalam arti
tertentu belum dapat disebut sebagai bapak Opini Publik modern karena analisisnya tidak
sistematis.

Opini Publik sebagai fenomena sosial dan politik berkembang setelah lahirnya sistem
politik demokrasi yang menjamin adanya kebebasan menyatakan pendapat dan adanya
kebebasan pers pada abad ke-19. Pada masa pemerintahan yang bersifat otoriter, pendaat
rakyat tidak mendapat perhatian oleh pemegang kekuasaan politik, dalam zaman ini menurut
William McKinnon dalam Hennessy (1989:3), Opini Publik belum ada dalam masyarakat,
meskipun tidak dapat disangsikan lagi bahwa beberapa individu telah memilikinya tetapi hal
itu belum dapat disebut sebagai pendapat umum.

2. Proses dan Elemen-elemen komunikasi politik

Komunikasi politik adalah suatu proses penyampaian pesan-pesan politik yang


berasal dari komunikator politik (source, encoder, sender, actor) sebagai pihak yang memulai
dan mengarahkan suatu tindakan komunikasi. Lalu pesan-pesan tersebut ditujukan kepada
khalayak (receiver, komunikan), dengan menggunakan media (channel, saluran) tertentu
untuk mencapai sautu tujuan yang telah ditentukan (political oriented). Dalam sistem politik
semua komponen-komponen tersebut merupakan proses atau kegiatan komunikasi politik
yang merupakan input yang menentukan output daripada sistem politik.
Menurut Gurevitch dan Blumler (1977)3 menjelaskan bahwa dalam arti yang luas,
komponen-komponen utama dari suatu sistem komunikasi politik qditemukan pada:
1. Lembaga-lembaga politik dalam aspek-aspek komunikasinya

2. Institusi-institusi media dalam aspek-aspek politiknya

3. Orientasi khalayak terhadap komunkasi politik

6
4. Aspek-aspek budaya politik yang relevan dengan komunikasi.

Sehingga sistem komunikasi politik dapat dilihat dalam dua perspektif, yaitu
perangkat institusi politik dan organisasi media yang terlibat dalam persiapan pesan bagi
interaksi yang lebih horizontal satu sama lain, sedangkan dalam arah yang vertical institusi-
institusi tadi baik secara terpisah maupun bersama-sama melakukan diseminasi dan
pengolahan informasi dan gagasan dari dan untuk masyarakat.

3. Opini publik sebagai eksistensi dalam kelembagaaan politik Negara

Opini publik dalam lingkup kegiatan politik dapat dibentuk oleh perilaku tokoh-
tokoh politik. Kemampuan berkomunikasi para tokoh politik merupakan kunci pokok
keberhasilan membentuk opini publik di berbagai lapisan masyarakat. Pihak pemerintah tentu
selalu menginginkan adanya opini publik yang mendukung segala kebijakan pemerintah
karena dengan segala usaha akan selalu menciptakan suasana seperti yang diharapkannya.
Hal itu dilakukan pemerintah agar masyarakat pada umumnya tetap mendukung &
melaksanakan semua program yang telah disiapkan & ditetapkan melalui undang-undang.
Pemerintah mengharapkan agar publik yang mempunyai kekuatan dalam opininya tetap
berpihak & mau menjalankan segala sesuatu yang berhubungan dengan segala usaha
pembangunan. Opini dari publik-publik yang dominan dalam masyarakat yang kemudian
menjadi opini publik khusus atau tertentu itu perlu dipelihara, dibina, & dipupuk agar tetap
dapat mendukung pemerintah. Publik yang dimaksud dalam kegiatan politik misalnya: kaum
cendekiawan yang kebanyakan berasal dari kampus, kaum profesional sesuai dengan
bidangnya, pemuka-pemuka agama dengan organisasi keagamaanya, & kaum wanita dengan
organisasinya yang cukup banyak. Saat sekarang ini adalah para mahasiswa dari berbagai
kampus baik negeri maupun swasta dengan organisasi kemahasiswaannya, & banyak lagi
yang lain yang bisa melahirkan opini sesuai dengan publiknya. Opini dari publik-publik
khusus tersebut tidak bisa diabaikan oleh pemerintah yang sedang membangun seperti
Indonesia, apa lagi dalam keadaan krisis seperti saat sekarang. Menyepelekan opini dari
mereka bisa mengakibatkan kurangnya dukungan dari publik-publik tersebut. Opini publik
dari kelompok-kelompok khusus itu muncul begitu saja, karena itu pemerintah sebenarnya
perlu bersyukur, dengan tidak mengeluarkan biaya, mendapatkan masukan-masukan dari
masyarakat melalui kelompok-kelompok khusus tersebut. Pemerintah dengan aparat terkait

