Anda di halaman 1dari 39

ILMU KOMUNIKASI PENDIDIKAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Pendidikan

Dosen Pengampuh:
OLIVIA FEBY MON HARAHAP, M.Pd

Disusun oleh:
Nama : Minta ito
Nim : 21070007
Mata kuliah : Komunikasi Pendidikan

PROGRAM PENDIDIKAN DESAIN FASHION


FAKULTAS BISNIS DAN PENDIDIKAN TERAPAN
UNIVERSITAS AUFA ROYHAN DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
2022/ 2023
LEMBAR PENGASAHAN

Saya atas nama MINTA ITO dengan nim 21070007,menyatakan


bahwa makalah ini tidak sepenuhnya saya copy paste.saya yang
bertanda tangan dibawah ini

( ) ( )
Olivia Feby Mon Harahap,M.Pd Minta ito
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul "konsep dasar komunikasi pendidikan" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Komunikasi
Pendidikan. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang
bagaiman itu ilmu Komunikasi Pendidikan dan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Sama halnya hubungan dalam dunia pendidikan, komunikasi
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan, karena sangat berkaitan
dengan aktivitas pembelajaran di dalamnya. Aktivitas pendidikan dapat
tersampaikan dengan adanya komunikasi yang berfungsi menjadi alat
dalam mencapai tujuan pendidikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada mam Olivia Feby Mon
Harahap, M.Pd selaku dosen mata kuliah Komunikasi Pendidikan. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi

kesempurnaan makalah ini. Dengan kerendahan hati, penulis memohon


maaf apabila ada ketidaksesuaian kalimat dan kesalahan. Meskipun
demikian, penulis terbuka pada kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah.

Padangsidimpuan,30 Desember 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………...................... i

DAFTAR ISI ……………………………………………………….................... ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………...........…1

Latar Belakang……………………………………………………….............… 2

Rumusan Masalah …………………………………………………….........….2

Tujuan Penelitian ……………………………………………….......................2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………..........…………. 3

2.1. Model-model komunikasi………………….............................……3


2.2 Komunikasi Verbal dan Non Verbal……………………………...... 9
2.3 Komunikasi Interpersonal...........................................................19

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ……………………………………………...................33

3.2 Saran ………………………………......................................…….34

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 35

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Komunikasi berasal dari bahasa latin Communicatio, dan asal kata ini
bersumber pada kata Communis yang artinya sama makna, yaitu sama
makna mengenai satu hal (Effendy, 2005: 3). Banyak makna tentang arti
kata komunikasi namun dari sekian banyak definisi yang diungkapkan
oleh para ahli dapat disimpulkan secara lengkap dengan maknanya yang
hakiki, yaitu komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu, atau untuk mengubah
sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung (secara lisan), maupun tidak
langsung melalui media. (Effendy, 2005: 5). Dalam kehidupan sehari-hari,
komunikasi merupakan suatu tindakan yang memungkinkan kita mampu
menerima dan memberikan informasi atau pesan sesuai dengan apa yang
kita butuhkan. Secara teoritis, tindakan komunikasi berdasarkan pada
konteks terbagi menjadi beberapa macam, yaitu konteks komunikasi
interpersonal, komunikasi intrapersonal, komunikasi kelompok,
komunikasi organisasi, dan komunikasi massa. Jika di lihat dari beberapa
konteks komunikasi di atas, konteks komunikasi yang berhubungan atau
sesuai dengan penelitian ini adalah komunikasi organisasi.
Komunikasi merupakan sarana untuk terjalinnya hubungan antar
seseorang dengan orang lain. dengan adanya komunikasi maka terjadilah
hubungan sosial. karena manusia itu adalah sebagai makhluk sosial,
maka terjadilah interaksi timbal balik.
Orang yang masih hidup tidaklah mungkin akan terlepas dari
komunikasi, walaupun bukan berarti semua perilaku adalah komunikasi.
Komunikasi terjadi dalam hampir setiap kegiatan manusia. Untuk lebih
tegas dapat dikatakan bahwa banyak kegiatan manusia yang hanya bisa
terjadi dengan bantuan komunikasi.
Komunikasi adalah proses penyampaian atau penerimaan pesan dari
satu orang kepada orang lain, baik langsung maupun tidak langsung,
secara tertulis, lisan, maupun bahasa nonverbal.
Komunikasi dalam pendidikan merupakan unsur yang sangat penting
kedudukannya, bahkan ia sangatbesar peranannya dalam menentukan
keberhasilan pendidikan yang bersangkutan. Orang sering berkata bahwa
tinggi rendahnya suatu pencapaian mutu pendidikan dipengaruhi oleh
faktor komunikasi ini, khususnya komunikasi pendidikan.
Di dalam pelaksanaan pendidikan formal (pendidikan sekolah),
tampak jelas adanya peran komunikasi yang sangat menonjol. Proses
belajar mengajarnya sebagian besar terjadi karena proses komunikasi,
baik komunikasi yang berlangsung secara intra personal maupun secara
antar personal. Oleh karena itu, penting bagi kita menjadi terampil
berkomunikasi, dan mengetahui prinsip-prinsip komunikasi baik di dalam
pendidikan maupun masyarakat

1.2. Rumusan Masalah


Beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Apa itu model-model komunikasi?
2. Apa yang dimaksud komunikasi verbal dan non verbal?
3. Apa itu komunikasi interpersonal?

1.3.Tujuan Penelitian
Dalam penulisan makalah ini sebagaimana masalah yang telah
penulis rumuskan, penulis memiliki beberapa tujuan, yaitu:
1. Menjelaskan tentang rumusan masalah
2. Untuk menambah wawasan pembaca tentang ilmu komunikasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. MODEL-MODEL KOMUNIKASI


Kata komunikasi berasal dari kata latin cum, yaitu kata depan
yang berarti “dengan” dan “bersama dengan”, dan unus, yaitu kata
bilangan yang berarti “satu”. Dari kedua kata itu terbentuk kata
benda communio yang dalam bahasa Inggris menjadi communion dan
berarti “kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan,
hubungan”. Jadi komunikasi pendidikan adalah proses penyampaian
pesan dari komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan
berupa materi atau ajaran, baik secara verbal maupun non verbal.
Kemudian komunikasi disini dikendalikan dan dikondisikan untuk tujuan-
tujuan pendidikan.
Model komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari proses
komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen
komunikasi dengan komponen lainnya. Menurut Sereno dan Mortensen,
suatu Model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang
dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Suatu model merepresentasikan
secara abstrak ciri-ciri penting dan menghilangkan rincian komunikasi
yang tidak perlu dalam “dunia nyata”.
Komunikasi memiliki beberapa model, dan setiap modelnya
memiliki definisi yang berbeda pula. Model komunikasi dibuat supaya
mempermudah dalam memahami proses komunikasi dan melihat
komponen dasar yang perlu ada dalam suatu komunikasi. Berikut adalah
model- model komunikasi yaitu:

2.1.1 Model Stimulus – Respons


Model ini merupakan model yang paling dasar dalam ilmu
komunikasi. Model ini menunjukan komunikasi sebagai sebuah proses
aksi reaksi. Model ini beranggapan bahwa kata-kata verbal, tanda-tanda

3
nonverbal, gambar-gambar, dan tindakan akan merangsang orang lain
untuk memberikan respon dengan cara tertentu. Kita dapat juga
mengatakan bahwa proses ini merupakan perpindahan informasi ataupun
gagasan. Proses ini dapat berupa timbal balik dan mempunyai efek yang
banyak. Setiap efek dapat merubah perilaku dari komunikasi berikutnya
Model ini mengabaikan komunikasi sebagai sebuah proses. Dengan kata
lain, komunikasi dianggap sebagai hal yang statis. Manusia dianggap
berprilaku karena kekuatan dari luar ( stimulus ), bukan berdasarkan
kehendak, keinginan, atau kemauan bebasnya.

