NIM : 06520200264
KELAS : C2
TUGAS : RESUME 9 PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI
BAB IX
PESAN (KODE VERBAL DAN NONVERBAL)
1. Kode Verbal
Kode verbal dalam pemakaiannya menggunakan bahasa. Bahasa dapat
didefinisikan seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur sehingga
menjadi himpunan kalimat yang mengandung arti.
Bahasa memiliki banyak fungsi, namun sekurang-kurangnya ada tiga fungsi
yang erat hubungannya dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Ketiga
fungsi itu, ialah:
a. Untuk mempelajari tentang dunia sekeliling kita;
b. Untuk membina hubungan yang baik di antara sesama
c. Untuk menciptakan ikatan-ikatai dalam kehidupan manusia.
Untuk mempelajari dunia sekeliling kita, bahasa meniad peralatan yang
sangat penting dalam memahami lingkunoon Melalui bahasa, kita dapat
mengetahui sikap, perilaku dan pan. dangan suatu bangsa, meski kita belum
pernah berkunjung ke negaranya. Pendek kata bahasa memegang peranan
penting bukan saja dalam hubungan antarmanusia, tetapi juga dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan pewarisan nilai-nilai budaya dari generasi
pendahulu kepada generasi pelanjut.
Bahasa mengembangkan pengetahuan kita, agar kita dapat menerima
sesuatu dari luar dan juga berusaha untuk menggambarkan ide-ide kita kepada
orang lain. Begitu pentingnya peranan bahasa dalam pengembangan ilmu
pengetahuan, sebuah pengadilan di Inggris pada 1970 menjatuhkan hukuman
penjara kepada seorang ibu karena lalai mengajar anaknya untuk bisa
berbahasa (Abraham, 1977). Rasanya sulit dibayangkan berapa banyak ilmu
pengetahuan yang hilang bagi orang yang tidak bisa menggunakan bahasa
verbal.
Di negara-negara yang memiliki struktur masyarakat multietnik seperti
Indonesia, Malaysia dan Filipina, bahasa memegang peranan yang sangat
penting dalam membina integrasi nasional. Indonesia misalnya, sebagai bangsa
yang memiliki kurang lebih 300 suku dengan memakai lebih dari 550 dialek
daerah, dapat dipersatukan melalui pemakaian bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional.
Melalui bahasa nasional, orang bisa berhubungan tanpa mer mandang
agama dan warna kulit. Demikian juga halnya dengan bahasa Inggris yang telah
diterima sebagai bahasa dunia, memungkinkan orang bisa ke mana-mana tanpa
banyak menemukan kesulitan.
Sebagai alat pengikat dan perekat dalam hidup bermasyararat bahasa
dapat membantu kita menyusun struktur pengetahuan menjadi logis dan mudah
diterima oleh orang lain. Sebab bagaimanapun bagusnya sebuah ide, kalau tidak
disusun dengan bahasa yang lebih sistematis sesuai dengan aturan yang telah
diterima, maka ide yang baik itu akan menjadi kacau. Bahasa bukan hanya
membagi pengalaman, tetapi juga membentuk pengalaman itu sendiri. Kata ahli
bahasa Benyamin Lee Whorf (1956).
Bagaimana cara mempelajari bahasa? Menurut para ahli, ada tiga teori
yang membicarakan sehingga orang bisa memiliki kemampuan berbahasa.
Teori pertama disebut Operant Conditioning yang dikembangkan oleh
seorang ahli psikologi behavioristik yang bernama BF. Skinner (1957). Teori ini
menekankan unsur rangsangan (stimulus) dan tanggapan (response) atau lebih
dikenal dengan istilah S-R. Teori operant conditioning menyatakan bahwa, jika
suatu organisme dirangsang oleh stimuli dari luar, orang cenderung akan
memberi reaksi. Anak-anak mengetahui bahasa karena ia diajar oleh orang
tuanya atau meniru apa yang diucapkan oleh orang lain.
