Anda di halaman 1dari 10

NAMA : MUHAMMAD ALWI

NIM : 06520200264
KELAS : C2
TUGAS : RESUME 6 PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

BAB V
DIMENSI DAN PERPEKTIF ILMU KOMUNIKASI

Sesuai pengertian dan model komunikasi seperti yang telah dikemukakan di


bagian depan, komunikasi pada dasarnya dapat dilihat dari berbagai dimensi, yakni
komunikasi sebagai proses, komunikasi sebagai simbolik, komunikasi sebagai sistem,
komunikasi sebagai aksi, komunikasi sebagai aktivitas sosial, dan komunikasi sebagai
multidimensional.

Manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin akan behenti berkomunikasi. Dalam
berinteraksi manusia menggunakan  simbol atau lambang khusus untuk menyatakan
suatu maksud tertentu. Lambang-lambang bahasa, baik lisan maupun tulisan disebut
lambang verbal.  Lambang-lambang lainnya yang bukan bahasa disebut lambang non
verbal.

Penggunaan simbol dalam komunikasi bisa sangat signifikan. Penggunaannya sudah


ada sejak zaman nenek moyang. Pictograph yang terukir pada temuan dari zaman
purbakala adalah bukti otentiknya. Tentu penggunaan simbol mengalami banyak
perubahan dari zaman ke zaman, kalo dulu manusia menggunakan hieroglyph
sekarang kita menggunakan emoji.

Terdapat dua komponen penting dalam mempelajari symbolic communication yaitu:


Tanda dan Makna.

Tanda adalah sesuatu yang bersifat fisik dan dapat dipersepsi oleh indera kita.

Makna adalah hasil dari penandaan. Makna bukanlah konsep yang mutlak dan statis
sebab pemaknaan dapat berubah karena banyak faktor. Misalnya karena perbedaan
konteks, perubahan zaman, latar belakang, pengalaman atau bahkan mood dari
pemberi makna dsb. Contoh: warna merah dapat dimaknai sebagai amarah, dalam
konteks yang berbeda, warna merah dapat berarti berani.

Kita menggunakan simbol dalam berkomunikasi agar pesan yang kita sampaikan jelas
dan dapat ditangkap sepenuhnya oleh penerima pesan. Simbol-simbol  ini dapat
membuat penerima pesan memahami pesan yang disampaikan.
Jenis-jenis lambang dalam komunikasi:

1. Lambang Gerak

Lambang ini melibatkan gerak anggota badan. Contohnya menggelengkan kepala


sebagai tanda tidak setuju, menyentuh kepala ketika merasa pusing dan menunjukkan
ibu jari untuk memberikan pujian.

2. Lambang suara

Merupakan lambang yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran, misalnya bunyi
klakson, ketukan pintu, teriakan dan sebagainya.

3. Lambang Warna.

warna-warna tertentu juga digunakan untuk mewakili suatu makna. Misalnya warna
pada lampu lalu lintas atau menggunakan warna hitam untuk menyimbolkan kedukaan
dam warna putih sebagai symbol kesucian.

4. Lambang gambar

Suatu pesan dapat secara jelas disampaikan menggunakan gambar-gambar tertentu.


Saat dalam perjalanan kita dapat dengan mudah mengetahui lokasi restaurant atau
SPBU dengan melihat rambu-rambu yang berupa gambar. Gambar-gambar yang
digunakan dalam iklan pun memberikan makna khusus yang membantu kita untuk
memahami maksud dari iklan tersebut.

5. Lambang angka.

Lambang angka kerap digunakan dalam alat ukur seperti penggaris dan timbangan.
Nomor rumah, nomor sepatu dan kode telepon juga merupakan contoh dari lambang
angka.

6. Lambang Bahasa.

Setiap kata dalam Bahasa memiliki makna yang berbeda-beda. Lambang yang
demikian merupakan lambang komunikasi yang menggunakan Bahasa. Lambang
Bahasa kerap digunakan secara lisan maupun tulisan , baik bahasa lisan, maupun
tulisan.

