Anda di halaman 1dari 11

Model Model dalam Komunikasi

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Komunikasi


Dosen Pengampu: Dr. Fitri Kusumayanti., M. Si

Oleh:

Ikhsan Gunawan 12205022

KELAS KPI 4A
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,

Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha
Penyayang. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah
Muhammad ‫ﷺ‬, sebagai penunjuk jalan yang benar bagi umat manusia. Dengan izin
dan limpahan rahmat Allah yang Maha Kuasa, saya dengan rendah hati menyusun
makalah ini.

Makalah ini hadir sebagai bentuk upaya saya untuk mendalami suatu topik
yang sangat penting dalam mata kuliah sosiologi komunikasi ini. Semoga makalah
ini dapat menjadi sumber ilmu dan pemahaman yang bermanfaat bagi pembaca.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Pontianak

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 3
Latar Belakang..................................................................................................... 3
Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
Model-Model Komunikasi dan Peranannya dalam Komunikasi dengan
Masyarakat .......................................................................................................... 4
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 9
Kesimpulan .......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10

2
BAB I
PENDUHULUAN

Latar Belakang
Komunikasi merupakan aspek fundamental dalam kehidupan manusia
sebagai makhluk sosial. Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dan
bermakna sangat penting dalam membangun hubungan interpersonal, memahami
perspektif orang lain, serta menyampaikan ide dan gagasan dengan jelas. Dalam
konteks masyarakat yang semakin kompleks dan beragam, pemahaman tentang
model-model komunikasi menjadi sangat relevan.

Model-model komunikasi menawarkan kerangka konseptual yang


membantu kita memahami proses komunikasi secara lebih mendalam. Dengan
memahami berbagai model komunikasi, kita dapat meningkatkan keterampilan
komunikasi, mengatasi hambatan yang mungkin terjadi, serta memilih pendekatan
yang paling sesuai dalam situasi tertentu. Pemahaman ini juga membantu kita
dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
komunikasi, seperti konteks budaya, perbedaan individu, dan penggunaan media
komunikasi yang tepat.

Penguasaan model-model komunikasi menjadi semakin penting dalam era


digital saat ini, di mana komunikasi bermedia (baik online maupun offline) menjadi
semakin dominan. Pemahaman tentang cara berkomunikasi secara efektif melalui
berbagai media komunikasi, seperti media sosial, email, dan video konferensi,
menjadi sangat penting dalam dunia yang semakin terhubung ini.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan
masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana model-model komunikasi dapat membantu dalam memahami dan
mengoptimalkan proses komunikasi dengan masyarakat?

3
BAB II
PEMBAHASAN
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi, gagasan, atau
perasaan dari satu pihak kepada pihak lain. Komunikasi bukan hanya sekedar
menyampaikan pesan, tetapi juga memastikan bahwa pesan tersebut diterima dan
dipahami dengan baik oleh penerima. Proses komunikasi melibatkan unsur-unsur
seperti pengirim (komunikator), pesan, media atau saluran, penerima (komunikan),
serta umpan balik.

Dalam proses komunikasi, model komunikasi berperan penting sebagai


representasi sistematis yang menggambarkan potensi dan aspek tertentu dari proses
komunikasi tersebut. Model komunikasi adalah deskripsi sederhana mengenai apa
yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi dengan cara merepresentasikan
secara abstrak ciri pentingnya dan menghilangkan rincian tidak pentingnya. Dengan
kata lain, model komunikasi membantu kita memahami struktur, unsur, dan
mekanisme proses komunikasi secara lebih sederhana dan komprehensif.

Model-Model Komunikasi dan Peranannya dalam Komunikasi dengan


Masyarakat
Terdapat berbagai model komunikasi yang disusun oleh para ahli untuk
menjelaskan proses komunikasi dari berbagai sudut pandang. Meskipun beragam,
model-model tersebut bertujuan untuk menyederhanakan unsur-unsur penting
dalam komunikasi agar lebih mudah dipahami.

1. Model Stimulus-Respon (S-R)

Model ini menggambarkan proses komunikasi sebagai hubungan stimulus-


respon, di mana kata-kata, tanda-tanda nonverbal, gambar-gambar, dan tindakan
akan merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara tertentu.
Model ini dapat digunakan untuk memahami bagaimana pesan-pesan tertentu dapat
mempengaruhi perilaku masyarakat. Contoh, ketika seseorang yang menarik

4
perhatian Anda tersenyum kepada Anda ketika berpapasan, senyum tersebut
merupakan stimulus yang diberikan oleh individu tersebut. Respon Anda kemudian
adalah membalas senyumnya. Respon ini bisa menjadi indikasi bahwa Anda merasa
senang atau ramah terhadap individu tersebut. Dengan demikian, senyum dari
individu pertama memicu respon positif dari Anda.

