Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

SISTEM KOMUNIKASI DALAM BENCANA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

KELAS 4A KEPERAWATAN

INRY RUBEN
RACHMI AVILLIANI
RISKA HINAYA
SHISIL ATRIANI PUTRI
SITI ISMAWATI LABANI
SITI NAHDALIA
SRI DEWI RAHMAWATI
SRI WAHYUNI
UNI OKTAVIA NINGSIH
UUN PRAYOGI
WINNY DESTRIA PUTIA
YUNI CHYNTHIA AKBAR
YULIANA

PROGRAM STUDI S1 NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU


2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat tuhan yang maha Esa karena atas
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Makalah Komunikasi Dalam Bencana”.Pada makalah ini kami banyak mengambil dari
berbagai sumber referensi sebagai pengarahan dari berbagai pihak.oleh sebab itu dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah ini.

Penulis

Palu, 22 September 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep komunikasi secara umum
B. Jenis jenis komunikasi
C. Konsep komunikasi dalam bencana
1. Prinsip komunikasi dalam bencana
2. Peran komunikasi dalam bencana
3. Penanggulangan bencana
4. Fungsi komunikasi dan koordinasi
5. Aktifasi manajemen komando
6. Alat komunikasi
7. SDM bidang komunikasi
8. Koordinator evakuasi
9. Koordinator evakuasi
10. Mekanisme komunikasi dalam bencana
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memahami komunikasi ternyata bukanlah perkara sederhana.Banyak
pakar komunikasi memahami dan mendefinisikan komunikasi dari berbagai
perspektif.Berbagai pemaknaan tentang komunikasi hingga saat ini terus
berlangsung dan berkembang. Dari sekian banyak pandangan atau arti komunikasi,
yang lebih popular komunikasi dapat dipahami sebagai proses, peristiwa, transaksi
simbolis. Bahkan lebih kristis lagi komunikasi juga dimaknai sebagai fenomena
masyarakat yang tidak bisa dihindari.
Dalam berbagai keadaan setiap hari, proses komunikasi adalah hal
yang benar – benar mendasar.Tidak ada kegiatan yang lebih mendasar untuk
kehidupan kita secara pribadi, sosial atau professional kecuali
komunikasi.Memang, komunikasi sangat penting yang sering kali kita anggap
benar begitu saja sebagaimana kita bernafas.
Kesadaran bahwa komunikasi merupaan proses yang mendasar, mau
tidak mau, menyiratkan bahwa hal itu mudah dipahami atau dikendalikan.
Sebaliknya, komunikasi itu sangat komplek dan memiliki banyak bentuk. Banyak
contohnya dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, professional, teknologi,
nasional , maupun internasional.
Studi komunikasi merupakan induk dari berbagai macam studi –
studi lain, studi komunikasi pembangunan adalah salah satu contohnya.Ide
munculnya komunikasi pembangunan dalam masyarakat ataupun dalam lingkungan
studi ilmu komunikasi bukanlah sesuatu yang kebetulan, melainkan melalui
serangkaian tahap dan kajian mendalam, baik secara teoritis maupun praktis.Sebuah
konsep komunikasi pembangunan yang baik dan benar sehinggga menciptakan
sebuah sasaran yang benar – benar berkualitas
B. Rumusan masalah
1. Apa itu komunikasi dalam bencana?
2. Bagaimana prinsip dalam komunikasi bencana?
3. Apa saja peran fungsi komunikasi dalam bencana?
C. Tujuan
Mahasiswa mampu memahami sistem komunikasi dalam bencana, prinsip dan
fungsi komunikasi dalam bencana
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep komunikasi
Wilbur Schramm mengemukakan komunikasi berasal dari kata
latincommunis yang berarti sama (common). Komunikasi didefinisikan sebagai
suatu proses kegiatan yang memiliki banyak langkah terpisah tetapi tetap saling
berhubungan sepanjang waktu (Ruben, 2013:16).
Sedangkan menurut Everest M. Rogers dalam buku Deddy Mulyana
(2005:56), menuturkan bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide
dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk
mengubah tingkah laku mereka.
Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh
sesorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang – lambang yang
bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi tertentu komunikasi menggunakan
media tertentu untuk menggubah sikap atau tingkah laku seseorang atau
sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan (Effendy, 2003:13).
Teori dan prinsip komunikasi membantu kita mengerti apa yang
terjadi dalam kehidupan kita dan mereka membantu kita merasakan dampak
personal. Galvin dalam buku Julia T. Wood (2013:3) menuturkan, komunikasi
juga sistematis yang berarti bahwa itu terjadi dalam suatu sistem pada bagian
yang slaing berhubungan yang mempengaruhi satu sama lain.
Dari berbagai uraian diatas maka penulis penyimpulkan bahwa
pengertian komunikasi adalah proses pertukaran pikiran verbal maupun
nonverbal dari satu orang (pengirim) kepada orang lain (audien) untuk
mengubah tingkah laku.
Komunikasi merupakan sebuah proses yaitu kegiatan yang
berlangsung secara berkelanjutan. Proses komunikasi merupakan langkah –
langkah mulai dari proses menciptakan informasi sampai dengan dipahami oleh
komunikan. Dalam proses terjadinya komunikasi terdapat adanya model –
model tertentu untuk berkomunikasi
Dalam komunikasi terdapat komponen – komponen seperti :

1. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan

2. Pesan, yaitu penyatan yang didukung oleh lambing

3. Komunikan, yaitu orang yang menerima pesan

4. Media, yaitu sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikasi
jauh tempatnya atau banyak jumlahnya

5. Efek, yaitu dampak sebgai pengaruh pesan


Harold D Laswell memaparkan lima formula komunikasi untuk
menjelaskan terjadinya suatu proses komunikasi, yaitu :

a) Who, yaitu bekaitan dengan siapa yang mengatakan.


b) Says what, yaitu berkaitan dengan menyatakan apa.
c) In which channel, yaitu berkaitan dengan saluran apa.
d) To whom, yaitu berkaitan dengan ditujukan kepada siapa.
e) With what effect, yaitu berkaitan dengan pengaruh apa.
Berdasarkan formula yang dipaparkan Laswell tersebut, maka terdapat
limakomponen komunikasi agar terjadi proses komunikasi dengan baik.
Dalam penelitian ini yang mnejadi sorotan utama adalah salah satu
komponen dalam komunikasi tersebut yaitu komunikator. Komunikator
merupakan pihak yang bertindak untuk mengirimkan pesan dalam sebuah
proses komunikasi.

komunikator merupakan seseorang atau sekelompok orang yang


berinisiatif unutk menjadi sumber dalam sebuah hubungan. Seorang
komunikator tidak hanya berperan dalam menyampaikan pesan kepada
penerima, namun juga memberikan respon dan tanggapan, serta mnejawab
pertanyaan dan masukan yang disampaikan oleh penerima dan publik yang
terkena dampak dari proses komunikasi yang berlangsung, baik secara
langsung maupun tidak

