Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MODEL-MODEL PROSES KOMUNIKASI PENDIDIKAN


DAN ETIKA REGULASI

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

Komunikasi Pembelajaran

KOMUNIKASI PENDIDIKAN
Dosen Pengampu : Pahruroji, SE,.MM.

Disusun Oleh Kelompok 4


Dwi Feby Handayani
Devie Fransisca
Siti Nur Afiah
Yusnidar

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NIDA EL – ADABI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BOGOR
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’aalamiin, puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami kelompok 4 dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada
Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam penyusunan makalah

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan karena kami
masih dalam tahap proses pembelajaran. Namun, kami tetap berharap agar makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.

Kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat kami harapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaan pada makalah berikutnya. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.

Tangerang Selatan, Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Makalah................................................................................................................. 6

Rumusan Masalah.......................................................................................................................... 7

Tujuan............................................................................................................................................ 7

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Model Model Komunikasi.......................................................................................... 8

Fungsi Model Komunikasi….................…................................................................................... 10

Model Komunikasi dalam Pendidikan dan Pembelajaran....…................................................... 13

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan.................................................................................................................................. 21

Saran............................................................................................................................................ 21

Daftar Pustaka.............................................................................................................................. 22
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi pendidikan merupakan proses perjalanan pesan atau informasi yang


merambah bidang atau peristiwa-peristiwa pendidikan. Dalam lingkup ini komunikasi tidak lagi
bebas tetapi dikendalikan dan dikondisikan untuk tujuan-tujuan pendidikan. Dalam dunia
pendidikan, komunikasi menjadi kunci yang cukup determinan dalam mencapai tujuan. Betapa
pun pandai dan luas pengetahuan seorang guru kalau tidak mampu mengkomunikasikan pikiran,
pengetahuan dan wawasannya tentu tidak akan mampu memberikan transformasi
pengetahuannya pada para siswanya.

Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak dapat dipisahkan dari upaya
peningkatan kualitas pendidikan yang sekarang ini sedang menjadi sorotan dan harapan banyak
orang di Indonesia. Wujud dari proses pendidikan yang paling riil terjadi di lapangan dan
bersentuhan langsung dengan sasaran adalah berupa kegiatan belajar mengajar pada tingkat
satuan pendidikan. Kualitas kegiatan belajar mengajar atau sering disebut dengan proses
pembelajaran tentu saja akan berpengaruh terhadap mutu pendidikan yang output-nya berupa
SDM.

Kegiatan pembelajaran merupakan proses transformasi pesan edukatif berupa materi


belajar dari sumber belajar kepada pembelajar. Dalam pembelajaran terjadi proses komunikasi
untuk menyampaikan pesan dari pendidik kepada peserta didik dengan tujuan agar pesan dapat
diterima dengan baik dan berpengaruh terhadap pemahaman serta perubahan tingkah laku.
Dengan demikian keberhasilan kegiatan pembelajaran sangat tergantung kepada efektifitas
proses komunikasi yang terjadi dalam pembelajaran tersebut.

Komunikasi memiliki beberapa model, dan setiap modelnya memiliki definisi yang
berbeda pula. Model komunikasi dibuat supaya mempermudah dalam memahami proses
komunikasi dan melihat komponen dasar yang perlu ada dalam suatu komunikasi. Komunikasi
juga merupakan suatu proses. Hal ini terlihat dari setiap gejala atau peristiwa yang tidak luput
dari adanya suatu komunikasi yang terjalin antar manusia.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat kami rumuskan
permasalahan yang akan dibahas didalam makalah ini, yaitu:

1. Apa pengertian model Komunikasi ?


2. Apa saja model-model proses komunikasi dalam pendidikan?
3. Bagaimana etika dan regulasinya?

Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian model komunikasi pendidikan

