Anda di halaman 1dari 7

Nama : Valentino Markus Situmorang

NIM : 17.3220

Mata Kuliah : Teologi Komunikasi

Dosen Pengampu : Pdt. Sahat P. Siburian, M.Si

2.1. Tentang komunikasi organisasi.


a. Model holistik komunikasi organisasi: Teori sistem komunikasi organisasi dan Teori kultur
komunikasi organisasi (fokus pada paparan Eric M. Eisenberg).

Menurut Eric M. Eisenberg komunikasi organisasi merupakan suatu proses yang terdiri dari
bahasa dan interaksi sosial yang dapat mendorong tindakan yang terkoordinasi demi tercapainya
tujuan bersama. Dengan kata lain, komunikasi organisasi ini digunakan untuk mengkoordinasi
individu di dalam suatu organisasi agar tetap berada di jalan menuju tujuan bersama. Karl Weick,
seorang psikolog sosial dan ahli teori organisasi yang berpengaruh, pertama sekali
memperkenalkan ide-ide ini ke studi organisasi di 1969.1

Teori kultur komunikasi organisasi adalah sistem yang secara terbuka dan bersama-sama
diterima orang-orang sebagai nilai-nilai berperilaku untuk kelompok mereka sendiri dalam
waktu tertentu. Sistem pengertian, bentuk, kategori ini menafsirkan situasi masyarakat untuk
segenap anggotanya sendiri. Jaringan budaya penting karena tidak hanya menyampaikan
informasi, tetapi lebih dari itu juga menafsirkan pentingnya makna informasi tersebut kepada
segenap karyawan. Secara garis besarnya jaringan budaya tidak ada kaitan dengan struktur
organisasi namun mempunyai dampak besar pada karyawan dan organisasi secara
keseluruhan.

b. Teori kritis komunikasi organisasi (fokus pada paparan Eric M. Eisenberg).


Geetz membangun sebuah teori komunikasi kritis untuk mengeksplorasi cara-cara memastikan
kesehatan keuangan perusahaan ketika keberagaman kepentingan meningkat. Geetz memulainya
dengan menunjukkan bahwa perusahaan telah menjadi bukan hanya institusi ekonomi tetapi juga

1
. Eric M. Eisenberg, 2009, “Organizational Communication Theories” dalam Stephen W. Littlejohn & Karen A. Foss
(editors), 2009, Encyclopedia of Communication Theory, California: SAGE Publications, hlm. 701.
politik. Ia menggunakan kemajuan dalam teori komunikasi untuk menemukan bagaimana praktik
komunikasi dalam perusahaan dapat mempengaruhi pembuatan keputusan. Kemudian ia
merangkum cara bagaimana perusahaan dapat menjadi lebih produktif dan demokratis melalui
perbaikan komunikasi. Salah satu kontribusi yang lebih menarik dari teori komunikasi organisasi
kritis dan penelitian berkaitan dengan konsepsi disiplin diri, atau bagaimana individu dan tim
bisa didorong untuk mengawasi diri mereka sendiri melalui suatu proses kontrol konsertif.2

2.2. Tentang komunikasi massa


a. Sejarah studi komunikasi massa (fokus pada paparan Kevin J. Pearce).

Sebagaimana studi komunikasi, perkembangan komunikasi massa mengikuti perkembangan


kehidupan manusia. Seperti yang kita ketahui bahwa komunikasi dan kehidupan manusia
merupakan dua sisi mata uang yang berdampingan dan tidak dapat dipisahkan. Oleh karenannya,
perkembangannya pun mengikuti perkembangan manusia. Perkembangan komunikasi massa
terus berlanjut pada tahapan berikutnya seiring dengan kebutuhan manusia akan informasi yang
bersifat massal. Surat kabar menjadi suatu media massa yang sangat sukses. Bahkan
perkembangannya tumbuh sangat pesat dimana kini tidak hanya surat kabar, namun berbagai
media massa modern silih berganti bermunculan. Setelah era media cetak berupa surat kabar,
radio menjadi primadona berikutnya dengan jangkauan yang lebih luas dan mudah. Era
berikutnya dari komunikasi massa adalah era digital, era digital ditandai dengan lahirnya televisi
yang mampu memberikan informasi melalui tayangan visual. Wilbur Schramm melakukan
serangkaian studi multitahun yang dipublikasikan dengan baik tentang efek dari televisi pada
anak-anak. Hasil pekerjaan Schramm menunjukkan bahwa ada hubungan yang kompleks antara
menonton televisi anak-anak dan perilaku selanjutnya. 3 Setelah kemunculan televisi, kini
perkembangannya jauh lebih pesat dengan lahirnya internet. Keberadaan internet memungkinkan
seseorang memperoleh berbagai informasi dari berbagai penjuru dunia dengan sangat mudah dan
terbuka.