B. Jenis jenis komunikasi


Dalam ilmu komunikasi agar suatu proses komunikasi mudah
dipahami terdapat jenis – jenis komunikasi antara lain :
1. Komunikasi intrapersonal
Proses komunikasi intrapersonal terjadi dengan diri sendiri,
ini merupakan dialog internal dan bahkan dapat terjadi saat bessama
orang lain sekalipun. Individu menerima rangsangan dari luar pusat
saraf, dan selanjutnya pusat saraf akan memberikan reaksi yaitu proses
berpikir, berdoa, bermediasi, melamun dan sebagainya.
2. Komunikasi Antarpersonal
Proses komunikasi antarpersonal merupakan komunikasi
antara dua orang yang berhadapan langsung. Jenis komunikasi ini juga
dapat dikatakans sebgai model dasar komunikasi. Dalam komunikasi
antarpersonal dapat dirasakan bahwa proses komunikasi adalah proses
yang dinamis dalam tukar informasi antara dua individu.
3. Komunikasi kelompok
Komunikasi dengan sekolompok orang, jenis komunikasi ini
bisa berlangsung antara satu orang dan kelompok, antar kelompok, atau
kelompok dengan individu.
4. Komunikasi Organisasi
Komunikasi yang terjadi dalam dan di antara lingkungan
yang besar dan luas. Jenis komunikasi ini sangat bervariasi karena
komunikasi organisasi juga meliputu komunikasi interpersonal,
kesempatan berbicara di depan publik dan komunikasi dengan
menggunakan media.
5. Komunikasi Publik/Retrorika
Komunikasi dimanacara penyebaran informasinya dengan
cara dari satu orang kepada banyak orang. Yaitu seseorang yang
berbicara di depan umum, kemampuan seorang pembicara harus pandai
mempengaruhi orang.
6. Komunikasi Massa
Komunikasi yang dilakuakan kepada jumlah khalayak yang
besar melalui media. Perlu di ketahui komunikasi massa memiliki dua
makna, yaitu proses komunikasi dengan massa dan proses komunikasi
dengan menggunakan media massa.
7. Komunikasi Lintas Budaya
Komunikasi yang dilakukan akan tetapi dengan latar
belakang budaya yang berbeda. Komunikasi ini biasanya menimbulkan
ketegangan karena budaya yang dianut oleh masyarakat berbeda – beda.
C. Konsep komunikasi dalam bencana
1. Prinsip dalam Komunikasi Bencana
Mengkomunikasikan suatu informasi tentang bencana yang berharga
kepada publik merupakan hal yang utama dalam "risk management". Publik
perlu tahu tentang bahaya dan resiko yang akan mereka hadapi, sehingga
mereka bisa melakukan persiapan-persiapan yang diperlukan bila tjadi suatu
masalah. Tanpa pengetahuan yang cukup, mereka sulit untuk melakukan
persiapan-persiapan tersebut.Oleh karena itu, seorang tenaga profesional
hendaknya mengetahui sudut pandang dan kebutuhan dari masyarakat di
sekitarnya, sehingga mereka bisa memberikan pertolongan dengan tepat.
Sudah banyak program-program yang ditawarkan untuk mengatasi
dampak suatu bencana, termasuk pemberian informasi dan edukasi kepada
publik, namun kenyataannya dibutuhkan suatu keahlian yang tinggi untuk
berkomunikasi secara efektif kepada masyarakat agar dapat merubah sikap
dan perilakunya.Namun hanya sedikit tenaga profesional yang memahami
hal ini.Seringkali masalah tehnik penyampaian informasi dan edukasi ini
hanya diselipkan begitu saja dalam beberapa program, namun tidak
diintegrasikan secara baik. Sehingga proses komunikasinya jadi terhambat,
dan masyarakat kehilangan kesempatan untuk menyampaikan aspirasinya.
Hal inilah yang menyebabkan banyak program/proyek yang kurang berhasil
dalam merubah sikap dan perilaku masyarakat.
Oleh karena itu sekarang digalakkan pelatihan dan penelitian untuk
masalah komunikasi ini, tidak hanya di masalah kesehatan namun juga
untuk masalah bencana. Terdapat 4 aspek penting dalam berkomunikasi
kepada masyarakat dan tenaga profesional yang lain:
a. Prinsip dalam berkomunikasi yang baik
b. Dasar-dasar metode dan pendekatan yang dapat digunakan untuk
edukasi dan meningkatkan kewaspadaan masyarakat.
c. Edukasi dan pelatihan untuk tenaga profesional.
d. Penggunaan internet dalam penanggulangan dampak bencana.
2. Peran komunikasi dalam bencana
Menurut Susanto Komunikasi sosial berfungsi sebagai dasar
tindakan atau kegiatan komunikasi yang menjadi alat untuk mengatur atau
mengendalikan anggota komunitas dan anggota ini mengetahui apa yang
diharapkan oleh pihak lain terhadap dirinya dalam hidup bermasyarakat.10
Wilbur Scharm mendeksripsikan empat fungsi komunikasi sosial:
a. Komunikasi sebagai radar sosial.
Komunikasi sebagai radar sosial berfungsi untuk mengurangi
ketidakpastian kepada pihak lain mengenai informasi yang sedang
berlangsung. Apabila informasi yang baru dan relevan dengan
kehidupan masyarakat, masyarakat yang memperoleh informasi
tersebut dapat menggunakanya dalam pergaulan sehari-hari agar
tidak ketinggalan informasi.
b. Komunikasi sebagai manajemen.