2. Untuk mengetahui apa saja model-model proses dalam pendidikan

3. Untuk mengetahui bagaimana etika dan regulasinya


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian model- model komunikasi

Pengertian model adalah representasi simbolik dari suatu benda, proses, sistem, atau gagasan.
Model dapat berbentuk gambar-gambar grafis, verbal, atau matematikal. Perbedaan pokok antara
teori dan model adalah teori merupakan penjelasan, sementara model hanya merupakan
representasi. Yang dimaksud model komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari proses
komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen
lainnya. Secara umum, model-model komunikasi dapat dibagi dalam lima kelompok. Kelompok
pertama disebut sebagai model-model dasar. Kelompok kedua menyangkut pengaruh personal,
penyebaran dan dampak komunikasi massa terhadap perorangan. Kelompok ketiga meli puti
model-model tentang efek komunikasi massa terhadap kebudayaan dan masyarakat. Kelompok
keempat berisikan modelmodel yang memusatkan perhatian pada khalayak. Kelompok kelima
mencakup model-model komunikasi tentang sistem, produksi, seleksi dan alur media massa.

Banyak ahli merumuskan model komunikasi. Dari berbagai model yang telah dirumuskan,
model komunikasi diklasifikasikan ke dalam tiga jenis model, yaitu model komunikasi linear,
model komunikasi transaksional, dan model komunikasi interaksional.

1. Model Komunikasi Linear

Model komunikasi linear adalah model komunikasi yang sangat sederhana. Model ini
menggambarkan komunikasi berlangsung secara satu arah. Arus pesan digambarkan bersifat
langsung dari pengirim pesan ke penerima pesan, komunikator ke komunikan. Dalam model
komunikasi linear, tidak terdapat konsep umpan balik (feedback). Penerima pesan bersifat pasif
dalam menerima pesan.

2. Model Komunikasi Transaksional

Model komunikasi transaksional adalah model komunikasi yang menekankan pada


pentingnya peran pengirim pesan dan penerima pesan dalam proses komunikasi yang
berlangsung dua arah. Model komunikasi transaksional mengaitkan komunikasi dengan konteks
sosial, konteks hubungan, dan konteks budaya. Dalam model ini digambarkan bahwa kita
berkomunikasi tidak hanya sebagai ajang untuk pertukaran pesan, melainkan juga untuk
membangun hubungan.

3. Model Komunikasi Interaksi

Model komunikasi interaksi adalah model komunikasi yang menggambarkan komunikasi


berlangsung dua arah. Umumnya model komunikasi interaksi digunakan dalam media baru
seperti internet atau media komunikasi modern.

John Fiske (1990) menyebut ada dua mazhab utama yang tercermin dalam model
komunikasi.

1. Transmisi Pesan

Mazhab pertama melihat komunikasi sebagai transmisi pesan. Mazhab ini tertarik dengan
bagaimana pengirim dan penerima mengkonstruksi pesan (encode) dan menerjemahkannya
(decode), dan dengan bagaimana transmiter menggunakan saluran dan media komunikasi.
Mazhab ini cenderung membahas kegagalan komunikasi dan melihat ke tahap-tahap dalam
proses tersebut guna mengetahui di mana kegagalan tersebut terjadi.

2. Produksi dan pertukaran makna

Mazhab kedua melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna. Hal ini berkenaan
dengan bagaimana pesan berinteraksi dengan orang-orang dalam menghasilkan makna.

B. Fungsi Model Komunikasi

Menurut Gardon Wiseman & Barker, ada tiga fungsi model komunikasi:

1. Melukiskan proses komunikasi


2. Menunjukkan hubungan visual
3. Membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi

Deutsch (1966) menyebutkan empat fungsi model komunikasi


1. Organizing function: mengorganisasikan suatu hal dengan mengurutkan serta
mengkaitkan satu bagian atau sistem dengan bagian lain sehingga mendapat gambaran
menyeluruh.
2. Explaining: membantu menjelaskan tentang suatu hal melalui penyajian sederhana.
3. To predict: sebuah model memungkinkan kita untuk memprediksi outcome dan akibat
yang akan dicapai dari suatu peristiwa.
4. Heuristic: melalui model akan mengetahui hal secara keseluruhan dari gambaran
komponen pokok dari sebuah proses atau system.

