Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

“TEORI KOMUNIKASI”

KELOMPOK 7

Disusun Oleh :

1. Jihan Zahra (22331323)

2. Kayla Putri Nurhaliza (22331249)

3. Julianda Putra Pratama (22331110)

4. Chairul Akmal (22331182)

Mata Kuliah :

Pengantar Ilmu Komunikasi

Dosen Pengampu :

Sulistiyawati, S.I.Kom., M.I.Kom

AKADEMI ILMU KOMUNIKASI

AKMRTV JAKARTA 2023


KATA PENGANTAR

Tiada kata yang mewakili perasaan saya saat ini kecuali rasa syukur. Untuk itu,
saya ucapkan terima kasih kepada Tuhan atas rahmat-Nya, saya dapat
menyusun proposal ini dengan baik. Meski mendapatkan kendala, tapi saya bisa
melaluinya sehingga makalah berjudul "TEORI KOMUNIKASI" ini dapat
terselesaikan tepat waktu.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Sebagai penulis,
saya berharap pembaca bisa memberikan kritik agar tulisan selanjutnya jauh
lebih baik. Di sisi lain, saya berharap pembaca menemukan pengetahuan baru
dari makalah ini. Walaupun tulisan ini tidak sepenuhnya bagus, saya berharap
ada manfaat yang bisa diperoleh oleh pembaca. Demikian sepatah dua patah
kata dari saya. Terima kasih.

Bekasi, 11 Oktober 2023


DAFTAR ISI

BAB 1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

BAB 2

PEMBAHASAN

PENGERTIAN ILMU KOMUNIKASI

PROSES ILMU KOMUNIKASI

DAMPAK KOMUNIKASI

TOKOH ILMU KOMUNIKASI MASA TEMPORER

1. TEORI AGENDA SETTING

2. TEORI USES AND GRATIFICATION

3. TEORI KONTRUKSI SOSIAL MEDIA MASSA

4. TEORI PENETRASI SOSIAL

5. TEORI NEGOSIASI TATAP MUKA

ASUMSI TEORI

1. TEORI AGENDA SETTING

2. TEORI USES AND GRATIFICATION

3. TEORI PENETRASI SOSIAL MEDIA MASSA

4. TEORI PENETRASI SOSIAL

5. TEORI NEGOSIASI TATAP MUKA


BAB I
PENDAHULUAN

Ilmu komunikasi adalah disiplin ilmu yang memainkan peran sentral dalam kehidupan
manusia. Dalam era informasi dan teknologi yang semakin berkembang, kemampuan
untuk berkomunikasi efektif menjadi kunci keberhasilan dalam berbagai aspek
kehidupan, baik dalam lingkungan sosial, bisnis, maupun politik. Melalui kajian dalam
ilmu komunikasi, kita dapat memahami dinamika komunikasi, baik verbal maupun
non-verbal, yang menjadi tulang punggung dalam hubungan antarindividu, organisasi,
dan masyarakat.

Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang ilmu
komunikasi, menjelaskan konsep-konsep dasar, sejarah perkembangan, serta
relevansinya dalam konteks kontemporer. Selain itu, kami akan membahas peran
teknologi dalam mengubah cara kita berkomunikasi dan dampaknya pada kehidupan
sehari-hari. Dengan pemahaman yang mendalam tentang ilmu komunikasi, kita dapat
menjadi komunikator yang lebih efektif dan memanfaatkan kekuatan komunikasi untuk
mencapai tujuan-tujuan pribadi dan profesional.

Melalui pemahaman yang mendalam tentang ilmu komunikasi, kita dapat menggali
pengetahuan yang berharga untuk merajut benang merah komunikasi dalam berbagai
situasi, memperkuat hubungan antarmanusia, dan memajukan peradaban kita ke arah
yang lebih baik. Tanpa adanya komunikasi yang efektif, sulit bagi masyarakat dan
organisasi untuk mencapai tujuan mereka. Oleh karena itu, penting untuk menjelajahi
aspek-aspek kunci dalam ilmu komunikasi dan mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.