2.1.2 Model Aristoteles


Model ini merupakan model yang paling klasik dalam ilmu
komunikasi. Bisa juga disebut sebagai model retorikal. Model ini membuat
rumusan tentang model komunikasi verbal yang petama. Komunikasi
terjadi saat pembicara menyampaikan pesannya kepada khalayak dengan
tujuan mengubah perilaku mereka. Aristoteles menerangkan tentang
model komunikasi dalam bukunya Rhetorica, bahwa setiap komunikasi
akan berjalan jika terdapat 3 unsur utama : Pembicara (speaker), Pesan
(message), dan Pendengar (listener). Model ini lebih berorientasi pada
pidato. Terutama pidato untuk mempengaruhi orang lain. Menurut
Aristoteles, pengaruh dapat dicapai oleh seseorang yang dipecaya oleh
publik, alasan, dan juga dengan memainkan emosi publik. Tapi model ini
juga memiliki banyak kelemahan. Kelemahan yang pertama adalah,
komunikasi dianggap sebagai fenomena yang statis. Kelemahan yang
kedua adalah, model ini tidak memperhitungkan komunikasi non verbal
dalam mempengaruhi orang lain. Meskipun model ini mempunyai banyak
kelemahan, tapi model ini nantinya akan menjadi inspirasi bagi para
ilmuwan komunikasi untuk mengembangkan model komunikasi modern.

4
2.1.3 Model Lasswell
Model ini menggambarkan komunikasi dalam ungkapan who, says
what, in which channel, to whom, with what effect atau dalam bahasa
Indonesia adalah, siapa, mengatakan apa, dengan medium apa, kepada
siapa,pengaruh apa? Model ini menjelaskan tentang proses komunikasi
dan fungsinya terhadap masyarakat. Lasswell berpendapat bahwa di
dalam komunikasi terdapat tiga fungsi. Yang pertama adalah pengawasan
lingkungan, yang mengingatkan anggota – anggota masyarakat akan
bahaya dan peluang dalam lingkungan. Kedua adalah korelasi berbagai
bagian terpisah dalam masyarakat yang merespon lingkungan. Ketiga
adalah transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi lainnya.
Model ini sering digunakan pada komunikasi massa. Who menjadi pihak
yang mengeluarkan dan menyeleksi berita, says what adalah bahan untuk
menganalisa pesan itu. In which channel adalah media. To whom adalah
khalayak. Dan with what effect adalah pengaruh yang diciptakan pesan
dari media massa kepada pembaca, pendengar, dan pemirsa. Sama
seperti model komunikasi lainnya, model ini juga mendapat kritik. Hal itu
dikarenakan model ini terkesan seperti menganggap bahwa komunikator
dan pesan itu selalu mempunyai tujuan. Model ini juga dianggap terlalu
sederhana. Tapi, sama seperti model komunikasi yang baik lainnya,
model ini hanya fokus pada aspek-aspek penting dalam komunikasi.
2.1.4 Model Shannon dan Weaver
Model ini membahas tentang masalah dalam mengirim pesan
berdasarkan tingkat kecermatannya. Model ini mengandaikan sebuah
sumber daya informasi (source information) yang menciptakan sebuah
pesan (message)dan mengirimnya dengan suatu saluran (channel)
kepada penerima (receiver) yang kemudian membuat ulang (recreate)
pesan tersebut. Dengan kata lain, model ini mengasumsikan bahwa
sumber daya informasi menciptakan pesan dari seperangkat pesan yang
tersedia. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi sinyal yang
sesuai dengan saluran yang dipakai. Sasaran (destination) adalah orang

5
yang menjadi tujuan pesan itu.Saluran adalah media yang mengirim
tanda dari pemancar kepada penerima.
2.1.5 Model Schramm
Wilbur Scheram membuat serangkai model komunikasi, dimulai
dengan model komunikasi manusia yang sederhana (1954), lalu model
yang lebih rumit yang memperhitungkan pengalaman dua individu yang
mencoba berkomunikasi, hingga ke model komunikasi yang dianggap
interaksi dua individu. Model pertama mirip dengan model Shannon dan
Weaver Model yang kedua Schramm memperkenalkan gagasan bahwa
kesamaan dalam bidang pengalaman sumber dan sasaranlah yang
sebenarnya dikomunikasikan, karena bagian sinyal itulah yang dianut
sama oleh sumber dan sasaran. Model yang ketiga Schramm
menanggap komunikasi sebagai interaksi dengan kedua pihak yang
menyandi(encode), menafsirkan (interpret) , menyandi ulang (decode),
mentransmisikan (transmit ), dan menerima sinyal(signal). Schramm
berpikir bahwa komunikasi selalu membutuhkan setidaknya tiga unsur:
 sumber (source),
 pesan (message), dan
 tujuan (destination).
2.1.6 Model Newcomb
Theodore Newcomb (1953) melihat komunikasi dari pandangan
sosial psokologi. Model ini juga dikenal dengan nama model ABX. Model
ini menggambarkan bahwa seseorang (A) mengirim informasi kepada
orang lain (B) tentang sesuatu (X). Model ini mengasumsikan bahwa
orientasi A ke B atau ke X tergantung dari mereka masingmasing. Dan
ketiganya memiliki sistem yang berisi empat orientasi yaitu:

o Orientasi A ke X
o Orientasi A ke B
o Orientasi B ke X

6
o Orientasi B ke A
Dalam model ini, komunikasi adalah suatu hal yang lumrah dan
efektif yang membuat orang-orang dapat mengorientasikan diri mereka
kepada lingkungannya. Ini adalah model tindakan komunikasi yang
disengaja oleh dua orang.
2.1.7 Model Westley dan Maclean
Model ini berbicara dalam dua konteks, komunikasi interperonal
dan massa.Dan perbedaan yang paling penting diantara komunikasi
interpersonal dan massa adalah pada umpan balik (feedback). Di
interpersonal, umpan balik berlangsung cepat dan langsung, sedang di
komunikasi massa, umpan baliknya bersifat tidak langsung dan lambat.
Dalam komunikasi interpersonal model ini, terdapat lima bagian :
orientasi objek (object orientation), pesan (messages), sumber (source),
penerima (receiver), dan umpan balik (feedback).
2.1.8 Model Berlo
Model ini hanya memperlihatkan proses komunikasi satu arah dan
hanya terdiri dari empat komponen yaitu sumber (Source), pesan
(Message), saluran (Channel), dan penerima (Receiver). Sumber adalah
pembuat pesan.Pesan adalah gagasan yang diterjemahkan atau kode
yang berupa simbol-simbol. Saluran adalah media yang membawa
pesan. Dan penerima adalah target dari komunikasi itu sendiri.
Disamping itu, juga menekankan ide bahwa meaning are in the people
atau arti pesan yang dikirimkan pada orang yang menerima pesan bukan
pada kata–kata itu sendiri. Melainkan dari arti atau makna kata pesan
yang ditafsirkan si pengirim bukan pada apa yang ada dalam komponen
pesan itu sendiri. Berlo juga mengubah pandangan orang menjadi
menginterpretasikan komunikasi.