Model komunikasi menurut para ahli

Model S-R Model ini adalah model komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh
disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik. Komunikasi dianggap sebagai suatu
proses aksi-reaksi yang sangat sederhana. Ketika saya tersenyum pada Anda dan Anda membalas
senyuman saya, itulah model S-R. Model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan-
tulisan), isyarat-isyarat non verbal, gambar-gambar, dan tindakan-tindakan tertentu akan
merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu. Model ini mengabaikan
adanya faktor manusia seperti sistem internal individu. Singkatnya model ini menganggap bahwa
komunikasi itu bersifat statis. Manusia selalu karena adanya stimulus atau rangsangan dari luar,
bukan berdasarkan kehendak, keinginan atau kemauan bebasnya. Oleh karena itu, model ini
kurang tepat kalau diterapkan pada proses komunikasi manusia.

Model Aristoteles Aristoteles adalah filosof Yunani, tokoh paling dini yang mengkaji
komunikasi, yang intinya adalah persuasi Model Aristoteles adalah model yang paling klasik
atau disebut juga model retoris. Oleh karena itu, model ini merupakan penggambaran dari
komunikasi retoris, komunikasi publik atau pidato. Aristoteles adalah orang pertama yang
merumuskan model komunikasi verbal pertama. Proses komunikasi terjadi ketika ada seorang
pembicara berbicara kepada orang lain atau khalayak lain dalam rangka merubah sikap mereka.
Menurut Aristoteles mengemukakan tiga unsur yang harus ada dalam proses komunikasi:

1) Pembicara (speaker)

2) Pesan (message)

3) Pendengar (listener)

Menurut Aristoteles, persuasi dapat dicapai oleh :


1) Siapa Anda (etos-kepercayaan anda)

2) Apa argumen Anda (Logos-logika dalam pendapat Anda)

3) Dengan memainkan emosi khalayak (pa thos-emosi khalayak)

Salah satu kelemahan model ini adalah bahwa proses komunikasi dipandang sebagai
suatu yang statis dan tidak mempedulikan saluran, umpan balik, efek, dan kendala-kendala. Di
samping itu, model ini juga berfokus pada komunikasi yang disengaja (komunikator mempunyai
keinginan secara sadar untuk merubah sikap orang lain).

Model Laswell merupakan sebuah pandangan umum tentang komunikasi yang


dikembangkan dari batasan ilmu politik. Who say what in which channel to whom with what
effect? Laswell mengemukakan tiga fungsi komunikasi, yaitu:

1) Pengawasan lingkungan,

2) Korelasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang merespon lingkungan.

3) Transmisi warisan sosial.

Model ini merupakan versi verbal dari model Shannon dan Weaver. Model ini melihat
komunikasi sebagai transmisi pesan. Model ini mengungkapkan isu efek dan bukannya makna.
Efek secara tak langsung menunjukkan adanya perubahan yang bisa diukur dan diamati pada
penerima yang disebabkan unsur-unsur yang bisa diidentifikasi dalam prosesnya. Model ini lebih
sesuai diterapkan pada kajian komunikasi massa.

Model Shannon dan Weaver Model ini terdiri dari lima elemen :

a. Information Source adalah yang memproduksi pesan.

b. Transmitter yang menyandikan pesan dalam bentuk sinyal.

c. Channel adalah saluran pesan.

d. Receiver adalah pihak yang menguraikan atau mengkonstruksikan pesan dari sinyal.

e. Destination adalah dimana pesan sampai. Suatu konsep penting dalam model ini adalah
gangguan (noise), yakni setiap rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki yang dapat
mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan. Model ini diterapkan pada konteks-konteks
komunikasi lain nya seperti komunikasi antarpribadi, komunikasi publik atau komunikasi massa.
Sayangnya, model ini juga memberikan gambaran yang parsial mengenai proses komunikasi.

Model Schramm Menurut Schramm komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya tiga


unsur: 1. Sumber, bisa berupa : a. Seorang individual berbicara, menulis, menggambar, bergerak.

b. Sebuah organisasi komunikasi (koran, rumah produksi, televisi).

2. Pesan, dapat berupa tinta dalam kertas, gelombang suara dalam udara, lambaian tangan, atau
sinyal-sinyal lain yang memiliki makna.