Teori kedua ialah teori kognitif (cognitive theory) yang dikembangkan oleh
ahli psikologi kognitif Noam Chomsky. Teori ini menekankan kompetensi bahasa
pada manusia lebih dari apa yang dia tampilkan. Bahasa memiliki korelasi
dengan pikiran. Oleh karena itu, Chomsky menyatakan bahwa kemampuan
berbahasa yang ada pada manusia adalah pembawaan biologis yang dibawa
dari lahir. Pendapat ini didukung oleh Eric Lenneberg (1964) bahwa seorang
anak manusia bagaimanapun ia diisolasi, la tetap memiliki potensi untuk bisa
berbahasa.
Teori ketiga disebut Mediating Theory atau teori penengah Teori ini
dikembangkan oleh ahli psikologi behavioristik Charles Osgood. Teori mediasi
menekankan bahwa manusia dalam mengembangkan kemampuannya
berbahasa, tidak saja bereaksi terhadap rangsangan (stimuli) yang diterima dari
luar, tetapi juga dipengaruhi oleh proses internal yang terjadi dalam dirinya.
Osgood memberi contoh pada bayi yang lapar akan menangis dan menyentak-
nyentakkan tangan dan kakinya sebagai isyarat yang ditujukan kepada ibunya.
Dorongan internal ini mendukung reaksi anak untuk membentuk dan
mengidentifikasi arti terhadap sesuatu yang ada di luar dirinya atau
lingkungannya.
Manusia memang unik dari makhluk lainnya dalam berkomunikasi. Dalam
suatu uji coba laboratorium, Louise Kellog berusaha membandingkan
kemampuan berbahasa antara simpase dan manusia yang diperankan oleh
anaknya sendiri. Dari hasil uji coba itu ternyata simpanse tidak mampu
mengembangkan bahasa lebih dari tiga kata, sementara anaknya menguasai
lebih banyak kata dan mampu menghubungkan antara satu kata dengan kata
lainnya sehingga menjadi kalimat yang sempurna.
Uji coba yang sama juga pernah dilakukan oleh dua orang ahli psikologi
yakni David Bemack dan Herb Terrace untuk membandingkan intelegensi antara
kedua makhluk tersebut. Kedua peneliti itu memasukkan seekor simpanse dan
seorang anak ke dalam laboratorium komputer. Ternyata hasilnya menunjukkan
simpanse hanya mampu mengidentifikasi bunyi secara terbatas dan mencoba
menekan tombol komputer tanpa menghasilkan sebuah kata yang mengandung
arti, apalagi menyusun sebuah struktur kalimat yang sempurna. Oleh karena itu,
apa yang dikatakan oleh Noam Chomsky ada benarnya, bahwa bahasa adalah
pemberian luhan kepada manusia yang tidak bisa dipelajari oleh binatang.
Meski ketiga teori ini menunjukkan ciri dan alasan masing-masing, namun
ketiganya memberi tekanan yang sama, bahwa manusia dalam meningkatkan
kemampuannya untuk berbahasa perlu melalui proses belajar. Tanpa bahasa
manusia tidak bisa berpikir, bahasalah yang memengaruhi persepsi dan pola-
pola berpikir seseorang. Kata Benyamin Lee Whorf dan Edward Sapir (1956)
dalam hipotesisnya.
2. Kode Nonverbal
Manusia dalam berkomunikasi selain memakai kode verbal (bahasa) juga
memakai kode nonverbal. Kode nonverbal biasa disebut bahasa isyarat atau
bahasa diam (silent language).
Kode nonverbal yang digunakan dalam berkomunikasi, sudah lama menarik
perhatian para ahli terutama dari kalangan antropologi, bahasa, bahkan dari
bidang kedokteran. Perhatian para ahli untuk mempelajari bahasa nonverbal
diperkirakan dimulai sejak 1873, terutama dengan munculnya tulisan Charles
Darwin tentang bahasa ekspresi wajah manusia.
Hal menarik dari kode nonverbal adalah studi Albert MahTablan (1971)
yang menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan dari pembicaraan orang hanya 7
persen berasal dari bahasa cabal, 38 persen dari vokal suara, dan 55 persen dari
ekspresi muka. Ia juga menambahkan bahwa jika terjadi pertentangan antara
apa yang diucapkan seseorang dengan perbuatannya, orang lain cenderung
Oleh sebab itu, Mark Knapp (1978) menyebut bahwa penggunaan kode
nonverbal dalam berkomunikasi memiliki fungsi untuk:
a. Meyakinkan apa yang diucapkannya (repetition);
b. menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-
kata (substitution);
c. Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity);
d. Menambah atau melergkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum
sempurna.
sebagainya.
