Anda di halaman 1dari 9

NAMA : MUHAMMAD ALWI

NIM : 06520200264
KELAS : C2
TUGAS : RESUME 5 PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

BAB IV
MODEL KOMUNIKASI

Model komunikasiadalah gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang


memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen
lainnya.Menurut Sereno dan Mortensen, suatuModel komunikasimerupakan deskripsi
ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Suatu model
merepresentasikan secara abstrak ciri-ciri penting dan menghilangkan rincian komunikasi
yang tidak perlu dalam “dunia nyata”.

Model ialah suatu gambaran yang sistemtis dan abstrak, di mana menggambarkan
potensi-potensi tertentu yang berkaitan dengan berbagai aspek dari sebuah proses
(Book,1980).

Ada juga yang menggambarkan model sebagai cara untuk menunjukkan sebuah
objek, di mana di dalamnya dijelaskan kompleksitas suatu proses, pemikiran, dan
hubungan antara unsur-unsur yang mendukungnya.

Model dibangun agar kita dapat mengidentifikasi, menggambarkan atau


mengkategorisasikan komponen-komponen yang relevan dari suatu proses. Sebuah model
dapat dikatakan sempurna, jika ia mampu memperlihatkan semua aspek-aspek yang
mendukung terjadinya sebuah proses. Misalnya, dapat melakukan spesifikasi dan
menunjukkan kaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya dalam suatu
proses, serta keberadaanya dapat ditunjukkan secara nyata.

Secara garis besar model dapat dibedakan atas dua macam, yakni model
operasional dan model fungsional. Model operasional menggambarkan proses dengan
cara melakukan pengukuran dan proyeksi kemungkinan-kemungkinan operasional, baik
terhadap iuran ataupun faktor-faktor lain yang memengaruhi jalannya suatu proses.
Sementara itu, model fungsional berusaha menspesifikasi hubungan-hubungan tertentu di
antara berbagai unsur dari suatu proses serta menggenerilisasinya menjadi hubungan-
hubungan baru. Model fungsional banyak digunakan dalam pengkajian ilmu
pengetahuan, utamanya ilmu pengetahuan yang menyangkut tingkah laku manusia
(behavior scince).

Komunikasi sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam


berkomunikasi, juga dapat digambarkan dalam berbagai macam model. Model
komunikasi dibuat untuk membantu dalam memberi pengertian tentang komunikasi, dan
juga untuk menspesifikasi bentuk-bentuk komunikasi yang ada dalam hubungan
antarmanusia.

Selain dari itu, model juga dapat membantu untuk memberi gambaran fungsi
komunikasi dari segi alur kerja, membuat hipotesis riset dan juga untuk memenuhi
perkiraan-perkiraanpraktis dalam strategi komunikasi.

Meski sudah banyak model komunikasi yang dibuat untuk memudahkan


pemahaman terhadap proses komunikasi, tetapi para pakar komunikasi sendiri mengakui
bahwa tidak ada satupun model komunikasi yang paling sempurna, melainkan saling isi
mengisi satu sama lainnya.

Model Analisis Dasar Komunikasi

Model ini dinilai sebagai model klasik atau model pemula komunikasi yang
dikembangkan sejak Aristoteles, kemudian Lasswell hingga Shannon Weaver.

Aristoteles yang hidup pada saat komunikasi retorika sangat berkembang di


Yunani, terutama keterampilan orang mebuat pidato pembelaan di muka pengadilan dan

rapat-rapat umum yang diihadiri oleh rakyat. Atas dasar itu, Aristoteles membuat model
komunikasi yang terdiri atas tiga unsur, yakni:

Gambar Model Dasar Komunikasi

Model komunikasi yang dibuat Aristoteles belum menempatkan unsur media dalam
proses komunikasi. Hal ini bisa dimengerti, karena retorika pada masa Aristoteles
merupakan seni keterampilan komunikasi yang sangat populer. Media seperti surat kabar,
radio, dan televise belum tersedia.

Model dasar komunikasi yang dibuat Aristoteles telah memengaruhi Harold


D.Lasswell, seorang sarjana politik Amerika yang kemudian membuat model komunikasi
yang dikenal dengan formula Lasswell (1948).
Gambar Model Komunikasi oleh Lasswell

Kalo pertanyaan Lasswell divisualisasi dengan gambar, dapat dinilai sebagai model
komunikasi, sebab komponen-komponen yang membangun cukup signifikan. Di sini
Lasswell melihat bahwa suatu proses komunikasi selalu mempunyai efek atau pengaruh.
Oleh karena itu, tidak mengherankan kalo model Lasswell ini banyak menstimuli riset
komunikasi, khususnya di bidang komunikasi massa dan komunikasi politik.