LATAR BELAKANG

Ilmu komunikasi adalah disiplin ilmu yang relatif baru, dengan perkembangan yang
pesat dalam abad ke-20. Pada awalnya, komunikasi lebih dilihat sebagai bagian dari
ilmu psikologi, sosiologi, atau bahkan ilmu politik. Namun, pergeseran signifikan dalam
pandangan terjadi seiring dengan pemahaman bahwa komunikasi adalah proses kunci
dalam berinteraksi, membangun hubungan, serta mempengaruhi perubahan sosial dan
budaya.
Latar belakang teori ilmu komunikasi mencakup sejumlah kontributor penting yang
membentuk landasan pemikiran dalam disiplin ini. Salah satunya adalah Harold
Lasswell, yang memperkenalkan model komunikasi pertama yang dikenal sebagai "who
says what in which channel to whom with what effect" (siapa mengatakan apa di saluran
apa kepada siapa dengan efek apa). Konsep ini menekankan pentingnya pesan, sumber,
saluran, audiens, dan efek dalam analisis komunikasi.

Teori-teori komunikasi selanjutnya berkembang seiring dengan kontribusi dari


tokoh-tokoh seperti Shannon dan Weaver yang mengembangkan model matematis
komunikasi, serta Marshall McLuhan yang dikenal dengan konsep "the medium is the
message." McLuhan menyoroti bagaimana media yang digunakan dalam komunikasi
mempengaruhi cara kita memahami dunia dan informasi.

Selanjutnya, teori-teori komunikasi interpersonal juga berkembang, termasuk


karya-karya dari Carl Rogers dalam kaitannya dengan pendekatan terapeutik
berdasarkan komunikasi, serta karya Erving Goffman tentang dramaturgi sosial dan
peran dalam interaksi sosial.

Latar belakang teori ilmu komunikasi juga mencakup perkembangan teori-teori kritis
yang menyoroti aspek-aspek kekuasaan, ideologi, dan representasi dalam komunikasi.
Pemikiran tokoh seperti Jurgen Habermas dan Stuart Hall membawa konsep-konsep
penting dalam pemahaman bagaimana komunikasi memengaruhi pemahaman dan
tindakan sosial.

Seiring dengan revolusi teknologi informasi dan media, ilmu komunikasi juga terus
berkembang, dengan penekanan pada media sosial, komunikasi digital, dan studi-studi
mengenai dampak teknologi terhadap masyarakat.

Latar belakang teori ilmu komunikasi ini memberikan pemahaman dasar tentang
bagaimana disiplin ini telah berevolusi seiring berjalannya waktu dan bagaimana
teori-teori komunikasi telah membentuk cara kita memahami dan menganalisis proses
komunikasi dalam berbagai konteks. Ini menjadi dasar untuk eksplorasi lebih lanjut
dalam pembahasan teori-teori komunikasi yang akan kita bahas dalam makalah atau
studi lebih lanjut dalam ilmu komunikasi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ILMU KOMUNIKASI

Ilmu komunikasi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang bersifat
multidisipliner. Disebut demikian, karena pendekatan-pendekatan yang dipergunakan
berasal dari dan menyangkut berbagai bidang keilmuan (disiplin) lainnya, seperti
linguistik, sosiologi, psikologi, antropologi, politik, dan ekonomi. Hal ini akan terlihat
jelas dalam pembahasan mengenai berbagai teori, model, perspektif, dan pendekatan
dalam ilmu komunikasi yang akan diuraikan dalam keseluruhan modul ini. Sifat
“kemultidisiplinan” ini tidak dapat dihindari karena objek pengamatan dalam ilmu
komunikasi sangat luas dan kompleks, menyangkut berbagai aspek sosial, budaya,
ekonomi, dan politik dari kehidupan manusia. Komunikasi bukan sekedar proses
kegiatan penyampaian pesan saja, melainkan suati ilmu pengetahuan yang bersifat
kemasyarakatan. Proses dakwah harus memiliki ilmu untuk melakukan kegiatan itu,
yakni ilmu yang analog dengan ilmu komunikasi atau berakar dari ilmu komunikasi.
Namun demikian, tampak banyak orang yang masih menyangsikan adanya ilmu dakwah
di tengah-tengah semaraknya lautan ilmu pengetahuan. Bahkan tidak jarang para
ilmuwan membantah kemungkinan adanya ilmu dakwah. Buku ini berupaya
menemukan tabir akan adanya ilmu dakwah, dengan mengupas pengertian, sejarah dan
teori-teori yang terlibat dalam kegiatan dakwah melalui kacamata komunikasi. Dengan
menyimak secercah celah-celah tabir itu, kita berharap bisa mengetahui adanya ilmu
dakwah yang belum terjamah luas oleh tangan-tangan para ilmuwan.
B. PROSES ILMU KOMUNIKASI