Gambar Posisi Duduk yang Bermakna Non Verbal
d. Paralanguage
Paralanguage ialah isyarat yang ditimbulkan dari tekanan au irama
suara sehingga penerima dapat memahami sesuatu dibalik apa yang
diucapkan. Misalnya "datanglah" bisa diartikan tul-betul mengundang
kehadiran kita atau sekadar basa-basi.
Suatu kesalahpahaman sering kali terjadi kalau komunikasi
berlangsung dari etnik yang berbeda. Suara yang bertekanan besar bisa
disalahartikan oleh etnik tertentu sebagai perlakuan kasar, meski menurut
kata hatinya tidak demikian, sebah sudah menjadi kebiasaan bagi etnik
tersebut.
e. Diam
Berbeda dengan tekanan suara, sikap diam juga merupakan kode
nonverbal yang mempunyai arti. Max Picard menyatakan bahwa diam tidak
semata-mata mengandung arti bersikap negatif tetapi bisa juga
melambangkan sikap positif.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, sikap berdiam diri sangat sulit diterka,
apakah orang itu malu, cemas atau marah. Banyak orang mengambil sikap
diam karena tidak mau menyatakan sesuatu yang menyakitkan orang lain,
misalnya menyatakan "tidak". Namun dengan bersikap diam, juga dapat
menyebabkan orang bersikap ragu. Oleh karena itu diam tidak selamanya
berarti menolak sesuatu, tetapi juga tidak berarti menerima. Mengambil sikap
diam karena ingin menyimpan kerahasiaan sesuatu. To
Untuk memahami sikap diam, kita perlu belajar terhadap budaya atau
kebiasaan-kebiasaan seseorang. Pada suku-suku tertentu ada kebiasaan
tidak senang menyatakan "tidak" tetapi juga tidak berarti "ya". Diam adalah
perilaku komunikasi sekarang ini makin banyak dilakukan oleh orang-orang
yang bersikap netral dan mau aman.
f. Postur Tubuh
Orang lahir ditakdirkan dengan berbagai bentuk tubuh. Well dan Siegel
(1961) dua orang ahli psikologi melalui studi yang mereka lakukan, berhasil
menggambarkan bentuk-bentuk tubuh manusia dengan karakternya. Kedua
ahli ini membagi bentuk tubuh atas tiga tipe, yakni ectomorphy bagi mereka
yang memiliki bentuk tubuh kurus tinggi, mesomorphy bagi mereka yang
memiliki bentuk tubuh tegap, tinggi dan atletis, dan endomorphy bagi mereka
yang memiliki bentuk tubuh pendek, bulat, dan gemuk.
Gambar Bentuk Tubuh yang Bermakna Nonverbal
Pada tubuh yang bertipe ectomorphy dilambangkan sebagai orang
yang punya sikap ambisi, pintar, kritis, dan sedikit cemas. Bagi mereka yang
tergolong bertubuh mesomorphy dilambangkan sebagai pribadi yang cerdas,
bersahabat, aktif dan kompetitif, sementara tubuh yang bertipe endomorphy
digambarkan sebagai pribadi yang humoris, santai, dan cerdik.
i. Warna
Warna juga memberi arti terhadap suatu objek. Di Indonesia, warna
hijau sering kali diidentikkan dengan warna Partai Persatuan Pembangunan,
kuning sebagai warna Golongan Karya, dan merah sebagai warna Partai
Demokrasi Indonesia.
Hampir semua bangsa di dunia memiliki arti tersendiri pada warna. Hal
ini bisa dilihat pada bendera nasional masing-masing, serta upacara-upacara
ritual lainnya yang sering dilambangkan dengan warna-warni.
j. Waktu
Ungkapan Time is Money membuktikan bahwa wakt sangat penting
bagi orang yang ingin maju. Oleh karena itu yang sering menepati waktu
dinilai sebagai orang yang h kiran modern. Waktu mempunyai arti tersendiri
dalam kehidupan manusia. Bagi masyarakat tertentu, melakukan sua
pekerjaan sering kali melihat waktu. Misalnya membangun rumah, menanam
padi, melaksanakan perkawinan, membeli sesuatu, dan sebagainya.