Komunikasi sosial berfungsi menjadi alat yang mengatur
anggota komunitas kemudian anggota tersebut mengetahui apa yang
diharapkan oleh pihak lain terhadap dirinya dalam hidup
bermasyarakat.
c. Komunikasi sebagai sarana sosialisasi.
Kegiatan komunikasi yang digunakan utnuk menyampaikan
baik itu pengetahuan ataupun pendidikan kepada warga atau
generasi baru dalam bermasyarakat.
Berkaitan dengan penanggulanag bencana, komunikasi
berfungsi sebagai radar sosial, yaitu memastikan kepada pihak baik
yang terkena bencana ataupun pihak lain mengenai adanya bencana
di suatu tempat. Komunikasi bencana ini ditujukan untuk memberi
radar (informasi) kepada seluruh masyarakat seperti, bencana apa
yang terjadi, kapan dan dimana bencana itu terjadi, dampak bencana,
mengapa bisa terjadi dan tindakan apa yang perlu dilakukan oleh
masyarakat.
Selama beberapa tahun, beberapa ahli berpendapat bahwa mereka
sanggup merangsang pertumbuhan sosial dan ekonomi dengan cara
memberikan informasi yang memadai kepada masyarakat miskin. Namun
ternyata ide-ide dan teknologi tersebut tidak mampu diserap oleh
masyarakat.Hal ini karena masyarakat kurang memahami informasi dan ide-
ide tersebut.Jadi harus ditemukan cara-cara yang lebih efektif untuk
menginformasikan hal tersebutt kepada masyarakat.
Walaupun banyak perdebatan tentang bagaimana cara yang efektif
untuk menyebarkan informasi ini kepada masyarakat, namun baru sekitar
tahun 1980-an hal ini diseriusi. Karena ketika itu banyak programprogram
yang gagal karena masalah komunikasi ini, dimana masyarakat tidak dapat
memahami ide-ide yang disampaikan oleh para ahli.Hal ini dikarenakan
para ahli tidak mengerti kebutuhan, prioritas, dan kemampuan masyarakat,
sehingga informasi dan ide yang diberikan tidak adekuat.
Akhir-akhir ini para ahli setuju bahwa mereka harus mendengarkan
aspirasi masyarakat, mengidentifikasi masalah, dan mencari solusi terhadap
masing-masing permasalahan tersebutt.Hal ini merubah paradigma yang
semula penyebaran informasi SATU ARAH menjadi DUA ARAH antara
para ahli dan masyarakat (misal dialog dan pertukaran informasi).Untuk
keberhasilan metode ini menuntut partisipasi aktif dari masing-masing
pihak. Dan cara ini nampaknya sudah mulai banyak dianut dan berkembang
pesat.
Untuk program penanggulangan dampak bencana masih agak
terbelakang, dan pendekatan dengan jalan dialog masih jarang dipakai.
Sebagian besar ahli bencana berasumsi bahwa masyarakat tidak sepenuhnya
tahu akan resiko yang mereka hadapi. Oleh karena itu edukasi dan informasi
yang akan disampaikan harus disesuaikan terlebih dahulu agar masyarakat
lebih mudah memahami. Masyarakat juga harus diberikan edukasi tentang
faktor-faktor resiko dan cara-cara penanggulangannya.Namun kadang
edukasi kepada masyarakat ini tidak diberikan oleh orang yang ahli
dibidang komunikasi, sehingga pesannya sering tidak ditangkap oleh
masyarakat.Oleh karena itu dibutuhkan suatu manager program/proyek yang
memahami tehnik komunikasi dengan baik.Serta dapat memahami situasi,
kondisi, kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Pendekatan dengan cara dialog tidaklah mudah, karena adanya
perbedaan kultur antara para ahli dengan masyarakat. Walapun untuk itu
sudah dibuatkan pedoman-pedoman tertentu.
3. Penanggulangan Bencana
Dalam Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, dikemukakan bencana adalah rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat, yang disebabkan baik oleh faktor alam atau faktor non alam
maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak
psikologis.
Dengan posisi sebagai negara yang rawan bencana adalah hal yang
sangat wajar bila semua jajaran pengambil kebijakan dari tingkat atas
sampai tingkat paling bawah dalam pemerintahan sudah memahami apa saja
yang harus dilakukan bila terjadi bencana di daerah masing-masing. Namun
yang tejadi di lapangan tidak demikian.Dalam berbagai kasus bencana di
Indonesia, masih sering dijumpai lemahnya tanggung jawab dalam
penanggulangan bencana.Saling lempar tanggung jawab pun tidak dapat
dielakkan, dan masih banyak ketidakjelasan siapa yang harus bertanggung
jawab ataas peristiwa bencana tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwasanya masih banyak pihak terkait yang
belum memahami tugas-tugasnya yang menjadi kewajibanya.Sistem
manajemen bencana belum dipahami dengan baik oleh lembaga-lembaga
terkait di Indonesia.Manajemen bencana sendiri merupakan upaya
sistematis komprehensif untuk menangguangi berbagai kejadian bencana
secara cepat, tepat dan akurat untuk meminimalisir jumlah korban dan
kerugian yang menimpa masyarakat.
Manajemen bencana sesuai dengan UU Nomor 24 tahun 2007
memiliki tiga tahapan utama sebagai berikut:

