Anda di halaman 1dari 17

NAMA : MUHAMMAD ALWI

NIM : 06520200264
KELAS : C2
TUGAS : RESUME 9 PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

BAB IX
PESAN (KODE VERBAL DAN NONVERBAL)

Membicarakan pesan (message) dalam proses komunikasi, kita tidak bisa


melepaskan diri dari apa yang disebut simbol dan kode, karena pesan yang
dikirim komunikator kepada penerima terdiri atas rangkaian simbol dan kode.

SIMBOL DAN KODE

Sebagai makhluk sosial dan juga sebagai makhluk komunikasi, manusia


dalam hidupnya diliputi oleh berbagai macam simbol, baik yang diciptakan oleh
manusia itu sendiri maupun yang bersifat alami.
Manusia dalan keberadaannya memang memiliki keistimewaan dibanding
dengan makhluk lainnya. Selain kemampuan daya pikirnya (super rational),
manusia juga memiliki keterampilan berkomunikasi yang lebih indah dan lebih
canggih (super sophisticated system of communication), sehingga dalam
berkomunikasi mereka bisa mengatasi rintangan jarak dan waktu. Manusia
mampu meciptakan simbol-simbol dan memberi arti pada gejala-gejala alam
yang ada di sekitarnya, sementara hewan hanya dapat mengandalkan bunyi dan
bau secara terbatas.
Kemampuan manusia menciptakan simbol membuk bahwa manusia sudah
memiliki kebudayaan yang tinggi dala, berkomunikasi, mulai dari simbol yang
sederhana seperti dan isyarat, sampai kepada simbol yang dimodifikasi dalam
bentuk sinyal-sinyal melalui gelombang udara dan cahama seperti radio, TV,
telegram, telex, dan satelit.
Di dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita tidak dapat membedakan
pengertian antara simbol dan kode. Bahkan banyak orang menyamakan kedua
konsep itu. Simbol adalah lambang yang memiliki suatu objek, sementara kode
adalah seperangkat simbol yang telah disusun secara sistematis dan teratur
sehingga memiliki arti. Sebuah simbol yang tidak memiliki arti bukanlah kode.
Kata David K. Berlo (1960).
Lampu pengatur lalu lintas (traffic light) yang dipasang di pinggir jalan
misalnya adalah simbol polisi lalu lintas, sedangkan simbol warna yang telah
disusun secara teratur menjadi kode bagi pemakai jalan. Begitu juga halnya
dengan letusan misalnya, ia adalah simbol dari senjata atau ban mobil yang
pecah. Akan tetapi kalau letusan itu berlangsung 21 kali, ia menjadi kode
penghormatan kepada tamu negara.
Simbol-simbol yang digunakan selain sudah ada yang diterima menurut
konvensi internasional, seperti simbol-simbol lalu lintas, alfabet latin, simbol
matematika, juga terdapat simbol-simbol lokal yang hanya bisa dimengerti oleh
kelompok-kelompok masyarakat tertentu.sbni
Banyak kesalahan komunikasi (miscommunication) terja dalam masyarakat
karena tidak memahami simbol-simbol lokal. Di beberapa daerah pedalaman
yang masih tradisional, banyak pendatang kesasar dan menjadi korban
penduduk asli karena tidak mengenal simbol atau kode yang digunakan oleh
penduduk setempat.
Pemberian arti pada simbol adalah suatu proses komunikasi ang
dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya yang berkembang pada suatu
masyarakat. Oleh karena itu dapat disimpulkan sebagai berikut.
a. Semua kode memiliki unsur nyata;
b. Semua kode memiliki arti;
c. Semua kode tergantung pada persetujuan para pemakainya;
d. Semua kode memiliki fungsi;
e. Semua kode dapat dipindahkan, apakah melalui media atau saluran-
saluran komunikasi lainnya.
Kode pada dasarnya dapat dibedakan atas dua macam, yakni kode verbal
(bahasa) dan kode nonverbal (isyarat)