Proses dalam komunikasi adalah urutan langkah-langkah atau tahapan yang


terjadi saat pesan atau informasi dikirimkan dari pengirim kepada penerima. Proses ini
melibatkan sejumlah elemen yang bekerja bersama untuk memfasilitasi pemahaman dan
pertukaran pesan. Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai proses dalam
komunikasi:

Pengirim (Sender)

Pengirim adalah individu atau entitas yang memulai proses komunikasi dengan
merumuskan dan mengirim pesan kepada penerima.

Pengirim memiliki niat atau tujuan dalam mengirim pesan, yang bisa berupa informasi,
gagasan, perasaan, instruksi, atau pesan lainnya.

Pesan (Message)

Pesan adalah informasi atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengirim kepada
penerima.

Pesan bisa berbentuk lisan (ucapan), tulisan (teks), visual (gambar atau grafik), atau
bahkan tindakan.

Pesan harus dirumuskan dengan jelas agar dapat dipahami oleh penerima.

Saluran Komunikasi (Channel)

Saluran komunikasi adalah media atau cara yang digunakan untuk mengirim pesan dari
pengirim kepada penerima.

Saluran ini bisa berupa komunikasi langsung, seperti percakapan tatap muka, surat,
email, media sosial, telepon, atau berbagai bentuk media lainnya.

Penerima (Receiver) Penerima adalah individu atau entitas yang menerima pesan yang
dikirim oleh pengirim.

Tugas penerima adalah untuk menerima, menguraikan, dan memahami pesan yang
diterimanya.

Penerima harus membuka pikirannya untuk menerima informasi dengan benar.

Umpan Balik (Feedback)

Umpan balik adalah respons atau tanggapan yang diberikan oleh penerima kepada
pengirim setelah menerima pesan.

Ini penting karena umpan balik dapat mengkonfirmasi pemahaman yang benar atau
membantu klarifikasi jika ada kebingungan.
Umpan balik juga dapat memberikan informasi kepada pengirim tentang efektivitas
pesan mereka.

Konteks Komunikasi (Context)

Konteks merujuk pada latar belakang, situasi, atau lingkungan di mana komunikasi
terjadi.

Konteks dapat memengaruhi bagaimana pesan dipahami dan diterima. Misalnya, pesan
yang sama dapat memiliki makna yang berbeda dalam konteks yang berbeda.

Gangguan (Noise)

Gangguan atau noise adalah segala sesuatu yang dapat mengganggu atau menghalangi
transmisi pesan dengan jelas.

Ini bisa berupa kebisingan fisik, gangguan teknis, perbedaan budaya, atau bahkan
gangguan internal seperti distraksi.

Tujuan Komunikasi (Purpose):

Setiap komunikasi memiliki tujuan tertentu, seperti informasi, persuasi, instruksi, atau
hiburan.

Pengirim dan penerima harus memiliki pemahaman yang sama tentang tujuan
komunikasi agar pesan berhasil mencapai tujuan tersebut.

C. DAMPAK KOMUNIKASI

Dampak komunikasi adalah hasil akhir dari proses komunikasi dan mencakup
perubahan dalam pemikiran, pemahaman, atau tindakan penerima sebagai respons
terhadap pesan yang diterima.

Proses dalam komunikasi adalah dinamis dan kompleks. Kesuksesan dalam komunikasi
bergantung pada sejauh mana pengirim dan penerima dapat memahami dan mencapai
tujuan komunikasi mereka. Penting untuk merencanakan, merumuskan, dan mengirim
pesan dengan cermat serta berusaha untuk mengatasi gangguan atau hambatan yang
mungkin muncul selama proses komunikasi.