Meskipun waktu bagi masyarakat awam sering kali dikaitkan dengan
kepercayaan mereka, namun bagi orang-orang yang sudah berpendidikan
tinggi, waktu dilihat dari perspektif musim. Misalnya musim kemarau dan
musim hujan yang sangat memengaruhi aktivitas mereka.
k. Bunyi
Kalau paralanguage dimaksudkan sebagai tekanan suara yang keluar
dari mulut untuk menjelaskan ucapan verbal, banyak bunyi-bunyian yang
dilakukan sebagai tanda isyarat yang tidak dapat digolongkan sebagai
paralanguage. Misalnya bersiul, bertepuk tangan, bunyi terompet, letusan
senjata, beduk, tambur, sirine, dan sebagainya.
Bunyi-bunyian seperti ini dimaksudkan untuk mengatas jarak yang jauh
dan menyatakan perintah untuk kelompok orang banyak, misalnya dalam
kesatuan tentara, pandu, dan sebagainya.
i. Bau
Bau juga menjadi kode nonverbal. Selain digunakan untu
melambangkan status seperti kosmetik, bau juga dapat dijadikan sebagai
petunjuk arah. Misalnya posisi bangkai, bau karet terbakar dan
semacamnya.
Setelah kita mengetahui tipe dan fungsi kode verbal dan nonverbal,
persoalan yang akan muncul ialah, bagaimana cara menggunakan kedua kode
tersebut dalam penyusunan pesan. Menurut Cassandra, ada dua model dalam
penyusunan pesan, yakni penyusunan pesan yang bersifat informatif, dan
penyusunan pesan yang bersifat persuasif.
d. Motivational Appeal
Motivational appeal ialah teknik penyusunan pesan yang dibuat bukan
karena janji-janji, tetapi disusun untuk menumbuhkan internal psikologis
khalayak sehingga mereka dapat mengikuti pesan-pesan itu. Misalnya
menumbuhkan rasa nasionalisme atau gerakan memakai produksi dalam
negeri.
e. Humorious Appeal
Humorious appeal ialah teknik penyusunan pesan yang a sertai
dengan humor, sehingga dalam penerimaan pesan khalayak tidak merasa
jenuh. Pesan yang disertai humor mudah diterima, enak dan menyegarkan.
Hanya saja dalam penyampaian pesan disertai humor diusahakan jangan
sampai terjadi humor yang lebih dominan dari pada materi yang ingin
disampaikan.
Selain lima metode penyusunan pesan seperti di atas, juga dikenal
teknik penyusunan pesan satu sisi (one - sided issue) dan dua sisi (two -
sided issue). Penelitian tentang teknik penyusunan nesan seperti ini pernah
dilakukan dalam suatu eksperimen oleh Hovland, Lumsdain, dan Sheffild.
Dari hasil eksperimen mereka simpulkan bahwa metode satu sisi hanya
cocok untuk khalayak yang kurang berpendidikan, serta mereka sudah
mengenal informasi itu lebih awal sehingga fungsinya hanya untuk
memperkokoh (reinforcement) informasi yang telah ada.
Sementara itu, untuk metode penyajian dua sisi dengan memaparkan
baik buruknya suatu masalah, lebih sesuai untuk mereka yang sudah
berpendidikan tinggi, mengetahui informasi namun bersikap oposisi, atau
ide yang dipersoalkan kontroversial sehingga menimbulkan sikap pro dan
kontra.
Selain metode penyajian pesan satu sisi dan dua sisi, juga dikenal
metode penyusunan pesan klimaks dan anti klimaks, serta metode
penyajian regency dan primacy. Metode penyajian pesan klimaks memberi
tekanan hal-hal yang begitu penting pada akhir pesan, sebaliknya
penekanan pada awal pesan disebut anti klimaks. Adapun metode
penyajian regency ialah menempatkan hal-hal positif di bagian akhir
penyajian, sementara metode primacy menempatkan hal-hal yang positif di
bagian awal penyajian.
