Anda di halaman 1dari 8

Dinamika Komunikasi dalam Sosiologi

Pendahuluan
Sosiologi komunikasi adalah cabang ilmu sosial yang mempelajari interaksi sosial
manusia melalui proses komunikasi. Dalam essay ini akan mengeksplorasi beberapa topik
terkait dalam sosiologi komunikasi, termasuk dimensi tindakan komunikasi, perubahan
sosial, relasi kuasa, perspektif fungsionalis, globalisasi, serta nilai dan norma sosial dalam
komunikasi. Dengan memahami kompleksitas interaksi sosial dan dampaknya pada
komunikasi, sosiologi komunikasi memberikan wawasan yang berharga dalam memahami
bagaimana komunikasi berperan dalam membentuk dinamika sosial dan menciptakan
masyarakat yang beragam. Melalui analisis mendalam terhadap topik-topik yang relevan
dalam sosiologi komunikasi, kita dapat lebih memahami peran komunikasi dalam
membentuk identitas, mempertahankan stabilitas sosial, dan menciptakan perubahan dalam
masyarakat modern yang semakin terhubung.

Pembahasan
1. Dimensi Tindakan Komunikasi
Dimensi tindakan komunikasi merupakan salah satu konsep sentral dalam sosiologi
komunikasi yang mencakup aspek-aspek utama dalam proses komunikasi antara individu
atau kelompok. Konsep ini membantu kita memahami struktur dan dinamika dari
komunikasi manusia dalam berbagai konteks sosial. Dimensi tindakan komunikasi
melibatkan berbagai elemen penting, seperti pengirim (komunikator), pesan, saluran,
penerima (penerima pesan), dan umpan balik.
a. Pengirim:
Pengirim adalah pihak yang menginisiasi proses komunikasi dengan menyampaikan
pesan kepada penerima. Pengirim bisa berupa individu, kelompok, atau institusi yang
ingin menyampaikan informasi kepada orang lain.
b. Pesan:
Pesan adalah isi atau konten komunikasi yang ingin disampaikan oleh pengirim
kepada penerima. Pesan ini bisa berupa kata-kata, bahasa tubuh, gambar, suara, atau
simbol-simbol lainnya yang memiliki makna dan tujuan tertentu.
c. Saluran:
Saluran komunikasi adalah media atau cara yang digunakan untuk mengirimkan pesan
dari pengirim kepada penerima. Saluran ini bisa berupa komunikasi langsung (tatap
muka) atau tidak langsung (melalui media massa, surat, email, dll).
d. Penerima
Penerima adalah pihak yang menerima pesan yang disampaikan oleh pengirim.
e. Umpan Balik:
Umpan balik adalah respons atau tanggapan dari penerima terhadap pesan yang
diterimanya. Umpan balik ini bisa berupa verbal atau non-verbal.
Dalam konteks media massa, dimensi tindakan komunikasi dapat terlihat dalam
sebuah iklan televisi. Perusahaan ponsel cerdas baru-baru ini meluncurkan produk
terbarunya dan ingin menjangkau audiens yang lebih luas. Perusahaan bertindak sebagai
pengirim, menciptakan iklan sebagai pesan, dan menyiarkan iklan tersebut melalui
saluran televisi. Pemirsa yang melihat iklan tersebut berperan sebagai penerima. Jika
iklan tersebut menarik perhatian pemirsa, mereka mungkin tertarik untuk membeli produk
tersebut (umpan balik positif), dan kampanye iklan dianggap sukses.

2. Konsep, Sumber, dan Proses Perubahan Sosial


Perubahan sosial adalah hasil dari ketidaksesuaian antara berbagai unsur sosial yang
berbeda dalam kehidupan masyarakat, yang mengakibatkan terbentuknya pola kehidupan
baru yang berbeda dari pola sebelumnya. Teori perubahan sosial di antaranya adalah:
1) Teori Evolusi
Teori ini terdiri dari dua aliran, yaitu evolusi unilinear dan multilinear. Evolusi
unilinear berpendapat bahwa perubahan sosial memiliki arah dan tahapan yang sama
bagi semua masyarakat, bergerak dari tahap awal yang sederhana ke tahap akhir yang
lebih maju. Sementara itu, evolusi multilinear percaya bahwa perubahan sosial
memiliki arah tetap, namun masing-masing masyarakat tidak mengikuti tahapan yang
sama.
2) Teori Siklus
Teori siklus melihat bahwa setiap masyarakat harus melewati sejumlah tahap tertentu.
Perubahan sosial tidak berakhir pada tahap akhir yang sempurna, tetapi berputar
kembali ke tahap awal untuk peralihan atau perubahan berikutnya.
3) Teori Fungsionalis
Teori fungsionalis berpendapat bahwa setiap elemen masyarakat memberikan fungsi
terhadap elemen lainnya. Perubahan dalam satu bagian masyarakat akan berdampak
pada bagian lainnya.

4) Teori Konflik
Teori konflik menekankan bahwa konflik antar kelompok atau kelas sosial menjadi
sumber utama perubahan sosial. Perubahan menciptakan kelompok atau kelas sosial
baru yang berkonflik, dan konflik ini memunculkan perubahan berikutnya.
Perkembangan teknologi informasi, khususnya internet, telah menghasilkan proses
digitalisasi di berbagai bidang kehidupan. Digitalisasi mengubah cara kita mengakses dan
menyebarkan informasi. Dengan adanya akses internet global, informasi yang
sebelumnya sulit dijangkau kini dapat dengan mudah diakses oleh siapa saja di seluruh
dunia. Ini menciptakan pertukaran informasi yang lebih cepat dan luas. Contoh konkrit
perubahan tersebut salah satunya yaitu dengan munculnya platform video berbagi seperti
YouTube, seorang penulis atau pembuat konten dari negara tertentu dapat dengan mudah
membagikan karyanya kepada audiens internasional. Seorang musisi lokal dapat menarik
perhatian publik global dengan mengunggah karya mereka secara online. Hal ini
membantu menghubungkan budaya dan ide-ide dari berbagai belahan dunia.

3. Relasi Kuasa dalam Komunikasi


Relasi kuasa dalam konteks sosiologi komunikasi merujuk pada dinamika kekuasaan
yang terjadi dalam proses komunikasi di masyarakat. Konsep ini berfokus pada
bagaimana kekuasaan dan kontrol didistribusikan, diterapkan, dan dipertahankan melalui
proses komunikasi. Relasi kuasa dapat terlihat dalam berbagai situasi, baik di tingkat
antarindividu, kelompok, maupun dalam skala yang lebih luas, seperti di dalam institusi
dan struktur sosial.
Media massa memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk, mempengaruhi,
dan memperkuat relasi kuasa dalam masyarakat. Sebagai saluran komunikasi yang luas
dan memiliki akses ke audiens yang besar, media massa memiliki kekuatan untuk
membentuk opini publik, mengontrol aliran informasi, dan mempengaruhi cara berpikir
dan bertindak masyarakat.
Dalam konteks pemilihan umum, media massa dapat berperan penting dalam
membentuk dan mempengaruhi relasi kuasa. Pihak-pihak yang memiliki akses dan
kontrol terhadap media massa dapat menggunakan platform tersebut untuk
mengendalikan narasi dan mempengaruhi persepsi publik tentang calon-calon tertentu.
Dengan demikian, media massa memiliki pengaruh besar dalam membentuk opini publik
dan menentukan hasil dari pemilihan umum.

4. Perspektif Fungsionalis dalam Komunikasi


Perspektif fungsionalis dalam sosiologi komunikasi didasarkan pada prinsip bahwa
komunikasi dan media massa berfungsi untuk memelihara stabilitas sosial dan
keberlanjutan masyarakat. Perspektif ini menekankan pentingnya komunikasi sebagai
mekanisme integrasi sosial yang membantu memelihara kesatuan dan kohesi dalam
masyarakat.
Perspektif fungsionalis mengasumsikan bahwa individu dan kelompok saling
tergantung satu sama lain dalam masyarakat. Komunikasi memainkan peran penting
dalam memfasilitasi interaksi sosial yang memungkinkan koordinasi dan kerja sama di
antara anggota masyarakat. Perspektif fungsionalis percaya bahwa setiap aspek dari
masyarakat, termasuk komunikasi, memiliki fungsi sosial tertentu yang membantu
menjaga stabilitas dan kesinambungan sistem sosial. Fungsi-fungsi ini dapat berupa
pengaturan norma dan nilai, integrasi sosial, atau penguatan identitas kelompok.
Dalam perspektif fungsionalis, media massa dan komunikasi memiliki beberapa peran
penting dalam memelihara stabilitas sosial dan keberlanjutan masyarakat, antara lain:
a. Penyebaran Informasi: Media massa bertanggung jawab untuk menyebarkan
informasi dan berita kepada masyarakat. Dengan demikian, masyarakat dapat
memiliki akses ke informasi yang relevan dan aktual, sehingga dapat berpartisipasi
dalam kehidupan sosial dan politik.
b. Integrasi Sosial: Komunikasi, termasuk media massa, memainkan peran penting
dalam mengintegrasikan anggota masyarakat. Media massa menyediakan platform di
mana nilai-nilai bersama dan identitas sosial dapat diperkuat dan dibagikan oleh
seluruh anggota masyarakat.
c. Membangun Identitas dan Solidaritas: Media massa dapat membantu membangun
identitas kelompok dan solidaritas di antara anggota masyarakat yang memiliki minat
atau tujuan bersama. Program-program televisi, siaran radio, atau platform media
sosial yang menggambarkan budaya, bahasa, atau nilai-nilai tertentu, dapat
memperkuat rasa kebersamaan dan identitas kelompok.
Kritik atau Keterbatasan dari Pendekatan Fungsionalis dalam Menjelaskan Fenomena
Komunikasi Sosial antara lain:
1) Terlalu Konservatif
Kritik terhadap perspektif fungsionalis adalah pandangannya yang terlalu konservatif
dan cenderung mempertahankan status quo sosial. Pendekatan ini mungkin gagal
mengakui atau mengatasi ketidakadilan sosial dan perubahan yang diperlukan untuk
memperbaiki masalah masyarakat.
2) Mengabaikan Konflik
Fungsionalisme cenderung mengabaikan konflik dan pertentangan yang ada dalam
masyarakat. Faktanya, konflik adalah bagian alami dari dinamika sosial, dan melalui
pertentangan ini, perubahan sosial dapat terjadi.
3) Tidak Menyertakan Dimensi Kekuasaan
Perspektif fungsionalis kurang mempertimbangkan dimensi kekuasaan dalam proses
komunikasi sosial. Padahal, kekuasaan dapat mempengaruhi distribusi dan kontrol
informasi dalam masyarakat.
4) Determinisme Teknologi
Dalam perspektif fungsionalis, teknologi sering kali dipandang sebagai sesuatu yang
membawa perbaikan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Namun, pandangan ini
mengabaikan kemungkinan dampak negatif teknologi terhadap aspek-aspek sosial dan
budaya.

5. Globalisasi dan Perspektif Postmodernisme, Poststrukturalisme, Postkolonialisme,


dan Posthuman
Globalisasi mengacu pada proses integrasi dan interkoneksi antara berbagai aspek
kehidupan di seluruh dunia, termasuk komunikasi dan budaya. Dalam konteks
komunikasi, globalisasi telah memungkinkan pertukaran informasi, ide, dan budaya
secara cepat dan luas melalui teknologi informasi dan media baru. Implikasi dari
globalisasi dalam komunikasi dan budaya antara lain:
1) Akses Informasi
Globalisasi telah meningkatkan akses informasi bagi masyarakat dari berbagai
belahan dunia. Orang dapat mengakses berita, informasi, dan konten budaya dari
berbagai negara dan wilayah dengan mudah melalui internet dan media lainnya.
2) Interkoneksi Budaya
Proses globalisasi telah menyebabkan percampuran dan interaksi antara budaya-
budaya yang berbeda. Hal ini dapat mengarah pada adopsi elemen budaya dari luar
dan juga pelestarian identitas budaya lokal.
3) Perubahan Pola Konsumsi
Globalisasi juga mempengaruhi pola konsumsi masyarakat dengan menyediakan
akses lebih luas terhadap produk dan layanan dari seluruh dunia. Hal ini dapat
mempengaruhi preferensi konsumen dan industri.
Perbandingan dan kontras perspektif postmodernisme, poststrukturalisme,
postkolonialisme, dan posthuman dalam memahami fenomena globalisasi dan dampaknya
terhadap komunikasi sosial:
a. Postmodernisme
Perspektif postmodernisme menekankan ketidakstabilan, keragaman, dan pluralitas
dalam konteks globalisasi. Mereka melihat bahwa identitas dan realitas sosial tidak
lagi stabil, dan menciptakan narasi alternatif yang saling bertentangan.
b. Poststrukturalisme
Perspektif ini menolak pandangan tentang kebenaran dan pengetahuan yang objektif.
Dalam konteks globalisasi, poststrukturalisme menyoroti konstruksi dan representasi
diskursif dari realitas dan budaya, serta bagaimana kekuatan dan kepentingan
berperan dalam membentuk makna dan interpretasi.
c. Postkolonialisme
Perspektif postkolonial menyoroti warisan sejarah kolonial dan ketidakadilan yang
dihasilkan oleh proses globalisasi. Mereka meneliti bagaimana hubungan kekuasaan
antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang terus berdampak pada
komunikasi global dan representasi budaya.
d. Posthuman
Perspektif posthuman memandang manusia dan teknologi sebagai entitas yang saling
terkait dan saling mempengaruhi. Dalam konteks globalisasi, perspektif ini
mencermati peran teknologi dan potensi integrasi manusia dengan teknologi untuk
mengatasi batasan fisik dan geografis dalam komunikasi.
Contoh fenomena komunikasi global yang mencerminkan elemen dari perspektif post
antara lain :
a. Kampanye Pemasaran Global: Kampanye pemasaran global oleh merek-merek besar
sering mencerminkan elemen postmodernisme dengan menciptakan narasi yang
beragam dan ambigu, memungkinkan interpretasi berbeda dari berbagai kelompok
audiens global.
b. Dominasi Bahasa Inggris dalam Media: Dalam perspektif poststrukturalisme,
dominasi bahasa Inggris sebagai bahasa global dalam media massa menunjukkan
bagaimana bahasa dan kekuatan mempengaruhi pembentukan narasi global dan
penguasaan informasi.
c. Konflik Identitas Budaya dalam Pemutaran Film Global: Pemutaran film Hollywood
di seluruh dunia sering menimbulkan tantangan identitas budaya, di mana budaya
lokal harus bersaing dengan budaya global yang diwakili dalam film tersebut.
d. Pengaruh Teknologi pada Identitas Individu: Dalam perspektif posthuman,
penggunaan teknologi komunikasi digital seperti media sosial telah mengubah cara
manusia berkomunikasi dan membentuk identitas mereka, mencerminkan perubahan
budaya dalam era globalisasi digital.

6. Nilai dan Norma Sosial dalam Komunikasi


Nilai adalah keyakinan atau prinsip yang dianggap penting dan dijunjung tinggi oleh
individu atau kelompok dalam masyarakat. Nilai menentukan apa yang dianggap baik,
benar, dan layak untuk dikejar dalam kehidupan. Norma sosial adalah aturan-aturan yang
mengatur perilaku dan interaksi sosial di masyarakat. Norma sosial memberikan petunjuk
tentang apa yang dianggap pantas dan tidak pantas dalam berkomunikasi dan berinteraksi
dengan orang lain. Kedua konsep ini saling terkait dan mempengaruhi perilaku
komunikasi individu dan kelompok dalam masyarakat.
Media massa dan teknologi informasi memiliki peran penting dalam membentuk
pandangan masyarakat terhadap nilai dan norma sosial. Media massa dapat
mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap nilai-nilai tertentu melalui representasi
budaya dan karakter dalam film, acara televisi, dan iklan. Nilai-nilai yang sering muncul
dalam media dapat menjadi bagian dari norma sosial yang dianut oleh masyarakat.
Teknologi informasi, seperti media sosial dan platform digital lainnya, memberikan
wadah bagi berbagai pandangan dan nilai yang berbeda untuk diekspresikan secara luas.
Ini dapat mempengaruhi pergeseran pandangan masyarakat terhadap nilai dan norma
yang sebelumnya dominan.
Contoh situasi dimana nilai dan norma sosial dalam masyarakat bertentangan dengan
pesan dan konten yang disampaikan oleh media massa:
1) Konten Kontroversial di Media
Beberapa konten dalam media massa, seperti film dengan kekerasan tinggi atau
pornografi, mungkin bertentangan dengan nilai-nilai moral dan norma sosial yang
ada dalam masyarakat.
2) Representasi Gender dan Stereotip
Representasi gender yang bias atau stereotip dalam media massa dapat bertentangan
dengan nilai-nilai kesetaraan gender yang dianggap penting dalam masyarakat
modern.

Kesimpulan
Sosiologi komunikasi adalah cabang ilmu yang mempelajari interaksi sosial dan
komunikasi dalam konteks masyarakat yang semakin terhubung dan dipengaruhi oleh
globalisasi dan media massa. Dimensi tindakan komunikasi, perubahan sosial, relasi kuasa,
perspektif fungsionalis, dan pandangan postmodernisme, poststrukturalisme,
postkolonialisme, dan posthuman menjadi fokus utama dalam memahami kompleksitas
komunikasi sosial dalam era modern. Pentingnya sosiologi komunikasi adalah untuk
memahami peran nilai, norma, dan media massa dalam membentuk identitas dan pola
komunikasi dalam masyarakat yang semakin maju dan terhubung.

Daftar Referensi :
Arifianto, A. R. (2020). Komunikasi Massa, Media Baru, dan Perubahan Sosial di Indonesia.
Jurnal Ilmu Komunikasi, 17(2).
Dharmaputra, A., & Iskandar, I. K. (2020). Dinamika Komunikasi Antarbudaya dalam
Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia. Jurnal Komunikasi: Malaysian Journal of
Communication, 36(2).
Fajrianthi, E. P., & Agustina, A. (2016). Penggunaan Media Sosial dan Interaksi Sosial di
Indonesia. Jurnal Ilmu Komunikasi, 14(1).
Gunawan, S. (2020). Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan Sikap Politik Masyarakat
Indonesia. Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik, 24(1).
Nurhadi, S. (2017). Peran Media Massa dalam Menciptakan Identitas Budaya Indonesia.
Jurnal Humaniora, 29(1).
Prastowo, A. B., & Widjajanto, G. A. (2013). Representasi Gender dalam Iklan Televisi
Indonesia: Kajian Analisis Wacana Kritis. Jurnal Ilmu Komunikasi, 11(2).
Sofyan, S. (2017). Rekonstruksi Media Massa dalam Pembangunan Nasional Indonesia.
Jurnal ASPIKOM, 3(4).

Anda mungkin juga menyukai