a. Pra bencana
1) Situasi tidak ada bencana
a) Perencanaan
b) Pencegahan
c) Pengurangan resiko
d) Pendidikan
e) Pelatihan
f) Penelitian
g) Penataan tata ruang
2) Situasi terdapat potensi bencana
a) Mitigasi
b) Peringatan dini
c) Kesiapsiagaan
Pada tahap Pra Bencana, pemerintah daerah bertanggung
jawab dalam penyelenggaran penanggulangan bencana. Dalam
undangundang nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,
penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah searangkaian upaya
yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan
rehabilitasi.
Saat pra bencana, dalam pasal 34 penyelenggaraan
penanggulangan bencana pada tahapan pra bencana seperti yang
dimaksud dalam pasal 33 huruf a yang berisi:
1) Dalam situasi tidak terjadi bencana
2) Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana
b. Saat Bencana (during disaster) / tanggap darurat
a) Kajian cepat
b) Status keadaan darurat
c) Penyelamatan & evakuasi
d) Pemenuhan kebutuhan dasa
e) Perlindungan
f) Pemulihan
Berupa Tanggap Darurat atau Emergency Response Setelah
situasi pada saat tanggap darurat direspon, penanganan bencana harus
dilakukan dengan baik oleh seluruh substansi dan akar dari
masalahnya.Dengan demikian, konsidi pada saat tangap darurat ini
diletakkan pada sebuah perspektif penanganan terhadap keseluruhan
siklus bencana.

