Anda di halaman 1dari 22

NAMA : MUHAMMAD ALWI

NIM : 06520200264
KELAS : C2
TUGAS : RESUME 7 PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

BAB VII
KOMUNIKASI SEBAGAI ILMU YANG MULTIDISIPLIN

Sebagai ilmu yang dapat diterapkan dalam hidup bemasyarakat,


komunikasi telah lama menarik perhatian para ilmuwan dari luar bidang
komunikasi sendiri. Mereka umumnya adalah pakar yang punya nama dalam
bidangnya, kemudian tertarik mempelajari aspek-aspek komunikasi. Hasil studi
yang mereka lakukan, selain mendukung bidang kepakarannya, juga telah
memberi sumbangan yang tidak kecil terhadap kelahiran ilmu komunikasi
sebagai kajian ilmiah.
Sebelumnya, komunikasi dalam proses pertumbuhannya merupakan studi
retorika dan jurnalistik yang banyak berkaitan dengan pembentukan pendapat
umum (opini publik). Oleh karena itu, dalam peta ilmu pengetahuan, komunikasi
dinilai oleh banyak pihak sebagai ilmu yang monodisiplin yang berinduk pada
ilmu politik. Pengertian monodisiplin di sini melihat kedudukan ilmu itu berdiri
sendiri dengan cirinya sendiri, seperti halnya ilmu teknik, ilmu kimia, ilmu sastra,
ilmu pertanian. Namun dengan perkembangan masyarakat yang begitu cepat,
terutama kemajuan di bidang genetika dan teknologi komunikasi, maupun di
bidang-bidang lainnya telah membawa dampak makin kaburnya batas-batas
kewenangan dan fung beberapa ilmu pengetahuan, sehingga ilmu yang tadinya
mono disiplin cenderung multidisiplin.
Perkembangan ini tidak saja dikarenakan terjadinya proses akumulasi
dalam lingkungan ilmu itu sendiri, tetapi juga karena makin integratifnya antara
ilmu yang satu dengan ilmu yan lain, yang akhirnya melahirkan ilmu baru di
bidang ilmu penge tahuan. Dalam kondisi seperti ini, ilmu komunikasi yang
tadinya diidentikkan sama dengan ilmu pers sebagai bagian dari ilmu politik
(monodisiplin) mengalami perkembangan sebagai ilmu yang tidak saja
memfokuskan diri pada aspek-aspek kekuasaan (power) di bidang politik dan
pemerintahan, tetapi komunikasi dalam arti luas makin dirasakan menyentuh
semua aspek kehidupan umat manusia dalam bermasyarakat, apakah itu dalam
bentuk ekonomi (marketing), hubungan antarbangsa, kekuasaan (politik),
organisasi dan perencanaan, penerangan dan penyuluhan, maupun dalam tata
hubungan antarmanusia itu sendiri (human relations).
Dengan kemajuan seperti ini, ilmu komunikasi yang tadinya hanya dipelajari
di lembaga-lembaga pendidikan ilmu sosial politik, tumbuh dan diajarkan hampir
di semua disiplin ilmu, apakah itu kedokteran, ekonomi, pertanian, hukum dan
ilmu-ilmu sosial itu senciri. Dengan realita seperti ini, ilmu komunikasi makin
disadari bukan lagi sebagai ilmu yang monodisiplin yang berinduk pada ilmu
politik, namun cenderung makin diakui sebagai ilmu yang multidisiplin yang
terbuka dan dibina oleh banyak disiplin ilmu. Oleh karena itu pula, terdapat
banyak definisi komunikasi yang dibuat oleh para pakar yang memiki latar
belakang keahlian yang berbeda satu sama lain, namun nuansa ilmu komunikasi
itu tetap berfokus pada hubungan antarmanusia dalam konteks pertukaran pesan
yang memiliki makna.
Untuk memahami komunikasi sebagai ilmu yang multiinlin ada baiknya
lebih dahulu dilihat bagaimana kedudukan ilmu komunikasi dalam konteks ilmu
pengetahuan.
Komunikasi memiliki filsafat bahwa kehidupan manusia sesungguhnya
ditentukan oleh tiga unsur, yakni unsur biologis, unsur fisik, dan unsur sosial.
Dengan unsur biologis dimaksudkan bahwa manusia untuk mempertahankan
hidupnya di atas bumi ini memerlukan makanan yang berasal dari tumbuhan dan
hewani (biologi). Selain unsur biologis, manusia juga memerlukan udara, air, dan
tanah (fisik), serta kerja sama dengan manusia lainnya untuk dan mencapai
tujuan hidupnya (sosial).
Jika ketiga unsur ini digambarkan dalam suatu diagram, keterikatan antara
ketiga unsur itu dapat dilihat pada Gambar diagram kedudukan ilmu
pengetahuan.
Ilmu pengetahuan dalam proses perkembangannya mengakui bahwa
segala kegiatan yang mempelajari tumbuhan dan hewani, termasuk manusia
digolongkan sebagai studi makhluk hidup (biology). Ilmu yang mempelajari
keadaan udara, tanah, dan air digolongkan sebagai ilmu alam (physics atau
biasa disebut fisika), sementara ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
hubungannya dengan manusia lainnya digolongkan sebagai ilmu
kemasyarakatan atau ilmu sosial (social science).
Jika diagram di atas kita amati, tampak bahwa semua ilmu yang
mempelajari tentang perilaku manusia dalam bermasyarakat, seperti sosiologi,
ekonomi, politik, hukum, manajer Psikologi dan komunikasi berada dalam satu
lingkaran sosial.
Gambar Diagram Kedudukan Ilmu Pengetahuan
Ini berarti semua ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
bermasyarakat memiliki keterikatan yang sangat erat satu sama lainnya.
Persamaannya bukan saja karena ia berada dalam satu lingkaran yang sama
(sosial), tetapi juga karena ia memiliki objek material yang sama, yakni
mempelajari perilaku manusia dalam bermasyarakat, apakah itu dalam
hubungannya dengan aktivitas manusia di sektor ekonomi, pemerintahan atau
peraturan (hukum).
Jika ilmu-ilmu sosial menunjukkan kesamaannya pada objek materialnya,
yakni perilaku manusia dalam bermasyarakat, perbedaannya terletak pada objek
formalnya, yakni komunikasi mempelajari pernyataan manusia dalam situasi
berkomunikasi.
Objek formal inilah yang menunjukkan jati diri suatu ilmu sekaligus
membedakannya antara satu ilmu dengan ilmu lainnya. Misalnya dalam hal studi
geografi dan geologi, keduanya memiliki objek material yang sama, yakni
mempelajari tentang bumi, tetapi keduanya memiliki objek formal yang berbeda
cu mana geografi mempelajari tentang permukaan bumi, sedang kan geologi
mempelajari tentang isi bumi. Demikian juga halnya dengan ilmu komunikasi
dengan ilmu ekonomi, di mana materialnya mempelajari perilaku manusia dalam
bermasyarakat, namun objek formalnya menunjukkan perbedaan bwa ilmu
ekonomi mempelajari manusia bermasyarakat dalam konteks pertukaran barang
dan uang, sedangkan komunikasi mempelajari perilaku manusia bermasyarakat
dalam konteks berkomunikasi lewat pernyataan.
Atas dasar pemikiran seperti ini, kita dapat menyimpulkan bahwa antara
ilmu komunikasi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya menunjukkan hubungan yang
erat satu sama lainnya. Jangankan dengan ilmu-ilmu sosial yang memiliki
persamaan pada objek materialnya, bahkan dengan ilmu yang mempelajari
tentang alam (fisika) dan kehidupan makhluk hidup (biologi) memiliki kaitan (lihat
diagram). Sebab selain karena saling membutuhkan satu sama lain, tetapi juga
sifat normatifnya sebagai ilmu pengetahuan yang ditujukan untuk kepentingan
kebahagiaan umat manusia. Dengan demikian, tidak ada ilmu yang dapat berdiri
sendiri tanpa dukungan ilmu lainnya, termasuk ilmu komunikasi.
Gambaran keterkaitan ilmu komunikasi dengan ilmu-ilmu lain telah
dijelaskan pada bagian awal buku ini, bagaimana kebutuhan ilmu-ilmu lain
seperti pertanian, kedokteran, ekonomi, dan elektronika terhadap ilmu
komunikasi. Hubungan antara ilmu komunikasi dengan ilmu-ilmu lain, dapat
dilihat betapa besar perhatian para ilmuwan yang berasal dari berbagai disiplin
ilmu terhadap komunikasi.
Komunikasi sebagai ilmu yang multidisiplin sejak di ikembangkan oleh
banyak ilmuwan yang berasal dari luar komunikasi. Beberapa di antaranya dapat
disebutkan yakni John Dewey, Charles Horton Cooley, Robet Park, George H.
Mead, Kurt Lewin, Nobert Weiner, Lasswell, Hovland, La, sfeld, Schramm, dan
Rogers. Para ahli ini telah menyumbangk pikirannya dari berbagai hasil
penelitian dan kajian dalam bent konsep, model, dan teori yang nantinya banyak
memberi kontribune dalam pengembangan ilmu komunikasi. Siapa dia dan
bagaima pengembaraannya dalam dunia ilmu sehingga memasuki atau
menyentuh studi komunikasi, diuraikan seperti berikut.