2.1.9 Model Defleur


Model ini merupakan model komunikasi massa. Dengan
menyisipkan perangkat media massa (mass medium device) dan

7
perangkat umpan balik (feedback device). Model ini menggambarkan
sumber (source), pemancar(transmitter), penerima (receiver), dan tujuan
(destination) sebagai fase yang terpisah dalam proses komunikasi
massa, serupa dengan fase–fase yang digambarkan Schramm. Fungsi
dari penerima dalam model Defleur adalah menerima informasi dan
menyandikannya. Menurut Defleur, komunikasi bukanlah sebuah
pemindahan makna. Komunikasi terjadi dengan seperangkat komponen
operasi di dalam sistem teoritis, dengan konsekuensinya adalah
isomorpis diantara internal penerima kepada seperangkat simbol kepada
sumber dan penerima.
2.1.10 Model Komunikasi Linear
Model komunikasi ini dikemukakan oleh Claude Shannon dan
Warren Weaver pada tahun 1949 dalam buku The Mathematical of
Communication. Mereka mendeskripsikan komunikasi sebagai proses
linear karena tertarik pada teknologi radio dan telepon dan ingin
mengembangkan suatu model yang dapat menjelaskan bagaimana
informasi melewati berbagai saluran (channel). Hasilnya adalah
konseptualisasi dari komunikasi linear (linear communication model).
Pendekatan ini terdiri atas beberapa elemen kunci: sumber (source),
pesan (message) dan penerima (receiver). Model linear berasumsi
bahwa seseorang hanyalah pengirim atau penerima. Tentu saja hal ini
merupakan pandangan yang sangat sempit terhadap partisipanpartisipan
dalam proses komunikasi.
2.1.11 Model Interaksional
Model interaksional dikembangkan oleh Wilbur Schramm pada
tahun 1954 yang menekankan pada proses komunikasi dua arah di
antara para komunikator. Dengan kata lain, komunikasi berlangsung dua
arah: dari pengirim dan kepada penerima dan dari penerima kepada
pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan bahwa komunikasi selalu
berlangsung. Para peserta komunikasi menurut model interaksional
adalah orang-orang yang mengembangkan potensi manusiawinya

8
melalui interaksi sosial, tepatnya melalui pengambilan peran orang
lain(role-taking). Patut dicatat bahwa model ini menempatkan sumber
dan penerima mempunyai kedudukan yang sederajat. Satu elemen yang
penting bagi model interkasional adalah umpan balik (feedback), atau
tanggapan terhadap suatu pesan.

2.2 Komunikasi Verbal dan Non Verbal


Secara garis besar bentuk komunikasi menurut dari segi kemasan
pesan dapat dibagi menjadi komunikasi verbal dan komunikasi non verbal.
Berikut ini merupakan pengertian masing-masing tersebut:
2.2.1 Komunikasi Verbal (Verbal Communication)
Dalam komunikasi verbal, informasi disampaikan secara verbal
atau lisan. Verbal adalah pernyataan lisan antar manusia melalui
katakata dan simbol umum yang sudah disepakati antar individu,
kelompok (Fajar, 2009: 110). Komunikasi verbal adalah komunikasi
yang menggunakan simbol-simbol atau kata-kata baik yang
dinyatakan secara lisan maupun secara tertulis (Muhammad, 2009:
95). Komunikasi verbal dapat dibedakan atas komunikasi lisan dan
komunikasi tulisan. Komunikasi lisan dapat didefinisikan sebagai
suatu proses dimana seorang pembicara berinteraksi secara lisan
dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima
(Muhammad, 2009: 96).
Proses penyampaian informasi secara lisan inilah yang dinamakan
berbicara. Kualitas proses komunikasi verbal sering ditentukan oleh
intonasi suara dan ekspresi raut muka serta gerakan-gerakan tubuh.
Kode verbal dalam pemakaiannya menggunakan bahasa. Bahasa
dapat didefinisikan seperangkat kata yang telah disusun secara
terstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat yang mengandung arti.
Bahasa mempunyai banyak fungsi, namun sekurang-kurangnya ada
tiga fungsi yang erat hubungannya dalam menciptakan komunikasi
yang efektif yaitu (Cangara, 1998: 104):

9
1) Untuk mempelajari tentang dunia sekeliling kita.
2) Untuk membina hubungan yang baik di antara sesama
manusia.
3) Untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari, penyampaian dan penerimaan pesan
yang menggunakan kata-kata sering juga menggunakan tulisan.
Komunikasi tulisan apabila keputusan yang akan disampaikan oleh
pimpinan itu disandikan dalam simbol-simbol yang dituliskan pada
kertas atau pada tempat lain yang dapat dibaca.
Jadi definisi komunikasi verbal dapat disimpulkan bahwa
komunikasi yang menggunakan kata-kata secara lisan dengan secara
sadar dilakukan oleh manusia untuk berhubungan dengan manusia
lain. Dasar komunikasi verbal adalah interaksi antara manusia dan
menjadi salah satu cara bagi manusia berkomunikasi secara lisan
atau bertatapan dengan manusia lain, sebagai sarana utama
menyatukan pikiran, perasaan dan maksudnya (Fajar, 2009: 110).

2.2.2 Komunikasi Non Verbal (Non Verbal Communication)


Manusia dalam berkomunikasi selain memakai kode verbal juga
memakai kode non verbal. Kode non verbal biasa disebut bahasa
isyarat atau bahasa diam (silent language) (Cangara, 1998: 107).
Istilah non verbal biasanya dipergunakan untuk melukiskan semua
peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Komunikasi
non verbal cenderung lebih jujur dan akurat daripada kata-kata yang
diucapkan (Muchlas, 2008: 291) Komunikasi non verbal adalah
penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-
kata seperti komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh, sikap
tubuh, vokal yang bukan katakata, ekspresi muka, kedekatan jarak
dan sentuhan. Dapat juga dikatakan bahwa semua kejadian di
sekeliling situasi komunikasi yang tidak berhubungan dengan kata-
kata yang diucapkan atau dituliskannya. Dengan komunikasi non

10
verbal orang dapat mengekspresikan perasaannya melalui ekspresi
wajah dan kecepatan berbicara (Muhammad, 2009: 130).
Komunikasi non verbal yang dikenal sebagai “bahasa isyarat”
didefinisikan sebagai respons manusia tanpa kata seperti penampilan,
ekspresi wajah dan karakteristik lingkungan yang dipersepsikan,
dimana melalui lingkungan ini pesan-pesan yang ditransmisikan
secara verbal dan non verbal. Komunikasi non verbal mempunyai
banyak bentuk, tetapi yang paling penting dan banyak dikenal adalah
bahasa tubuh (body language). Gerakan-gerakan tubuh membawakan
arti dan pesan.
Gerakan-gerakan tersebut meliputi berbagai hal yang dilakukan
orang-orang terhadap matanya, tungkainya, tangannya, dan
posturnya. Kunci bahasa tubuh adalah apa yang dilakukan seseorang
terhadap tungkainya, terutama di kala orang tersebut sedang
mengalami ketegangan mental atau kecemasan. Yang bersangkutan
boleh saja mengaku rileks, tetapi nyatanya dia menyilangkan kakinya
begitu ketat, dimana kaki yang disilangkan itu kelihatan kaku (Muchlas
2008: 286-287). Dalam komunikasi non verbal, informasi dengan
menggunakan isyarat, gerak-gerik, barang, waktu, cara berpakaian,
atau sesuatu yang dapat menunjukkan suasana hati atau perasaan
pada saat tertentu. Ada beberapa komunikasi non verbal:
1) Cara berpakaian : komunikasi dengan penampilan menunjukkan
apakah laki-laki atau perempuan dan seseorang akan memperhatikan
bahwa model berpakaian mengkomunikasikan sesuatu.
2) Waktu : menantikan saat mekanisme lainnya dalam komunikasi non
verbal dalam suatu organisasi adalah penggunaan waktu.
3) Menggunakan tempat : seperti waktu, tempat membawakan
komunikasi penting. Misalnya seorang kepala biro, tentu menduduki
meja kerja yang besar dengan ukuran tertentu, dan bentuk-bentuk
tertentu yang biasa disebut sebagai meja biro di dalam suatu ruangan
yang besar. Adapun para staf atau pegawai biasa menduduki meja