c. Pasca bencana
1) Rehabilitas
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek layanan
public atau masyarakat sampai tingkat memadai wilayah
pascabencana. Tujuan utamanya normalisasi atau mengembalikan
kembali berbagai aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat agar
berjalan seperti sebelum terjadi bencana
2) Rekonstruksi
Sedangkan rekonstruksi adalah pembangunan
kembali segala prasarana dan sarana serta kelembagaan pada
wilayah pasca bencana pemerintahan atau masyarakat.
Hal ini bertujuan untuk memulai kegiatan pada
aspekaspek ekonomi, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan
ketertiban dan membangkitkan peran masyarakat di segala aspek
kehidupan.
Masing-masing tahapan tidak dapat berdiri sendiri,
tetapi saling keterkaitan satu sama lain. Kesinambungan proses
antar tahapan akan menentukan sukses tidaknya menajemen
bencana disebuah tempat. Komunikasi, antar lembaga sangat
dibutuhkan untuk menanggulangi bencana yang sedang terjadi.
Upaya penanggulangan bencana harus dimulai jauh
sebelum bencana terjadi untuk meminimalisir jatuhnya korban
jiwa dan kerugian finansial.Penanganan selama terjadinya
bencana juga sangat penting untuk segera dilakukan guna
menolong korban bencana, sementara tahap setelah
bencana(pasca bencana) menjadi tahap pemulihan terhadap
korban dan kondisi sosial ekonomi daerah setempat.
Hampir seluruh negara yang ada di dunia ini pernah
terkena bencana.Hanya saja, ada beberapa yang masih tidak
disadarai dalam mengelola bencana dengan baik.Hal ini yang
menyebabkan sering terjadinya bencana yang tidak terduga dan
masyarakat bingung terhadap dampak dari bencana yang
merugikan baik secara materi maupun nonmateri.
Peran komunikasi, baik komunikasi interpersonal,
kelompok, organisasi, media massa, publik maupun lintas
budaya selalu terlibat dalam proses penanggulangan bencana.
Peran komunikasi dapat dilihat dari bagaimana dalam setiap
langkah-langkah tahap penanggulanganbencana pada tiap-tiap
daerah berbeda-beda.