7. Lambang huruf

Setiap huruf yang kita gunakan dalam berkomunikasi adalah simbol huruf. Gabungan
dari setiap huruf membentuk kata yang memiliki makna tersendiri.
Baik secara disengaja atau tidak, setiap hari kita menggunakan lambang-lambang
tersebut dalam berinteraksi. Saat kamu ingin mengkomunikasikan bahwa kamu sedang
senang, kamu tidak harus mendeskripsikan perasaanmu lewat kata, kamu bisa
melakukanya cukup dengan mengirimkan emoji.

Lambang-lambang dalam komunikasi merujuk pada tanda yang menyatakan sesuatu


hal atau mengandung maksud tertentu dan digunakan untuk menyampaikan pesan
dalam proses komunikasi.

Kita bisa menggabungkan jenis simbol yang berbeda tersebut utuk mengilustrasikan
konsep yang kompleks dengan cepat dan mudah. Ungkapan sederhana seperti “Oh”
dapat memiliki arti yang kompleks jika digabungkan dengan tone dan body language
yang berbeda.

Namun perlu diperhatikan, perbedaan latar belakang budaya dapat membuat sebuah
lambang memiliki makna yang berbeda. Sebuah simbol tidak mewakili sebuah makna
dengan sendirinya. Manusialah  yang memberikan pemaknaan terhadap symbol-simbol
tersebut. Interpretasi terhadap sebuah simbol bisa berbeda tergantung dari konteks,
subkonteks dan sejarah simbol tersebut dalam lingkungan tertentu.

Dalam ilmu komunikasi dikenal adanya teori interaksi simbolik. Teori ini memiliki asumsi
bahwa manusia membentuk makna melalui proses komunikasi. Teori ini menjelaskan
mengenai hubungan antara simbol dan interaksi.

Komunikasi Sebagai Proses


Jika komunikasi dipandang sebagai proses, komunikasi yang dimaksud adalah
suatu kegiatan yang berlangsung secara dinamis. Sesuatu yang didefinisikan sebagai
proses, berarti unsur-unsur yang ada di dalamnya bergerak aktif, dinamis, dan tidak
statis. Demikian Berlo dalam bukunya The Process of Communication (1960).
Dilihat dari konteks komunikasi antarpribadi, proses menunjukkan adanya
kegiatan pengiriman pesan dari seseorang kepada orang lain. Sementara itu, dari
konteks komunikasi massa, proses dimulai dari kegiatan pengumpulan, pengolahan
dan penyebaran berita dari penerbit atau stasiun televisi kena khalayaknya.

Komunikasi Sebagai Simbolik

Hampir semua pernyataan manusia baik yang ditujukan untuk kepentingan


dirinya, maupun untuk kepentingan orang lain dinyatakan dalam bentuk simbol.
Hubungan antara pihakpihak yang ikut serta dalam proses komunikasi banyak
ditentukan oleh simbol atau lambang-lambang yang digunakan dalam berkomunikasi.
Seorang penyair yang mengagumi sekuntum bunga, akan mengeluarkan
pernyataan lewat bahasa "alangkah indahnya bunga ini", ataukah seorang polisi lalu
lintas yang tidak bisa berdiri terus di persimpangan jalan, peranannya dapat digantikan
lewat rambu-rambu jalan atau lampu pengatur lalu lintas (traffic light). Simbol
merupakan hasil kreasi manusia dan sekaligus menunjukkan tingginya kualitas budaya
manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya.
Simbol dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa lisan atau tertulis (verbal)
maupun melalui isyarat-isyarat tertentu (nonverbal). Simbol membawa pernyataan dan
diberi arti oleh penerima, karena itu memberi arti terhadap simbol yang dipakai dalam
berkomunikasi bukanlah hal yang mudah, melainkan suatu persoalan yang cukup rumit.