1. Kode Verbal
Kode verbal dalam pemakaiannya menggunakan bahasa. Bahasa dapat
didefinisikan seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur sehingga
menjadi himpunan kalimat yang mengandung arti.
Bahasa memiliki banyak fungsi, namun sekurang-kurangnya ada tiga fungsi
yang erat hubungannya dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Ketiga
fungsi itu, ialah:
a. Untuk mempelajari tentang dunia sekeliling kita;
b. Untuk membina hubungan yang baik di antara sesama
c. Untuk menciptakan ikatan-ikatai dalam kehidupan manusia.
Untuk mempelajari dunia sekeliling kita, bahasa meniad peralatan yang
sangat penting dalam memahami lingkunoon Melalui bahasa, kita dapat
mengetahui sikap, perilaku dan pan. dangan suatu bangsa, meski kita belum
pernah berkunjung ke negaranya. Pendek kata bahasa memegang peranan
penting bukan saja dalam hubungan antarmanusia, tetapi juga dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan pewarisan nilai-nilai budaya dari generasi
pendahulu kepada generasi pelanjut.
Bahasa mengembangkan pengetahuan kita, agar kita dapat menerima
sesuatu dari luar dan juga berusaha untuk menggambarkan ide-ide kita kepada
orang lain. Begitu pentingnya peranan bahasa dalam pengembangan ilmu
pengetahuan, sebuah pengadilan di Inggris pada 1970 menjatuhkan hukuman
penjara kepada seorang ibu karena lalai mengajar anaknya untuk bisa
berbahasa (Abraham, 1977). Rasanya sulit dibayangkan berapa banyak ilmu
pengetahuan yang hilang bagi orang yang tidak bisa menggunakan bahasa
verbal.
Di negara-negara yang memiliki struktur masyarakat multietnik seperti
Indonesia, Malaysia dan Filipina, bahasa memegang peranan yang sangat
penting dalam membina integrasi nasional. Indonesia misalnya, sebagai bangsa
yang memiliki kurang lebih 300 suku dengan memakai lebih dari 550 dialek
daerah, dapat dipersatukan melalui pemakaian bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional.
Melalui bahasa nasional, orang bisa berhubungan tanpa mer mandang
agama dan warna kulit. Demikian juga halnya dengan bahasa Inggris yang telah
diterima sebagai bahasa dunia, memungkinkan orang bisa ke mana-mana tanpa
banyak menemukan kesulitan.
Sebagai alat pengikat dan perekat dalam hidup bermasyararat bahasa
dapat membantu kita menyusun struktur pengetahuan menjadi logis dan mudah
diterima oleh orang lain. Sebab bagaimanapun bagusnya sebuah ide, kalau tidak
disusun dengan bahasa yang lebih sistematis sesuai dengan aturan yang telah
diterima, maka ide yang baik itu akan menjadi kacau. Bahasa bukan hanya
membagi pengalaman, tetapi juga membentuk pengalaman itu sendiri. Kata ahli
bahasa Benyamin Lee Whorf (1956).
Bagaimana cara mempelajari bahasa? Menurut para ahli, ada tiga teori
yang membicarakan sehingga orang bisa memiliki kemampuan berbahasa.
Teori pertama disebut Operant Conditioning yang dikembangkan oleh
seorang ahli psikologi behavioristik yang bernama BF. Skinner (1957). Teori ini
menekankan unsur rangsangan (stimulus) dan tanggapan (response) atau lebih
dikenal dengan istilah S-R. Teori operant conditioning menyatakan bahwa, jika
suatu organisme dirangsang oleh stimuli dari luar, orang cenderung akan
memberi reaksi. Anak-anak mengetahui bahasa karena ia diajar oleh orang
tuanya atau meniru apa yang diucapkan oleh orang lain.
Teori kedua ialah teori kognitif (cognitive theory) yang dikembangkan oleh
ahli psikologi kognitif Noam Chomsky. Teori ini menekankan kompetensi bahasa
pada manusia lebih dari apa yang dia tampilkan. Bahasa memiliki korelasi
dengan pikiran. Oleh karena itu, Chomsky menyatakan bahwa kemampuan
berbahasa yang ada pada manusia adalah pembawaan biologis yang dibawa
dari lahir. Pendapat ini didukung oleh Eric Lenneberg (1964) bahwa seorang
anak manusia bagaimanapun ia diisolasi, la tetap memiliki potensi untuk bisa
berbahasa.
Teori ketiga disebut Mediating Theory atau teori penengah Teori ini
dikembangkan oleh ahli psikologi behavioristik Charles Osgood. Teori mediasi
menekankan bahwa manusia dalam mengembangkan kemampuannya
berbahasa, tidak saja bereaksi terhadap rangsangan (stimuli) yang diterima dari
luar, tetapi juga dipengaruhi oleh proses internal yang terjadi dalam dirinya.
Osgood memberi contoh pada bayi yang lapar akan menangis dan menyentak-
nyentakkan tangan dan kakinya sebagai isyarat yang ditujukan kepada ibunya.
Dorongan internal ini mendukung reaksi anak untuk membentuk dan
mengidentifikasi arti terhadap sesuatu yang ada di luar dirinya atau
lingkungannya.
Manusia memang unik dari makhluk lainnya dalam berkomunikasi. Dalam
suatu uji coba laboratorium, Louise Kellog berusaha membandingkan
kemampuan berbahasa antara simpase dan manusia yang diperankan oleh
anaknya sendiri. Dari hasil uji coba itu ternyata simpanse tidak mampu
mengembangkan bahasa lebih dari tiga kata, sementara anaknya menguasai
lebih banyak kata dan mampu menghubungkan antara satu kata dengan kata
lainnya sehingga menjadi kalimat yang sempurna.
Uji coba yang sama juga pernah dilakukan oleh dua orang ahli psikologi
yakni David Bemack dan Herb Terrace untuk membandingkan intelegensi antara
kedua makhluk tersebut. Kedua peneliti itu memasukkan seekor simpanse dan
seorang anak ke dalam laboratorium komputer. Ternyata hasilnya menunjukkan
simpanse hanya mampu mengidentifikasi bunyi secara terbatas dan mencoba
menekan tombol komputer tanpa menghasilkan sebuah kata yang mengandung
arti, apalagi menyusun sebuah struktur kalimat yang sempurna. Oleh karena itu,
apa yang dikatakan oleh Noam Chomsky ada benarnya, bahwa bahasa adalah
pemberian luhan kepada manusia yang tidak bisa dipelajari oleh binatang.
Meski ketiga teori ini menunjukkan ciri dan alasan masing-masing, namun
ketiganya memberi tekanan yang sama, bahwa manusia dalam meningkatkan
kemampuannya untuk berbahasa perlu melalui proses belajar. Tanpa bahasa
manusia tidak bisa berpikir, bahasalah yang memengaruhi persepsi dan pola-
pola berpikir seseorang. Kata Benyamin Lee Whorf dan Edward Sapir (1956)
dalam hipotesisnya.