11
dengan ukuran yang lebih kecil dan di suatu ruangan bersama-sama
dengan rekan lainnya (Umam, 2010: 226-227).
Komunikasi non verbal dapat juga sebagai ilustrator. Misalnya
menunjukkan tingginya tubuh seseorang, atau rendahnya suatu
pohon. Ada juga gerak tubuh untuk mengawasi aliran suatu informasi
dari orang lain. Misalnya menggelengkan kepala tanda tidak setuju
atau tidak tahu dan menganggukkan kepala tanda setuju.
Selanjutnya gerakan tubuh yang disebut sebagai adaptor, yang
menunjukkan gerakan-gerakan spesifik dari seseorang yang sudah
dikenal betul. Misalnya menopang dagu tanda sedang bingung,
mungusap rambut tanda kecewa.
Komunikasi verbal dan komunikasi non verbal berbeda dalam
banyak hal namun kedua bentuk komunikasi itu seringkali
bekerjasama. Komunikasi non verbal ini mempunyai fungsi tertentu
dalam proses komunikasi verbal. Fungsi utamanya adalah sebagai
pengulangan, pelengkap, pengganti, memberikan penekanan dan
memperdayakan (Muhammad, 2009: 132).
Tipe komunikasi non verbal diantaranya adalah yang berhubungan
dengan suara manusia atau vokalik, gerakan badan, sikap badan,
penggunaan ruang atau jarak dan penggunaan waktu
1. Vokalik
Vokalik adalah tingkah laku non verbal yang berupa suara, tetapi
tidak berupa kata-kata. Dapat juga dikatakan tanda-tanda yang
diciptakan dalam proses mengucapkan pesan, selain dari kata-
kata itu sendiri. Termasuk ke dalam vokalik ini adalah hal sebagai
berikut:
a) Kualitas suara yang berkenaan dengan pengontrolan
vokal, turun naiknya suara, pengontrolan nada suara,
pengucapan kata dengan jelas, gema suara dan
kecepatan berbicara.

12
b) Karakteristik vokal seperti tertawa, menangis, berbisik,
keluh kesah.
c) Pemberi sifat vokal, intensitas, tinggi suara dan luas.
d) Pemisahan vokal seperti: hmm, um, uh-uh dan perbedaan
diam dan gangguan suara.
Ada orang-orang yang dari kodratnya mereka berbicara keras
dan jelas. Jika orang-orang itu mengubah kualitas suara mereka
yang normal, dari suara keras dan jelas ke suara yang lunak dan
kabur, maka mereka menyampaikan sesuatu kepada lawan bicara.
Nada suara orang, tinggi, sedang, rendah, dan cara orang
berbicara, cepat, biasa, lambat dapat dipengaruhi oleh lingkungan
kebudayaannya. Misalnya, nada suara dan cara berbicara orang
Surabaya berbeda dari orang Surakarta. Nada suara dan cara
berbicara juga dapat dipengaruhi oleh keadaan keluarga. Jika
orang biasanya berbicara dengan suara rendah dan cara lambat.
Tiba-tiba pada suatu saat berbicara keras dan cepat, bisa jadi
alasan dan menambah arti akan isi pembicaraan yang hendak
disampaikannya (Hunsaker, 1986: 60). Perubahan dalam salah
satu atau semua kualitas suara itu dapat sangat mengubah
perasaan dan emosi yang menyertai maksud yang disampaikan.
Dengan memiliki kepekaaan dan pengetahuan mengenai
gabungan dari kualitas suara dan perasaan serta emosi yang
menyertainya, kita akan mampu menangkap maksud yang tidak
terucapkan yang disampaikan orang kepada kita. Perasaan marah,
heran, jemu, gembira, tidak sabar, gairah, sedih, sayang dan lain-
lain dapat ditampakkan hanya dengan mengubah kualitas suara
(Hunsaker, 1986: 61).
2. Bahasa Badan
Kategori bahasa badan ini adalah ekspresi muka, pandangan
mata, gerakan isyarat dengan menggunakan tangan, bahu, kepala
dan kaki, sentuhan dan sikap badan. Berikut ini adalah penjelasannya:

13
a) Ekspresi muka
Ekspresi muka dapat merupakan sumber informasi yang
menggambarkan keadaan emosional seseorang seperti
perasaan takut, marah, sedih, gembira dan minat. Ekspresi
wajah merupakan perilaku non verbal utama yang
mengekspresikan keadaan emosional seseorang. Beberapa
keadaan emosional yang dikomunikasikan oleh ekspresi wajah
yang dipahami secara universal: kebahagiaan, kesedihan,
ketakutan, keterkejutan, kemarahan, kejijikan, dan minat. Minat
seseorang antara lain dapat diketahui berdasarkan pembesaran
manik mata (pupil dilation). Semakin besar minat atau rasa suka
seseorang pada suatu objek, semakin besarlah manik matanya
(Mulyana, 2007: 377). Penelitian yang dilakukan berkenaan
dengan ekspresi muka dilakukan oleh Tomkin dan Mc Carter
(1964) yang dikutip oleh Muhammad (2009: 142) yang
mengembangkan 8 kategori perasaan menurut ekspresi wajah
yang kelihatan:
1) Minat dan kegemberiaan, ekspresi muka yang kelihatan
alis mata turun, mata mengikuti memandang dan
mendengar.
2) Kesukaan atau suka, ekspresi tersenyum, bibir
dilemparkan keluar dengan senyuman.
3) Terkejut atau merasa ngeri, alis mata naik, mata
terkedip.
4) Susah dan sedih, ekspresi menangis, alis mata
melengkung, mulut turun, pedih, terisak-isak.
5) Takut dan merasa terancam, mata terbuka lebar, muka
pucat, dingin, menggigil, rambut berdiri.
6) Malu dan merasa terhina, mata turun.
7) Jijik dan muak, bibir atas naik, senyum menyeringai.
8) Marah, muka merah, rahang dikatupkan.