John Dewey (Psikologi dan Filsafat)


Dewey adalah seorang ahli psikologi dan filsafat yang
beraliran liberal. Selama ia menjadi pengajar filsafat
di University of Michigan (1884-1894), Dewey banyak
memberi pengaruh terhadap Cooley dan Park yang
menjadi muridnya.
Sebagai pengajar dan peneliti, Dewey menginginkan
adanya sebuah surat kabar yang dapat
memublikasikan hasil-hasil riset ilmu pengetahuan
serta memperbaiki masalah-masalah sosial.
Meskipun surat kabar yang diinginkan Dewey tidak
pernah terwujud selama masa hidupnya, namun Dewey tidak sangsi akan
potensi surat kabar untuk membawa reformasi sosial. John Dewey tidak pernah
mundur dari cita-citanya terhadap perubahan sosial, terutama perhatiannya pada
surat kabar sebagai alat perubahan. Oleh karena itu, ada yang memandang
Dewey sebagai ahli filsafat pertama tentang ilmu komunikasi.
Ketika Dewey pindah mengajar di University of Chicago (1894-1904), ia
menangani laboratorium School of Education. Akan tetapi, karena laboratorium
pengajarannya dinilai terlalu radikal oleh Rektor, Dewey diberhentikan dan
pindah ke Uni
versity of Columbia.

Charles Horton Cooley (Sosiologi)


Lahir di Ann Arbor Michigan pada tahun 1864. Dalam
hidupnya Cooley memiliki sifat pemalu dan mempunyai
hambatan dalam berbicara di depan orang banyak. Ketika
ia menjadi mahasiswa di University of Michigan. Ia lebih
banyak diam dan tampaknya sangat mementingkan diri
sendiri. Sesudah studinya selesai, Cooley mengabdikan diri
pada almamaternya sampai ia pensiun dan meninggal pada
1920.
Cooley tertarik pada sosiologi melalui karya-karya Herbert Spencer. Oleh karena
itu, Cooley melihat bahwa proses komunikasi antarpribadi (persona) dengan
orang tua dan kelompok masyarakat, sebagai basis sosialisasi dari studi
sosiologi. Cooley membuktikan hal itu melalui observasinya yang ketat terhadap
pertumbuhan kedua orang anaknya.

Robert E. Park (Filsafat dan Sosiologi)

Menyelesaikan sarjana muda di University of


Michigan pada 1887, kemudian menjadi wartawan
selama 11 tahun di Mineapolis, Detroit, Chicago dan
New York. Selama ia menjadi wartawan, Park
mengembangkan kemampuan analisisnya untuk
mengamati perilaku manusia, khususnya perilaku
menyimpang pada masyarakat kota yang miskin. Ia
juga mencoba melihat bagaimana tipe jurnalistik yang
memiliki kekuatan untuk menciptakan perubahan
sosial di Amerika Serikat.
Perhatiannya yang begitu besar terhadap peranan beri dalam membentuk
pendapat umum, telah mendorong para mengambil program master dalam
bidang filsafat di Harvard University, kemudian melanjutkan program doktornya di
Uni versity of Berlin Jerman. Di Universitas ini Park bertemu dengan George
Simmel yang banyak memberi pengaruh dalam studi Sosiologi, sehingga ia
menulis disertasi The Crowd and the Public pada 1904.
Ketika ia kembali ke Amerika, Park bekerja sebagai seorang petugas Public
Relations untuk Congo Reform Association. Pada 1914, ketika usianya mencapai
50 tahun ia masuk menjadi staf pengajar di jurusan Sosiologi di University of
Chicago. Di universitas inilah Park mulai memberi perhatian dalam bidang riset
terhadap isu-isu yang menjadi prioritas penerbitan surat kabar yang di kemudian
hari dikenal sebagai studi agenda setting. Di tempat itu juga Park mempraktikkan
lebih jauh bagaimana surat kabar mengontrol pendapat umum dan cara-cara
yang dapat digunakan dalam pengukuran pendapat umum. Jauh sebelum
George Gallup dan Paul F Lazarsfeld mengembangkan riset jajak pendapat.
George Herbert Mead (Filsafat dan Psikologi)
Belajar filsafat di Harvard University kemudian menyelesaikan studi di
Jerman. Mead mendapat banyak pengaruh dari John Dewey, yang kemudian
mengajaknya pindah ke University of Chicago pada 1894. Meskipun Mead
mengajar di jurusan filsafat, namun semua calon doktor dalam bidang sosiologi
di universitas ini mengambil mata pelajaran Advanced Social Psychology yang
diajarkannya. Selama kurang lebih tiga puluh tujuh tahun mengajar di Chicago,
Mead tidak pernah menerbitkan buku kecuali melalui murid-muridnya diterbitkan
catatan-catatan kuliah yang pernah diajarkan di kelas dan diberi judul Mind, Self,
and Society (1934).
Dari catatan kuliahnya itu, terlihat bahwa Mead
banyak mendapat pengaruh dari John Dewey dan
Cooley yang menempatkan komunikasi sebagai
basis dari sosialisasi. Melalui pendekatan ilmu jiwa
sosial, Mead mengakui komunikasi sebagai hal yang
paling mendasar bagi hubungan antarmanusia.