7
tinggal meneliti & mempelajari opini-opini itu, kemudian menyusun program perbaikan atau
cara-cara penanggulangan dengan segera. Respons yang positif dari pemerintah secara
terbuka diperlukan agar publik yang memberikan opininya merasa diperhatikan. Memang ada
opini publik dari kelompok-kelompok khusus itu tidak selamanya didukung oleh fakta yang
benar, itu tidak menjadi persoalan karena opini itu bukan suatu fakta, maka kebenarannya
perlu diteliti. Adanya masukan itulah yang perlu diperhatikan pemerintah, karena untuk opini
yang faktual dan tepat, harus diciptakan dan pasti mengeluarkan biaya. Sebenarnya di
Indonesia badan yang memberi masukan bagi pemerintah sudah ada misalnya DPA, juga
DPR jika berfungsi dengan baik dapat memperhatikan opini publik dari kelompok-kelompok
khusus itu, hingga dalam membuat undang-undang yang menjadi pekerjaannya juga
memperhatikan aspirasi rakyat yang disalurkan melalui organisasi-organisasi kemasyarakatan
yang memberi masukkan. Opini publik secara politis walaupun tidak selalu berdasarkan fakta
dan tidak berdasarkan diskusi di antara publik-publik yang ada dalam masyarakat, apa lagi
diskusi sosial di antara publik-publik tertentu misalnya para mahasiswa terhadap keadaan
ekonomi negara, tetap secara moral memiliki kekuatan yang diyakini oleh segenap lapisan
masyarakat. Secara kualitas opini publik dari kampus ini memang mungkin kurang
berdasarkan pemikiran yang matang, karena memang opininya berasal dari tindakan atau
pemikiran yang spontan.

Pemikiran spontan itu tidak berarti kurang mutunya, karena para mahasiswa
mengeluarkan opininya berdasarkan “waktu” yang cukup lama merenungi masalah yang
muncul dalam masyarakat. Karena itu sewajarnya pemikiran yang berbentuk opini publik
kampus itu mendapat tempat bagi pengambil keputusan dalam membuat kebijakan atau
keputusan dalam menanggapi situasi yang melanda negara, lebih-lebih situasi yang terjadi
akhir-akhir ini di Indonesia yang mengalami krisis. Sudah barang tentu walaupun opini
publik kampus itu terjadi dengan spontan, tetapi jika itu berlangsung hampir di kota-kota
besar yang memiliki perguruan tinggi, selayaknya diyakini sebagai usaha para mahasiswa
yang ingin melihat negaranya maju & terbebas dari krisis. Opini publik kampus tidak &
bukan satu-satunya yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah. Sebab ternyata yang
memiliki perhatian terhadap negara dalam krisis seperti di Indonesia ini juga dari publik-
publik lain, misalnya dari lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya seperti dari Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Lembaga ini terus memperjuangkan nasib para
konsumen di Indonesia. Djoenaesih Sunarjo (1987, 81) mengemukakan secara politis
mengapa opini publik dipelajari, karena bagi politisi akan mengetahui apa yang diinginkan

8
oleh lawan politiknya didukung atau tidak oleh pengikutnya & bahkan politiknya dapat
digunakan untuk menekan lawan. Sebaliknya dengan adanya opini publik akan diketahui
pikiran atau siasat dari lawan atau saingan. Mempelajari kekuatan opini publik seperti yang
telah diutarakan, baik secara sosiologis, psikologis, maupun politis mempunyai banyak
keuntungan dari pada kerugian, sekalipun yang namanya opini publik menurut Adinegoro
(dalam Sunarjo, 1987, 27) tidak berdasarkan pemikiran yang masak atau kurang berpikir jauh
ke depan, tidak ada organisasinya, tidak ada pimpinannya & tidak bergerak cepat, tetapi jika
dilihat dari kefaktualannya artinya sudah terjadi kejadiannya, maka opini publik memberikan
manfaat-manfaat yang cukup banyak. Dalam hal peranan Opini Publik dalam mendukung
eksistensi lembaga – lembaga sosial dan lembaga – lembaga politik, Ougburn dan Ninkoff
dalam Arifin (200:14) menjelaskan bahwa semua golongan yang tersusun baik organisasi
kerjanya, mutlak harus memperoleh dukungan kuat dari Opini Publik.

Jelas kiranya bahwa penguasa atau pemerintah yang sedang berkuasa harus orang –
orang yang diingini oleh public. Demikian juga kebijakan yang dijalankan harus pula
didukung oleh public dalam arti kepentingan – kepentingan public itu terakomodasi dengan
baik. Maka dapat dipahami jika Opini public di negara demokrasi diposisikan sebagai
kekuatan keempat, setelah tiga kekuatan dan kekuasaan lainnya dalam trias politika dari
Montesqueue.