2. Kode Nonverbal
Manusia dalam berkomunikasi selain memakai kode verbal (bahasa) juga
memakai kode nonverbal. Kode nonverbal biasa disebut bahasa isyarat atau
bahasa diam (silent language).
Kode nonverbal yang digunakan dalam berkomunikasi, sudah lama menarik
perhatian para ahli terutama dari kalangan antropologi, bahasa, bahkan dari
bidang kedokteran. Perhatian para ahli untuk mempelajari bahasa nonverbal
diperkirakan dimulai sejak 1873, terutama dengan munculnya tulisan Charles
Darwin tentang bahasa ekspresi wajah manusia.
Hal menarik dari kode nonverbal adalah studi Albert MahTablan (1971)
yang menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan dari pembicaraan orang hanya 7
persen berasal dari bahasa cabal, 38 persen dari vokal suara, dan 55 persen dari
ekspresi muka. Ia juga menambahkan bahwa jika terjadi pertentangan antara
apa yang diucapkan seseorang dengan perbuatannya, orang lain cenderung

memercayai hal-hal yang bersifat non-verbal.


Gambar Posisi Pernyataan Verbal dan Nonverbal
Sumber: James H. Campbell and Hal W. Helper, Dimension in
Communication: Reading, 1965.

Oleh sebab itu, Mark Knapp (1978) menyebut bahwa penggunaan kode
nonverbal dalam berkomunikasi memiliki fungsi untuk:
a. Meyakinkan apa yang diucapkannya (repetition);
b. menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-
kata (substitution);
c. Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity);
d. Menambah atau melergkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum
sempurna.

Pemberian arti terhadap kode nonverbal sangat dipengarun oleh sistem


sosial budaya masyarakat yang menggunakannya Misalnya meludah di depan
orang dipandang oleh beberapa ke lompok masyarakat di Asia sebagai
perbuatan yang kurang terpuji. Tetapi pada beberapa suku Indian di Amerika
diartikan sebagai penghormatan, di Afrika sebagai penghinaan dan pada berapa
suku, di Eropa Timur dianggap sebagai lambang brasialan. Demikian juga halnya
dengan kebiasaan mengeluarkan lidah, bagi orang Eropa dan Amerika diartikan
sebagai lelucon atau ejekan, tetapi di beberapa suku tradisional di Papua Nugini
dilambangkan sebagai ucapan selamat datang.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali dihadapkan pada hal-hal yang
unik, seperti makin langkanya orang yang bisa menganut prinsip satu kata dan
perbuatan, makin banyak orang yang pintar bicara tetapi tidak disertai perbuatan
yang sesuai dengan ucapannya. Ataukah kita sering dihadapkan pada sesuatu
yang justru kontradiksi dengan persepsi kita. Misalnya orang cenderung
menggunakan atribut tertentu justru untuk menipu orang lain.
Dari berbagai studi yang pernah dilakukan sebelumnya, kode nonverbal
dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk, antara lain:
a. Kinesics
lalah kode nonverbal yang ditunjukkan oleh gerakan-gerakan badan.
Gerakan-gerakan badan bisa dibedakan atas lima macam berikut.
(1) Emblems
Emblems ialah isyarat yang berarti langsung pada simbol yang dibuat
oleh gerakan badan. Misalnya mengangkat jari V yang artinya Victory atau
menang, mengangkat jempol berarti yang terbaik untuk orang Indonesia,
tetapi terjelek bagi orang India.
(2) Illustrators
Illustrators ialah isyarat yang dibuat dengan gerakan-gerakan badan
untuk menjelaskan sesuatu, misalnya besarnya barang atau tinggi
rendahnya suatu objek yang dibicarakan.
(3) Affect Displays
Affect displays ialah isyarat yang terjadi karena adanya dorongan
emosional sehingga berpengaruh pada ekspresi muka, misalnya tertawa,
menangis, tersenyum, sinis, dan sebagainya. Hampir semua bangsa di dunia
melihat perilaku tertawa dan senyum sebagai lambang kebahagiaan,
sedangkan menangis dilambangkan sebagai tanda kesedihan.
(4) Regulators
Regulators ialah gerakan-gerakan tubuh yang terjadi pada daerah
kepala, misalnya mengangguk tanda setuju atau menggeleng tanda
menolak.
(5) Adaptory
Adaptory ialah gerakan badan yang dilakukan sebagai tanda
kejengkelan. Misalnya menggerutu, mengepalkan tinju ke atas meja, dan

sebagainya.
Gambar Posisi Duduk yang Bermakna Non Verbal

Selain gerakan-gerakan badan yang dilakukan oleh kepala dan tangan,


juga gerakan-gerakan kaki bisa memberi isyarat perti halnya posisi duduk.
Bagi masyarakat Amerika dan Froda posisi duduk dengan kaki menyilang di
atas kaki lainnya to berdiri sambil bertolak pinggang adalah hal biasa, tetapi
hagi orang Indonesia hal ini dinilai sebagai perbuatan yang kurang sopan.
Begitu juga halnya dengan memberi atau menerima sesuatu selamanya
dilakukan dengan tangan kanan, tetapi bagi orang Eropa dan Amerika
menerima dengan tangan kiri dianggap biasa saja.