Tahun 1931, di saat Amerika mengalami depresi


ekonomi, serta munculnya perkembangan baru di
Eropa, di mana Hitler mengambil alih kekuasaan di
Jerman kemudian menduduki negara-negara di
sekitarnya seperti Austria. Pada masa ini, sejumlah ilmuwan besar Eropa
keturunan Yahudi seperti Albert Einstein, Erik Erikson, John von Neumann,
Sigmund r urt Lewin, Paul F Lazarsfeld melakukan migrasi ke Amerika Serikat
antara 1920-an hingga 1930-an, kemudian membantu Amerika pada berbagai
proyek Perang Dunia ke-2 untuk melawan Jerman.
Karena para ilmuwan Eropa ini tadinya banyak van di universitas-
universitas terkenal di Berlin dan Austria migrasi para ilmuwan Eropa yang
keturunan Yahudi ini tinya akan memberi warna tersendiri pada dunia ilmu
pengetahuan Amerika, terutama dalam bidang Fisika, Matematika Psikologi,
Sosiologi, dan juga dalam bidang komunikasi.
Kurt Lewin (Psikologi)
Lewin adalah seorang ilmuwan Jerman keturunan
Yahudi, mengajar di Universitas Berlin dalam bidang
psikologi. Ia sebagai korban anti Yahudi dari Nazi
Hitler dan melarikan diri ke Amerika Serikat pada
1933, kemudian masuk di University of Iowa. Di
universitas ini, Lewin menjadi profesor yang menarik
perhatian mahasiswa tingkat doktoral. Ia adalah
seorang guru yang ceria dengan kepribadian yang menarik, sehingga menjadi
idola mahasiswanya. Wilbur Schramm yang waktu itu juga ada di University of
Iowa mengingatnya kalau Lewin berdiri di muka papan tulis dengan wajah
menantang mahasiswanya.
Di kampus itu, Lewin memimpin diskusi mingguan yang diberi nama
Guasselstrippe (The hot-air club). Dalam diskusi ini setiap orang dapat
menyajikan teori atau rancangan penelitia untuk diperdebatkan. Lewin telah
memberi sesuatu yang berarti dalam pengembangan intelektual seseorang,
seperti dikatakan Margareth Mead yang pernah bekerja sama dengannya. Lewin
seperti api yang memanasi orang, di mana orang yang berada di sekelilingnya
bisa membaca pikiran-pikirannya secara jelas.
Salah satu kontribusi Lewin yang sangat penting dalam studi munikasi,
ialah perhatiannya untuk mempelajari dinamika kelompok dalam hubungannya
dengan komunikasi. Bagaimana ndividu dipengaruhi oleh kelompok yang mereka
masuki. bagaimana tipe kepemimpinan otoriter dan demokrasi dalam
memengaruhi produktivitas kelompok. Ia juga mengamati hagaimana seseorang
yang terikat pada kelompok dapat memengaruhi seseorang, sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok. Studi Lewin ini banyak
dilakukan dengan menggunakan eksperimen.
Lewin juga memberi kontribusi yang tidak kecil terhadap studi gatekeeping
tentang pengendalian arus informasi lewat saluran komunikasi. Studi ini
kemudian menarik perhatian banyak pengkaji komunikasi setelah Lewin
meninggal dunia pada 1947 dalam usia 57 tahun karena serangan jantung.

Nobert Weiner (Matematika)


Lahir di Missiouri, Amerika Serikat dalam tahun
1894. Putra seorang profesor bahasa Slavic di
Harvard University. Sang Profesor mengharapkan
putranya menjadi intelektual dan ternyata
harapannya itu terkabul dengan keberhasilan Weiner
meraih gelar doktor di Harvard University dalam usia
19 tahun. Disertasinya tentang bungan antara
Matematika dan Filsafat. Sesudah itu Weiner
mengambil post doctoral di University of Cambridge
di bimbingan Bertrand Russel, kemudian bekerja di
Gottingen dan Kopenhagen.
Tahun 1919, Weiner menjadi profesor matematika di MIT sebuah universitas
teknik terkenal di Amerika. Weiner ban mengunjungi universitas di berbagai
negara sebagai ten pengajar, antara lain University of Maine dan Tsing Hua 10
versity di Beijing tahun 1935. Sebagai seorang ahli matematika Weiner juga
tertarik mempelajari fisika, jaringan saraf dan kedokteran jiwa.
Ketika Perang Dunia ke-2 pecah, Weiner menjadi ahli riset dalam
pembuatan peluru kendali antipesawat sebagai pengembangan dari teori
Cybernetic yang dikembangkan sebelumnya, Proyek ini dibiayai oleh
Departemen Pertahanan Amerika dengan kerja sama MIT yang dipimpin oleh
Warren Weaver.
Selama bekerja dalam proyek ini, Weiner banyak melakukan tukar pikiran
dengan ahli matematik Amerika keturunan Yahudi, John Von Neuman dari
Princeton University. Von Neuman yang nantinya dikenal sebagai pencetus ide
dari penemuan komputer pertama ENIAC. Tetapi Neuman mengakui tidak
pernah merasa dipengaruhi oleh pikiran-pikiran Weiner dalam konsep umpan
balik yang dikembangkannya. Hal ini diduga adanya sikap kecemburuan dan
persaingan di antara mereka.
Salah satu kontribusi Weiner dalam studi komunikasi ialah teori Cybernetic
yang membahas tentang kelanjutan arus informasi dilihat dari segi recording,
encoding, storage, tranmisi dan diseminasi artara satu sistem dengan sistem
lainnya. Weiner adalah salah satu ahli matematika yang terbaik yang perna
dihasilkan oleh Amerika dalam abad ini.
Dalam berbagai seminar ilmiah, Weiner senantiasa menjadi bintang di
antara bintang lainnya seperti Kurt Lewin, George Herbert Mead dan ahli ilmu
sosial lainnya. Sayang dalam penampilannya, Weiner digambarkan sebagai profil
yang kurang menarik, badannya pendek dan gendut, memakai sedikit janggut
putih, jalannya agak miring dan di tangannya selalu terdapat cerutu.
Tetapi sesungguhnya, Weiner adalah seorang humanis yang baik. Sebab
ketika perang telah selesai, ia sangat menyesali dirinya telah berbuat salah
dengan mengembangkan riset militer yang menghasilkan teknologi senjata yang
justru digunakan untuk menghancurkan manusia. Weiner menghabiskan usianya
kurang lebih 45 tahun di departemen matematika MIT, sampai ia meninggal pada
1964 dalam usia 70 tahun.