D. TOKOH KOMUNIKASI MASSA TEMPORER


1. Teori agenda setting

Menurut maxwell mcCombs dan Donald L Shaw, teori ini muncul sekitar 1973
dengan publikasi pertamanya berjudul “The agenda setting function of the mass media”.
Secara singkat teori penyusunan agenda ini mengatakan media (khususnya media berita)
tidak selalu berhasil memberitahu apa yang kita pikir, tetapi media tersebut benar-benar
berhasil memberitahu kita berfikir tentang apa. Media massa selalu mengarahkan kita pada
apa yang harus kita lakukan. Media memberikan agenda-agenda melalui pemberitaannya,
sedangkan masyarakat akan mengikutinya. teori ini media mempunyai kemampuan untuk
menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu.
Media mengatakan pada kita apa yang penting dan apa yang tidak penting. Media pun
mengatur apa yang harus kita lihat, tokoh siapa yang harus kita dukung.

Dengan kata lain, agenda media akan menjadi agenda masyarakatnya. Jika agenda
media adalah pemberitaan ten- tang operasi pemulihan keamanan di Aceh untuk menumpas
Gerakan Aceh Merdeka (GAM), agenda atau pembicaraan masyarakat juga sama seperti yang
diagendakan media ter- sebut. Hal ini berarti, jika pemberitaan media massa tentang kenaikan
harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang kontrover- sial, yang menjadi bahan pembicaraan
masyarakat tentang kenaikan harga BBM itu.

2. Teori Uses and Gratification

Herbert Blumer dan Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan teori ini.
teori Uses and Grafications (kegunaan dan kepuasan) ini dikenalkan pada tahun 1974 dalam
bukunya The Uses on Mass Communications: Current Perspectives on Gratifications
Research. Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk
memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak
yang aktif dalam proses komunikasi. artinya, teori uses and grafications mengasumsikan
bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya. Teori ini
jelas merupakan kebalikan dari teori peluru. Dalam teori peluru media sangat aktif dan all
powerfull, sementara audience berada di pihak yang pasif. Sementara itu, dalam teori uses
and gratifications ditekankan bahwa audience aktif untuk menentukan media mana yang
harus dipilih untuk memuaskan kebutuhannya. Kalau dalam teori peluru terpaan media akan
mengenai audience sebab ia berada di pihak yang pasif, sementara dalam teori uses and grati-
fications justru sebaliknya.

Teori uses dan gratifications lebih menekankan pada pen- dekatan manusiawi dalam
melihat media massa. Artinya, manusia itu mempunyai otonomi, wewenang untuk mem-
perlakukan media. Blumer dan Katz percaya bahwa tidak hanya ada satu jalan bagi khalayak
untuk menggunakan media. Sebaliknya, mereka percaya bahwa ada banyak alasan khala- yak
untuk menggunakan media. Menurut pendapat teori ini, konsumen media mempunyai
kebebasan untuk memutuskan bagaimana (lewat media mana) mereka menggunakan media
dan bagaimana media itu akan berdampak pada dirinya. Teori ini juga menyatakan bahwa
media dapat mempunyai penga- ruh jahat dalam kehidupan. Pengguaan teori ini bisa dilihat
dalam kasus selektivitas musik personal. Kita menyeleksi musik tidak hanya karena cocok
dengan lagunya, tetapi juga untuk motif-motif yang lain, misalnya untuk gengsi diri,
kepuasan batin, atau sekadar hiburan.

Sementara Schramm dan Porter dalam bukunya Men, Women, Message and Media
(1982) pernah memberikan formula untuk menjelaskan bekerjanya teori ini. Imbalan di sini
bisa berarti imbalan yang saat itu juga diterima (segera) atau imbalan yang tertunda. Imbalan
memenuhi kebutuhan khalayak. Misalnya, Anda akan menonton suatu acara pada televisi
tertentu karena media tersebut menyediakan atau memuaskan Anda akan kebutuhan
informasi atau hiburan. Upaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sangat
bergantung pada tersedia atau tidaknya media dan kemudahan memanfaatkannya. Bila kita
membagi janji imbalan dengan upaya yang diperlukan, kita memperoleh probabilitas seleksi
dari media massa tertentu.

Kita bisa memahami interaksi orang dengan media melalui pemanfaatan media oleh
orang itu (uses) dan kepuasan yang diperoleh (gratification). Gratifikasi yang sifatnya umum
antara lain pelarian dari rasa khawatir, peredaan rasa kesepian, dukungan emosional,
perolehan informasi, dan kontak sosial.