Kritik-kritik yang kemudian muncul terdapat model ini, umumnya melihat bahwa
model Lasswell terlalu menekankan pengaruh pada khalayak, sehingga mengabaikan
faktor tanggapan balik. Satu-satunya pembelaan untuk Lasswell ialah para pakar menilai
bahwa model ini mencerminkan masanya ketika ia diformulasikan. Pada masa itu media
massa radio berhasil dimanfaatkan sebagai alat propaganda oleh pihak-pihak yang terlibat
dalam Perang Dunia Kedua seperti Amerika, Jerman, dan Jepang.

Tahun 1949, dua orang insinyur listrik yakni Claude E. Sannon dan Weaver,
berhasil menerbitkan buku The Mathematical Theory Of Communication atas dana
Rockefeller tronik Bell ini, mencoba mendiskusikan sebuah model komunikasi yang
nantinya banyak memberi pengaruh terhadap peneliti-peneliti komunikasi.

Dalam studi yang mereka lakukan, kedua toko ini tertarik pada hal-hal yang
berkaitan dengan pengiriman pesan melalui saluran-saluran elektronik seperti telepon dan
radio dari segi tehnik, mereka menanyakan berapa banyak signal (pesan) yang bisa
dipancarkan pada titik maksimum secara cermat dan teliti. Juga ditanyakan seberapa
banyak signal yang rusak karena gangguan selama proses pengiriman sampai kepada
penerima.

Gambar Model Komunikasi oleh Shannon dan Weaver

Sementara itu, dari segi bahasa, mereka juga menyelidiki bagaimana ketepatan
signal yang dipancarkan itu sesuai dengan arti yang sebernarnya, sehingga penerima
memperoleh pesan secata sempurna. Model komunikasi yang dibuat oleh kedua insiyur
ini seperti pada gambar diatas.

Pada gambar tersebut menjukkan proses komunikasi dimulai dari sumber yang
menciptakan pesan, kemudian ditransmit melalui saluran kawat atau gelombang udara.
Pesan ditangkap oleh pesawat penerima yang merekonstruksi kembali sinyal itu sampai
kepada tujuannya (destination). Tujuan di sini adalah penerima yang menjadi sasaran
pesan.

Dalam proses komunikasi yang digambarkan Shannon, salah unsur yang cukup
penting ialah gangguan (noise). Gangguan di sini menunjukkan adanya rintangan yang
terjadi pada saluran, sehingga menghasilkan pesan yang berbeda seperti yang ditransmit
oleh sumber. Misalnya suara gesekan di radio atau terlalu banyak bunyi yang bordering di
telepon sehingga pendengar menerima pesan tidak sempurna.

Gangguan-gangguan seperti in dapat menyebabkan kegagalan komunikasi. Oleh


karena itu, Shannon and Weaver menyarankan, bahwa untuk berhasilnya proses
komunikasi yang sempurna, sebaiknya semua gangguan diatasi lebih dulu sebelum proses
komunikasi berlangsung.

Untuk mengukur kecermatan sinyal yang bisa ditransmit secara maksimum,


Shannon and Weaver memperkenalkan konsep redundancy dan entropy yang diukurnya
secara kuantitaif.

Redundancy adalah pengulangan kata untuk membumbui pembicaraan lewat radio


atau telepon akan menyebabkan rendahnya entropy. Artinya ketepatan signal (pesan)
yang dikirim melalui kawat atau gelombang udara akan berkurang. Namun, konsep
redundancy dan entropy dari Shannon dan Weaver tentu saja tidak dapat dilihat dari sisi
ketepatan arti signal, tetapi juga harus dilihat dari sisi lain. Mengulangi, menambah atau
membumbu-bumbui pembicaraan mengandung makna untuk memperkaya seni bahasa.
Bahasa yang indah dapat membangkitkan rasa persaudaraan yang lebih akrab. Demikian
pandangan para pakar bahasa.

Meski model komunikasi matematik ini sebelumnya dinilai sebagai model


komunikasi linear untuk keperluan jaringan telekomunikasi, tetapi makin lama makin
diakui bahwa model ini dapat diterapkan dalam proses komunikasi antarmanusia (Miller
dan Cherry dalam Schramm, 1971). Bahkan Johnson dan Klare (1961) mengakui bahwa
model komunikasi yang dibuat oleh Shannon dan Weaver telah memberi motivasi di
kalangan ilmuan di bidang komunikasi dan juga ilmu sosial lainnya untuk merumuskan
pemikiran mereka dalam bentuk model.