Harold D. Lasswell (Ilmu Politik)


Ia lahir di Donnelson—Illinois (AS) pada 1902.
Pada usia 16 tahun Lasswell menjadi mahasiswa
di University of Chicago, di mana pikiran-
pikirannya banyak dipengaruhi oleh John Dewey,
George Herbert Mead, dan Robert Park. Banyak
orang mengakui Lasswell adalah sarjana politik.
Tetapi pengakuan itu agaknya kurang tepat,
sebab Lasswell tidak hanya menguasai ilmu
politik, melainkan lebih dari itu. Ia dikenal sebagai
ahli ilmu sosial Amerika pertama yang tertarik
pada bidang psikoanalisis, serta belajar ilmu pengobatan dari Theodre Reik di
Berlin.
Dalam tulisannya World Politics and Personal Insecurity memperlihatkan
pengaruh yang kuat dari Sigmund Freud. Lasswell diakui oleh teman-temannya,
ketika ia dikirim ke meris, ia kembali dengan aksen Britis, ketika ia dikirim ke
Vienna Austria, la kembali dengan penuh pengetahuan psikoanalisis.
Begitu pula ketika ia dikirim ke Rusia, ia kembali dengan pengaruh Mark
yang dikombinasikannya dengan pandangan-pandangan dari Freud.
Lasswell adalah seorang yang sangat antusias untuk belajar la tertarik
untuk mempelajari segala masalah yang berhu. bungan dengan kehidupan
sehari-hari, termasuk dalam bidang kedokteran jiwa. Terakhir Lasswell menjadi
seorang sarjana Amerika yang banyak memperkenalkan teori Freud ke dalam
ilmu politik dan ilmu-ilmu sosial lainnya.
Ketika ia menjadi mahasiswa Pascasarjana, Lasswell banyak menulis
artikel dan buku dalam bidang ekonomi, sosiologi, politik, dan disiplin lainnya. Ia
pernah digambarkan sebagai Leonardo de Vinci dari ilmu-ilmu perilaku oleh
seorang penulis biografinya. Lasswell sangat produktif menulis ketika ia menjadi
staf pengajar di University of Chicago. Begitu hebatnya Lasswell, sehingga
Robert Maynard Hutchin yang menjabat rektor pada masa itu merasa curiga
kepadanya dan menekan usaha-usaha Lasswell dalam pengembangan ilmu-ilmu
sosial, khususnya ilmu sosial empirik. Sikap Hutchin inilah yang menyebabkan
mundurnya Chicago School of Sociology sesudah tahun 1935. Bahkan ia
memveto promosi Lasswell menjadi professor penuh pada 1938.
Sesudah 12 tahun mengabdi di Chicago, di mana ia berhasil mencetak
ilmuwan politik seperti Ithiel Herbert Simon, Lasswell memutuskan meningo,
Chicago dengan membawa semua buku-buk, catatan kuliahnya ke New York.
Dalam perial membawa barang-barangnya terbakar dan menghabiskan semua
buku-bukunya, termasuk catatan-catatan penelitiannya selama 15 tahun di Yale
Law School. Akhirnya Lasswell tidak bisa bekerja dan menganggur untuk jangka
waktu yang lama sebelum ia bekerja kembali.
Kontribusi Lasswell terhadap perkembangan ilmu komunikasi, banyak
ditemukan dalam bukunya Propaganda and Communication in World History
yang terdiri atas 3 Volume. Dalam buku itu Lasswell membuat suatu formulasi
yang nantinya banyak digunakan dalam riset komunikasi massa, yakni Who says
what in which channel to whom with what effects.

Carl Hovland (Psikologi Eksperimen)


Berbeda dengan pelopor-pelopor komunikasi
lainnya yang banyak mendapat pengaruh dari
Eropa, Carl Hovland dapat dikatakan murni Amerika. Ia meraih gelar doktor
dalam bidang psikologi eksperimen di Yale University, di mana ia menjadi anak
didik dari Clark Hull.
Dalam usia 31 tahun, Hovland telah banyak menulis artikel yang dimuat dalam
jurnal-jurnal psikologi yang terkenal. Namun kariernya jadi lain ketika Perang
Dunia II meletus. Hovland dipanggil bekerja pada kantor penerangan angkatan
perang Amerika di Washington dengan tugas mempelajari pengaruh film
terhadap moral tentara.
Di departemen ini Hovland merancang berbagai percobaan terhadap film-film
latihan perang dari segi kredibilitas sumber, penyajian dalam bentuk satu dan
dua sisi, aspek kekuatan dan efeknya terhadap tentara. Eksperimen Hovland ini
banyak digunakan dalam studi komunikasi persuasif.
Ketika perang berakhir, Hovland kembali ke Unive Yale dan mendirikan
program komunikasi dan perubahan ci Dari pengalamannya baik ketika ia
bekerja di Departemen pertahanan maupun ketika ia menjadi pengajar, Hovland
dana menghimpun catatan-catatannya kemudian disusun menjadi buku dengan
judul Experiments on Mass Communication (1949) dan Communication and
Persuasion (1953).

Paul F. Lazarsfeld (Matematika dan Sosiologi)


Lahir pada 1901 dan meninggal dalam usia 75
tahun. Lazarsfeld memperoleh gelar doktor
matematika dari University of Vienna di Austria
pada1920, lalu ia mengajar di universitas tersebut
dan memimpin lembaga penelitian ilmu sosial.
Oleh karena itu, Lazarsfeld lebih banyak dikenal
sebagai pakar sosiologi.
Seperti halnya Kurt Lewin, Lazarsfeld juga adalah
ilmuwan keturunan Yahudi yang dicari oleh Hitler ketika
Austria jatuh di tangan Nazi Jerman. la meninggalkan
Austria pada 1933 lalu menjadi direktur riset radio di Princeton yang dibiayai yayasan
Rockefeller.
Dalam tahun 1939, Lazarsfeld pindah ke Columbia University di New York
dan menjadi profesor sosiologi. Ia jugammenjabat sebagai direktur biro riset
aplikasi sosial bersama Robert K.Merton.
Ketika radio menjadi media yang menguasai kehidupan rang-orang
Amerika di tahun 1930-an, Lazarsfeld aktif melaset di bidang khalayak dan efek
dengan memakai metode survai dan wawancara. Kegiatan Lazarsfeld ini tidak
saja ori kontribusi terhadap ilmu komunikasi tetapi juga menban kegiatan-
kegiatan riset di bidang komunikasi sebagai matu usaha yang melembaga dan
berkembang di kemudian hari.
Melalui suatu penelitian yang pernah dilakukan bersama Clihil Katz tentang
pengaruh media massa terhadap perilaku pemilihan presiden di Erie County,
Ohio (1944), Lazarsfeld memformulasi teori komunikasi dua langkah bahwa
media massa sangat kecil pengaruhnya terhadap perilaku pemilihan
dibandingkan dengan saluran-saluran antarpersona yang mengandalkan
peranan pemuka pendapat. Temuan Lazarsfeld ini kemudian menyebar dan
diterima di negara-negara sedang berkembang, di mana peranan tokoh
masyarakat masih dominan dalam setiap pengambilan keputusan.