b. Gerakan Mata (Eye Gaze)


Mata adalah alat komunikasi yang paling berarti dalam memberi isyarat
tanpa kata. Ungkapan "pandangan mata mengundang" atau lirikan matanya
memiliki arti adalah isyarat yang ditimbulkan oleh gerakan-gerakan mata.
Bahkan ada yang menilai bahwa gerakan mata adalah pencerminan isi hati
seseorang.
Mark Knapp dalam risetnya menemukan empat fungsi utama gerakan
mata, yakni sebagai berikut.
(1) Untuk memperoleh umpan balik dari seorang lawan bicaranya. Misalnya
dengan mengucapkan bagaimana pendapat Anda tentang hal itu?
(2) Untuk menyatakan terbukanya saluran komunikasi dengan tibanya waktu
untuk bicara.
(3)Sebagai sinyal untuk menyalurkan hubungan, dimana kontak mata akan
meningkatkan frekuensi bagi orang yang saling memerlukan. Sebaliknya
orang yang merasa malu akan berusaha untuk menghindari terjadinya
kontak mata. Misalnya orang yang merasa bersalah atau berutang akan
menghindari dari orang yang bisa menagihnya.
(4) Sebagai pengganti jarak fisik. Bagi orang yang berkunjung ke suatu
pesta, tetapi tidak sempat berdekatan karena banyaknya pengunjung,
maka melalui kontak mata mereba dapat mengatasi jarak pemisah yang
ada.
Gambar Gerakan Mata dan Ekspresi Wajah yang Bermakna Nonverbal
Sumber: Cues of the primary affects. (Randall P. Harrison, Beyond
Words: An Introduction to Nonverbal Communication, @ 1974, p.
120. Reprinted by Permission of Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs,
New Jersey).
Dari berbagai studi yang pernah dilakukan oleh para an psikologi
tentang gerakan mata, disimpulkan bahwa bila seorang tertarik pada suatu
objek tertentu, maka pandangannya ak terarah pada objek itu tanpa putus
dalam waktu yang relatif lama, dengan bola mata cenderung menjadi besar.
c. Sentuhan (Touching)
Touching lalah isyarat yang dilambangkan dengan sentuhan dan
Menurut bentuknya sentuhan badan dibagi atas tiga macam berikut.
(1) Kinesthetic
Kinesthetic ialah isyarat yang ditunjukkan dengan bergandengan
tangan satu sama lain, sebagai simbol keakraban atau kemesraan.
(2) Sociofugal
Sociofugal ialah isyarat yang ditunjukkan dengan jabat tangan atau
saling merangkul. Umumnya orang Amerika dan Asia Timur dalam
menunjukkan persahabatan ditandai dengan jabat tangan, sedangkan
orang Arab dan Asia Selatan menunjukkan persahabatan lewat sentuhan
pundak dengan pundak atau berpelukan.
(3) Thermal
Thermal ialah isyarat yang ditunjukkan dengan sentuhan badan yang
terlalu emosional sebagai tanda persahabatan yang begitu intim. Misalnya
menepuk punggung karena sudah lama tidak bertemu.

d. Paralanguage
Paralanguage ialah isyarat yang ditimbulkan dari tekanan au irama
suara sehingga penerima dapat memahami sesuatu dibalik apa yang
diucapkan. Misalnya "datanglah" bisa diartikan tul-betul mengundang
kehadiran kita atau sekadar basa-basi.
Suatu kesalahpahaman sering kali terjadi kalau komunikasi
berlangsung dari etnik yang berbeda. Suara yang bertekanan besar bisa
disalahartikan oleh etnik tertentu sebagai perlakuan kasar, meski menurut
kata hatinya tidak demikian, sebah sudah menjadi kebiasaan bagi etnik
tersebut.

e. Diam
Berbeda dengan tekanan suara, sikap diam juga merupakan kode
nonverbal yang mempunyai arti. Max Picard menyatakan bahwa diam tidak
semata-mata mengandung arti bersikap negatif tetapi bisa juga
melambangkan sikap positif.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, sikap berdiam diri sangat sulit diterka,
apakah orang itu malu, cemas atau marah. Banyak orang mengambil sikap
diam karena tidak mau menyatakan sesuatu yang menyakitkan orang lain,
misalnya menyatakan "tidak". Namun dengan bersikap diam, juga dapat
menyebabkan orang bersikap ragu. Oleh karena itu diam tidak selamanya
berarti menolak sesuatu, tetapi juga tidak berarti menerima. Mengambil sikap
diam karena ingin menyimpan kerahasiaan sesuatu. To
Untuk memahami sikap diam, kita perlu belajar terhadap budaya atau
kebiasaan-kebiasaan seseorang. Pada suku-suku tertentu ada kebiasaan
tidak senang menyatakan "tidak" tetapi juga tidak berarti "ya". Diam adalah
perilaku komunikasi sekarang ini makin banyak dilakukan oleh orang-orang
yang bersikap netral dan mau aman.