Ada tiga teori yang membicarakan tentang penyusunan dan
penyampaian pesan, yaitu:
a. Over power 'em theory
Teori ini menunjukkan bahwa bila pesan sering kali diulang, panjang dan
cukup keras, pesan itu akan berlalu dari khalayak.
b. Glamour Theory
Bahwa suatu pesan (ide) yang dikemas dengan cantik mudian
ditawarkan dengan daya persuasi, khalayak akan tertarik untuk memiliki
ide itu.
c. Don't Tele'em Theory
Bila suatu ide tidak disampaikan kepada orang lain, mereka tidak akan
memegangnya dan menanyakannya. Oleh karena itu, mereka tidak akan
membuat pendapat tentang ide itu.
Meski teknik-teknik penyajian seperti di atas dapat dikenakan untuk
semua bentuk komunikasi, apakah itu komunikasi antarpribadi, komunikasi
publik atau komunikasi massa, namun perlu diketahui bahwa untuk berhasil
mengelola dan menyusun pesan-pesan secara efektif perlu memerhatikan
beberapa hal berikut.
a. Pesan yang disampaikan harus dikuasai lebih dahulu, termasuk struktur
penyusunannya yang sistematis.
b. Mampu mengemukakan argumentasi secara logis. Untuk itu harus
mempunyai alasan-alasan berupa fakta dan pendapat yang bisa
mendukung materi yang disajikan.
c. Memiliki kemampuan untuk membuat intonasi bahasa, serta gerakan-
gerakan nonverbal yang dapat menarik perhatian khalayak.
Hasil debat pemilihan Presiden Amerika Serikat antara Senator John F.
Kennedy dan Wakil Presiden Richard Nixon pada 1960, ternyata berhasil
dimenangkan oleh Kennedy sekalipun Nixon pada waktu itu diunggulkan
dalam jajak pendapat. Salah satu faktor kemenangan Kennedy menuru
pengamat politik dan komunikasi, karena ia mampu tampil di layar kaca
dengan retoriknya yang menarik dengan ekspresi wajah yang penuh
pesona. Sesudah Kennedy berhasil dalam perdebatan itu, diluncurkan
buku Body Language yang ditulis oleh Julius Fast dan buku Dress for
Success oleh John Malloy dan menjadi best seller hampir di semua toko
buku di Amerika dan Eropa. Kedua buku ini membahas tentang
keberhasilan tokoh-tokoh politik dan eksekutif di Amerika melalui
penguasaan gerakangerakan badan, muka serta penampilan berpakaian
yang apik di layar kaca, sehingga mampu memikat pemilih untuk
mendukungnya ke jenjang karier politik yang lebih tinggi.
d. Memiliki kemampuan untuk membumbui pesan yang disampaikan
dengan anekdot-anekdot untuk menarik perhatian dan mengurangi rasa
bosan khalayak.
Suatu hal yang tidak bisa dilupakan bahwa, proses komunikasi tidak bisa
dilepaskan dari tiga hal, yakni pujian, kritik, dan perintah. Ketiga hal ini
memerlukan teknik dan strategi berkomunikasi sehingga khalayak bisa
menerima dengan senang hati.
Pujian, seorang komunikator harus menyadari bahwa hampir semua
manusia senang dipuji. Memberi pujian sedapat mungkin pada tempatnya,
sehingga penerima tidak merasa mendapat perlakuan yang disengaja untuk
memuji-mujinya. Terlalu memujimuji juga dapat menimbulkan kegagalan
komunikasi, sebab tidak semua orang senang dipuji atau disanjung-sanjung.
Dalam memberi pujian perlu diketahui prinsip-prinsip seperti berikut.
a. beri pujian atas prestasi seseorang;
b. kombinasikan pujian dan penghargaan;
c. gunakan pujian sebagai dukungan dan bukan sebagai sindiran.
JAWABAN
5. ada dua model dalam penyusunan pesan, yakni penyusunan pesan yang
bersifat informatif, dan penyusunan pesan yang bersifat persuasif.