Claude E. Shannon (Elektronika)


Lahir dalam tahun 1916 di sebuah kota kecil
Petrosky Michigan. Ia memperoleh gelar sarjana
muda di kampungnya Michigan, lalu melanjutkan
pelajarannya sampai memperoleh gelar doktor di
MIT. Di universitas ini Shannon pernah menjadi
salah seorang murid dari Nobert Weiner pada awal
1930-an.
Tetapi Weiner sendiri mengakui bahwa meskipun
Shannon menjadi muridnya, namun ia tidak begitu
banyak berhubungan dengan Shannon selama ia
berada di MIT. Shannon sebagai sarjana elektronika lebih banyak menghabiskan
wa tunya di laboratorium elektronik Bell hingga 1956. Ia adalah seor pekerja
yang senantiasa menginginkan kesempurnaan dan tidai, suka dipublikasikan.
Shannon senantiasa menghindari pengakuan terhadap apa yang telah
dilakukannya, tidak suka menjawab suratsurat yang ditujukan padanya dan tidak
suka mengajar sekalipun kantornya berada di kampus MIT.
Kontribusi Shannon yang berarti untuk ilmu komunikasi berasal dari dua
buah tulisannya yang membicarakan teori informasi. Kedua tulisannya itu dimuat
dalam Bell System Technical Journal yang terbit pada bulan Juli dan Oktober
1948. Louis Ridenous, seorang ahli fisika yang menjabat dekan fakultas
pascasarjana di Illinois tertarik membaca pikiran-pikiran Shannon, lalu
memperlihatkan kepada Wilbur Schramm yang ketika itu menjadi editor pada
University of Illinois Press.
Melalui Louis Ridenous itulah, Schramm meminta kepada Shannon untuk
memperkenalkan kedua tulisannya itu lewat bahasa populer dengan judul The
Mathematical Theory of Communication. Dari buku ini, Shannon
memperkenalkan suatu model komunikasi yang disebutnya model komunikasi
matematik. Model ini di kemudian hari banyak dikutip komunikasi dan dipandang
sebagai model komunil. yang dilukiskan secara visual. Sampai 1985, buku The
Theory of Communication telah dijual di atas 32.000 mandang sebagai model
komunikasi pertama Sampai 1985, buku The Mathematical
di atas 32.000 eksemplar.

Wilbur Schramm (Kesusastraan)


Lahir di Maretta, Ohio dalam tahun 1908. Memperoleh gelar master di
Harvard University dan doktor di bidang kesusastraan Amerika di University of
lowa pada 1932. Sesudah menyelesaikan studinya, Schramm mengajar di
universitas ini dalam mata pelajaran Creative Writing. Doktor Schramm
sebelumnya lebih banyak dikenal sebagai penulis fiksi. Salah satu cerita
pendeknya yang berjudul Windwagon Smith memperoleh penghargaan O'Henry
pada 1942.
Ketika Perang Dunia II pecah, Schramm bekerja
pada kantor penerangan angkatan perang Amerika
Serikat di Washington DC, di mana ia bertemu
Lasswell, Hovland, dan ahli-ahli sosial lainnya.
Empat tahun sesudah itu, Schramm pindah ke
University of Illinois dan mendirikan lembaga
pendidikan dan riset komunikasi. Di universitas ini,
Schramm untuk pertama kalinya menerima
mahasiswa program doktor dalam bidang
komunikasi pada 1950, di mana ia sendiri menjadi
dekannya.
Selama di Illinois, Schramm berhasil menerbitkan beberapa buku teks yang
menjadi bacaan mahasiswa, di antaranya Mass Communication (1949), The
Process and Effects of Mass Communion (1984) dan juga menerbitkan buku The
Mathematical Theory of Communication yang ditulis oleh Shannon dan Weaver.
Tanun 1956, Schramm pindah ke Stanford University dan mbangun lembaga
riset komunikasi seperti halnya di Illinois.
Berbeda dengan tokoh-tokoh pendahulu lainnya seperti ell, Hovland,
Lazarsfeld, dan Shannon yang datang dari omunikasi lalu kembali menekuni ke
bidangnya semula, Schramm yang tadinya berasal dari studi kesusastraan
mengabdi pada bidang komunikasi hingga akhir hayatnya tanggal 27 Desember
1987.
Bagi negara-negara yang sedang berkembang, Schramm memprakarsai
pengkajian komunikasi pembangunan dan kebi jaksanaan komunikasi yang
melahirkan gagasan kelompok pendengar radio siaran di India di tahun 1960-an.
Gagasan ini nantinya berkembang ke berbagai negara terutama di Asia dan
Amerika Latin. Doktor Schramm adalah orang pertama yang berbicara mengenai
kesenjangan arus informasi Utara-Selatan jauh sebelum masalah itu mendapat
perhatian internasional. Karyakarya Schramm menjadi rujukan buku pelajaran di
lembagalembaga pendidikan komunikasi hampir di semua negara di dunia,
termasuk Indonesia.
Schramm merupakan orang pertama yang menjalin kajian dari bidang-
bidang ilmu lain seperti psikologi sosial, antropologi, ilmu politik, ekonomi untuk
pengembangan studi komunikasi antarmanusia.

Everett M. Rogers (Sosiologi Pedesaan)


la datang dari disiplin lain lalu tertarik pada bidang
komunikasi dan menetap bekerja di bidang ini
seperti halnya Wilbur Schramm. Rogers meraih
gelar master di lowa State University, lalu
merencanakan untuk melanjutkan kuliah di bidang
komunikasi di University of Illinois. Tetapi karena
sesuatu hal, akhirnya Rogers memutuskan untuk
tetap tinggal di Ames dan melanjutkan studinya di
bidang sosiologi Jangan minor statistik. Rogers
berhasil meraih doktornya dalam hun 1957, pada
saat yang sama Schramm menamatkan doktor
ortama dalam bidang komunikasi di University of Illinois. Disertasi brors
membicarakan tentang difusi inovasi pertanian di antara para petani di sebuah
masyarakat pedesaan di lowa.

Sesudah ia meraih doktor, Rogers pindah ke Ohio State University sebagai


asisten profesor dalam mata pelajaran sosiologi pedesaan dengan spesialisasi
difusi inovasi. Di tempat inilah Rogers terlibat dalam berbagai riset komunikasi
yang banyak dilakukan secara lintasdepartemen. Tahun 1964, Rogers kemudian
pindah ke Michigan State University di mana ia bersamasama David K. Berlo
membina jurusan komunikasi. Berlo adalah doktor komunikasi angkatan pertama
yang ditamatkan Schramm di Illinois dalam tahun 1957.
Sampai tahun 1972 Rogers mengabdikan diri di Michigan State University,
kemudian pindah ke Standford University di mana ia menggantikan Schramm
sebagai ketua departemen komunikasi. Di universitas ini, Schramm menjadi
pengajar lebih satu dekade (1985), lalu pindah ke University of Southern
CaliTornia. Terakhir Rogers memimpin departemen komunikasi di University of
New Mexico di negara bagian selatan Amerika, sampai akhir hayatnya pada
2004.
Meski secara formal, Rogers berasal dari sosiologi, namun dapat dikatakan
perhatiannya sudah lebih banyak di bidang komunikasi. Ia telah menulis sekitar
25 buku komunikasi dalam berbagai aspek. Buku dan karya-karyanya yang lain
banya dijadikan sebagai bahan rujukan para mahasiswa tingkat doktoral di
berbagai Perguruan tinggi yang membina ilmu komunikasi. tulisannya jernih dan
jelas sehingga pola pikirnya mudah diikuti.
Dengan selesainya pembahasan kita tentang perkem komunikasi di
Amerika Serikat, maka rasanya tidak lengkan tidak ditampilkan para tokoh
komunikasi di Asia termasuk Indonesia yang telah banyak memberikan
sumbangsihnya dalam kemajuan ilmu komunikasi di benua ini.