f. Postur Tubuh
Orang lahir ditakdirkan dengan berbagai bentuk tubuh. Well dan Siegel
(1961) dua orang ahli psikologi melalui studi yang mereka lakukan, berhasil
menggambarkan bentuk-bentuk tubuh manusia dengan karakternya. Kedua

ahli ini membagi bentuk tubuh atas tiga tipe, yakni ectomorphy bagi mereka
yang memiliki bentuk tubuh kurus tinggi, mesomorphy bagi mereka yang
memiliki bentuk tubuh tegap, tinggi dan atletis, dan endomorphy bagi mereka
yang memiliki bentuk tubuh pendek, bulat, dan gemuk.
Gambar Bentuk Tubuh yang Bermakna Nonverbal
Pada tubuh yang bertipe ectomorphy dilambangkan sebagai orang
yang punya sikap ambisi, pintar, kritis, dan sedikit cemas. Bagi mereka yang
tergolong bertubuh mesomorphy dilambangkan sebagai pribadi yang cerdas,
bersahabat, aktif dan kompetitif, sementara tubuh yang bertipe endomorphy
digambarkan sebagai pribadi yang humoris, santai, dan cerdik.

g. Kedekatan dan Ruang (Proximity and Spatial)


Proximity adalah kode nonverbal yang menunjukkan kedekatan dari
dua objek yang mengandung arti. Proximity dapat dibedakan atas territory
atau zone. Edward T. Hall (1959) men bagi kedekatan menurut territory atas
empat macam, yakni:
1. Wilayah Intim (rahasia), yakni kedekatan yang berjarak antara 3 - 18 inchi.
2. Wilayah Pribadi, ialah kedekatan yang berjarak antara 18 inchi hingga 4
kaki.
3. Wilayah Sosial, ialah kedekatan yang berjarak antara 4 sampai 12 kaki.
4. Wilayah Umum (publik), ialah kedekatan yang berjarak antara 4 sampai
12 kaki atau sampai suara kita terdengar dalam jarak 25 kaki.

Gambar 24. Posisi Kedekatan (Proximity) yang Bermakna Nonverbal


Sumber: Mark L. Knapp; Nonverbal Communication in Human Interaction.
1972.
Selain kedekatan dari segi territory, ada juga beberapa melihat dari
sudut ruang dan posisi, misalnya posisi meja tempat duduk. Sommer (1961)
dalam bukunya Leadership Group Geography menemukan, bahwa para
pemimpin ya duduk di depan meja segi empat persegi panjang, cende dipilih
sebagai pimpinan kelompok, sedangkan Here dan B (1963) menemukan
bahwa orang yang banyak bicara dala rapat umumnya duduk pada posisi
kursi yang lebih tinggi.
Hal yang mirip juga ditemukan oleh Flor (1985) dalam bahwa posisi
meja para eksekutif pada suatu kantor cenderung pada posisi sudut ruang
dibanding dengan karyawan lainnya.

h. Artifak dan Visualisasi


Hasil seni juga banyak memberi isyarat yang mengandung orti Para
antropolog dan arkeolog sudah lama memberi perhatian terhadap benda-
benda yang digunakan oleh manusia dalam hidupnya, antara lain artifacts.
Artifact adalah hasil kerajinan manusia (seni), baik yang melekat pada
diri manusia maupun yang ditujukan untuk kepentingan umum. Artifact ini
selain dimaksudkan untuk kepentingan estetika, juga untuk menunjukkan
status atau identitas diri seseorang atau suatu bangsa. Misalnya baju, topi,
pakaian dinas, cincin, gelang, alat transportasi, alat rumah tangga, arsitektur,
monumen, patung, dan sebagainya.

i. Warna
Warna juga memberi arti terhadap suatu objek. Di Indonesia, warna
hijau sering kali diidentikkan dengan warna Partai Persatuan Pembangunan,
kuning sebagai warna Golongan Karya, dan merah sebagai warna Partai
Demokrasi Indonesia.
Hampir semua bangsa di dunia memiliki arti tersendiri pada warna. Hal
ini bisa dilihat pada bendera nasional masing-masing, serta upacara-upacara
ritual lainnya yang sering dilambangkan dengan warna-warni.