14
b) Pandangan mata
Pandangan mata dapat diketahui bagaimana sikap
seseorang apakah siap untuk berinteraksi apakah berminat
atau memperhatikan pesan yang disampaikan atau tidak
(Muhammad, 2009: 141).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi utama dari
mata adalah untuk mengatur interaksi. Kontak mata merupakan
suatu tanda siap untuk berinteraksi dan apabila kontak mata
tidak ada disengaja atau tidak, akan mengurangi kemungkinan
adanya interaksi. Pandangan mata juga memainkan peranan
penting sebagai daya tarik pribadi. Umumnya pembicaraan
akan dirasa lebih positif apabila individu mengkuti pembicaraan
dengan lawan bicara dengan kontak mata yang lebih banyak
(Muhammad, 2009: 144). Ada sejumlah faktor yang
berhubungan dengan pandangan mata yaitu jarak, karakteristik
fisik, kepribadian, topik, situasi dan latar belakang kebudayaan.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa kontak mata umumnya
akan menjadi lebih banyak apabila orang yang berkomunikasi
agak berjauhan secara fisik, bila topik yang didiskusikan tidak
bersifat pribadi dan apabila tingkat minat tinggi terhadap reaksi
orang lain (Muhammad, 2009: 145).
c) Gestur atau gerakan isyarat
Bahasa badan lainnya adalah gestur atau gerakan isyarat.
Gerakan isyarat adalah gerakan badan, kepala, tangan dan
kaki yang dimaksud menyampaikan pesan tertentu. Gerakan
isyarat mempunyai peranan penting dalam komunikasi karena
dapat merupakan pengganti dan pelengkap bahasa verbal.
Salah satu cara berhubungan dengan orang lain yang masih
bersifat primitif adalah sentuhan. Berikut ini merupakan
macam-macam tipe dari gerakan isyarat:

15
(1) Tanda yang mengarahkan Salah satu tipe dari gerakan
isyarat adalah menggunakan tanda-tanda yang
menggarisbawahi atau menekankan pada poin tertentu
pada pesan verbal. Misalnya dari gerakan ini adalah
gerakan kepalan tangan atau tinju, gerakan telunjuk jari
dan tangan.
(2) Tanda-tanda ya dan tidak Bentuk yang lain dari gerakan
isyarat adalah kategori tanda-tanda yang mengatakan ya
atau tidak. Biasanya gerakan kepala digunakan untuk
tanda ini dan mungkin ini telah umum bagi beberapa
kebudayaan. Seperti gerakan kepala ke bawah dan ke
atas untuk mengatakan ya dan gerakan kepala ke kiri
dan ke kanan untuk menyatakan tidak.
(3) Tanda salam perpisahan Salam adalah sebagai bentuk
gerakan isyarat yang lain. Bentuk yang paling dikenal
sebagai sambutan/salam adalah berjabatan tangan,
berpelukan sebagai tanda senang akan kedatangan
seseorang. Bentuk salam yang digunakan biasanya
mencerminkan hubungan individu. Misalnya kalau dua
orang yang bersaudara berjumpa salam yang diberikan
mungkin berpelukan dan bukan berjabatan (Muhammad,
2009: 148).
(4) Tanda ikatan Gerakan isyarat juga dapat menunjukkan
ikatan atau hubungan satu sama lain. Misalnya orang
berjalan bergandengan, berpegangan tangan, minum
dari gelas 47 yang satu, duduk dan berjalan dekat-dekat
secara fisik dan selalu berbagi objek apa saja, ini
menunjukkan kepada orang lain bahwa mereka
mempunyai ikatan tertentu.
(5) Tanda isolasi Tanda isyarat yang lain seperti
menyilangkan tangan dan kaki, melalui mana kita

16
menyembunyikan atau menahan bagian badan dari
pandangan. Tanda ini dinamakan tanda isolasi. Isyarat
isolasi mungkin merupakan pesan yang disengaja,
walaupun seringkali tidak bertujuan. Isyarat yang lain
termasuk menopang dagu, menopang pipi, menyentuh
mulut dan gerakan ini sebagai pertanda tidak aman atau
merasa cemas, meskipun orang tidak menyadari
perasaan itu (Muhammad, 2009: 149).
d) Sentuhan
Sentuhan mempunyai aspek yang kritis dalam
berkomunikasi. Sentuhan juga memainkan peranan yang
pentung dalam memberikan dorongan, pernyataan kehalusan
budi, sokongan emosional dan bahkan lebih mempunyai
kekuasaan daripada kata-kata. Misalnya, bila seorang teman
baru saja menerima berita buruk, suatu tepukan di bahu teman
tersebut dapat lebih menyenangkan hatinya daripada kata-kata
yang diucapkan sebagai tanda memahami keadaannya.
Banyak macam sentuhan yang cocok dengan berbagai situasi
dan tergantung kepada individu dan hubungan mereka satu
dengan yang lainnya. Misalnya pada saat rapat bisnis, peserta
yang mula bertemu mungkin berjabat tangan satu sama lain,
tetapi bentuk sentuhan yang lain jarang sekali dipergunakan.
Lain halnya dengan saat pesta, yang ramai sentuhan adalah
hal yang umum. Dua orang teman mungkin berpelukan atau
berciuman pada waktu berjumpa, berpegangan satu sama lain
waktu menari dan duduk dekatdekat atau bergandengan
(Muhammad, 2009: 149). Sentuhan dapat mengkomunikasikan
banyak pesan diantaranya menunjukkan rasa sosial dan sopan
seperti bersalaman dengan orang yang baru dikenal,
menyampaikan pesan persaudaraan dan kehangatan seperti
menepuk bahu teman, memperlihatkan keintiman dan kasih

17
sayang yang dinyatakan dengan pelukan dan bergandengan
tangan. Walaupun sentuhan ini dapat mengkomunikasikan
bermacam-macam pesan tetapi mungkin menimbulkan
kesalahan dalam menginterpretasikannya karena adanya
faktor-faktor yang menentukan seperti suku bangsa, status, dan
kebudayaan dari orang yang menyampaikan pesan. Bentuk
sentuhan yang sama mungkin mempunyai arti yang berbeda
bagi kelompok bangsa lain (Muhammad, 2009: 150).
e) Sikap tubuh
Sikap tubuh juga merupakan satu tanda non verbal dalam
komunikasi. Sikap tubuh memberikan informasi tentang sikap,
status, emosi dan kehangatan. Pesan yang disampaikan
dengan sikap tubuh sebenarnya tidak dapat diamati, tetapi
menurut ahli psikologi sikap tubuh merupakan kunci perasaan
rileks dan tegang. Orang yang mempunyai status lebih rendah
umumnya lebih kaku, kelihatan agak tegang dibandingkan
dengan orang yang statusnya lebih tinggi yang kelihatannya
lebih rileks. Situasi yang seperti ini sering terjadi dalam
organisasi pada waktu atasan berkomunikasi dengan
bawahannya (Muhammad, 2009: 150). Misalnya orang yang
mempunyai status lebih tinggi akan kelihatan lebih rileks dan
kurang perhatian daripada karyawan yang lebih rendah
statusnya. Pimpinan 50 akan cenderung tidak menghadapkan
pandangannya kepada bawahannya dan malah juga sering
dilihat sambil mengerjakan pekerjaaannya dan pimpinan
mendengarkan pesan yang disampaikan bawahannya
(Muhammad, 2009: 151).
3. Penggunaan Ruangan atau Jarak Penggunaan ruangan atau
jarak memainkan peranan tertentu dalam komunikasi manusia.
Pembagian jarak tersebut adalah sebagai berikut (Muhammad,
2009: 152):

18
a) Jarak yang menunjukkan keintiman.
b) Jarak pribadi atau personal.
c) Jarak sosial.
d) Jarak umum.
4. Penggunaan Waktu
Perlakuan terhadap waktu juga memperlihatkan fungsi status.
Makin lebih tinggi status seseorang makin memungkinkan untuk
menyalahgunakan waktu sementara yang lainnya diharapkan datang
tepat menurut jadwal. Orang yang mempunyai status yang lebih tinggi
bertindak mengontrol waktu yang lainnya dengan berbagai cara.
Atasan seringkali mengirim pesan bahwa waktunya adalah lebih
penting dari waktu bawahannya.