Nora C. Quebral (Komunikasi)

Dr. Nora C. Quebral adalah seorang perintis


pendidikan Komunikasi Pembangunan untuk
negara-negara sedang berkembang di University of
the Philippines Los Banos. Ia tergolong sebagai
pakar yang cukup banyak memberikan pikiran
dalam pengembangan ilmu komunikasi. Tahun 2007
ia menjadi salah seorang penerima hadiah tertinggi
di bidang Media dan Komunikasi untuk Perempuan.
Dr. Quebral pada mulanya memperoleh gelar
sarjana bahasa Inggris di University of the Philippines (1950), Master of Science
(M.Sc.) dalam bidang Jurnalistik di University of Wisconsin-Madison (USA) 1956-
57, dan Doktor dalam bidang Komunikasi di University of Illinois (USA) atas
sponsor Rockefeller Foundation (1966). Kembali ke Filipina ia lalu mengajar dan
mengembangkan Institute of Development Communication University of the
Philippines, dan menjadi profesor emeritus sete mengabdi 27 tahun. Beberapa di
antara muridnya yang per belajar komunikasi da i Dr. Quebral adalah Dr.
Alexander G. F (Filipina), Diosnel Centurion (Paraguay), Hafied Canga
(Indonesia), Chan Ho Choi (Korea). Kini Dr. Nora memimpin su lembaga
konsultan komunikasi yang diberi nama Nora C. Que Development
Communication Centre, Inc., yang bergerak dalam berbagai proyek di bidang
Komunikasi Kesehatan, Komunikasi Lingkungan, dan Komunikasi Pertanian.
Astrid Sunarti Susanto (Sosiologi Komunikasi)

Astrid Sunarti Susanto biasa juga dikenal dengan


nama Astrid Susanto-Sunario, putri kedua mantan
Menteri Luar Negeri RI Prof. Mr. Sunario, S.H.,
lahir di Makassar, 4 Januari 1936, dan meninggal
13 April 2006 di Jakarta. Dr. Susanto memperoleh
gelar M. Phil. di University of Münster Jerman
(1960) dan Ph.D. dalam bidang Sosiologi
Komunikasi di Free University of Berlin (1964).
Dalam kariernya ia pernah menjadi Dekan Fakultas
Publisistik (Komunikasi), Padjajaran University,
Bandung (1971-1975), kemudian menjadi Guru Besar Sosiologi Komunikasi di
Universitas Indonesia (19762006), Kepala Biro Penerangan Ilmu Pengetahuan
dan Kebudayaan Bappenas (1974-1983), Asisten Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Negara (1983–1988), dan Anggota DPR RI (20022004). Era
1960-1970 Dr. Astrid mulai menulis buku-buku tentang Komunikasi yang banyak
menjadi acuan para mahasiswa komunikasi di Indonesia, di antaranya;
Komunikasi; Teori dan Frartek, Filsafat Komunikasi, dan Pendapat Umum. Ketika
ia menjabat sebagai anggota DPR ia sempat menulis beberapa buku di
antaranya The Mass Communication System in Indonesia (1974), Kebudayaan
Jayawijaya dalam Pembangunan Bangsa (Culture of Kabupaten Jayawijaya with
modernization process and traditional value system (1993). Pembangunan
masyarakat pedesaan: Suatu telaah analitis rakat Wamena, Irian Jaya (Study on
socio-culture of Dani and Einnic groups in the context of rural community
development in Wamena, Irian Jaya Province) (1994) Masyarakat In Memasuki
Abad ke Dua Puluh Satu (Social, political, and conditions of Indonesia in the 21st
century) (1999).

Muhammad Alwi Dahlan (Komunikasi)


Muhammad Alwi Dahlan lahir di Padang Sumatera
Barat, 15 Mei 1933. Ia me nyelesaikan pendidikan
dasarnya di Padang, lalu melanjutkan ke
Bukittinggi. Setelah menyelesaikan sekolah
menengah atasnya, ia masuk ke Fakultas Ekonomi
UI, Jakarta. Di Universitas Indonesia, Alwi
mengembangkan kegiatan penulisannya dalam
penerbitan kampus; ia menjadi pemimpin redaksi
Majalah “Forum” dan “Mahasiswa”. Pada 1958,
bersama teman-temannya, Emil Salim, Teuku
Jacob, Koesnadi Hardjasoemantri, dan Nugroho Notosusanto, ia mendirikan
Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia.
Alwi Dahlan yang masih merupakan kemenakan dari Usmar Ismail, tokoh
perfilman Indonesia, memiliki kegemaran menulis dan mengarang. Pada usia 16
tahun ia sudah aktif mengarang, antara lain, cerita pendek di mingguan nasional
"Mimbar Indonesia" dan majalah “Kisah" terbitan Jakarta. Ketika duduk di bangku
SMP, Alwi menerbitkan koran sekolahnya. Alwi pun menjadi koresponden untuk
majalah “Siasat" dan mengisi rubrik kebudayaan "Gelanggang" di majalah
tersebut. Di bangku SMA ia menulis
angkaian reportase perjalanan kaki menjelajahi pedalaman Alas, Cavn dan Aceh
untuk "Siasat". Ia pun aktif menulis dalam “Zenith", sebuah majalah kebudayaan
yang diterbitkan oleh "Mimbar Indonesia". Selama periode 1953-1958, Alwi
sempat menulis sembilan skenario film, antara lain., “Tiga Dara” “Harimau
Tjampa", film yang ditulisnya sebagai skenario berdasarkan cerita asli Usmar
Ismail, memperoleh penghargaan Festival Film Indonesia I sebagai skenario film
terbaik. Ia juga memperoleh penghargaan dari Festival Tilm Asia Pasifik untuk
balada pengiring yang memakai teknik randai Minang untuk film Usmar “Tamu
Agung”. Film “Jenderal Kancil" yang dikerjakan oleh Usmar Ismail dan dibintangi
oleh Achmad Albar, dibuat berdasarkan buku cerita anak-anak karangan Alwi
Dahlan yang berjudul “Pistol si Mancil”, terbitan Balai Pustaka.
Alwi berangkat ke AS pada 1958 sebelum sempat menyelesaikan studinya
di Fakultas Ekonomi, karena ia diundang oleh Organisasi Nasional Mahasiswa
AS (US National Student Association) dalam posisinya sebagai aktivis Ikatan
Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI). Pada 1961 ia menyelesaikan studi S-lnya di
American University, Washington, DC dan memperoleh gelar B.A. Selama
belajar di AS itu, Alwi harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan
keuangannya. Misalnya, ia pernah bekerja sebagai penjaga malam di gedung
Kedutaan Besar RI (KBRI) di Washington, DC. Ia melanjutkan studinya ke
Universitas Stanford dan mengambil gelar Master of Arts (M.A.) dalam bidang
Ilmu Komunikasi pada 1962. Pada 1967 Alwi meraih gelar doktor dalam ilmu
komunikasi dari Universitas Illinois di kota Urbana, Amerika Serikat, dan menjadi
orang Indonesia pertama yang memiliki gelar doktor dalam bidang tersebut. Ia
pernah menjabat sebagai Asisten Menteri Negara bidang Keserasian
Kependudukan dan Lingkungan, dan Bidang Kependudukan, di Kementerian
Lingkungan Hidup (1979-1993) serta Kepala BP-7 (Badan Pembinaan
Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila)
(1993-1998). Pada Juli 1997, ia dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang
Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, dan
pernah menjadi Menteri Penerangan dalam kabinet terakhir yang dipimpin oleh
Presiden Soeharto (Maret-21 Mei 1998). (Sumber : Wikipedia)

PERTANYAAN
1. Jelaskan komunikasi sebagai ilmu yang multidisplin?
2. Jelaskan komunikasi sebagai ilmu yang multidisplin menurut para ahli?