Dari tiga model analisis dasar komunikasi yang dikemukakan di atas, diperoleh
kesan bahwa semua model tersebut memiliki sifat saru arah (linier), serta terlalu menekan
peranan sumber dan media.

Model Proses Komunikasi


Gambar Model Komunikasi oleh Osgood dan Schramm

Salah satu model yang banyak digunakan untuk menggambarkan proses


komunikasi adalah model sirkular yang dibuat oleh Osgood bersama Schramm (1954).
Kedua tokoh ini mencurahkan perhatian mereka pada peranan sumber dan penerima
sebagai pelaku utama komunikasi. Sebagaimana ditunjukkan pada gambar di atas.
Model ini menggambarkan komunikasi sebagai proses yang dinamis, di mana pesan
ditransmit melalui proses encoding dan decoding. Encoding adalah translasi yang
digunakan oleh sumber atas sebuah pesan, dan decoding adalah translasi yang dilakukan
oleh penerima terhadap pesan yang berasal dari sumber. Hubungan antara encoding dan
decoding adalah hubungan antara sumber dan penerima secara stimulan dan saling
memengaruhi satu sama lain.
Sebagai proses yang dinamis, interpreter pada model sirkular ini bisa berfungsi
ganda sebagai pengirim dan penerima pesan. Pada tahap awal, sumber berfungsi sebagai
encoder dan penerima sebagai decoder. Tetapi pada tahap berikutnya penerima berfungsi
sebagai pengirim (encoder) dan sumber sebagai penerima (decoder), dengan kata lain
sumber pertama akan menjadi penerima kedua dan penerima pertama akan berfungsi
sebagai sumber kedua, dan seterusnya.
Jika dalam model komunikasi matematik Shannon dan Weaver melihat proses
komunikasi berakhir setelah tiba pada tujuan (destination), maka dalam model sirkular
justru Osgood dan Schramm melihat proses itu berlangsung secara terus-menerus
(simultan). Pelaku komunikasi baik sumber maupun penerima dalam model ini
mempunyai kedudukan yang sama. Oleh karena itu, proses komunikasi dapat dimulai dan
berakhir di mana da kapan saja.

Model Komunikasi Partisipasi

D.Lawrence Kincaid dan Everett M.Rogers mengembangkan sebuah model


komunikasi berdasarkan prinsip pemusatan yang dikembangkan dari teori informasi dan
sibernetik. Model ini muncul setelah melihat berbagai kelemahan model komunikasi satu
arah yang telah mendominasi berbagai riset komunikasi sebelumnya.
Teori sibernetik melihat komunikasi sebagai suatu sistem di mana semua unsur
saling bermain dan mengatur dalam memproduksi luaran. Keberhasilan teori ini telah
ditunjukkan dalam merakit berbagai macam teknologi canggih seperti komputer, radar
dan peluru kendali jelajah.
Dalam konteks komunikasi antar manusia, Kincaid mencoba berpijak dari konsep
sibernatik dengan melihat komunikasi sebagai suatu proses yang memiliki kecenderungan
bergerak ke arah suatu titik temu (convergence). Dengan kata lain, komunikasi adalah
suatu proses di mana dua orang atau lebih saling menukar informasi untuk mencapai
kebersamaan pengertian satu sama lainnya dalam situasi di mana mereka berkomunikasi.
Saling pengertian ini adalah kombinasi estimasi seseorang dengan orang lain terhadap
suatu pesan.
Komunikasi sebagai suatu proses yang memusat menuju kea rah pengertian
bersama, menurut Kincaid dapat dicapai meski kebersamaan pengertian pada suatu objek
atau pesan tidak pernah sempurna secara penuh. Hal ini disebabkan karena tidak pernah
ada dua orang yang memiliki pengalaman yang sama betul. Antara mereka dapat dicapai
kebersamaan pengertian melalui pendekatan yang lebih erat, yakni dengan toleransi pada
tingkat yang lebih tinggi.

Gambar Model Komunikasi Konvergensi oleh Kincaid dan Rogers

Model komunikasi yang terlihat pada gambar di atas mencerminkan sifat memusat
yang terjadi dari pertukaran informasi yang melingkar (cyclical).

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa proses komunikasi dimulai “dan
kemudian….” Yang mengingatkan kepada kita bahwa sesuatu telah terjadi sebelum kita
mulai mengamati suatu kejadian.