2
. Eric M. Eisenberg, 2009, “Organizational Communication Theories” dalam Stephen W. Littlejohn & Karen A. Foss
(editors), 2009, Encyclopedia of Communication Theory, California: SAGE Publications, hlm. 702.
3
. Kevin J. Pearce, 2009, “Media and Mass Communication Theories” dalam Stephen W. Littlejohn & Karen A. Foss
(editors), 2009, Encyclopedia of Communication Theory, California: SAGE Publications, hlm. 624.
b. Teori-teori komunikasi massa (fokus pada paparan Kevin J. Pearce)

- Teori tentang kebudayaan dan masyarakat.

Komunikasi Massa dan Media dapat menjadikan sebuah budaya atau kebiasaan yang sudah ada
pada masyarakat berubah atau bahkan dapat menciptakan sebuah budaya baru. Pengaruh yang
akan nampak pada masyarakat tersebut bisa saja berdampak positif atau bahkan dampak negatif,
Karena setiap pengaruh yang ditimbulkan oleh setiap gejala pastilah berbeda-beda. Masyarakat
dibentuk oleh beberapa orang atau individu, kelompok, organisasi yang kemudian menjadi
sebuah masyarakat yang sifatnya heterogen. Hasil pengamatan dan study literasi yang dilakukan
menghasilkan bahwa masyarakat akan cenderung melakukan perubahan norma sosial ketika
komunikasi masa dan media komunikasi menjadi sebuah kebutuhan primer bagi seseorang yang
tergabung dalam sebuah masyarakat, sehingga informasi yang disajikan oleh media dan melalui
komunikasi massa akan berdampak pula pada prilaku dan kebiasaan yanga ada pada masyarakat,
dampaknya adalah berubahnya atau bergesernya adat pada satu kelompok masyarakat tersebut.

- Teori pengaruh dan persuasi.

Belajar mencontoh dari sosial yang dikemukakan oleh Bandura juga mempunyai makna bahwa
manusia sebenarnya bukan semata-mata alat yang menjadi objek pengaruh lingkungan,
melainkan bahwa manusia dapat berpikir dan mepengaruhi tingkah lakunya sendiri. Dampak
teori kepribadian yang memadai menurut Bandura adalah yang memperhitungkan konteks sosial
di mana tingkah laku itu diperoleh dan dipelihara.

- Teori penggunaan media.


Penggunaan isi media untuk mendapatkan pemenuhan (Gratification) atas kebutuhan seseorang
adalah salah satu teori dan pendekatan yang sering digunakan dalam komunikasi. Teori dan
pendekatan ini tidak mencakup atau mewakili keseluruhan proses komunikasi karena sebagian
besar pelaku audience hanya dijelaskan melalui berbagai kebutuhan dan kepentingan mereka
sebagai suatu fenomena mengenai proses penerimaan (pesan media).

c. Pola hubungan antara negara, civil society, dan industri penyiaran di Indonesia (fokus pada
paparan Henry Subiakto).
Henry Subiakto memaparkan bahwa diversity of content dan civil society banyak berpengaruh
terhadap demokratisasi informasi yang diberikan oleh lembaga penyiaran. Dengan diversity of
content, masyarakat Indonesia memiliki kebebasan seluas-luasnya dalam memperoleh informasi,
seperti halnya dengan internet yang sedang berkembang di masyarakat ini. Sehingga, intervensi
pemerintah dalam membatasi kebebasan menjadi berkurang. Tentu saja, ini sangat dimanfaatkan
betul oleh para pemilik. Civil society merupakan bentuk baru tindakan kolektif yang
pengelompokannya tidak berdasar kelas, namun berkait dengan institusi publik dari masyarakat,
yang berkumpul secara legal. Civil society berbeda dari negara, dan juga berbeda dari ekonomi
pasar kapitalis karena merekalah aktor transisi demokrasi (Cohen & Arato 1994:2). 4 Pada
gerakan civil society, misalnya dari negara atau juga industri, yang diproduksi tidak pernah
terlepas dari pengalaman, preferensi, pendidikan, dan lingkungan pergaulan ataupun tatanan
sosial dari mana mereka berasal. Sampai saat ini, posisi civil society masih lemah dalam
relasinya dengan negara dan industri.

2.3. Tentang komunikasi budaya.

a. Pengertian komunikasi budaya dan lintas budaya (fokus pada paparan Vijai N. Giri).