3. Sasaran, dapat berupa individu yang mendengarkan, melihat, membaca, anggota dari sebuah
kelompok, siswa dalam perkuliahan, khalayak massa, pembaca surat kabar, penonton televisi,
dll.

Schramm melihat komunikasi sebagai usaha yang bertujuan untuk menciptakan


commonness antara komunikator dan komunikan. Hal ini karena komunikasi berasal dari bahasa
latin communis yang artinya sama. Schramm mengenalkan konsep field of experience, yang
menurut Schramm sangat berperan dalam menentukan apakah komunikasi diterima sebagaimana
yang diinginkan oleh komunikan. Beliau menekankan bahwa tanpa adanya field of experience
yang sama, hanya ada sedikit kesempatan bahwa suatu pesan akan diinterpretasikan dengan
tepat.

Dalam hal ini, model Schramm adalah pengembangan dari model Shannon dan Weaver.
Schramm mengatakan bahwa pentingnya feedback adalah suatu cara untuk mengatasi masalah
noise. Pada model ini, Schramm percaya bahwa ketika komunikan memberikan umpan balik
maka ia akan berada pada posisi komunikator (source).

Model Berlo Model-model komunikasi makin hari makin dikembangkan di antaranya


yang paling terkenal model yang dikembangkan oleh David Berlo hanya memperlihatkan proses
komunikasi satu arah dan hanya terdiri dari empat komponen yaitu sumber, pesan, saluran dan
penerima atau receiver. Akan tetapi pada masing-masing komponen tersebut ada sejumlah faktor
kontrol. Faktor keterampilan, sikap, pengetahuan, kebudayaan, dan sistem sosial dari sumber
atau orang yang mengirim pesan merupakan faktor penting dalam menentukan isi pesan,
perlakuan atau treatment dan penyandian pesan. Faktor-faktor ini juga berpengaruh kepada
penerima pesan dalam menginterpretasikan isi pesan yang dikirimkan. Saluran yang dapat
digunakan dalam komunikasi adalah penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan alat
peraba. Model komunikasi Berlo di samping menekankan ide bahwa meaning are in the people
atau arti pesan yang dikirimkan pada orang yang menerima pesan bukan pada kata-kata pesan itu
sendiri.

Dalam ilmu komunikasi sebenarnya terdapat ratusan model komunikasi. Setiap model
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Setiap model hanya dapat diukur
berdasarkan kemanfaatannya ketika dihadapkan dengan dunia nyata, khususnya ketika di
gunakan untuk menyaring data dalam penelitian.