j. Waktu
Ungkapan Time is Money membuktikan bahwa wakt sangat penting
bagi orang yang ingin maju. Oleh karena itu yang sering menepati waktu
dinilai sebagai orang yang h kiran modern. Waktu mempunyai arti tersendiri
dalam kehidupan manusia. Bagi masyarakat tertentu, melakukan sua
pekerjaan sering kali melihat waktu. Misalnya membangun rumah, menanam
padi, melaksanakan perkawinan, membeli sesuatu, dan sebagainya.
Meskipun waktu bagi masyarakat awam sering kali dikaitkan dengan
kepercayaan mereka, namun bagi orang-orang yang sudah berpendidikan
tinggi, waktu dilihat dari perspektif musim. Misalnya musim kemarau dan
musim hujan yang sangat memengaruhi aktivitas mereka.

k. Bunyi
Kalau paralanguage dimaksudkan sebagai tekanan suara yang keluar
dari mulut untuk menjelaskan ucapan verbal, banyak bunyi-bunyian yang
dilakukan sebagai tanda isyarat yang tidak dapat digolongkan sebagai
paralanguage. Misalnya bersiul, bertepuk tangan, bunyi terompet, letusan
senjata, beduk, tambur, sirine, dan sebagainya.
Bunyi-bunyian seperti ini dimaksudkan untuk mengatas jarak yang jauh
dan menyatakan perintah untuk kelompok orang banyak, misalnya dalam
kesatuan tentara, pandu, dan sebagainya.
i. Bau
Bau juga menjadi kode nonverbal. Selain digunakan untu
melambangkan status seperti kosmetik, bau juga dapat dijadikan sebagai
petunjuk arah. Misalnya posisi bangkai, bau karet terbakar dan
semacamnya.

TEKNIK PENGELOLAAN PESAN

Setelah kita mengetahui tipe dan fungsi kode verbal dan nonverbal,
persoalan yang akan muncul ialah, bagaimana cara menggunakan kedua kode
tersebut dalam penyusunan pesan. Menurut Cassandra, ada dua model dalam
penyusunan pesan, yakni penyusunan pesan yang bersifat informatif, dan
penyusunan pesan yang bersifat persuasif.

1. Penyusunan Pesan yang Bersifat Informatif


Model penyusunan pesan yang bersifat informatif lebih banyak ditujukan
pada perluasan wawasan dan kesadaran khalayak. Prosesnya lebih banyak
bersifat difusi atau penyebaran, sederhana, jelas, dan tidak banyak
menggunakan jargon atau istilah-istilah yang kurang populer di kalangan
khalayak.
Ada empat macam penyusunan pesan yang bersifat informatif, yaitu
sebagai berikut.
a. Space Order, yaitu penyusunan pesan yang melihat kondisi tempat atau
ruang, seperti internasional, nasional, dan daerah.
b. Time Order, yaitu penyusunan pesan berdasarkan waktu atau periode
yang disusun secara kronologis.
c. Deductive Order, yaitu penyusunan pesan mulai dari hal-hal yang
bersifat umum kepada yang khusus. Misalnya penyusunan Garis-Garis
Besar Haluan Negara dan Repelita.
d. Inductive Order, ialah penyusunan pesan yang dimulai dari hal-hal yang
bersifat khusus kepada hal-hal yang bersifat umum.

Model penyusunan pesan informatif biasanya banyak dil, kukan dalam


penulisan berita dan artikel oleh para wartawan dengan memakai model
piramid terbalik seperti dalam gambar berikut.
Gambar Format Penyampaian Informasi

Dalam penulisan berita model straight news, penyampaian informasi


bergerak dari yang sangat penting kepada yang kurang penting dengan
menjawab 5 W + 1 H, sementara untuk penulisan artikel menggunakan pola
dari hal-hal yang bersifat umun kepada hal-hal yang bersifat khusus.

2. Penyusunan Pesan yang Bersifat Persuasif


Model Penyusunan pesan yang bersifat persuasif mem tujuan untuk
mengubah persepsi, sikap, dan pendapat khalayak. Oleh sebab itu,
penyusunan pesan persuasif memiliki sebuah proposisi. Proposisi di sini ialah
apa yang dikehendaki sumber dan penerima sebagai hasil pesan yang
disampaikannya, artinya setiap pesan yang dibuat diinginkan adanya
perubahan.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam penyusunan pesan
yang memakai teknik persuasi, di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Fear Appeal
Fear appeal ialah metode penyusunan atau penyampaian pesan
dengan menimbulkan rasa ketakutan kepada khalayak. Sebenarnya
khalayak kurang senang menerima pesan yang disertai ancaman yang
menakutkan, sebab mereka tidak memiliki kebebasan untuk menentukan
sikap dan mengemukakan pendapatnya. Tetapi dalam hal-hal tertentu,
khalayak harus menerima karena bisa mengancam dirinya. Misalnya polusi,
gempa bumi, demam berdarah, aids, dan sebagainya.
b. Emotional Appeal
Emotional appeal ialah cara penyusunan atau penyampaian pesan
dengan berusaha menggugah emosional khalayak, misalnya dengan
mengungkapkan masalah suku, agama, kesenjangan ekonomi,
diskriminasi, dan sebagainya. Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan
Hartmann ditemukan bahwa penyusunan pesan yang membakar emosional
sangat berpengaruh dalam pemungutan suara pemilihan Presiden di
Amerika Serikat.
Bentuk lain dari emotional appeal ini ialah propaganda. alam
komunikasi bisnis, propaganda banyak sekali digunakan dalam bentuk
siaran iklan, agar konsumen bisa membeli barang-barang yang ditawarkan.
c. Reward Appeal
Roward appeal ialah cara penyusunan atau penyampaian pesan
dengan menawarkan janji-janji kepada khalayak Dari berbagai studi yang
dilakukan dalam hubungannya dengan reward appeal, ditemukan bahwa
dengan menjanjikan uang 1 juta rupiah seseorang cenderung mengubah
sikap daripada menerima janii 50 ribu rupiah.
Di Indonesia metode penyampaian pesan pembangunan dengan janji-
janji telah banyak dilakukan dengan berhasil. Misalnya janji naik haji bagi
petani yang sukses mencapai target produksi, atau pemberian beasiswa
bagi peserta Keluarga Berencana yang tidak memiliki anak lebih dari dua
orang. Institut TT 2
Mengenai penyusunan atau penyampaian pesan dengan metode
reward appeal, Heilman dan Garner (1975) dalam risetnya menemukan
bahwa khalayak cenderung menerima pesan atau ide yang penuh janji-janji
daripada pesan yang disertai dengan ancaman.