4. Fungsi Komunikasi dan Koordinasi


Kemampuan untuk berkomunikasi, berkoordinasi, dan bekerja secara
efektif sebagai suatu team merupakan faktor utama dalam menentukan
keberhasilan suatu rencana.Dalam suatu bencana berskala besar, maka
makin banyak sumber daya yang dibutuhkan. Kemampuan masing-masing
pihak penolong untuk mendata permasalahan, menghitung sumber daya
yang dimiliki, dan berkomunikasi antar sesama akan menentukan
keberhasilan suatu program/proyek. Ada banyak anggota masyarakat yang
akan bersedia membantu, para penegak hukum, pemadam kebakaran,
paramedis, dan lain-lain akan dengan sukarela membantu Tim
penanggulangan dampak bencana. Namun kemampuan mereka berbeda-
beda, sehingga tugas kita untuk mendata hal tersebut, kemudian
memberikan pelatihan dan perlengkapan yang diperlukan. Kita juga harus
meyakinkan mereka bahwa kita mampu memberi bantuan yang diperlukan,
sehingga mereka percaya pada kita
Waktu adalah sumber daya yang terbatas.Manfaatkan sesi
pertemuan, pelatihan, dan perencanaan dengan sebaik-baiknya. Karena ini
merupakan lembaga tanggap darurat, harus diakui bahwa respon dari
perusahaan lain mungkin agak lambat. Jika Anda bergantung pada relawan,
maka sebagian besar perencanaan dan pelatihan mungkin harus
dilaksanakan malam hari ketika sebagian besar karyawan tidak bekerja.
Keberhasilan perencanaan yang telah dibuat dan masa depan potensi
fasilitas yang anda miliki bergantung pada kemampuan anda untuk
memotivasi dan mendorong anak buah anda .Upaya pembinaan yang anda
lakukan harus meliputi semua aspek mulai dari pendidikan, pelatihan,
penelitian dan evaluasi terhadap tiap-tiap kondisi yang ada di lapangan.
5. Aktivasi manajemen komando
Setelah Anda memiliki komitmen dari sebuah instansi, maka
mulailah menilai kemampuan mereka untuk bekerja bersama, berlatih
bersama, dan berkomunikasi melalui radio, telepon, dan lain-
lain.Kemampuan memberikan perintah seacra efektif mengenai sebuah
insiden menggunakan struktur perintah terpadu adalah kunci sukses
penanganan kondisi darurat apapun.
Sistem Pengelolaan Insiden (IMS) juga dikenal sebagai sistem
komando insiden (ICS) merupakan sebuah sistem yang dirancang untuk
menangani insiden dengan sigap dalam rentang waktu tertentu.Dalam
kondisi darurat, petugas hanya dapat secara efektif menagani 3 sampai 7
orang.Apabila unit pertama datang maka karyawan perusahaan yang
bertugas bertanggung jawab sampai atasan mengambil alih.Jika unit
pertama kewalahan dalam melakukan upaya penyelamatan, maka karyawan
perusahaan dapat menunda mendirikan pos komando formal dengan
meninggalkan pesan kepada karyawan perusahaan berikutnya.Karena
kejadian pertama telah beradadi bawah kendalinya, maka petugas masih
memegang komando yang efektif di lapangan meskipun pusat komando resmi
belum didirikan.
Ketika kondisi darurat berlangsung, sumber daya tambahan akan
dikerahkan dan divisi, kelompok, atau sektor akan didirikan, masingmasing
oleh petugas sendiri. Setiap saat jaringan komando ditambah, pergunakan
kesempatan untuk meneruskan komando pada level diatasnya.Para
komandan segera membangun sistem piramida yang memungkinkan setiap
petugas hanya berinteraksi dengan 3 sampai 7 orang.
Dalam insiden skala yang sangat besar, lima jabatan fungsional
dialokasikan:
a. Komando
Adalah sistem yang memberikan instruksi secara keseluruhan
melalui komandan insiden (Incident Commander/IC).Fungsi ini
harus selalu dijalankan bahkan dalam satu perusahaan.
b. Operasi
Merupakan bagian yang bertugas untuk merencanakan taktik
pada IC. Komandan operasi bekerja sama dengan kelompok2
yang berusaha untuk mengatasi keadaan darurat.
c. Perencanaan
Merupakan bagian yang bertugas mengumpulkan informasi dan
menganalisis berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi akibat
dari rencana yang telah dibuat.Dan bila diperlukan membuat
modifikasi yang agar operasi dapat berjalan dengan sukses.
d. Logistik
Merupakan bagian yang bertugas untuk memastikan bahwa
sumber daya tersedia sesuai kebutuhan. Barang-barang seperti
bahan bakar, makanan, layanan medis, peralatan khusus,
kendaraan tambahan, dan personil adalah contoh dukungan yang
harus disediakan jika operasi taktis diteruskan
e. Keuangan
Merupakan fungsi yang perlu diadakan untuk kejadian yang luar
biasa/skala besar.Operasi skala besar memerlukan dokumentasi
pengeluaran fiskal, dan petugas keuangan juga dapat membantu
IC dalam perencanaan keuangan dan pengaturannya. Jika terjadi
kelalaian dalam menggunakan dana operasi hingga menyebabkan
deficit keuangan yang Merupakan fungsi yang perlu diadakan
untuk kejadian yang luar biasa/skala besar. Operasi skala besar
memerlukan dokumentasi pengeluaran fiskal, dan petugas
keuangan juga dapat membantu IC dalam perencanaan keuangan
dan pengaturannya. Jika terjadi kelalaian dalam menggunakan
dana operasi hingga menyebabkan deficit keuangan yang
6. Alat komunikasi: radio, telepon, pusat operasi darurat dan komunikasi
internal
Tugas untuk mengelola komunikasi di lokasi yang mengalami
kondisi tidaklah mudah.Idealnya diharapkan kejadian berlangsung di tempat
di mana semua badan mampu menangkap berbagi frekuensi radio.Pada
beberpa kejadian ada juga yang kehabisan baterai untuk semua radio
portabelnya.Polisi, pemadam kebakaran, EMS, dan instansi pekerjaan
umum tidak secara rutin berbicara dengan satu sama lain, namun pada
insiden tertentu kemampuan untuk menentukan apakah orang tersebut harus
ada di lokasi dapat berarti perbedaan antara hidup dan mati.
EOC tidak harus bermarkas di tempat kejadian.Informasi dapat
disampaikan melalui radio, telepon selular, faks, dan pencitraan
digital.kendaraan personil Komunikasi dapat mengatur perintah komunikasi
dan membantu komandan operasi dengan menetapkan giliran kelompok2
dalam menggunakan jalur komunikasi. Hal ini dapat meminimalkan chatter
(gangguan) pada sinyal radio. Aktifkan sistem tanggap darurat untuk
mendapatkan bantuan secara cepat di jalan
7. Kontrol dan isi media
Salah satu bidang penting yang sering terabaikan dalam penyusunan
program dan rencana persiapan bencana adalah kontrol informasi dan
pencitraan yang ditransfer kepada dunia melalui media. Pra-perencanaan
yang berkaitan dengan siapa, apa, kapan, di mana, dan bagaimana arus
informasi sangat penting untuk memastikan keakuratan informasi yang
disebarkan
Kontrol terhadap penyebaran arus informasi adalah hal yang sangat
penting dan harus menjadi bagian yang komprehensif dari penanganan
gawat darurat dan rencana persiapan penanganan bencana. Pada intinya,
saat ini adalah penting untuk mengontrol arus informasi karean setiap
informasi yang disampaikan akan mempengaruhi kehidupan perusahaan
kedepannya. Pengendalian informasi sangat penting dalam rangka
meminimalkan dampak buruk setelah bencana. Langkah–langkah berikut
dapat dipertimbangkan untuk penanganan kegawatdaruratan secara
keseluruhan dan perencanaan penanganan bencana yaitu:
1) Menyediakan satu area terentu di areal parkir yang jauh dari area
bencana
2) Petugas keamanan ditugaskan di daerah media untuk melarang
perwakilan media masuk ke area bencana
3) Memilih seseorang sebagai perwakilan perusahaan untuk
berbicara kepada media dan tidak ijinkan karyawan lain untuk
memberikan informasi kepada media.
4) Juru bicara dipilih untuk memberikan platform yang tepat,
mikrofon, dan latar belakang perusahaan (misalnya, logo
perusahaan)
5) Penampilan, nada suara, kemampuan untuk tetap tenang, dan
atribut lainnya adaah hal yang pentng dupertimabngkan untuk
memilih juru bicara
6) Media diarahkan ke area yang tepat untuk mendapatkan rekaman
video.
7) Sediakan paket informasi yang akan diberikan kepada media
8) Semua informasi disaring oleh pengacara hukum sebelum
presentasi dan pertanyaan dari media dipertahankan seminimal
mungkin.
9) Selalu memberikan informasi yang benar atau tidak ada
informasi sama sekali.
10) Perlu diingat deadline media. Jika memungkinkan berikan
informasi kepada media karena bila tidak ada informasi yang
diterma maka media akan mendapatkan kabar angin.