Perbedaan Komunikasi verbal dan non verbal:


Komunikasi Vokal Komunikasi Non
Vokal
Komunikasi Verbal Bahasa Lisan Bahasa Tertulis
Komunikasi NoN Nada Suara, Jeritan, Isyarat, Gerakan,
Verbal Kualitas Vokal Penampilan, Ekspresi
Wajah

2.3 Komunikasi Interpersonal


2.3.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah
komunikasi antara orang – orang secara tatap muka, yang memungkinkan
setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik
verbal maupun nonverbal (Mulyana, 2005, p. 73). Komunikasi itu
menunjukkan bahwa pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak
yang dekat dan mereka saling mengirim dan menerima pesan baik verbal
ataupun non-verbal secara simultan dan spontan.

19
R. Wayne Pace pun mengungkapkan bahwa komunikasi
antarpribadi atau communication interpersonal merupakan proses
komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap
muka dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan
penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung
(Cangara, 1998, p. 32)
Selaras dengan itu De Vito dalam Saudia (2013) menjelaskan
komunikasi interpersonal sebagai pengiriman pesan-pesan dari seorang
atau sekelompok orang (komunikator) dan diterima oleh orang yang lain
(komunikan) dengan efek dan umpan balik yang langsung.
Dengan demikian, komunikasi interpersonal terjadi secara aktif
bukan pasif. Komunikasi ini merupakan komunikasi timbal balik antara
pengirim dan penerima pesan. Komunikasi interpersonal bukan sekedar
serangkaian rangsangan-tanggapan, stimulus-respon, akan tetapi
serangkaian proses saling menerima dan penyampaian tanggapan yang
telah diolah oleh masing-masing pihak.
Komunikasi interpersonal juga berperan untuk saling mengubah
dan mengembangkan. Dan perubahan tersebut melalui interaksi dalam
komunikasi, pihak-pihak yang terlibat untuk memberi inspirasi, semangat,
dan dorongan agar dapat merubah pemikiran, perasaan, dan sikap sesuai
dengan topik yang dikaji bersama.
Di dalam suatu masyarakat, komunikasi interpersonal merupakan
bentuk komunikasi antara seseorang dengan orang lain untuk mencapai
tujuan tertentu yang bersifat pribadi. Sedangakan dalam suatu organisasi
(bisnis dan non bisnis), komunikasi interpersonal merupakan komunikasi
yang terjadi antara manajer dengan karyawan atau antara karyawan yang
satu dengan karyawan yang lain dengan menggunakan media tertentu
untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang bersifat pribadi. Pola
komunikasi yang terbangun dalam komunikasi interpersonal lebih bersifat
informal (Purwanto, 2011, p. 26).

20
Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal
merupakan komunikasi yang terjadi secara langsung baik itu secara
verbal atau nonverbal sehingga komunikator dan komunikan dapat
menerima dan memberikan umpan balik secara langsung yang dilakukan
sekurang-kurangnya dua orang atau lebih, dilakukan secara tatap muka.

Gambar 1 Komunikasi Tatap Muka

Agar komunikasi interpersonal yang dilakukan menghasilkan


hubungan interpersonal yang efektif dan kerjasama bisa ditingkatkan
maka kita perlu bersikap terbuka, sikap percaya, sikap mendukung, dan
terbuka yang mendorong timbulnya sikap yang paling memahami,
menghargai, dan saling mengembangkan kualitas. Hubungan
interpersonal perlu ditumbuhkan dan ditingkatkan dengan memperbaiki
hubungan dan kerjasama antara berbagai pihak. Komunikasi interpersonal
dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang
menyenangkan bagi komunikan.

21
2.3.2 Komponen Komunikasi Interpersonal
Komponen komunikasi interpersonal diidentifikasi dari dan dalam
proses penyampaian dan penerimaan pesan dari seseorang kepada
orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampak dan
peluang untuk memberikan umpan balik segera. DeVito (1997, p. 27)
mengemukakan komponen-komponen tersebut terdiri dari 8 (delapan)
komponen yang perlu dicermati setiap komunikator, yaitu: (1) Konteks
(lingkungan) komunikasi, (2) Sumber-penerima, (3) Enkoding-dekoding (4)
Kompetensi komunikasi, (5) Pesan dan saluran, (6) Umpan balik, (7)
Gangguan, dan (8) Efek komunikasi.

Gambar 2 Komponen Komunikasi Interpersonal

1. Konteks (lingkungan)
Konteks atau lingkungan merupakan sesuatu yang kompleks.
Antara dimensi fisik, sosial-psikologis dan dimensi temporal saling

22
mempengaruhi satu sama lain. Kita mesti memahami bahwa
kenyamanan ruangan, peranan seseorang dan tafsir budaya serta
hitungan waktu, merupakan contoh dari sekian banyak unsur
lingkungan komunikasi. Komunikasi sering berubah-ubah, tidak pernah
statis melainkan selalu dinamis.
2. Komponen sumber-penerima
Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan seseorang dalam
berkomunikasi adalah sumber yang juga penerima. Sebagai sumber
dalam berkomunikasi menunjukkan bahwa kita mengirim pesan. Kita
mengirim pesan berarti kita berbicara, menulis, memberikan isyarat
tubuh atau tersenyum. Kita menerima pesan orang lain, berati kita
mendengarkan, melihat secara visual bahkan melalui merabanya atau
menciumnya. Pada saat kita berbicara dengan orang lain, kita
berusaha memandangnya untuk memperoleh tanggapan: dukungan,
pengertian, simpati, dan sebagainya, dan pada saat kita menyerap
isyarat-isyarat non-verbal, kita menjalankan fungsdi penerima dalam
berkomunikasi.
3. Enkoding-Dekoding
Baik sebagai sumber ataupun sebagai penerima, seseorang
mengawali proses komunikasi dengan mengemas pesan (pikiran atau
suatu ide) yang dituangkan ke dalam gelombang suara (lembut,
berapi-api, tegas, marah dan sebagainya) atau ke dalam selembar
kertas. Kode-kode yang dihasilkan ini berlangsung melalui proses
pengkodean (enkoding). Bagaimana suatu pesan terkodifikasi, amat
tergantung pada keterampilan, sikap, pengetahuan dan sistem sosial
budaya yang mempengaruhi.
Sebelum suatu pesan itu disampaikan atau diterimakan, dalam
berkomunikasi kita berusaha menghasilkan pesan simbol-simbol patut
diterjemahkan lebih dahulu kedalam ragam kode atau simbol tertentu
oleh si-penerima melalui mendengarkan atau membaca. Inilah
pengkoden kembali (dekoding) dari pesan yang dikirim dan tentu saja