d. Motivational Appeal
Motivational appeal ialah teknik penyusunan pesan yang dibuat bukan
karena janji-janji, tetapi disusun untuk menumbuhkan internal psikologis
khalayak sehingga mereka dapat mengikuti pesan-pesan itu. Misalnya
menumbuhkan rasa nasionalisme atau gerakan memakai produksi dalam
negeri.
e. Humorious Appeal
Humorious appeal ialah teknik penyusunan pesan yang a sertai
dengan humor, sehingga dalam penerimaan pesan khalayak tidak merasa
jenuh. Pesan yang disertai humor mudah diterima, enak dan menyegarkan.
Hanya saja dalam penyampaian pesan disertai humor diusahakan jangan
sampai terjadi humor yang lebih dominan dari pada materi yang ingin
disampaikan.
Selain lima metode penyusunan pesan seperti di atas, juga dikenal
teknik penyusunan pesan satu sisi (one - sided issue) dan dua sisi (two -
sided issue). Penelitian tentang teknik penyusunan nesan seperti ini pernah
dilakukan dalam suatu eksperimen oleh Hovland, Lumsdain, dan Sheffild.
Dari hasil eksperimen mereka simpulkan bahwa metode satu sisi hanya
cocok untuk khalayak yang kurang berpendidikan, serta mereka sudah
mengenal informasi itu lebih awal sehingga fungsinya hanya untuk
memperkokoh (reinforcement) informasi yang telah ada.
Sementara itu, untuk metode penyajian dua sisi dengan memaparkan
baik buruknya suatu masalah, lebih sesuai untuk mereka yang sudah
berpendidikan tinggi, mengetahui informasi namun bersikap oposisi, atau
ide yang dipersoalkan kontroversial sehingga menimbulkan sikap pro dan
kontra.
Selain metode penyajian pesan satu sisi dan dua sisi, juga dikenal
metode penyusunan pesan klimaks dan anti klimaks, serta metode
penyajian regency dan primacy. Metode penyajian pesan klimaks memberi
tekanan hal-hal yang begitu penting pada akhir pesan, sebaliknya
penekanan pada awal pesan disebut anti klimaks. Adapun metode
penyajian regency ialah menempatkan hal-hal positif di bagian akhir
penyajian, sementara metode primacy menempatkan hal-hal yang positif di
bagian awal penyajian.
Ada tiga teori yang membicarakan tentang penyusunan dan
penyampaian pesan, yaitu:
a. Over power 'em theory
Teori ini menunjukkan bahwa bila pesan sering kali diulang, panjang dan
cukup keras, pesan itu akan berlalu dari khalayak.
b. Glamour Theory
Bahwa suatu pesan (ide) yang dikemas dengan cantik mudian
ditawarkan dengan daya persuasi, khalayak akan tertarik untuk memiliki
ide itu.
c. Don't Tele'em Theory
Bila suatu ide tidak disampaikan kepada orang lain, mereka tidak akan
memegangnya dan menanyakannya. Oleh karena itu, mereka tidak akan
membuat pendapat tentang ide itu.
Meski teknik-teknik penyajian seperti di atas dapat dikenakan untuk
semua bentuk komunikasi, apakah itu komunikasi antarpribadi, komunikasi
publik atau komunikasi massa, namun perlu diketahui bahwa untuk berhasil
mengelola dan menyusun pesan-pesan secara efektif perlu memerhatikan
beberapa hal berikut.
a. Pesan yang disampaikan harus dikuasai lebih dahulu, termasuk struktur
penyusunannya yang sistematis.
b. Mampu mengemukakan argumentasi secara logis. Untuk itu harus
mempunyai alasan-alasan berupa fakta dan pendapat yang bisa
mendukung materi yang disajikan.
c. Memiliki kemampuan untuk membuat intonasi bahasa, serta gerakan-
gerakan nonverbal yang dapat menarik perhatian khalayak.
Hasil debat pemilihan Presiden Amerika Serikat antara Senator John F.
Kennedy dan Wakil Presiden Richard Nixon pada 1960, ternyata berhasil
dimenangkan oleh Kennedy sekalipun Nixon pada waktu itu diunggulkan
dalam jajak pendapat. Salah satu faktor kemenangan Kennedy menuru
pengamat politik dan komunikasi, karena ia mampu tampil di layar kaca
dengan retoriknya yang menarik dengan ekspresi wajah yang penuh
pesona. Sesudah Kennedy berhasil dalam perdebatan itu, diluncurkan
buku Body Language yang ditulis oleh Julius Fast dan buku Dress for
Success oleh John Malloy dan menjadi best seller hampir di semua toko
buku di Amerika dan Eropa. Kedua buku ini membahas tentang
keberhasilan tokoh-tokoh politik dan eksekutif di Amerika melalui
penguasaan gerakangerakan badan, muka serta penampilan berpakaian
yang apik di layar kaca, sehingga mampu memikat pemilih untuk
mendukungnya ke jenjang karier politik yang lebih tinggi.
d. Memiliki kemampuan untuk membumbui pesan yang disampaikan
dengan anekdot-anekdot untuk menarik perhatian dan mengurangi rasa
bosan khalayak.
Suatu hal yang tidak bisa dilupakan bahwa, proses komunikasi tidak bisa
dilepaskan dari tiga hal, yakni pujian, kritik, dan perintah. Ketiga hal ini
memerlukan teknik dan strategi berkomunikasi sehingga khalayak bisa
menerima dengan senang hati.
Pujian, seorang komunikator harus menyadari bahwa hampir semua
manusia senang dipuji. Memberi pujian sedapat mungkin pada tempatnya,
sehingga penerima tidak merasa mendapat perlakuan yang disengaja untuk
memuji-mujinya. Terlalu memujimuji juga dapat menimbulkan kegagalan
komunikasi, sebab tidak semua orang senang dipuji atau disanjung-sanjung.
Dalam memberi pujian perlu diketahui prinsip-prinsip seperti berikut.
a. beri pujian atas prestasi seseorang;
b. kombinasikan pujian dan penghargaan;
c. gunakan pujian sebagai dukungan dan bukan sebagai sindiran.