3. Teori Kontruksi Sosial Media Massa

Untuk memahami teori konstruksi sosial media massa, terlebih dahulu kita memahami
tentang paradigma. Sebagai suatu konsepistilah paradigma (paradigm) pertama kali
diperkenalkan oleh Thomas Kuhn dalam karyanya The Structure of Scientific Revolution
(1962)Menurut Kuhn, paradigma yakni suatu pandangan yang mendasar tentang apa yang
menjadi pokok persoalan (subject matter) suatu cabang ilmu Dalam perkembangan
selanjutnya, Masterman yang kemudian meredusir paradigma menjadi tiga bagian besar
yakni paradigma metafisik (metahphisical paradigma)paradigma yang bersifat sosiologi
(sociological paradigma) dan paradigma konstruk (construct paradigm)Dalam
perkembangannya, banyak ahli yang meneruskan pemikiran Kuhn tentang paradigma sosial
Durkhein dalam karyanya The Rule of Sociological Method (1895) dan Suicide (1897)
membangun konsep yang disebutnya fakta sosial Menurutnya fakta sosial inilah yang
menjadi pokok persoalan penyelidikan sosiologi Fakta sosial inilah yang dinyatakan sebagai
barang sesuatu (thing) yang berbeda dengan ide Barang sesuatu yang menjadi objek
penyelidikan dari seluruh ilmu pengetahuan Ia tidak dapat difahami melalui kegiatan mental
murni (spekulatif)Tetapi untuk memahaminya diperlukan penyusunan data riil di luar
pemikiran manusiaLain halnya dengan Durkheim, Max Weber berpendapat bahwa ilmu sosial
merupakan ilmu yang berusaha menafsirkan dan memahami (interpretative understanding)
Dalam karyanya, Weber meneliti tentang tindakan sosial (Sosial action) Inti tesisnya adalah
tindakan yang penuh arti atat yang dikenal dengan istilah paradigma defenisi sosialYang
dimaksudkannya dengan tindakan sosial itu adalah tindakan individu sepanjang tindakannya
itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang
lain Berdasarkan konsep Weber tentang tindakan sosial dan antar hubungan sosial ituterdapat
lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian sosiologi: 1. Tindakan manusia, menurut si
aktor mengandung makna yang subjektif yakni meliputi tindakan nyata 2. Tindakan nyata
yang bersifat membatin sepnuhnya dan bersifat subjektif.

4. Teori penetrasi sosial


Teori penetrasi sosial atau yang dikenal juga sebagai teori kulit bawang
menggambarkan proses ikatan hubungan di mana individu-individu bergerak dari komunikasi
dangkal (superficial) menuju komunikasi yang lebih intim (Irwin Altman dan Dalmas Taylor,
2008:196). Penelitian ini bertujuan secara umum untuk mengetahui pembentukan teori
penetrasi sosial dan kaitannya dengan pengungkapan diri. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian merupakan pendekatan kualitatif dengan metode kepustakaan. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah manusia memiliki beberapa lapisan kepribadian yang akan dimunculkan
pada situasi dan lawan interaksi yang berbeda pula. Pada proses dangkal (perkenalan)
individu akan memperlihatkan lapisan terluar. Seiring kedalaman kedekatan yang terjadi antar
individu, maka lapisan demi lapisan akan terkelupas dan dapat mengetahui lapisan terdalam
seseorang sehingga hubungan menjadi intim.

5. Teori negosiasi tatap muka


Teori yang eksplisit mengakui, orang dari budaya berbeda memiliki bermacam pikiran
atas "muka" orang lain. Pemikiran ini menyebabkan mereka menghadapi konflik dengan cara
yang berbeda. Face adalah perpanjangan dari konsep diri seseorang. Menurut David Ho, face
dapat menjadi lebih penting di bandingkan kehidupan itu sendiri. Erving Goffman
mendeskripsikan face sebagai sesuatu yang di pertahankan, hilang, atau di perkuat. Toomey
dan koleganya mengamati, face berkaitan dengan nilai diri positif dan memproyeksikan nilai
dalam situasi interpersonal. Facework berkaitan dengan bagaimana orang membuat apa pun
yang mereka lakukan konsisten dengan face mereka. Facework berorientasi pada self-face
atau other-face. Te-Stop Lim dan John Bowers mengidentifikasi tiga jenis facework:
kepekaan, solidaritas, pujian.