JAWABAN
1. Komunikasi sebagai ilmu yang multidisiplin yaitu komunikasi yang telah lama
menarik perhatian para ilmuan dari luar bidang komunikasi itu sendiri karena
perkembangan dimasyarakat yang begitu cepat terutama kemajuan dibidang
genetika dan teknologi komunikasi maupun dibidang-bidang lainnya.

2. Komunikasi sebagai ilmu multidisiplin menurut para ahli :


 John Dewey (Psikologi dan Filsafat)
Dewey adalah seorang ahli psikologi dan filsafat yang beraliran liberal. Selama ia
menjadi pengajar filsafat di University of Michigan (1884-1894), Dewey banyak
memberi pengaruh terhadap Cooley dan Park yang menjadi muridnya.
Sebagai pengajar dan peneliti, Dewey menginginkan adanya sebuah surat kabar
yang dapat memublikasikan hasil-hasil riset ilmu pengetahuan serta memperbaiki
masalah-masalah sosial. Meskipun surat kabar yang diinginkan Dewey tidak
pernah terwujud selama masa hidupnya, namun Dewey tidak sangsi akan
potensi surat kabar untuk membawa reformasi sosial. John Dewey tidak pernah
mundur dari cita-citanya terhadap perubahan sosial, terutama perhatiannya pada
surat kabar sebagai alat perubahan. Oleh karena itu, ada yang memandang
Dewey sebagai ahli filsafat pertama tentang ilmu komunikasi.

 Charles Horton Cooley (Sosiologi)


Lahir di Ann Arbor Michigan pada tahun 1864. Dalam hidupnya Cooley memiliki
sifat pemalu dan mempunyai hambatan dalam berbicara di depan orang banyak.
Ketika ia menjadi mahasiswa di University of Michigan. Ia lebih banyak diam dan
tampaknya sangat mementingkan diri sendiri. Sesudah studinya selesai, Cooley
mengabdikan diri pada almamaternya sampai ia pensiun dan meninggal pada
1920.

 Robert E. Park (Filsafat dan Sosiologi)

Menyelesaikan sarjana muda di University of Michigan pada 1887, kemudian


menjadi wartawan selama 11 tahun di Mineapolis, Detroit, Chicago dan New
York. Selama ia menjadi wartawan, Park mengembangkan kemampuan
analisisnya untuk mengamati perilaku manusia, khususnya perilaku menyimpang
pada masyarakat kota yang miskin. Ia juga mencoba melihat bagaimana tipe
jurnalistik yang memiliki kekuatan untuk menciptakan perubahan sosial di
Amerika Serikat.
 George Herbert Mead (Filsafat dan Psikologi)
Belajar filsafat di Harvard University kemudian menyelesaikan studi di Jerman.
Mead mendapat banyak pengaruh dari John Dewey, yang kemudian
mengajaknya pindah ke University of Chicago pada 1894. Meskipun Mead
mengajar di jurusan filsafat, namun semua calon doktor dalam bidang sosiologi
di universitas ini mengambil mata pelajaran Advanced Social Psychology yang
diajarkannya. Selama kurang lebih tiga puluh tujuh tahun mengajar di Chicago,
Mead tidak pernah menerbitkan buku kecuali melalui murid-muridnya diterbitkan
catatan-catatan kuliah yang pernah diajarkan di kelas dan diberi judul Mind, Self,
and Society (1934).

 Kurt Lewin (Psikologi)

Lewin adalah seorang ilmuwan Jerman keturunan Yahudi, mengajar di


Universitas Berlin dalam bidang psikologi. Ia sebagai korban anti Yahudi dari
Nazi Hitler dan melarikan diri ke Amerika Serikat pada 1933, kemudian masuk di
University of Iowa. Di universitas ini, Lewin menjadi profesor yang menarik
perhatian mahasiswa tingkat doktoral. Ia adalah seorang guru yang ceria dengan
kepribadian yang menarik, sehingga menjadi idola mahasiswanya. Wilbur
Schramm yang waktu itu juga ada di University of Iowa mengingatnya kalau
Lewin berdiri di muka papan tulis dengan wajah menantang mahasiswanya.

 Nobert Weiner (Matematika)


Lahir di Missiouri, Amerika Serikat dalam tahun 1894. Putra seorang profesor
bahasa Slavic di Harvard University. Sang Profesor mengharapkan putranya
menjadi intelektual dan ternyata harapannya itu terkabul dengan keberhasilan
Weiner meraih gelar doktor di Harvard University dalam usia 19 tahun.
Disertasinya tentang bungan antara Matematika dan Filsafat. Sesudah itu Weiner
mengambil post doctoral di University of Cambridge di bimbingan Bertrand
Russel, kemudian bekerja di Gottingen dan Kopenhagen.

 Harold D. Lasswell (Ilmu Politik)


Ia lahir di Donnelson—Illinois (AS) pada 1902. Pada usia 16 tahun Lasswell
menjadi mahasiswa di University of Chicago, di mana pikiran-pikirannya banyak
dipengaruhi oleh John Dewey, George Herbert Mead, dan Robert Park. Banyak
orang mengakui Lasswell adalah sarjana politik.
Tetapi pengakuan itu agaknya kurang tepat, sebab Lasswell tidak hanya
menguasai ilmu politik, melainkan lebih dari itu. Ia dikenal sebagai ahli ilmu sosial
Amerika pertama yang tertarik pada bidang psikoanalisis, serta belajar ilmu
pengobatan dari Theodre Reik di Berlin.
 Carl Hovland (Psikologi Eksperimen)
Berbeda dengan pelopor-pelopor komunikasi lainnya yang banyak mendapat
pengaruh dari Eropa, Carl Hovland dapat dikatakan murni Amerika. Ia meraih
gelar doktor dalam bidang psikologi eksperimen di Yale University, di mana ia
menjadi anak didik dari Clark Hull.
Dalam usia 31 tahun, Hovland telah banyak menulis artikel yang dimuat dalam
jurnal-jurnal psikologi yang terkenal. Namun kariernya jadi lain ketika Perang
Dunia II meletus. Hovland dipanggil bekerja pada kantor penerangan angkatan
perang Amerika di Washington dengan tugas mempelajari pengaruh film
terhadap moral tentara.

 Paul F. Lazarsfeld (Matematika dan Sosiologi)


Lahir pada 1901 dan meninggal dalam usia 75 tahun. Lazarsfeld memperoleh
gelar doktor matematika dari University of Vienna di Austria pada1920, lalu ia
mengajar di universitas tersebut dan memimpin lembaga penelitian ilmu sosial.
Oleh karena itu, Lazarsfeld lebih banyak dikenal sebagai pakar sosiologi.
Seperti halnya Kurt Lewin, Lazarsfeld juga adalah ilmuwan keturunan Yahudi
yang dicari oleh Hitler ketika Austria jatuh di tangan Nazi Jerman. la
meninggalkan Austria pada 1933 lalu menjadi direktur riset radio di Princeton
yang dibiayai yayasan Rockefeller.