23
tidak akan lepas dari adanya keterbatasan penafsiran pesan.
Sepertihalnya kodifikasi pesan oleh sipengirim, pengkodean di pihak
penerimapun dibatasi oleh keterampilan, sikap, pengetahuan dan
sistem sosial budaya yang dianut.
4. Kompetensi Komunikasi
Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan dalam
berkomunikasi secara efektif. Kompetensi ini mencakup pengetahuan
tentang peran lingkungan dalam mempengaruhi isi dan bentuk pesan
komunikasi. Suatu topik pembicaraan dapat dipahami bahwa hal itu
layak dikomunikasikan pada orang tertentu dalam lingkungan tertentu,
tetapi hal itu pula tidak layak untuk orang dan lingkungan yang lain.
Kompetensi komunikasi juga mencakup kemampuan tentang tatacara
perilaku non-verbal seperti kedekatan, sentuhan fisik, dan suara keras.
Masalah kompetensi komunikasi dapat mengungkapkan mengapa
seseorang begitu mudah menyelesaikan studi, begitu cepat membina
karir, begitu menyenangkan dalam berbicara, sedang yang lainnya
tidak. Anda di sini dituntut dapat meningkatkan kompetensi
komunikasi, sehingga menjadi banyak pilihan untuk Anda berperilaku.
5. Pesan dan Saluran
Pesan sebenarnya merupakan produk fisik dari proses kodifikasi.
Jika seseorang itu berbicara, maka pembicaraan itu adalah pesan. Jika
seseorang itu menulis, maka tulisan itu adalah pesan. Bila kita
melakukan suatu gerakan, maka gerakan itu adalah pesan. Pesan itu
dipengaruhi oleh kode atau kelompok simbol yang digunakan untuk
mentransfer makna atau isi dari pesan itu sendiri dan dipengaruhi oleh
keputusan memilih dan menata kode dan isi tersebut.
Menurut Sendjaja (2004) mengutip pendapat Reardon bahwa
kendala utama dalam berkomunikasi seringkali lambang atau simbol
yang sama mempunyai makna yang berbeda. Artinya,
kekurangcermatan di dalam memilih kode atau mentransfer makna
dan menata kode dan isi pesan, dapat menjadi sumber distorsi

24
komunikasi. Karena itu komunikasi menurut mereka seharusnya
dipertimbangkan sebagai aktivitas dimana tidak ada tindakan atau
ungkapan yang diberi makna secara penuh, kecuali jika
diinterpretasikan oleh partisipan yang terlibat.
Saluran merupakan medium, lewat mana suatu pesan itu
berjalan. Saluran dipilih oleh sumber komunikasi. Sumber komunikasi
dalam organisasi biasanya ditetapkan menurut jaringan otoritas yang
berlaku bertalian dengan pelaksanaan pekerjaan secara formal dalam
organisasi itu. Sedangkan saluran informal biasanya biasanya
digunakan untuk meneruskan pesan-pesan pribadi atau pesan-pesan
sosial yang menyertai pesan-pesan yang disampaikan secara formal.
6. Umpan Balik
Umpan balik merupakan pengecekan tentang sejauhmana sukses
dicapai dalam mentransfer makna pesan sebagaimana dimaksudkan.
Setelah penerima pesan melaksanakan pengkodean kembali, maka
yang bersangkutan sesungguhnya telah berubah menjadi sumber.
Maksudnya bahwa yang bersangkutan mempunyai tujuan tertentu,
yakni untuk memberikan respon atas pesan yang diterima, dan ia
harus melakukan pengkodean sebuah pesan dan mengirimkannya
melalui saluran tertentu kepada pihak yang semula bertindak sebagai
pengirim. Umpan balik menentukan apakah suatu pesan telah benar-
benar dipahami atau belum dan adakah suatu perbaikan patut
dilakukan.
7. Gangguan
Gangguan merupakan komponen yang menghambat dan
membaurkan pesan. Gangguan merintangi sumber dalam mengirim
pesan dan merintangi penerima dalam menerima pesan. Gangguan ini
dapat berupa fisik, psikologis dan semantik.
8. Efek Komunikasi
Pada setiap peristiwa komunikasi selalu mempunyai
konsekuensi atau dampak atas satu atau lebih yang terlibat. Dampak

25
itu berupa perolehan pengetahuan, sikap-sikap baru atau memperoleh
cara-cara atau gerakan baru sebagai refleksi psiko-motorik

2.3.3 Tujuan Komunikasi Interpersonal


Tujuan – tujuan komunikasi antarpribadi dapat dilihat dari dua
perspektif (Fajar, 2009, p. 80) yaitu:
1. Tujuan – tujuan yang dilihat sebagai faktor-faktor motivasi atau
sebagai alasan mengapa kita terlibat dalam komunikasi
antarpribadi. Dengan demikian komunikasi antarpribadi bias
mengubah sikap dan prilaku seseorang.
2. Tujuan – tujuan yang dipandang sebagai hasil efek umum dari
komunikasi antarpribadi. Dengan demikian sebagai suatu hasil dari
komunikasi antarpribadi adalah kita dapat mengenal diri kita
sendiri, membuat hubungan lebih baik, bermakna dan memperoleh
pengetahuan tentang dunia luar.

Menurut Widjaja dalam bukunya (2010, p. 8) Fungsi komunikasi


antar pribadi atau komunikasi interpersonal adalah berusaha
meningkatkan hubungan insani, menghindari dan mengatasi konflik-konflik
pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagai pengetahuan
dan pengalaman dengan orang lain.
Komunikasi interpersonal dapat meningkatkan hubungan
kemanusiaan diantara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam hidup
bermasyarakat seseorang bisa memperoleh kemudahan dalam hidupnya
karena memiliki pasangan hidup. Melalui komunikasi interpersonal juga
dapat berusaha membina hubungan baik, sehingga menghindari dan
mengatasi terjadinya konflik-konflik yang terjadi
Seseorang berkomunikasi dengan orang lain tentu saja mempunyai
tujuan tertentu. Adapun tujuan umum yang ingin dicapai dalam komunikasi
interpersonal adalah: 1) menyampaikan informasi; 2) berbagi pengalaman;
3) menumbuhkan simpati; 4) melakukan kerja sama; 5) menceritakan

26
kekesalan atau kekecewaan; 6) menumbuhkan motivasi (Purwanto, 2011,
p. 27).
Tujuan komunikasi interpersonal yang utama adalah sebagai
berikut:
1. Menemukan diri sendiri
2. Menemukan dunia luar
3. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti
4. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku
5. Untuk bermain dan kesenangan
6. Untuk membantu (konseling)
7. Mengungkapkan perhatian kepada orang lain

2.3.4 Fungsi Komunikasi Interpersonal


Komunikasi antar pribadi memiliki 2 fungsi, yaitu fungsi sosial dan
fungsi pengambilan keputusan:
1. Fungsi Sosial
a) Untuk kebutuhan biologis dan psikologis
Sejak lahir kita tidak dapat hidup sendiri untuk
mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan
orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti dan
minum, dan memenuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan
kebahagiaan. Melalui komunikasi pula kita dapat memenuhi
kebutuhan emosional kita dan meningkatkan kesehatan mental kita.
Kita belajar makna cinta, kasih sayang, keintiman, simpati, rasa
hormat, rasa bangga, bahkan iri hati dan kebencian. Melalui
komunikasi kita dapat mengalami berbagai kualitas perasaan itu dan
membandingkannya antara perasaan satu dengan perasaan yang
lain.
b) Mengembangkan hubungan timbal balik
Komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi
yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan baik

