Selain itu, dampak paling mencolok adalah timbulnya konflik lintas budaya
dan kekerasan lintas budaya antara budaya baru yang ingin mendominasi dan budaya
tradisional-konservatif yang ingin bertahan. Pada sisi lain, budaya yang reseptif-
terbuka cenderungn melakukan proses adaptasi lintas budaya.
VI. KONFLIK LINTAS BUDAYA
Media baru menyediakan suatu alat yang kuat untuk membangun citra mereka
sendiri bagi masyarakat dan pemerintah, untuk mendefinisikan dan membuat definisi
ulang tentang makna-makna pesan yang mereka gunakan dalam komunikasi untuk
mengatur agenda komunikasi, serta membingkai informasi, pesan, dan sebagainya.
Karena tata aturan media baru tidak seragam, perspektif dan pembatasan praktis
media di masyarakat apapun dipenngaruhi oleh orientasi nilai budaya mereka. Bentuk
representasi media yang berbeda cenderung mencerminkan asimetri komuikasi lintas
budaya, baik pada tingkat interpersonal, kelompok, maupun bangsa (Hothier, 2011).
Oleh karena itu, media baru berpotensi menimbulkan konflik linntas budaya.
Mengenai kasus konflik teranyar yang menimpa hubungan Google dengan
China, Google menarik diri dari Chin menyusul munculnya analisis tentang
pembingkaian berita (news framing) yang melibatkan China Daily dan Wall Street
Journal. Kuang (2011) berpendapat bahwa konflik tersebut terjadi akibat tema-tema
yang mendominasi China Daily mengkritik Google dan pemerintah Amerika Serikat.
Temuan Kuang tersbut menunjukkan bahwa agen berita sering mencerminkan agenda
serta kepentingan dan nilai-nilai bangsa dan negara masing-masing. Hal ini pada
akhirnya memercikkan api konflik lintas budaya dan pernyataan ‘tampar muka’ kedua
negara di depan mata masyarakat internasional.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara media baru dan
komunikasi lintas budaya sangat erat kaitannya dalam perspektif kontekstual global.
Semua ini terjadi akibat karakteristik spesifik media baru yang secara signifikan
berbeda dari karakteristik media internasional
Studi ini mengkaji dampak positif dan negatif media baru terhadap
komunikasi lintas budaya. Pecahnya konflik lintas budaya ini mendorong konsekuensi
tentang perlunya studi lebih lanjut yang berhubungan dengan pengaruh nilai budaya
terhadap media baru.
VII .ADAPTASI LINTAS BUDAYA
Komunikasi dan interaksi merupakan faktor kunci yang memengaruhi cara
media sosial menimbulkan dampak pada adaptasi lintas budaya. Itu berarti selain
konflik lintas budaya, media baru juga berpotensi mengundang terjadinya daptasi
lintas budaya. Sisi positif dari media baru adalah timbulnya dampak terhadap adaptasi
lintas budaya (Rebecca Sawyer, 2011). Media tersebut membawa konteks yang di
dalamnya masyarakat dunia dapat berkomunikasi, bertukar gagasan, berbagai
pengetahuan dan berinteraksi satu sama lain dengan mengabaikan ruang dan waktu
yang memisahkan mereka. Komunikasi semacam ini dapat membawa dampak
adaptasi lintas budaya untuk memperkaya nilai dan identitas budaya baru.
Adaptasi lintas budaya mencakup proses memajukan saling pengertian melalui
interaksi guna meningkatkan tingkat kecocokan sosial sehingga kebutuhan lingkungan
budaya baru dapat dipenuhi. Pada skala tertentu, melalui media sosial baru, telah
terjadi komunikasi lintas budaya yanng mengintegrasikan budaya tuan rumah dan
budaya tamu melalui adaptasi dan perawatan hubungan yang semakin harmonis. Dari
pola hubungan semacam ini diyakini bahwa hal ini dapat memengaruhi atau dapat
menimbulkan adaptasi lintas budaya dan pada akhirnya pembentukan identitas budaya
baru.
Tahap-tahap adaptasi lintas budaya, menurut Risgar dalam Chen dan Starosta
(2005), penting untuk diperhatikan ketika terjadi koneksi melalui pemanfaatan media
sosial. Ada empat tahapan koneksi, yaitu:
1. Tahp bulan madu.
2. Tahap krisis
3. Tahap penyesuaian.
4. Tahap adaptasi bikulturalisme atau multikulturalisme.
Dalam proses lintas budaya, komunikasi ditunjukkan unntuk saling
mempelajari dan hidup saling memberi makna. Pengetahuan tentang hal ini penting,
terutama bagi budaya tuan rumah untuk memengaruhi emosi orang dari budaya tamu
sehingga mereka bersedia melakukan penyesuaian, Pengaturan emosi tersebut akan
memungkinkan individu untuk berpikir dengan jelas tentang insidien-insiden lintas
budaya sehingga tanpa kesulitan mampu mengatur pertahanan psikologis.
Menurut Chen (2005), ada empat dimensi dala kompetensi ini, yaitu:
1. Global mindset, berarti kemampuan untuk terbuka dalam melibatkan perluasan
perspektif dan penonjolan pikiran yang berbeda dalam memahami cara-cara hidup
(way of life) yang berbeda.
2. Pemetaan budaya, yaitu pembandingan antara budaya sendiri dengan budaya lain
dalam upaya memeriksa persamaan dan perbedaan budaya.
3. Pembukaan diri, merupakan proses mentransformasi dan menggerakkan diri dari
tinngkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi pada tangga-tangga
pembangunan keadaan insani.
4. Penyatuan diri dalam interaksi lintas budaya, berarti menyumbangkan pencapaian
tujuan akhir dari penciptaan untuk kerja dari interaksi budaya dengan kecakapan dan
kecerdasan.
Keefektifan dan kewajaran merupakan dua aspek penting dalam proses
penyatuan diri agar menjadi luwes dan mampu mengelola interaksi serta perubahan.
Berpikir global telah menjadi bagian integral dalam kehidupann sehari-hari
masyarakat global, sebagaimana mereka semakin terinterkoneksi dan saling
bergantung dengan perbedaan budaya di seluruh dunia (Vicere, 2004).
TUGAS KE-7
1. Jelaskan yang dimaksud media baru dan pengaruh budaya
2. Sebutkan dua proposisi menurut Crocher (2011)
3. Jelaskan lima karakteristik yang memengaruhi perilaku difusi inovasi
4. Jelaskan yang dimaksud media baru dan leburnya identitas budaya
5. Jelaskan yang dimaksud hubungan media baru dengan komunikasi lintas
budaya
6. Jelaskan dampak media baru terhadap komunikasi lintas budaya
7. Jelaskan yang dimaksud dengan konflik lintas budaya dan kekerasan lintas
budaya
8. Jelaskan empat dimensi menurut Chen (2005) dalam kompetensi komunikasi
global yang melibatkan aspek kognitif,efektif dan behavioral.