Gambar Simbol Komunikasi (Sumber:Wikipedia)


Proses pemberian makna terhadap simbol-simbol yang digunakan dalam
berkomunikasi, selain dipengaruhi faktor budaya, juga faktor psikologis, terutama pada
saat pesan didecode oleh penerima. Sebuah pesan yang disampaikan dengan simbol
yang sama, bisa saja berbeda arti bilamana individu yang menerima pesan itu berbeda
dalam kerangka berpikir dan kerangka pengalaman.
"Meskipun kita hidup dalam satu bahasa yang sama (Inggris), tetapi kita banyak
yang berbeda dalam kerangka budaya". Demikian MacNamara (1966) mantan Direkrur
Bank Dunia dalam suatu seminar.

Komunikasi Sebagai Sistem


Sistem sering kali didefinisikan sebagai suatu aktivitas di mana semua
komponen atau unsur yang mendukungnya saling berinteraksi satu sama lain dalam
menghasilkan luaran (Semprivivo, 1982), atau dengan kata lain seperangkat komponen
yang saling bergantung satu sama lain. Suatu sistem komunikasi memerlukan sifat
yang sistemik, yakni menyeluruh, saling bergantung, berurutan, mengontrol dirinya,
seimbang, berubah, adaptif, dan memiliki tujuan.
Menyeluruh berarti semua komponen yang membangun sistem itu merupakan
satu kesatuan yang integratif yang tidal bisa dipisahkan satu sama lain. Oleh karena itu,
dalam proses kerjanya semua komponen saling berinteraksi.
Saling bergantung berarti mengikuti aturan permainan yan ada. Di sini sistem
harus melakukan kontrol atau pengawasan terhadap berfungsi tidaknya semua
komponen itu dalam menciptakan suatu keseimbangan yang dinamis.

Karena ia melakukan kontrol terhadap semua komponen yang mendukungnya,


tidak ada jalan lain kecuali sistem harus memiliki tujuan dan kemampuan adaptif
dengan mengandalkan kerja sama di antara komponen-komponen tersebut. Artinya,
jika salah satu komponennya tidak berfungsi dengan baik, sistem itu secara otomatis
tidak dapat berjalan secara normal sebagaimana mestinya. Ini berarti sistem harus
dilihat secara menyeluruh (totalitas) dan bukannya terpisah satu sama lain.

Dari segi bentuknya sistem dapat dibedakan atas dua macam, yakni sistem
terbuka (open system) dan sistem tertutup (closed system). Sistem terbuka adalah
sistem di mana prosesnya terbuka dari pengaruh lingkungan yang ada di sekitarnya,
sedangkan sistem yang tertutup adalah sistem di mana prosesnya tertutup dari
pengaruh luar (lingkungan).
Dalam penerapannya, sistem terbuka banyak ditemui pada peristiwa-peristiwa
sosial di mana suatu kegiatan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor luar, misalnya
agama, politik, ekonomi, nilai budaya, dan sebagainya. Sementara itu, penerapan
sistem tertutup banyak ditemui dalam kegiatan uji coba laboratorium yang berusaha
mengisolasi pengaruh luar, misalnya debu, musim, cuaca, udara, dan sebagainya.

Gambar Komunikasi Sebagai Sistem


Sumber: Edwin M. Verona, Communication, 1982
Konsekuensi sistem terbuka dan sistem tertutup dinyatakan oleh Bertalanfy
(1963) bahwa peristiwa yang banyak mendapat pengaruh dari luar (sistem terbuka)
hasilnya sering kali sulit diantisipasi, sedangkan sistem tertutup dapat diantisipasi
hasilnya.
Kalau konsep sistem dikaitkan dengan proses komunikasi dapat dikatakan
bahwa komunikasi adalah suatu sistem. Hal ini tercermin dari unsur-unsur yang
mendukungnya sebagai suatu kesatuan yang integratif yang saling bergantung satu
sama lain.
Jadi, proses komunikasi tidak akan terjadi bilamana salah satu komponennya
terabaikan. Pesan tidak akan tercipta tanpa sumber, efek tidak akan ada tanpa pesan,
umpan balik ada karena adanya penerima, serta tidak ada penerima tanpa adanya
sumber.
Proses seperti ini menciptakan suatu struktur yang si di mana semua unsur atau
komponen saling berurutan sumber harus mendahului pesan dan pesan harus mendaí
saluran dan seterusnya. Perubahan struktur akan member ngaruh jalannya sistem yang
berjalan. Keterikatan antara komponen dengan komponen lainnya akan melahirkan
putaran umpan balik (feedback loops) dan hasilnya merupakan kerja sama dari semua
komponen yang ada (synergic).