Selanjutnya, individu tersebut bertanya kepada Anda, "Mau kemana?" Ini


adalah stimulus berikutnya dalam interaksi tersebut. Respon Anda adalah
memberikan informasi bahwa Anda akan pergi ke kuliah. Interaksi ini terus
berlanjut dengan individu tersebut melambaikan tangan ketika berpisah, yang
kemudian Anda balas dengan melambaikan tangan juga. Setiap tindakan dan respon
dalam interaksi ini merupakan bagian dari model komunikasi SR, di mana setiap
stimulus merangsang respons yang sesuai dari pihak lain.

Dalam hal yang lebih luas, model komunikasi SR dapat diterapkan untuk
memahami bagaimana pesan-pesan tertentu dapat mempengaruhi perilaku
masyarakat. Misalnya, pesan-pesan iklan yang menampilkan produk yang menarik
dapat menjadi stimulus yang merangsang konsumen untuk merespons dengan
membeli produk tersebut. Begitu juga, pesan-pesan yang disampaikan oleh
pemimpin politik atau sosial juga dapat mempengaruhi respons dan tindakan
masyarakat dalam skala yang lebih luas. Dengan memahami proses komunikasi
sebagai suatu hubungan antara stimulus dan respons, kita dapat lebih baik
memahami bagaimana pesan-pesan dapat memengaruhi perilaku dan interaksi
manusia dalam berbagai konteks.

Kelemahan model S-R (Stimulus-Respon) dalam komunikasi terletak pada


pandangannya yang dianggap statis. Model ini mengasumsikan bahwa perilaku
manusia terjadi karena dorongan dari luar (stimulus), tanpa mempertimbangkan
kehendak, keinginan, atau kemauan bebas individu.

5
2. Model Aristoteles

Model Aristoteles, yang juga dikenal sebagai "Model Retorika," adalah


salah satu model komunikasi klasik yang diperkenalkan oleh filsuf Yunani kuno,
Aristoteles. Model ini menekankan pentingnya tiga elemen utama dalam proses
komunikasi persuasif: ethos, logos, dan pathos.

Model ini mengatakan bahwa untuk berkomunikasi dengan baik dan


memengaruhi orang lain, kita perlu memikirkan baik-baik apa yang ingin kita
katakan, bagaimana kita mengatur pesan tersebut, dan cara kita menyampaikannya.
Model ini dapat digunakan dalam komunikasi dengan masyarakat untuk
mempengaruhi sikap dan perilaku mereka, seperti dalam kampanye sosial atau
penyebaran informasi penting.

Kelemahan model Aristoteles termasuk kesederhanaannya dan kurangnya


inklusi unsur-unsur penting seperti saluran, umpan balik, efek, serta hambatan atau
gangguan komunikasi. Model ini menggambarkan komunikasi sebagai fenomena
yang statis, di mana hanya terdapat pembicara yang berbicara kepada audiens yang
mendengarkan.

3. Model Lasswell

Model ini menggambarkan proses komunikasi dan fungsinya dalam


masyarakat, meliputi "Who?", "Says What?", "In What Channel?", "To Whom?",
and "With What Effect?" atau siapa (komunikator), mengatakan apa (pesan),
melalui saluran apa (media), kepada siapa (komunikan), dengan efek apa (dampak
komunikasi). Model ini dapat digunakan untuk memahami alur komunikasi dalam
konteks komunikasi massa atau kampanye publik.

Dengan menerapkan Model Lasswell, contohnya dalam kampanye sosial


tentang kesadaran lingkungan dapat dirancang dengan lebih terarah dan efektif.
Para pengelola kampanye dapat mempertimbangkan setiap elemen dari model ini

6
untuk memastikan bahwa pesan yang disampaikan sesuai dengan tujuan kampanye
dan efektif dalam mempengaruhi perilaku masyarakat.

4. Model Shannon dan Weaver

Model ini berfokus pada proses pengiriman dan penerimaan informasi,


meliputi sumber informasi (source), pemancar (transmitter), saluran (channel),
penerima (receiver), dan tujuan. Model ini dapat digunakan untuk memahami
bagaimana informasi dikirimkan dan diterima oleh masyarakat, serta
mengidentifikasi kemungkinan gangguan (noise) dalam proses komunikasi.

Dalam sosiologi komunikasi, Model Shannon dan Weaver memperlihatkan


bagaimana informasi disampaikan dan diterima dalam masyarakat. Misalnya,
dalam sebuah rapat umum, sumber informasi adalah pembicara, pemancar adalah
suara pembicara, saluran adalah udara tempat suara merambat, penerima adalah
pendengar, dan tujuan adalah pemahaman pesan oleh para pendengar. Noise dalam
konteks ini bisa berupa gangguan suara dari luar, seperti keributan di latar belakang,
yang dapat mengganggu pemahaman pesan yang disampaikan.

5. Model Linear

Model linear menggambarkan komunikasi sebagai proses satu arah, dari


pengirim pesan kepada penerima pesan. Model ini dianggap mengabaikan umpan
balik dari komunikan. Namun, model linear tetap relevan untuk menganalisis
komunikasi massa tertentu yang bersifat satu arah seperti siaran televisi, radio, atau
media cetak.