Menurut Vijai N. Giri komunikasi antarbudaya mengacu pada proses atau interaksi antara orang-
orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Komunikasi antar budaya dipengaruhi
oleh bagaimana orang dari berbagai negara dan budaya berperilaku, berkomunikasi, dan
memahami dunia sekitar mereka. 5 Komunikasi antarbudaya dapat terjadi di berbagai konteks,
salah satunya adalah keluarga. Sebagai salah satu sistem kebudayaan dalam komunikasi
antarbudaya, konsep mengenai keluarga akan berbeda bagi setiap orang karena dipengaruhi oleh
latar belakang budaya masing-masing. Meskipun begitu, terdapat kesamaan pandangan
mengenai tugas dan fungsi keluarga secara umum, yakni keluarga berperan besar dalam
menyuguhkan aturan-aturan sosial dan keberlangsungan suatu masyarakat; menyampaikan
pengetahuan, nilai-nilai, norma, sikap, peranan, adat, dan kebiasaan dari satu generasi ke

4
. Henry Subiakto, 2011, “Kontestasi Wacana Civil Society, Negara, dan Industri Penyiaran dalam Demokratisasi
Sistem Penyiaran Pasca Orde Baru.
5
. Vijai N. Giri, 2009, “Intercultural Communication Theories” dalam Stephen W. Littlejohn & Karen A. Foss
(editors), 2009, Encyclopedia of Communication Theory, California: SAGE Publications, hlm. 532.
genarasi berikutnya; dan membentuk kepribadian seorang anak dengan menanamkan pola pikir
dan cara-cara untuk bertindak atau berperilaku yang dapat diterima masyarakat.

b. Teori-teori komunikasi budaya dan lintas budaya (fokus pada paparan Vijai N. Giri).

-Teori negosiasi wajah dikembangkan oleh Stella Ting Toomey pada tahun 1988. Teori ini
memberikan sebuah dasar untuk memperkirakan bagaimana manusia akan membentuk wajah
mereka dalam sebuah kebudayaan yang berbeda. Wajah atau rupa disini mengacu pada gambar
diri atau citra seseorang di hadapan orang lain. Hal ini melibatkan rasa hormat, kehormatan,
status, koneksi, kesetiaan dan nilai-nilai lain yang serupa.

-Teori pengurangan ketidakpastian adalah sebuah teori yang berakar dari perspektif sosial
psikologi yang menitikberatkan pada proses-proses dasar bagaimana kita menambah
pengetahuan kita tentang orang lain. Menurut teori pengurangan ketidakpastian, kita ingin dapat
memprediksi perilaku orang lain dan oleh karenanya kita akan termotivasi untuk mencari
informasi tentang orang lain.

-Teori Akomodasi Komunikasi adalah salah satu teori komunikasi yang dikemukakan oleh
Howard Giles beserta teman-temannya berkaitan dengan penyesuaian interpersonal dalam
sebuah interaksi komunikasi. Substansi dari teori akomodasi sebenarnya adalah adaptasi, yaitu
mengenai bagaimana seseorang menyesuaikan komunikasi mereka dengan orang lain. Teori ini
berpijak pada premis bahwa ketika seseorang berinteraksi dalam sebuah komunikasi, mereka
akan menyesuaikan pembicaraan, vokal, dan atau tindak tanduk mereka untuk mengakomodasi
orang lain yang terlibat di dalam komunikasi tersebut.

c. Pengaruh media komunikasi massa terhadap budaya populer (fokus pada paparan Bing Bedjo
Tanudjaja).

Dalam menemukan hubungan antara budaya populer dan media massa, kita perlu mengamati
perilaku massa dalam memanfaatkan media dan pengaruhnya dalam perkembangan budaya
massa atau budaya populer. Budaya populer adalah budaya yang lahir atas kehendak media.
Artinya, jika media mampu memproduksi sebuah bentuk budaya, maka publik akan
menyerapnya dan menjadikannya seba�gai sebuah bentuk kebudayaan. Populer yang kita
bicarakan disini tidak terlepas dari perilaku konsumsi dan determinasi media massa terhadap
publik yang bertindak sebagai konsumen. (Strinati, 2003). 6 Budaya populer dianggap sebagai
produk budaya yang mengabdi pada kepentingan pasar yang menjadi karakteristik masyarakat
konsumtif.

2.4. Tentang komunikasi cyberspace.

a. Karakteristik komunikasi cyberspace atau komunikasi dengan mediasi komputer (computer-


mediated communication) (fokus pada paparan Yuyun W. I Surya dan Sahat P. Siburian).