 Claude E. Shannon (Elektronika)


Lahir dalam tahun 1916 di sebuah kota kecil Petrosky Michigan. Ia memperoleh
gelar sarjana muda di kampungnya Michigan, lalu melanjutkan pelajarannya
sampai memperoleh gelar doktor di MIT. Di universitas ini Shannon pernah
menjadi salah seorang murid dari Nobert Weiner pada awal 1930-an.
Tetapi Weiner sendiri mengakui bahwa meskipun Shannon menjadi muridnya,
namun ia tidak begitu banyak berhubungan dengan Shannon selama ia berada
di MIT. Shannon sebagai sarjana elektronika lebih banyak menghabiskan wa
tunya di laboratorium elektronik Bell hingga 1956. Ia adalah seor pekerja yang
senantiasa menginginkan kesempurnaan dan tidai, suka dipublikasikan.
Shannon senantiasa menghindari pengakuan terhadap apa yang telah
dilakukannya, tidak suka menjawab suratsurat yang ditujukan padanya dan tidak
suka mengajar sekalipun kantornya berada di kampus MIT.

 Wilbur Schramm (Kesusastraan)


Lahir di Maretta, Ohio dalam tahun 1908. Memperoleh gelar master di
Harvard University dan doktor di bidang kesusastraan Amerika di University of
lowa pada 1932. Sesudah menyelesaikan studinya, Schramm mengajar di
universitas ini dalam mata pelajaran Creative Writing. Doktor Schramm
sebelumnya lebih banyak dikenal sebagai penulis fiksi. Salah satu cerita
pendeknya yang berjudul Windwagon Smith memperoleh penghargaan O'Henry
pada 1942.
 Everett M. Rogers (Sosiologi Pedesaan)
la datang dari disiplin lain lalu tertarik pada bidang komunikasi dan menetap
bekerja di bidang ini seperti halnya Wilbur Schramm. Rogers meraih gelar master
di lowa State University, lalu merencanakan untuk melanjutkan kuliah di bidang
komunikasi di University of Illinois. Tetapi karena sesuatu hal, akhirnya Rogers
memutuskan untuk tetap tinggal di Ames dan melanjutkan studinya di bidang
sosiologi Jangan minor statistik. Rogers berhasil meraih doktornya dalam hun
1957, pada saat yang sama Schramm menamatkan doktor ortama dalam bidang
komunikasi di University of Illinois. Disertasi brors membicarakan tentang difusi
inovasi pertanian di antara para petani di sebuah masyarakat pedesaan di lowa.

 Nora C. Quebral (Komunikasi)

Dr. Nora C. Quebral adalah seorang perintis pendidikan Komunikasi


Pembangunan untuk negara-negara sedang berkembang di University of the
Philippines Los Banos. Ia tergolong sebagai pakar yang cukup banyak
memberikan pikiran dalam pengembangan ilmu komunikasi. Tahun 2007 ia
menjadi salah seorang penerima hadiah tertinggi di bidang Media dan
Komunikasi untuk Perempuan. Dr. Quebral pada mulanya memperoleh gelar
sarjana bahasa Inggris di University of the Philippines (1950), Master of Science
(M.Sc.) dalam bidang Jurnalistik di University of Wisconsin-Madison (USA) 1956-
57, dan Doktor dalam bidang Komunikasi di University of Illinois (USA) atas
sponsor Rockefeller Foundation (1966). Kembali ke Filipina ia lalu mengajar dan
mengembangkan Institute of Development Communication University of the
Philippines, dan menjadi profesor emeritus sete mengabdi 27 tahun. Beberapa di
antara muridnya yang per belajar komunikasi da i Dr. Quebral adalah Dr.
Alexander G. F (Filipina), Diosnel Centurion (Paraguay), Hafied Canga
(Indonesia), Chan Ho Choi (Korea). Kini Dr. Nora memimpin su lembaga
konsultan komunikasi yang diberi nama Nora C. Que Development
Communication Centre, Inc., yang bergerak dalam berbagai proyek di bidang
Komunikasi Kesehatan, Komunikasi Lingkungan, dan Komunikasi Pertanian.
 Astrid Sunarti Susanto (Sosiologi Komunikasi)
Astrid Sunarti Susanto biasa juga dikenal dengan nama Astrid Susanto-Sunario,
putri kedua mantan Menteri Luar Negeri RI Prof. Mr. Sunario, S.H., lahir di
Makassar, 4 Januari 1936, dan meninggal 13 April 2006 di Jakarta. Dr. Susanto
memperoleh gelar M. Phil. di University of Münster Jerman (1960) dan Ph.D.
dalam bidang Sosiologi Komunikasi di Free University of Berlin (1964). Dalam
kariernya ia pernah menjadi Dekan Fakultas Publisistik (Komunikasi), Padjajaran
University, Bandung (1971-1975), kemudian menjadi Guru Besar Sosiologi
Komunikasi di Universitas Indonesia (19762006), Kepala Biro Penerangan Ilmu
Pengetahuan dan Kebudayaan Bappenas (1974-1983), Asisten Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Negara (1983–1988), dan Anggota DPR RI
(20022004). Era 1960-1970 Dr. Astrid mulai menulis buku-buku tentang
Komunikasi yang banyak menjadi acuan para mahasiswa komunikasi di
Indonesia, di antaranya; Komunikasi; Teori dan Frartek, Filsafat Komunikasi, dan
Pendapat Umum. Ketika ia menjabat sebagai anggota DPR ia sempat menulis
beberapa buku di antaranya The Mass Communication System in Indonesia
(1974), Kebudayaan Jayawijaya dalam Pembangunan Bangsa (Culture of
Kabupaten Jayawijaya with modernization process and traditional value system
(1993). Pembangunan masyarakat pedesaan: Suatu telaah analitis rakat
Wamena, Irian Jaya (Study on socio-culture of Dani and Einnic groups in the
context of rural community development in Wamena, Irian Jaya Province) (1994)
Masyarakat In Memasuki Abad ke Dua Puluh Satu (Social, political, and
conditions of Indonesia in the 21st century) (1999).

 Muhammad Alwi Dahlan (Komunikasi)


Muhammad Alwi Dahlan lahir di Padang Sumatera Barat, 15 Mei 1933. Ia me
nyelesaikan pendidikan dasarnya di Padang, lalu melanjutkan ke Bukittinggi.
Setelah menyelesaikan sekolah menengah atasnya, ia masuk ke Fakultas
Ekonomi UI, Jakarta. Di Universitas Indonesia, Alwi mengembangkan kegiatan
penulisannya dalam penerbitan kampus; ia menjadi pemimpin redaksi Majalah
“Forum” dan “Mahasiswa”. Pada 1958, bersama teman-temannya, Emil Salim,
Teuku Jacob, Koesnadi Hardjasoemantri, dan Nugroho Notosusanto, ia
mendirikan Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia.
Alwi Dahlan yang masih merupakan kemenakan dari Usmar Ismail, tokoh
perfilman Indonesia, memiliki kegemaran menulis dan mengarang. Pada usia 16
tahun ia sudah aktif mengarang, antara lain, cerita pendek di mingguan nasional
"Mimbar Indonesia" dan majalah “Kisah" terbitan Jakarta. Ketika duduk di bangku
SMP, Alwi menerbitkan koran sekolahnya. Alwi pun menjadi koresponden untuk
majalah “Siasat" dan mengisi rubrik kebudayaan "Gelanggang" di majalah
tersebut. Di bangku SMA ia menulis.

Anda mungkin juga menyukai