C. Model Komunikasi Dalam Pendidikan dan Pembelajaran

1. Model Komunikasi Mekanistik


Model komunikasi mekanistis terdiri dari one way communication (komunikasi satu
arah) dan two way communication (komunikasi dua arah).
Salah satu contoh model komunikasi mekanistis tipe one way communication
adalah metode ceramah didalam proses pembelajaran. Yaitu guru menyampaikan materi
dan peserta didik menyimaknya dengan baik. Didalam metode ini komunikan (peserta
didik) akan bersikap pasif, karena mereka hanya mendengar dan menghafal materi yang
telah disampaikan oleh guru tersebut. Pada keterangan mengenai model mekanistis
diatas, hal ini cenderung membuat pembelajaran menjadi kuarang efektif. Mengapa?
Karena guru tidak peduli apakah pelajaran yang ia sampaikan diminati dan dibutuhkan
oleh para peserta didiknya atau tidak. Untuk mensiasati hal ini, penguasaan materi dan
metode penyampaian yang efektif dan menarik harus dimiliki oleh guru tersebut.
Apabila guru ingin menggunakan metode ceramah, maka guru tersebut harus
mengusai keterampilan-keterampilan sebagai berikut:
1. Dalam menyampaikan materi, guru harus menguasai materi tersebut sebaik mungkin.
Hindari membaca buku terlalu sering. Karena hal tersebut membuat peserta didik tidak
yakin dengan kemampuan yang dimiliki oleh sang guru.
2. Show the best performance ketika tampil di depan kelas. Karena apabila guru
memberikan representasi yang baik kepada peserta didiknya, maka para peserta didiknya
itu akan menginterpretasi sang guru dengan baik. Begitupun sebaliknya. Guru yang
memberikan representasi yang buruk, maka para peserta didiknya akan menginterpretasi
yang kurang baik pula dari diri guru tersebut. Jadi, dalam hal ini pencitraan image positif
dari seorang guru menjadi hal yang harus diperhatikan agar tujuan pembelajaran berhasil.
Penggunaan metode komunikasi mekanistik mampu merangsang siswa lebih
aktif, agresif karena rasa ingin tahu akan lebih besar. Namun dalam penyampaian dalam
pembelajaran juga harus tepat, sehingga model pembelajaran ini akan terasa pengaruhnya
terhadap siswa.
2. Model Komunikasi Psikologis
Model komunikasi psikologis mempelajari perilaku individu, termasuk perilaku belajar,
merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh
antara berbagai gejala, seperti perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motif.
Model komunikasi psikologis yaitu memahami perkembangan perilaku apa saja yang telah
diperoleh peserta didik setelah mengikuti pembelajaran tertentu. Media menjadi stimulus dari
luar diri khalayak yang akan menyebabkan terjadinya perubahan sikap.
Model komunikasi psikologis menerangkan bahwa dalam proses komunikasi, yang terlibat
bukan hanya faktor fisik semata, tapi aspek psikologis setiap individu turut memegang peranan
penting dalam proses komunikasi. Keadaan psikologis seorang individi akan mempengaruhi
semua aspek kehidupannya. Salah satunya aspek pendidikan, yaitu kegiatan belajar.
Sebagai contoh guru hendaknya tidak memaksakan diri untuk menyampaikan semua materi
ketika ia melihat kondisi psikologis peserta didiknya tidak mendukung. Hendaknya guru tersebut
berkomunikasi dengan peserta didiknya sehingga dia dapat menganalisis masalah apa yang
sedang terjadi dan bagaimanakah penanganannya. Jadi, guru harus mampu berkomunikasi secara
psikologis dengan peserta didiknya. Agar tujuan pembelajaran yaitu behavior change tersebut
dapat tercapai.
3. Model Komunikasi Pragmatis
Model pragmatis menurut Fisher tindakan atau perilaku yang berurutan dalam konteks waktu
dalam sistem sosial. Tindakan atau pengamatan tersebut dapat berupa ucapan, tindakan, atau
perilaku. Model pragmatis ini berkaitan dengan kompleksitas waktu. Model pragmatis memiliki
dua arah unsur yang dipandang amat penting, yaitu:
 Tindakan atau perilaku individu, yang dipandang sebagai unsur fundamental fenomena
komunikasi; inipun dianggap sebagai ‘Lokus’ komunikasi yang akibatnya komunikasi
dipandang sama atau identik dengan perilaku itu sendiri.
 Unsur waktu yang dipandang sebagai dimensi keempat dalam gambar ini muncul akibat
dari kedua unsur itu sendiri. Tindakan atau perilaku individu dipandang terjadi dalam
suatu rangkaian peristiwa yang berkesinambungan, sehingga keberurutan tindakan atau
perilaku individu itu menjadi penting.
Model komunikasi ini akan efektif dalam memecahkan kendala belajar bila guru dapat
mendesain, memanfaatkan, dan mengelolanya dengan baik. Guru dapat memanfaatkan kondisi
atau keadaan kelas dengan efektif dan efisien apabila guru dapat memanfaatkan model
komunikasi ini dalam proses pembelajaran. Apabila model komunikasi pragmatis ini diterapkan
dalam proses pembelajaran melalui metode diskusi, maka ini akan mempermudah guru dalam
menyampaikan materi dan tentunya mempermudah peserta didik dalam menyerap materi
pembelajaran. Penerapan model komunikasi pragmatis dalam metode diskusi ini memiliki
korelasi dengan ketrampilan guru dalam menggunakan model komunikasi mekanistik dan
psikologis.