Seperti halnya media massa yang lain, keberadaan internet ini membangkitkan berbagai
pertanyaan akan efek negatif yang ditimbulkannya, selain keberadaan efek positif seperti
penyampaian dan pengiriman informasi yang cepat dan update melalui fasilitas-fasilitas e-mail,
sural kabar online, forum diskusi dan juga chatting serta beragam situs-situs yang ada yang
memperkaya khasanah pengetahuan penggunanya. Lebih lanjut keberadaan media komunikasi
ini acapkali dianggap sebagai penyebab perilaku asosial penggunanya. Hal ini dikarenakan
internet adalah media komunikasi yang memiliki karakteristik interaktif yang membuat
penggunanya merasakan seolah mengalami komunikasi tatap muka sebagaimana di dunia nyata
walaupun hal tersebut hanya terjadi di dunia maya (virtual warfel). komunikasi cyberspace
menunjuk pada suatu konteks komunikasi yang berlangsung dalam dunia maya melalui medium
internet. Komunikasi cyberspace memiliki karakteristik yang berbeda dari media massa lain yang
telah ada sebelumnya. Severin dan Tankard (2007:445) serta Vivian (2008: 277-278) menilai
bahwa internet menawarkan potensi komunikasi yang lebih terdesentralisasi dan lebih
demokratis ketimbang media massa lain yang telah lebih dahulu ada.Aktivitas komunikasi
bermedia internet terjadi di dunia maya yang dihuni oleh orang-orang yang saling berinteraksi,
berdiskusi, dan bertukar pikiran tanpa harus melakukan pertemuan secara fisik.7

b. Implikasi sosial media bagi kehidupan sehari-hari (fokus pada paparan Mia Lovheim, Andre
Jansson, Susanna Paasonen & Johanna Sumiala).

6
. Bing Bedjo Tanudjaja, “Pengaruh Media Komunikasi Massa terhadap Popular Culture dalam Kajian
Budaya/Cultural Studies.”
7
. Sahat P. Siburian, 2011, “Politik Identitas dan Komunikasi Cyberspace: Kajian tentang Konstruksi Identitas
Parmalim dalam Medium Internet” dalam Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sosiae Polites, Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik Universitas Kristen Indonesia (Fisipol UKI), Jakarta, Vol. 12 No.32 Tahun 2011, hlm. 86.
Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat berpengaruh besar terhadap situasi
kehidupan sehari-hari saat ini, salah satunya adalah media sosial. Sekarang, media sosial sudah
menjadi kebutuhan pokok bagi semua orang. Jejaring media sosial yang digunakan oleh
masyarakat banyak jenisnya, di antaranya Facebook, Twitter, Telegram, Instagram, WhatsApp,
TikTok, dan lain-lain. Dalam dunia komunikasi, media sosial bermanfaat sebagai sarana untung
membangun hubungan atau relasi. Bahkan media sosial membantu kita untuk berkomunikasi
jarak jauh karena media sosial memiliki jangkauan global. Media sosial mempermudah kita
untuk berinteraksi di mana pun kita berada.Kita dapat mengunggah berita-berita terkini pada
jaringan internet untuk membantu kita mendapatkan banyak informasi. Tidak hanya berita-berita,
informasi lainnya juga dapat menjadi sumber pengetahuan. Beragam bentuk media sosial yang
ada dapat digunakan oleh kita untuk menggali kreativitas serta mengekspresikan dirinya,
misalnya dengan menulis artikel atau berbagi pengalaman di blog. Tentu tidak heran jika dari
sekian manfaat yang dimiliki media sosial ini telah menyebabkan media sosial menjadi salah
satu kebutuhan pokok masyarakat kini.

c. Konstruksi identitas Parmalim dalam medium internet (fokus pada paparan Sahat P. Siburian).

Dengan kemajuan yang ada saat ini, agama malim yang berpusat di Hutatinggi berusaha
memanfaatkan sebaik mungkin penggunan dari internet untuk menujukkan dan
menginformasikan keberadaan dan identitasnya. Dengan dipelopori oleh tokoh dari agama
Malim yaitu Monang Naipospos, mereka ingin menujukkan identitas mereka yang benar. Karena
sudah sejak lama beredar informasi yang salah mengenai agama Malim tersebut. Identitas sosial
mereka pun tampak sangat variatif. Mereka mengikuti jenjang pendidikan formal dalam berbagai
disiplin ilmu dan telah berhasil meraih gelar-gelar akademik pada level D3, S1 dan S2. Dalam
paparan bapak Sahat P Siburian, masing-masing Parmalim tidak hanya terikat oleh satu identitas
saja melainkan juga terikat dengan identitas-identitas yang beragam dan berbeda seperti marga,
gender, tingkat pendidikan, status, profesi, dan asal-usul geografis. Tetapi seluruh atribut
identitas tersebut berkelindan dalam suatu wacana konstruksi identitas Parmalim dan agama
Malim dalam medium internet.

Anda mungkin juga menyukai