Kritik, ialah unsur yang sangat penting dalam membuat perbaikan,


namun kalau tidak hati-hati kritik bisa meni bumerang yang menjatuhkan
seseorang. Dalam suatu penelitian yang dilaksanakan pada 1977, Alwi Dahlan
menemukan bahwa hampir semua orang Indonesia tidak senang dikritik. Oleh
karena itu, gunakanlah kritik dengan kata-kata yang lebih bijak (euphemism)
serta humor, sehingga orang yang dikritik tidak merasa terluka hatinya.
Perintah, ialah bentuk penyampaian pesan yang ditujukan kepada
seseorang agar mereka dapat melaksanakan apa yang diinginkan oleh si
pemberi perintah. Dalam membuat perintah, pesan harus jelas dan singkat,
sehingga penerima dapat mengerti apa yang harus dilakukannya. Memberi
perintah bukanlah pekerjaan mudah, sebab orang cenderung melihat siapa
yang memberi perintah. Mereka tidak akan melaksanakannya bila tidak
berkenan di hatinya.
Banyak faktor yang memengaruhi orang sehingga men rima perintah,
antara lain atasan atau senioritas. Namun, per diketahui bahwa, meskipun
orang yang diperintah itu tidak b dalam garis komando organisasi, tetapi ia
dapat melaksar perintah itu dengan senang hati melalui cara-cara berkomuni
yang baik. Artinya apa yang diperintahkan itu dirasakan bu sebagai perintah,
melainkan sebagai suatu hubungan yang baik.
PERTANYAAN

1. Jelaskan makna pesan ?


2. Sebutkan contoh simbol dan kode dalam kehidupan sehari-hari?
3. Jelaskan yang dimaksud kode verbal dan kode nonverbal?
4. Sebutkan bentuk-bentuk kode nonverbal?
5. Sebutkan teknik pengelolaan pesan?

JAWABAN

1. Makna pesan adalah suatu proses pertukaran informasi yang disebut


dengan perintah, permintaan, nasehat, amanat dan semacamnya
untuk di sampaikanb kepada orang lain.

2. symbol contohnya lampu pengatur lalu lintas sedangkan warnanya adalah


kode.

3. Kode verbal dalam pemakaiannya menggunakan bahasa. Bahasa dapat


didefinisikan seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur sehingga
menjadi himpunan kalimat yang mengandung arti. Sedangkan kode nonverbal
biasa disebut bahasa isyarat atau bahasa diam (silent language).komunikasi
dengan kode bahasa tubuh.

4. Bentuk Kode Nonverbal


 Kinesics
 Gerakan Mata (Eye Gaze)
 Sentuhan (Touching)
 Paralanguage
 Diam
 Postur Tubuh
 Kedekatan dan Ruang (Proximity and Spatial)
 Artifak dan Visualisasi
 Warna
 Waktu
 Bunyi
 Bau

5. ada dua model dalam penyusunan pesan, yakni penyusunan pesan yang
bersifat informatif, dan penyusunan pesan yang bersifat persuasif.

Anda mungkin juga menyukai