27
secara verbal atau nonverbal, seseorang penerima beraksi dengan
jawaban verbal atau menggunakan kepala, kemudian orang pertama
beraksi lagi setelah menerima respons atau umpan balik dari kedua,
dan begitu seterusnya. Jadi hubungan timbal balik ini berfungsi
sebagai unsur pemerkarya, pemerkuat komunikasi antar pribadi
sehingga harapan-harapan dalam proses komunikasi menjadi
sungguh-sunguh terjadi.
c) Untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu diri sendiri
Komunikasi itu penting membangun konsep diri kita, aktualisasi
diri, kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar
dari tekanan. Pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah
pandangan kita mengenai siapa diri kita dan itu hanya bias kita
peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita.
Pernyataan eksistensi diri orang berkomunikasi untuk menunjukkan
dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau pernyataan
eksistensi diri. Ketika berbicara, kita sebenarnya menyatakan bahwa
kita ada.
d) Menangani konflik
Untuk melakukan komunikasi dengan baik, sebaiknya kita
mengetahui situasi dan kondisi serta karakteristik lawan bicara.
Sebagaimana yang kita tahu, bahwa setiap manusia itu seperti
sebuah radar yang melingkupi lingkungan. Manusia bias menjadi
sangat sensitive pada bahasa tubuh, ekspresi wajah, postur,
gerakan, intonasi suara yang akan membantu individu untuk
memberi penekanan pada kebenaran, ketulusan dan reliabilitas dari
komunikasi itu sendiri sehingga komunikasi itu sendiri dapat
mempengaruhi pola pikir lawan bicara kita. Dengan demikian
komunikasi antarpribadi berfungsi untuk mengurangi atau mencegah
timbulnya suatu konflik didalam suatu organisasi atau kelompok
masyarakat.

28
2. Fungsi pengambilan keputusan
a) Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi
Dalam proses memberi atau bertukar informasi, komunikasi
sangat memiliki pengaruh yang sangat efektif digunakan karena
dalam hal ini komunikasi dapat mewakili informasi yang dikehendaki
dalam pesan yang dia sampaikan sebagai bahan perakapan pada
kegiatan komunikasi.
b) Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain
Komunikasi yang berfungsi seperti ini mengandung muatan
persuasif dalam arti pembicara ingin pendengarnya mempercayai
bahwa fakta atau informasi yang disampaikan akurat dan layak untuk
diketahui. Bahkan komunikasi yang sifatnya menghiburpun secara
tidak langsung membujuk kalayak untuk melupakan persoalan hidup
mereka.

2.3.6 Proses Komunikasi Interpersonal


Proses komunikasi ialah langkah-langkah yang menggambarkan
terjadinya kegiatan komunikasi (Suranto, 2011, p. 10). Proses komunikasi
interpersonal adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan
kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan
makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini
bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan
tujuan komunikasi pada umumnya).
Proses komunikasi interpersonal dapat terjadi apabila ada interaksi
antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif
komunikasi.
Tahapan proses komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Penginterprestasian
Hal yang diinterpretasikan adalah motif komunikasi, terjadi dalam
diri komunikator. Artinya, proseskomunikasi tahap pertama bermula
sejak motif komunikasi muncul hingga akal budi komunikator berhasil

29
menginterpretasikan apa yang ia pikir dan rasakan ke dalam pesan
(masih abstrak). Proses penerjemahan motif komunikasi ke dalam
pesan disebut interpreting.
2. Penyandian
Tahap ini masih ada dalam komunikator dari pesan yang bersifat
abstrak berhasil diwujudkan oleh akal budi manusia ke dalam lambang
komunikasi. Tahap ini disebut encoding, akal budi manusia berfungsi
sebagai encorder, alat penyandi: merubah pesan abstrak menjadi
konkret.
3. Pengiriman
Proses ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan
komunikasi, mengirim lambang komunikasi dengan peralatan
jasmaniah yang disebut transmitter, alat pengirimpesan.
4. Perjalanan
Tahapan ini terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan
dikirim hingga pesan diterima oleh komunikan.
5. Penerimaan
Tahapan ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi
melalui peralatan jasmaniah komunikan.
6. Penyandian Balik
Tahap ini terjadi pada diri komunikan sejak lambang komunikasi
diterima melalui peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal
budinya berhasil menguraikannya (decoding).
7. Penginterpretasian
Tahap ini terjadi pada komunikan, sejak lambang komunikasi
berhasil diurai kan dalam bentuk pesan.

30
Gambar 3 Proses Komunikasi Interpersonal

Proses komunikasi yang lainnya menurut Bovee dan Thill


(Vardiansyah, 2004) proses komunikasi terdiri atas enam tahap, yaitu:
1. Pengiriman mempunyai asuatu de atau gagasan.
2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan.
3. Pengirim menyampaikan pesan.
4. Penerima menerima pesan
5. Penerima menafsikan pesan.
6. Penerima memberi tangapan dan mengirim umpan balik kepada
pengirim.
Keenam tapan dalam prose komunikasi tersebut dapat di gambarkan
dalam sebuah diagram berikut:

31
Tahap 1 Tahapan 6
pengirim Penerima mengirim
mempunyai gagasan ide pesan

Tahapan 2 Tahapan 5
Pengirim mengubah Penerima
ide menjadi pesan SALURAN dan menafsirkan pesan
MEDIA

Tahapan 3 Tahapan 4

Pengirim mengirim Penerima menerima


pesan pesan

Gambar 4 Tahap Proses Komunikasi

BAB III

32
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antara orang –
orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun
nonverbal. Hal ini dapat mencakup semua aspek komunikasi seperti
mendengarkan, membujuk, menegaskan, bercerita dan sebagainya.
Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan aktif bukan pasif.
Komunikasi interpersonal bukan hanya komunikasi dari pengirim pada
penerima pesan, begitupula sebaliknya, melainkan komunikasi timbal balik
antara pengirim dan penerima pesan. Komunikasi interpersonal bukan
sekedar serangkaian rangsangan-tanggapan, stimulus-respon, akan tetapi
serangkaian proses saling menerima, penyeraan dan penyampaian
tanggapan yang telah diolah oleh masing-masing pihak.
Melalui komunikasi antarpribadi kita dapat mengenal diri kita sendiri
dan orang lain, kita dapat mengetahui dunia luar, bisa menjalin hubungan
yang lebih bermakna, bisa memperoleh hiburan dan menghibur orang lain
dan sebagainya.
Komunikasi antar pribadi yang efektif harus adanya keterbukaan,
empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. Komunikasi
interpersonal yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang
baik. Kegagalan komunikasi dipengaruhi karena turunnya kadar hubungan
interpersonal yang disebabkan karena adanya perbedaan atau konflik
sehingga terjadinya pemutusan hubungan.
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan ketika berkomunikasi
secara interpersonal, dimana kita harus memahami etika dalam
berkomunikasi. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan
penafsiran dan menghindari ketidaknyamanan selama berkomunikasi,
sehingga hubungan antarpribadi dapat dijaga dan berlangsung harmonis.
3.2.Saran

33
Penyusun berharap agar mahasiswa khususnya mahasiswa dapat
menggunakan komunikasi antar pribadi yang efektif dalam setiap aktivitas
kehidupan. Sehingga hubungan yang terjadi dapat berlangsung harmonis
dan dapat membantu mempermudah pencapaian tujuan dalam aktivitas
pekerjaan.

34
DAFTAR PUSTAKA

Andi Nuraedah Nur, d. (2009). Hubungan Interpersonal: Pengertian, Teori,


Tahap, dan Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal.
Malang: Tidak Diterbitkan.

Cangara, H. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Devito, J. A. (1997). Human Communication. Jakarta: Professional Books.

Effendy, O. U. (2007). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Fajar, M. (2009). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek Edisi Pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

35

Anda mungkin juga menyukai