Komunikasi Sebagai Aksi


Komunikasi boleh dikatakan tidak pernah terjadi tanpa aksi, apakah itu
diucapkan, ditulis, maupun dilakukan dalam bentuk isyarat. Bahkan gerakan dalam
bentuk diam juga merupakan suatu aksi. Oleh karena aksi (action) merupakan suatu
tindakan yang dilakukan oleh seseorang, maka pada saat ia berhubungan dengan
orang lain, maka ia melakukan interaksi. Jika pada tindakan aksi sifatnya linear
dilakukan oleh seseorang sebagai pelaku komunikasi, maka pada tindakan interaksi
komunikasi menuntut adanya umpan balik antara pihak-pihak yang ikut dalam proses
komunikasi. Dalam konteks ini, maka para pelaku komunikasi berada pada derajat atau
kedudukan yang sama, dan bisa saling memengaruhi satu sama lain.
Aksi dan interaksi menurut Miller (2005:6) menuntut reaksi balik dari penerima
informasi kepada pemberi informasi. Namun, akhir-akhir ini para sarjana komunikasi
memandang bahwa komunikasi bukan hanya aksi dan interaksi, melainkan dituntut
adanya transaksi di antara para pelaku komunikasi. Pada tindakan transaksi proses
komunikasi dituntut dalam tataran yang lebih tinggi, lebih dinamis, dan lebih kompleks.
Dalam konteks ini tindakan komunikasi menunjukkan adanya interplay yang saling
memengaruhi (mutual influence) di antara para pelaku komunikasi dalam jumlah yang
lebih banyak. Karena itu pengaruhnya datang bukan hanya dalam konteks orang per
orang, tetapi secara lintas dari kelompok-kelompok lain yang saling memengaruhi.
Dalam kondisi seperti ini para pelaku komunikasi berusaha melakukan kerja sama
(cooperative) menuju suatu titik temu untuk saling berbagi, apakah itu dalam konteks
arti (meaning) bahasa yang digunakan, kepentingan (interest) diri atau kelompok,
maupun untuk perluasan jajaring sosial (social networking).

Komunikasi Sebagai Aktivitas Sosial

Sudah menjadi sifat manusia yakni selalu berusaha untuk berhubungan dengan
sesamanya. Upaya ini dilakukan untuk menghilangkan keterasingan mereka, dan juga
keinginan untuk mengetahui apa yang terjadi di luar dirinya (communication is human).
Hubungan antara sesama manusia, apakah itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, ataukah untuk kepentingan aktualisasi diri dalam membicarakan masalah-
masalah politik, sosial, budaya, seni, dan teknologi, semuanya hanya dapat dipenuhi
melalui komunikasi. Oleh karena itu, komunikasi menjadi jembatan dalam
menghubungkan antara kepentingan diri manusia sebagai individu dengan masyarakat
di sekelilingnya. Misalnya dalam konteks bisnis diperlukan aktivitas komunikasi
periklanan dalam mempersuasi masyarakat untuk membeli barang, demikian pula
negosiasi untuk membuat peluang kemungkinan kerja sama ekonomi antara para
pelaku pasar.

Komunikasi sebagai aktivitas sosial, tidak saja menjadi jembatan untuk para
pengambil kebijakan di tingkat pemerintahan, tetapi juga dalam tataran yang lebih
rendah pada tingkar rumput (grassroot) menjadi kebutuhan para anggota masya
dengan membicarakan berbagai permasalahan, mulai dari salah kehidupan sehari-hari
mereka sampai kepada hal-hal terjadi di luar lingkungan sosialnya. Hal ini terutama se
gencarnya informasi yang mereka terima dari media massa sen televisi, surat kabar,
radio, dan media lainnya. Aktivitas dari anggota masyarakat dalam membicarakan isu-
isu yang mereka dengar dan lihat itu, sebagai salah satu bentuk partisipasi dalam
memikirkan dan menjadikan dirinya sebagai bagian dari suatu masyarakat.