Dalam berkomunikasi dengan masyarakat, model linear dapat digunakan


untuk melihat bagaimana pesan-pesan disampaikan dari sumber/komunikator
(misal pemerintah, organisasi, media massa) kepada khalayak masyarakat luas
sebagai penerima pesan. Meskipun tidak ada umpan balik langsung, model ini

7
berguna untuk memahami unsur-unsur penting seperti sumber pesan, isi pesan,
media penyampaian pesan, dan dampak pesan terhadap masyarakat.

6. Model Interaksional

Berbeda dengan model linear, model interaksional menekankan pada proses


komunikasi dua arah dengan adanya umpan balik dari komunikan. Model ini lebih
relevan untuk menganalisis komunikasi di masyarakat yang memungkinkan
terjadinya pertukaran pesan dan umpan balik.

Dalam komunikasi massa modern, model interaksional sangat penting


dengan berkembangnya media baru dan media sosial yang memungkinkan
audiens/masyarakat memberikan umpan balik, komentar, atau bahkan
memproduksi konten sendiri. Model ini membantu memahami bagaimana pesan
tidak hanya disebar dari sumber ke penerima, tetapi juga beredar dan dipertukarkan
di antara anggota masyarakat.

Dengan menggunakan model interaksional, kita dapat menganalisis


bagaimana pesan dari pemerintah, organisasi, atau media massa beredar di
masyarakat, kemudian mendapat respons, komentar, atau bahkan penolakan dari
masyarakat. Umpan balik ini kemudian dapat memengaruhi pesan atau strategi
komunikasi selanjutnya.

8
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Model-model komunikasi memberikan kerangka konseptual yang berharga
dalam memahami proses komunikasi secara lebih mendalam, terutama dalam
konteks komunikasi dengan masyarakat. Melalui pemahaman terhadap berbagai
model komunikasi, kita dapat mengoptimalkan upaya komunikasi dan
meminimalkan hambatan yang mungkin terjadi.

Model Stimulus-Respon (S-R) membantu kita memahami bagaimana


pesan-pesan tertentu dapat mempengaruhi perilaku masyarakat. Model Aristoteles
menekankan pentingnya ethos, logos, dan pathos dalam komunikasi persuasif
dengan masyarakat. Model Lasswell memberikan kerangka untuk memahami alur
komunikasi massa dan kampanye publik. Model Shannon dan Weaver berfokus
pada proses pengiriman dan penerimaan informasi, serta mengidentifikasi
kemungkinan gangguan (noise) dalam komunikasi dengan masyarakat. Sementara
itu, Model Linear membantu kita memahami komunikasi satu arah dari sumber
kepada masyarakat luas, sementara Model Interaksional menganalisis komunikasi
dua arah dengan umpan balik dari masyarakat, yang sangat relevan dalam era media
baru dan media sosial saat ini.

Pemahaman yang komprehensif terhadap model-model komunikasi ini


memungkinkan kita untuk merancang strategi komunikasi yang lebih efektif,
memilih media yang tepat, dan memahami faktor-faktor penting seperti konteks
budaya, perbedaan individu, serta hubungan antara komunikator dan komunikan.
Dengan demikian, model-model komunikasi menjadi instrumen penting dalam
komunikasi dengan masyarakat untuk menyampaikan pesan secara jelas,
mempengaruhi sikap dan perilaku, serta membangun hubungan yang bermakna
dengan berbagai kelompok masyarakat.

9
DAFTAR PUSTAKA
Kenre, I. (2022). Bahan Ajar MODEL - MODEL KOMUNIKASI.
Liliweri, A. 2003. (2020). Makalah Model-model Komunikasi. Ilmu Komunikasi,
;13(6), 1–11.
Tahalele, O., Suatrat, F., Ivonnie Telussa, S., Nahuway, J., & Muh Akbar Saputra,
A. (2023). Pemahaman Dan Penguasaan Model-Model Komunikasi (Studi
Empiris Terhadap Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pattimura). Journal on Education,
06(01), 3184–3192.
Siti Rahmah, Sanusi, Muhammad Agus Humaidi. “PERSPEKTIF SOSIOLOGI
KOMUNIKASI (MUSYAWARAH ANTARA APARATUR DESA DAN
MASYARAKAT DESA PEKAUMAN KEC.MARTAPURA TIMUR
DALAM MENETAPKAN KPM BLT DD TA.2021) Siti,” 2021, 1–9.
Teguh Hidayatul Rachmad. “KOMISI PENYIARAN DALAM KAJIAN
SOSIOLOGI KOMUNIKASI ( Studi Kasus Komisi Penyiaran Indonesia
Daerah Jawa Timur ).” Jurnal Trunojoyo 9, no. 2 (2016): 67–71.

10

Anda mungkin juga menyukai