ASUMSI TEORI

1. Teori agenda setting komunikasi

Kata Setting atau yang dipadankan ke dalam Bahasa Indonesia dalam bentuk kata kerja (verb)
dalam istilah “mengeset” diartikan sebagai pekerjaan menata, mengatur (tentang rambut,
susunan huruf dalam mesin cetak, dan sebagainya): sudah menjadi kebiasaannya, ia mengeset
rambut setiap pergi ke pesta, adapun orang yang mengerjakan pekerjaan mengeset dikatakan
sebagai seorang “pengeset”. Sementara itu, jika kata mengeset diubah menjadi kata
“pengesetan” artinya menjadi “pengaturan” Berdasarkan pengertian secara etimologi di atas,
maka pengertian agenda setting dapat dipahami sebagai pengaturan atau penyusunan
agenda/acara/kegiatan. Hal ini sesuai dengan istilah yang dikemukakan oleh beberapa ahli
komunikasi Indonesia sebagai penentuan atau penyusunan agenda.

Adapun pengertian agenda setting dalam istilah komunikasi adalah: a) Maxwell E. McCombs
dan Donald L. Shaw percaya bahwa media massa memiliki kemampuan untuk mentransfer
hal yang menonjol yang dimiliki sebuah berita dari news agenda mereka kepada public
agenda. Pada saatnya, media massa mampu membuat apa yang penting menurutnya, menjadi
penting pula bagi masyarakat. Menurut Bernard C. Cohen agenda setting theory adalah teori
yang menyatakan bahwa media massa berlaku merupakan pusat penentuan kebenaran dengan
kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke
dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada
isu-isu yang dianggap penting oleh media massa. Dikemukakannya bahwa “pers mungkin
tidak berhasil banyak waktu dalam menceritakan orang-orang yang berfikir, tetapi berhasil
mengalihkan para pemirsa dalam berpikir tentang apa”. Stephan W. Littlejohn dan Karen A.
Foss mengemukakan bahwa agenda setting theory adalah teori yang menyatakan bahwa
media membentuk gambaran atau isu yang penting dalam pikiran. Hal ini terjadi karena
media harus selektif dalam melaporkan berita. Saluran berita sebagai penjaga gerbang
informasi membuat pilihan tentang apa yang harus dilaporkan dan bagaimana
melaporkannya.

2. Teori uses and gratification


terdapat tiga asumsi yang digunakan dalam teori uses and gratification menurut Katz et al.
(1973) yakni untuk poin yang pertama, adalah audiens dihadapi oleh banyak opsi atau pilihan
media. Munculnya berbagai macam pilihan tersebut karena sebagai upaya untuk memenuhi
kebutuhan audiens. Dalam hal ini, kebutuhan yang digambarkan dari segi psikologis dan
sosial. Poin kedua adalah berangkat dari kebutuhan audiens yang berbagai macam bentuknya
sehingga media dikaitkan dengan teori uses and gratification mencoba mengidentifikasi
kebutuhan dari tiap-tiap audiens. Poin yang ketiga, adalah terjadi kompetisi antar satumedia
dengan media lainnya untuk dapat memenuhi kebutuhan audiens.Griffin (2018) mengatakan
bahwa ada typology (kelompok klasifikasi) yang
menggambarkan hubungan antara audiens dengan media menurut teori uses andgratification:
-Passing time sebagai upaya untuk mengisi waktu luang
-Companionship untuk mendapatkan teman atau partneryang baru
-Escape untuk memiliki waktu sendiri dan melarikan diri dari tekanan suatu masalah
-Enjoyment untuk mendapatkan sesuatu yang menyenangkan

3. Teori konstruksi sosial media massa


1. Realitas merupakan hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuataan konstruksi sosial
terhadap dunia sosial di sekelilingnya.
2.Hubungan antara pemikiran manusia dan konteks sosial tempat pemikiran itu timbul,
bersifat berkembang dan dilembagakan.
3.Kehidupan masyarakat itu dikonstruksi secara terus menerus.
4.Membedakan antara realitas dengan pengetahuan. Realitas diartikan sebagai kualitas
yang terdapat di dalam kenyataan yang diakui sebagai memiliki keberadaan (being) yang
tidak bergantung kepada kehendak kita sendiri. Sementara pengetahuan didefinisikan
sebagai kepastian bahwa realitas realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang
spesifik. Frans M. Parera (Berger dan Luckmann, 1990: xx) menjelaskan, tugas pokok
sosiologi pengetahuan adalah menjelaskan dialektika antara diri (self) dengan dunia
sosiokultural. Dialektika ini berlangsung dalam proses dengan tiga“moment”
simultan.Pertama, eksternalisasi (penyesuaian diri) dengan duniasosiokultural sebagai
produk manusia. Kedua, obyektivasi, yaitu interaksi sosial yang terjadi dalam dunia
intersubyektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi. Sedangkan
ketiga, internalisasi, yaitu proses di mana individu mengidentifikasikan dirinya dengan
lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya.
Parera menambahkan bahwa tiga momentum dialektika itu memunculkan suatu proses
konstruksi sosial yang dilihat dari segi asal mulanya merupakan hasil
ciptaan manusia, yaitu buatan interaksi intersubjektif.