Komunikasi Sebagai Multidimensional

Kalau komunikasi dilihat dari perspektif multidimensional, ada dua tingkatan yang
dapat diidentifikasi, yakni dimensi isi (content dimension) dan dimensi hubungan
(relationship dimension).
Dalam komunikasi antarmanusia, kedua dimensi ini tidak terpisah satu sama lain.
Dimensi isi menunjukkan pada kata, bahasa, dan informasi yang dibawa oleh pesan,
sementara di mensi hubungan menunjukkan bagaimana peserta komunikasi
berinteraksi satu sama lain.
Menurut Cuyno (1986) dalam dimensi hubungan ada di elemen dasar
komunikasi yang berinteraksi satu sama lain sebagai hubungan yang multidimensional.

Gambar Proses Komunikasi yang Multidimensional


Pada Gambar di atas dapat dilihat bahwa komunikasi yang multidimensional
dibangun lebih dari satu hubungan, yakı satu elemen dapat memiliki empat keterikatan
dengan elemen lainnya.

Asumsi dasar hubungan multidimensional, bahwa sebuah elemen bisa saja


memengaruhi dan dipengaruhi oleh satu unsur atau lebih. Artinya sumber tidak hanya
memengaruhi pesan, tetapi juga bisa memengaruhi saluran dan penerima. Begitu juga
sebaliknya, saluran dan penerima dapat memengaruhi sumber.
Semua bentuk komunikasi bersifat simbolik dan berdasarkan pada interaksi dan
makna.  Asumsi utama dari teori ini adalah:

 Makna: Manusia berinteraksi dengan lingkungannya berdasarkan pada makna yang


diberikan pada setiap elemen di lingkungan tersebut. Interaksi simbolik meyakini bahwa
pemaknaan merupakan aspek central dari prilaku manusia.
 Bahasa: Bahasa memberikan manusia kemampuan untuk memaknai suatu simbol.
Manusia mengidentifikasikan makan melalui Bahasa yang dipahaminya bersama
dengan orang lain.
 Pikiran: Pikiran memungkinkan seseorang memodifikasi interpretasi terhadap simbol.
Cara seseorang menginterpretasikan suatu simbol bisa berbeda dari orang lainnya.

Dengan menggunakan simbol kita bisa menyampaikan dan menerima makna makna
yang jelas dan mendalam dalam sebuah komunikasi. Komunikasi melalui simbol juga
kita temui dalam bentuk karya seni seperti lukisan, patung, musik dan tarian. Tekstur,
bentuk, pencahayaan, tata rias, gerakan, semuanya memiliki makna meski tanpa
adanya kata-kata.
PERTANYAAN

1. Sebutkan salah satu contoh komunikasi sebagai simbolik dalam kehidupan


sehari-hari.
2. Jelaskan komunikasi sebagai aksi dalam perspektif sebagai mahsiswa ilmu
komunikasi.

JAWABAN

1. Contoh komunikasi sebagai simbolik dalam kehidupan sehari-hari adalah


- Simbol gerak anggota badan. Contohnya menggelengkan kepala saat
tidak setuju, menyentuh kepala ketika merasa pusing dan menunjukkan
ibu jari untuk memberikan pujian.
- Simbol gambar. Contohnya saat dalam perjalanan kita dapat dengan
mudah mengetahui lokasi restaurant atau SPBU dengan melihat rambu-
rambu yang berupa gambar.
2. Komunikasi sebagai aksi dalam bentuk segala aktifitas yang dilakukan baik
bersuara, bergerak, maupun diam adalah interaksi yang pada umumnya akan
merujuk dengan hal komunikasi yang dimana setiap aksi ataupun aktifitas
mengandung pesan sehingga dapat dikatakan sebagai komunikasi.
Contohnya pada saat berbicara, melempar, menggelengkan kepala, dan raut
wajah pun melambangkan aksi dalam komunikasi.

Anda mungkin juga menyukai