Sebagai kesimpulan, media adalah fakta kehidupan hari


ini.Media harus dikelola dengan baik. Bila tidak dikelola dengan
baik maka situasi bencana akan memiliki dampak yang panjang
terhadap perusahaan anda. Dan haruslah di ingat, semua yang telah
disampaikan atau dilihat oleh media disimpan dengan baik oleh
mereka dan memiliki probabilitas tinggi bahwa rekaman tersebut
akan digunakan masa depan. Setiap aspek dari media yang harus
dikontrol dalam rangka untuk menempatkan yang terbaik pada
situasi yang buruk.

Ingatlah, ketika bencana terjadi situasi berubah menjadi


panik banyak individu yang terluka. Persiapan untuk menghandel
media haruslah dilakukan dengan tenang, kepala dingin, cara yang
tepat dan melakukan majeman bencana dengan baik

8. SDM bidang komunikasi


a. EOC ( Emergency operations centre )
Segera memberitahukan kepada pemimpin tentang situasi darurat yang
mungkin secara berpengaruh signifikan, Tugasnya adalah menjamin
bahwa semuanya berjalan sesuai rencana dan pengolahan informasi
(mengumpulkan, mengevaluasi, menampilkan, dan menyebarluaskan
informasi tentang situasi.
b. Aktifkan sistem komunikasi di dalam EOC
c. Terapkan prosedur komunikasi darurat
d. Menjamin bahwa komunikasi oleh EOC memiliki kemampuan untuk
mempertahankan operasi sepanjang waktu
e. Pastikan bahwa sistem peringatan darurat diaktifkan ketika ada instruksi
9. Koordinator evakuasi
Ketika diberitahu tentang situasi darurat, laporkan kepada EOC bila
diperlukan. Mengkoordinasikan pelaksanaan tindakan evakuasi bagi selurah
orang dengan organisasi yang bersangkutan
Evakuasi
a. Lakukan review tentang seluruh informasi yang diketahui dan
rekomendasikan kepada manajer program kegawatdaruratan untuk
tindakan evakuasi yang tepat
b. Identifikasi alat angkut yang tepat untuk mengangkat orang-orang
yang tidak memiliki transportasi sendiri
c. Identifikasi rute evakuasi
d. Pilih rute utama dari daerah bencana untuk diguakan sebagai fasilitas
perawatan massal
e. Menentukan daya tampung dari setiap rute utama
f. Memeriksa akses ke rute utama dari setiap bagian dari daerah risiko
g. Siapkan rencana kontrol terhadap gerakan evakuasi
h. Membantu, mengevakuasi hewan dari daerah beresiko
10. Mekanisme komunikasi dalam bencana
Mekanisme penyampaian informasi
a. Informasi pra-bencana
Informasinya terintegrasi dengan system informasi yang sudah ada
b. Informasi saat bencana
1) Bagan alur penyampaian informasi langsung
Informasi awal tentang krisis pada saat kejadian bencana dari lokasi
bencana langsung dikirim ke Dinkes Kab/Kota atau provinsi,
maupun PPK Setjen Depkes dengan menggunakan sarana
komunikasi yang paling memungkinkan pada saat itu. Informasi
dapat disampaikan oleh masyarakat, unit pelayanan kesehatan dan
lain-lain. Unit penerima informasi harus melakukan konfirmasi.
2) Alur penyampaian informasi penilaian kebutuhan cepat secara
berjenjang
Informasi penilaian kebutuhan cepat disampaikan secara berjenjang
mulai dari institusi kesehatan lokasi bencana ke Dinkes Kab/Kota,
kemudian diteruskan ke Dinkes provinsi, dari provinsi ke Depkes
melalui PPK dan dilaporkan ke Menkes. Alur informasi dapat dilihat
pada bagan.
3) Alur penyampaian informasi perkembangan PK-AB
Informasi perkembangan disampaikan secara berjenjang mulai dari
institusi kesehatan dilokasi bencana ke Dinkes Kab/Kota, kemudian
diteruskan ke Dinkes provinsi, dari provinsi ke Depkes melalui PPK
dan dilaporkan ke Menkes. Alur informasi dapat dilihat pada bagan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebuah tatanan informasi yang tidak berdiri sendiri, melainkan
unsur-unsur pengelolaan yang di orientasikan terhadap pemenuhan maksud dan
tujuan organisasi. Dimana Informasi sendiri adalah perubahan bentuk data yang
sudah diolah oleh suatu proses tertentu serta dapat dimanfaatkan oleh pengguna.
Kemampuan untuk berkomunikasi, berkoordinasi, dan bekerja secara efektif
sebagai suatu team merupakan faktor utama dalam menentukan keberhasilan suatu
rencana.

B. Saran
Publik perlu tahu tentang bahaya dan resiko yang akan mereka
hadapi, sehingga mereka bisa melakukan persiapan-persiapan yang diperlukan bila
tjadi suatu masalah. Tanpa pengetahuan yang cukup, mereka sulit untuk melakukan
persiapan-persiapan tersebut.Oleh karena itu, seorang tenaga profesional hendaknya
mengetahui sudut pandang dan kebutuhan dari masyarakat di sekitarnya, sehingga
mereka bisa memberikan pertolongan dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Haddow, 2008. Disaster Communication In A Changing Media World, London: Elsevier


Supriyono, Primus. 2004. Seri Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana Gunung Meletus.
Yogyakarta: Andi Yogyakarata

Susanto, Eko Harry. Lucinda. 2011 Setio Budi HH, dkk, Komunikasi Bencana Yogyakarta:
ASPIKOM

Anda mungkin juga menyukai