4. Opini publik sebagai eksistensi dalam kelembagaaan sosial negara

Potensi Opini Publik Terhadap Eksistensi Ormas Dan Partai Islam


Dalam bahasan pertama telah disinggung bahwa opini publik dikatakan sebagai suatu
kekuatan yang tidak terlihat namun efeknya dapat kita saksikan dari berbagai peristiwa nyata,
yang antara lain potensi opini publik itu dapat mendukung terbentuknya suatu lembaga atau
organisasi termasuk ORMAS dan Partai Islam. Ternyata jika ditelusuri lebih jauh efek dari
potensi opini publik ini, dapat berupa efek positif konstruktif dan dapat pula berupa efek
negatif destruktif, yang dapat menjatuhkan atau mengangkat seseorang, suatu organisasi,
suatu partai, dan sebagainya. Oleh karena itu, berikut ini penulis akan membahas mengenai
efek apakah yang dapat timbul akibat adanya potensi opini publik khususnya terhadap
kehidupan manusia.

Berkaitan dengan adanya istilah bahwa opini publik adalah suatu kekuatan yang tidak
terlihat, marilah kita ingat kembali sejarah tentang adanya peristiwa besar yang dapat kita

9
saksikan dengan nyata, yakni bagaimana seorang raja yang kuat, kukuh, dan didukung
kekuatan keuangan yang berlimpah serta kekuatan Angkatan Perang dengan persenjataan
modern seperti Syah Iran, dapat jatuh dan kemudian hancur. Begitu pula halnya dengan
Presiden Marcos yang dapat jatuh dari tampuk pimpinan dan juga kemudian hancur.
Kesemuanya ini hanya karena mereka tidak lagi didukung dan bahkan sudah ditantang oleh
potensi opini publik. Sebaliknya, ulama yang hanya terkenal di kalangan sendiri, seperti
Khomaeny, dapat diangkat dan didudukkan pada puncak kekuasaan di Iran, hanya oleh
persetujuan dan dukungan opini publik.
Berkaitan dengan efek dari adanya potensi opini publik ini, penulis akan mengangkat apa
yang telah dikemukakan seorang ahli komunikasi, yang menyatakan bahwa potensi opini
publik bagi kehidupan manusia antara lain sebagai berikut:

1.Opini publik dapat memperkuat undang-undang/peraturan-peraturan, sebab tanpa


dukungan opini publik, UU/PP itu tidak akan jalan.
2.Opini publik merupakan pendukung moril dalam masyarakat.
3.Opini publik adalah pendukung eksistensi lembaga-lembaga sosial (Bogardus,
dalam Oemi Abdurachman, 1993: 56).

Dari pendapat di atas, dapat dilihat bahwa efek dari potensi opini publik sangat kuat
sekali, dalam arti tanpa dukungan opini publik undangundang/peraturan-peraturan tidak ada
artinya, tanpa dukungan opini publik tidak akan tercapai apa yang menjadi harapan
masyarakat mengenai sesuatu hal yang diperjuangkan, dan tanpa dukungan opini publik
eksistensi suatu lembaga tidak akan berjalan dengan baik, bahkan dapat menuju pada
kehancuran. Sependapat dengan Bogardus, berikut dikemukakan tentang efek dari potensi
opini publik, yang antara lain sebagai berikut:
1.Opini publik dapat menjadi hukuman sosial terhadap orang atau sekelompok orang
yang terkena hukuman tersebut.
2.Opini publik sebagai pendukung bagi kelangsungan berlakunya norma sopan santun
dan susila, baik antara yang muda dengan yang lebih tua maupun antara yang muda dengan
sesamanya.

3.Opini publik dapat mempertahankan eksistensi suatu lembaga atau bahkan bisa
menghancurkan suatu lembaga.
4.Opini publik dapat mempertahankan atau menghancurkan suatu kebudayaan.

10
5.Opini publik dapat pula melestarikan norma-norma sosial (Sastropoetro, 1987: 119-
123)

11
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Opini Publik terdiri atas dua kata, yaitu opini dan publik. Opini diambil dari kata
opinion (Inggris) yang berarti pendapat, demikian juga kata publik berasal dari kata public
(Inggris) yang diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia berarti publik/umum, dengan
demikian Opini Publik sama dengan pendapat umum, karena kedua istilah tersebut sama-
sama dipakai di Indonesia. Opini Publik berasal dari bahasa Inggris, yaitu: public opinion
yang kemudian disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia, adapun Anwar Arifin (1998)
lebih suka menggunakan istilah pendapat umum sebagai terjemahan dari istilah public oinion.
komponen-komponen utama dari suatu sistem komunikasi politik ditemukan pada:
1. Lembaga-lembaga politik dalam aspek-aspek komunikasinya

2. Institusi-institusi media dalam aspek-aspek politiknya

3. Orientasi khalayak terhadap komunkasi politik

4. Aspek-aspek budaya politik yang relevan dengan komunikasi.

2. Saran

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat


menambah khasanah keilmuan dan bermanfaat bagi kita semua. Dalam
pembuatan makalah pasti ada kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran guna perbaikan makalah selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai