Anda di halaman 1dari 5

BAB V

DIMENSI DAN PERPEKTIF ILMU KOMUNIKASI

Sesuai pengertian dan model komunikasi seperti yang telah dikemukakan di bagian
depan, komunikasi pada dasarnya dapat dilihat dari berbagai dimensi, yakni komunikasi
sebagai proses, komunikasi sebagai simbolik, komunikasi sebagai sistem, komunikasi
sebagai aksi, komunikasi sebagai aktivitas sosial, dan komunikasi sebagai
multidimensional.

Komunikasi Sebagai Proses


Jika komunikasi dipandang sebagai proses, komunikasi yang dimaksud adalah
suatu kegiatan yang berlangsung secara dinamis. Sesuatu yang didefinisikan sebagai
proses, berarti unsur-unsur yang ada di dalamnya bergerak aktif, dinamis, dan tidak statis.
Demikian Berlo dalam bukunya The Process of Communication (1960).
Dilihat dari konteks komunikasi antarpribadi, proses menunjukkan adanya kegiatan
pengiriman pesan dari seseorang kepada orang lain. Sementara itu, dari konteks
komunikasi massa, proses dimulai dari kegiatan pengumpulan, pengolahan dan
penyebaran berita dari penerbit atau stasiun televisi kena khalayaknya.

Komunikasi Sebagai Simbolik

Hampir semua pernyataan manusia baik yang ditujukan untuk kepentingan dirinya,
maupun untuk kepentingan orang lain dinyatakan dalam bentuk simbol. Hubungan antara
pihakpihak yang ikut serta dalam proses komunikasi banyak ditentukan oleh simbol atau
lambang-lambang yang digunakan dalam berkomunikasi.
Seorang penyair yang mengagumi sekuntum bunga, akan mengeluarkan pernyataan
lewat bahasa "alangkah indahnya bunga ini", ataukah seorang polisi lalu lintas yang tidak
bisa berdiri terus di persimpangan jalan, peranannya dapat digantikan lewat rambu-rambu
jalan atau lampu pengatur lalu lintas (traffic light). Simbol merupakan hasil kreasi
manusia dan sekaligus menunjukkan tingginya kualitas budaya manusia dalam
berkomunikasi dengan sesamanya.
Simbol dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa lisan atau tertulis (verbal) maupun
melalui isyarat-isyarat tertentu (nonverbal). Simbol membawa pernyataan dan diberi arti
oleh penerima, karena itu memberi arti terhadap simbol yang dipakai dalam
berkomunikasi bukanlah hal yang mudah, melainkan suatu persoalan yang cukup rumit.
Gambar Simbol Komunikasi (Sumber:Wikipedia)
Proses pemberian makna terhadap simbol-simbol yang digunakan dalam
berkomunikasi, selain dipengaruhi faktor budaya, juga faktor psikologis, terutama pada
saat pesan didecode oleh penerima. Sebuah pesan yang disampaikan dengan simbol yang
sama, bisa saja berbeda arti bilamana individu yang menerima pesan itu berbeda dalam
kerangka berpikir dan kerangka pengalaman.
"Meskipun kita hidup dalam satu bahasa yang sama (Inggris), tetapi kita banyak
yang berbeda dalam kerangka budaya". Demikian MacNamara (1966) mantan Direkrur
Bank Dunia dalam suatu seminar.

Komunikasi Sebagai Sistem


Sistem sering kali didefinisikan sebagai suatu aktivitas di mana semua komponen
atau unsur yang mendukungnya saling berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan
luaran (Semprivivo, 1982), atau dengan kata lain seperangkat komponen yang saling
bergantung satu sama lain. Suatu sistem komunikasi memerlukan sifat yang sistemik,
yakni menyeluruh, saling bergantung, berurutan, mengontrol dirinya, seimbang, berubah,
adaptif, dan memiliki tujuan.
Menyeluruh berarti semua komponen yang membangun sistem itu merupakan satu
kesatuan yang integratif yang tidal bisa dipisahkan satu sama lain. Oleh karena itu, dalam
proses kerjanya semua komponen saling berinteraksi.
Saling bergantung berarti mengikuti aturan permainan yan ada. Di sini sistem harus
melakukan kontrol atau pengawasan terhadap berfungsi tidaknya semua komponen itu
dalam menciptakan suatu keseimbangan yang dinamis.

Karena ia melakukan kontrol terhadap semua komponen yang mendukungnya,


tidak ada jalan lain kecuali sistem harus memiliki tujuan dan kemampuan adaptif dengan
mengandalkan kerja sama di antara komponen-komponen tersebut. Artinya, jika salah
satu komponennya tidak berfungsi dengan baik, sistem itu secara otomatis tidak dapat
berjalan secara normal sebagaimana mestinya. Ini berarti sistem harus dilihat secara
menyeluruh (totalitas) dan bukannya terpisah satu sama lain.

Dari segi bentuknya sistem dapat dibedakan atas dua macam, yakni sistem terbuka
(open system) dan sistem tertutup (closed system). Sistem terbuka adalah sistem di mana
prosesnya terbuka dari pengaruh lingkungan yang ada di sekitarnya, sedangkan sistem
yang tertutup adalah sistem di mana prosesnya tertutup dari pengaruh luar (lingkungan).
Dalam penerapannya, sistem terbuka banyak ditemui pada peristiwa-peristiwa
sosial di mana suatu kegiatan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor luar, misalnya
agama, politik, ekonomi, nilai budaya, dan sebagainya. Sementara itu, penerapan sistem
tertutup banyak ditemui dalam kegiatan uji coba laboratorium yang berusaha mengisolasi
pengaruh luar, misalnya debu, musim, cuaca, udara, dan sebagainya.
Gambar Komunikasi Sebagai Sistem
Sumber: Edwin M. Verona, Communication, 1982
Konsekuensi sistem terbuka dan sistem tertutup dinyatakan oleh Bertalanfy (1963)
bahwa peristiwa yang banyak mendapat pengaruh dari luar (sistem terbuka) hasilnya
sering kali sulit diantisipasi, sedangkan sistem tertutup dapat diantisipasi hasilnya.
Kalau konsep sistem dikaitkan dengan proses komunikasi dapat dikatakan bahwa
komunikasi adalah suatu sistem. Hal ini tercermin dari unsur-unsur yang mendukungnya
sebagai suatu kesatuan yang integratif yang saling bergantung satu sama lain.
Jadi, proses komunikasi tidak akan terjadi bilamana salah satu komponennya
terabaikan. Pesan tidak akan tercipta tanpa sumber, efek tidak akan ada tanpa pesan,
umpan balik ada karena adanya penerima, serta tidak ada penerima tanpa adanya sumber.
Proses seperti ini menciptakan suatu struktur yang si di mana semua unsur atau
komponen saling berurutan sumber harus mendahului pesan dan pesan harus mendaí
saluran dan seterusnya. Perubahan struktur akan member ngaruh jalannya sistem yang
berjalan. Keterikatan antara komponen dengan komponen lainnya akan melahirkan
putaran umpan balik (feedback loops) dan hasilnya merupakan kerja sama dari semua
komponen yang ada (synergic).

Komunikasi Sebagai Aksi


Komunikasi boleh dikata tidak pernah terjadi tanpa aksi, apakah itu diucapkan,
ditulis, maupun dilakukan dalam bentuk isyarat. Bahkan gerakan dalam bentuk diam juga
merupakan suatu aksi. Oleh karena aksi (action) merupakan suatu tindakan yang
dilakukan oleh seseorang, maka pada saat ia berhubungan dengan orang lain, maka ia
melakukan interaksi. Jika pada tindakan aksi sifatnya linear dilakukan oleh seseorang
sebagai pelaku komunikasi, maka pada tindakan interaksi komunikasi menuntut adanya
umpan balik antara pihak-pihak yang ikut dalam proses komunikasi. Dalam konteks ini,
maka para pelaku komunikasi berada pada derajat atau kedudukan yang sama, dan bisa
saling memengaruhi satu sama lain.
Aksi dan interaksi menurut Miller (2005:6) menuntut reaksi balik dari penerima
informasi kepada pemberi informasi. Namun, akhir-akhir ini para sarjana komunikasi
memandang bahwa komunikasi bukan hanya aksi dan interaksi, melainkan dituntut
adanya transaksi di antara para pelaku komunikasi. Pada tindakan transaksi proses
komunikasi dituntut dalam tataran yang lebih tinggi, lebih dinamis, dan lebih kompleks.
Dalam konteks ini tindakan komunikasi menunjukkan adanya interplay yang saling
memengaruhi (mutual influence) di antara para pelaku komunikasi dalam jumlah yang
lebih banyak. Karena itu pengaruhnya datang bukan hanya dalam konteks orang per
orang, tetapi secara lintas dari kelompok-kelompok lain yang saling memengaruhi. Dalam
kondisi seperti ini para pelaku komunikasi berusaha melakukan kerja sama (cooperative)
menuju suatu titik temu untuk saling berbagi, apakah itu dalam konteks arti (meaning)
bahasa yang digunakan, kepentingan (interest) diri atau kelompok, maupun untuk
perluasan jajaring sosial (social networking).

Komunikasi Sebagai Aktivitas Sosial

Sudah menjadi sifat manusia yakni selalu berusaha untuk berhubungan dengan
sesamanya. Upaya ini dilakukan untuk menghilangkan keterasingan mereka, dan juga
keinginan untuk mengetahui apa yang terjadi di luar dirinya (communication is human).
Hubungan antara sesama manusia, apakah itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, ataukah untuk kepentingan aktualisasi diri dalam membicarakan masalah-
masalah politik, sosial, budaya, seni, dan teknologi, semuanya hanya dapat dipenuhi
melalui komunikasi. Oleh karena itu, komunikasi menjadi jembatan dalam
menghubungkan antara kepentingan diri manusia sebagai individu dengan masyarakat di
sekelilingnya. Misalnya dalam konteks bisnis diperlukan aktivitas komunikasi periklanan
dalam mempersuasi masyarakat untuk membeli barang, demikian pula negosiasi untuk
membuat peluang kemungkinan kerja sama ekonomi antara para pelaku pasar.

Komunikasi sebagai aktivitas sosial, tidak saja menjadi jembatan untuk para
pengambil kebijakan di tingkat pemerintahan, tetapi juga dalam tataran yang lebih rendah
pada tingkar rumput (grassroot) menjadi kebutuhan para anggota masya dengan
membicarakan berbagai permasalahan, mulai dari salah kehidupan sehari-hari mereka
sampai kepada hal-hal terjadi di luar lingkungan sosialnya. Hal ini terutama segencarnya
informasi yang mereka terima dari media massa sen televisi, surat kabar, radio, dan media
lainnya. Aktivitas dari anggota masyarakat dalam membicarakan isu-isu yang mereka
dengar dan lihat itu, sebagai salah satu bentuk partisipasi dalam memikirkan dan
menjadikan dirinya sebagai bagian dari suatu masyarakat.

Komunikasi Sebagai Multidimensional

Kalau komunikasi dilihat dari perspektif multidimensional, ada dua tingkatan yang
dapat diidentifikasi, yakni dimensi isi (content dimension) dan dimensi hubungan
(relationship dimension).
Dalam komunikasi antarmanusia, kedua dimensi ini tidak terpisah satu sama lain.
Dimensi isi menunjukkan pada kata, bahasa, dan informasi yang dibawa oleh pesan,
sementara di mensi hubungan menunjukkan bagaimana peserta komunikasi berinteraksi
satu sama lain.
Menurut Cuyno (1986) dalam dimensi hubungan ada di elemen dasar komunikasi
yang berinteraksi satu sama lain sebagai hubungan yang multidimensional.

Gambar Proses Komunikasi yang Multidimensional


Pada Gambar di atas dapat dilihat bahwa komunikasi yang multidimensional
dibangun lebih dari satu hubungan, yakı satu elemen dapat memiliki empat keterikatan
dengan elemen lainnya.

Asumsi dasar hubungan multidimensional, bahwa sebuah elemen bisa saja


memengaruhi dan dipengaruhi oleh satu unsur atau lebih. Artinya sumber tidak hanya
memengaruhi pesan, tetapi juga bisa memengaruhi saluran dan pener

ma. Begitu juga sebaliknya, saluran dan penerima dapat memengaruhi sumber.

PERTANYAAN

1. Sebutkan salah satu contoh komunikasi sebagai simbolik dalam kehidupan sehari-hari.
2. Jelaskan komunikasi sebagai aksi dalam perespektif sebagai mahsiswa ilmu
komunikasi.

Anda mungkin juga menyukai