Perlunya Etika dan Regulasi Pendidikan


Dari segi etimologi (ilmu asal-usul kata), etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti
watak kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Etika juga dapat diartikan sebagai perilaku, adat,
kebiasaan, watak, sifat yang baik atau buruk tertanam kuat dalam jiwa yang menimbulkan
perbuatan yang mudah baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekitar, sekolah maupun
masyarakat.
Regulasi diartikan sebagai sebuah peraturan. Secara lebih lengkap, regulasi merupakan cara
untuk mengendalikan masyarakat dengan suatu aturan atau pembatasan tertentu. Penerapan
regulasi bisa dilakukan dengan berbagai macam bentuk, yakni pembatasan hukum yang
diberikan oleh pemerintah, regulasi oleh suatu perusahaan, dan sebagainya (menurut KKBI).
Seiring perkembangan bidang pendidikan sains, teknologi komunikasi, politik dan sosial
budaya di Indonesia, sejumlah regulasi telah ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Salah satu strategi pemerintah adalah melakukan perbaikan kurikulum yang telah di dukung oleh
sejumlah peraturan dan edaran kementerian untuk mengatur seluruh proses persiapan dan
pelaksanaan, baik dibidang pengembangan kurikulum sekolah infrastruktur, sumber daya guru
dan tenaga kependidikan.
KESIMPULAN

Dari beberapa uraian dalam pembahasan tersebut akhirnya dapat ditarik kesimpulan,
yaitu sebagai berikut:

Model-model komunikasi yang dapat diterapkan dalam pengembangan proses pembelajaran


yaitu; 1) model komunikasi mekanistik, model komunikasi mekanistis terdiri dari one way
communication (komunikasi satu arah) dan two way communication (komunikasi dua arah).

2) model komunikasi psikologis, model komunikasi psikologis menerangkan bahwa dalam


proses komunikasi, yang terlibat bukan hanya faktor fisik semata, tapi aspek psikologis setiap
individu turut memegang peranan penting dalam proses komunikasi. dan

3) model komunikasi pragmatis, adalah tindakan atau perilaku yang berurutan dalam konteks
waktu dalam sistem sosial. Tindakan atau pengamatan tersebut dapat berupa ucapan, tindakan,
atau perilaku

Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang mampu memberikan manfaat positif
baik itu terhadap komunikan, maupun komunikator. Komunikasi yang sukses tidak luput dari
kelancaran proses komunikasi tersebut, sehingga dapat diterima baik oleh komunikan meskipun
tetap ada noise didalam tahap prosesnya. Pada hakikatnya, setiap model yang para ahli
ungkapkan adalah suatu pengembangan dari ketiga konsep model dasar komunikasi ini. Tinggal
cara kita saja menjadi masyarakat agar lebih selektif dan memahami peristiwa atau kejadian yang
terjadi di sekitar kita dan lebih memahami konsep-konsep model dalam komunikasi. Serta
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

SARAN

Setiap model memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Setiap model hanya
dapat diukur berdasarkan kemanfaatannya ketika dihadapkan dengan dunia nyata. Semoga
Makalah yang penulis susun ini, dapat memberikan manfaat terhadap pembaca. Baik itu secara
langsung maupun tidak langsung. Agar kehidupan kita dalam bermasyarakat khususnya dalam
berkomunikasi dengan siapa saja dapat lebih baik lagi.Karena, manusia tidak akan dapat hidup
tanpa adanya komunikasi terhadap sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar 2010, Rosda; Jakarta 
Muhammad,A. Komunikasi Organisasi,1989, Bumi Aksara;Jakarta

Arsyad, Azhar 2002.Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.Asnawir, dan


Basyiruddin Usman M. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta:

edu.htm, diakses 24 September 2014 Naim, Ngainun 2011 Dasar –dasar Komunikasi Pendidikan
Jogjakarta:Ar-ruzz Media.

Nurul Huda, M., dan Purwowidodo, Agus 2013. Komunikasi Pendidikan, Surabaya:Acia
Publishing.

Suwarna, dkk, 2005. Pengajaran Mikro. Yogyakarta: Tiara Wacana. Sudarwan, Danim. Media
Pendidikan. 1995. http://library.fip.uny.ac.id/opac/index.php?p=show_detail&id=902. 5 Oktober
2022.

Anda mungkin juga menyukai