4. Teori Negosiasi Tatap Muka


(1) Keyakinan bahwa individu di dalam semua budaya memiliki citra diri berbeda dan
menegosiasikan citra terus menerus. (2) Terkait dengan konflik, akan dipandang sebagai
penghinaan terhadap muka. Spesifikasi konflik terkait dengan budaya dan orientasi face. (3)
Facework sebagai reaksi atas konflik juga selalu memberi sebuah dampak pada face
seseorang. Manajemen Face dan Budaya, Dalam budaya individualistik, manajemen muka
dilakukan secara terbuka, bahkan jika harus melakukan tawar - menawar. Budaya
kolektivistik berkaitan dengan "kemampuan adaptasi dari citra presentasi diri". Teori
negosiasi tatap muka mempertimbangkan pula pengaruh budaya terhadap bagaimana konflik
dikelola.

5. Teori Penetrasi Sosial

Dari Penjelasan Teori penetrasi sosial dapat diramalkan merujuk pada sebuah proses ikatan
hubungan dimana individu-individu bergerak dari komunikasi superficial (tidak dekat)
menjadi komunikasi yang lebih intim. Menurut Altman dan Taylor, keintiman tidak selalu
merujuk pada hubungan fisik, melainkan intelektual dan emosional hingga pada batasan
dimana pasangan melakukan aktivitas bersama. Altman dan Taylor menjelaskan bahwa
kepribadian manusia dianalogikan seperti bawang yang memiliki beberapa lapisan. (West
Richard, 2008:42) Asumsi teori hubungan ini mengalami kemajuan dari tidak intim menjadi
intim Pembukaan diri adalah inti dari perkembangan hubungan Perkembangan hubungan
mencakup depenetrasi (penarikan diri) dan disolusi. Secara umum, perkembangan hubungan
sistematis dan dapat diprediksi Hubungan-hubungan mengalami kemajuan dari tidak intim
menjadi intim. Hal ini berarti komunikasi antar individu berawal dari tingkat yang rendah
atau superficial, menuju kearah yang lebih intim. Biasanya individu yang baru mengenal satu
sama lain hanya akan berbicara basa- basi atau seperlunya saja, awal nya mungkin dianggap
tidak penting. Namun, justru percakapan ini sebagai awal untuk setiap individu melangkah
pada proses komunikasi selanjutnya menuju hubungan yang lebih intim. Secara umum,
perkembangan hubungan sistematis dan dapat diprediksi hubungan antar individu
berkembang secara sistematis dan dapat diperkirakan. Suatu hubungan pada dasarnya
memiliki sifat dinamis dan berubah. Namun, hubungan yang dinamis sekalipun akan
mengikuti suatu standar atau pola perkembangan tertentu. Manusia memang tidak dapat
mengetahui secara tepat arah suatu hubungan atau memperkirakan masa depan, namun
penetrasi sosial pada dasarnya memiliki sifat terorganisir dan dapat diprediksi Perkembangan
hubungan mencakup depenetrasi (penarikan diri) dan disolusi. perkembangan hubungan
mencakup depenetrasi, yaitu proses memburuknya hubungan dan disolusi, yaitu proses
pembubaran atau berakhirnya suatu hubungan. Altman dan Taylor menyamakan proses ini
seperti pemutaran film secara mundur. Suatu hubungan tidak selalu mengalami kemajuan,
namun ada pula yang mengalami kemunduran seperti ini. Jika komunikasi memiliki konflik,
maka hubungan dapat berjalan ke belakang menjadi kurang intim.

Anda mungkin juga menyukai