Pelaku A mungkin saja mempertimbangkan kejadian ini atau sebaliknya sebelum ia


melakukan komunikasi (1.1) dengan B. informasi yang diciptakan dan dikirim oleh A
tadi, kemudian dipersepsi oleh B. Reaksi B terhadap informasi itu dilanjutkan (1.2)
sebagai informasi baru kepada A, lalu dikirim lagi (1.3) kepada B dengan topik yang
sama. B yang menerima informasi ini, kemudian melanjutkan (1.4) sampai keduanya
mencapai kesamaan pengertian terhadap objek yang dibicarakan itu.

Dalam proses komunikasi yang memusat, setiap pelaku berusaha menafsirkan dan
memahami informasi yang diterimanya dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, pelaku
komunikasi dapat memberi reaksi atau menyampaikan hasil pikirannya dengan baik
kepada orang lain. Oleh karena itu, dalam model ini tidak ditemukan arah panah yang
menunjukkan unit informasi yang berdiri sendiri dari mana dank e arah mana, melainkan
informasi itu dibagi oleh para pelaku komunikasi sampai diperoleh kepuasan atas
pengertian bersama terhadap suatu persoalan. Sekarang komunikasi tidal lagi dipandang
aliran informasi searah, melainkan suatu proses yang interaktif, menyatu, dan partisipatif.
Kata Hernando Gonzales (1985).

Jika model-model komunikasi yang dikemukakan di atas ingin dibandingkan satu


sama lainnya, maka pandangan para pakar komunikasi terakhir melihat bahwa ada
perbedaan orientasi pada model-model komunikasi yang telah ada, yakni model
komunikasi kontemporer (paradigm baru) yang meberi tekanan pada khalayaknya dan
bersifat dua arah (dialogis), interaktif (saling memengaruhi) dan saling membagi yang
mengarah pada saling pengertian (mutual understanding). Sedangkan model komunikasi
yang berdasar paradigma lama, memberi tekanan pada sumber sebagai pelaku yang
dominan, satu arah dan berusaha memengaruhi khalayak dengan metode persuasi
propaganda. Jelasnya, dalam komunikasi yang multidimensional semua elemen berada
dalam posisi sama untuk dapat memengaruhi dan dipengaruhi.

Komunikasi selain dapat dilihat dari berbagai dimensi, maka komunikasi dapat
dilihat dari berbagai perspektif, di antaranya dari perspektif perilaku (behavioristic
perspective), perspektif transmisi (transmissional perspective), perspektif interaksional
(interactional perspective) dan perspektif transaksional (transactional perspective).

Dari persepktif perilaku, komunikasi memberi tekanan pada rangsangan (stimuli)


yang dibuat oleh sumber dan reaksi (response) yang diberikan oleh penerima. Kajian
komunikasi di sini banyak memakai pendekatan psikologi, yang mempelajari tentang
cara-cara bagaimana individu dipengaruhi oleh pesan.

Perspektif transmisi memandang komunikasi sebagai suatu pengalihan informasi


dari sumber kepada penerima. Model yang digunakan di sini sifatnya linier (satu arah)
dan bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Persepektif transmisi memberi tekanan
pada peranan media serta waktu yang digunakan dalam menyalurkan informasi.

Pespektif interaksi menekankan bahwa komunkator atau sumber memberi respon


secara timbal balik pada komunkator lainnya. Proses komunikasi di sini melingkar
(sirkular) dengan adanya mekanisme umpan balik yang saling memengaruhi (interplay)
antara sumber dan penerima.

Perspektif transaksional memberi tekanan pada proses dan fungsi untuk berbagai
dalam hal pengetahuan dan pengalaman. Komunikasi di sini dimaksudkan sebagai suatu
proses di mana semua peserta iktu aktif secara dinamis dalam memenuhi fungsi sosialnya
sebagai anggota masyarakat.

Keempat perspektif ini menempatkan komunikasi secara tegas sebagai ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dalam berkomunikasi, apakah ini dilakukan secara
langsunng (tatap muka) atau dengan perantaraan media.
Dari berbagai model dasar komunikasi yang telah dikemukakan di atas, kini makin
banayk model komunikasi yang muncul seiring dengan perkembangan disiplin ilmu
komunikasi itu sendiri. Misalnya ada model komunikasi antarprobadi, model komunikasi
kelompok, model komunikasi massa, model komunikasi penyuluhan, model komunikasi
antaretnik/budaya, model komunikasi organisasi dan sebagainya. Hanya saja perlu
diketahui, jika kita tidak memahami tipe komunikasi sejak awal, maka model-model
komunikasi yang makin banyak ragamnya bisa menimbulkan kekacauan. Apalagi
pendidikan komunkasi pada awalnya didominasi komunikasi massa yang mengajarkan
jurnalistik dan opini public, akhirnya model-model dan teori komunikasi yang diajarkan
didominasi oleh model dan teori komunikasi massa, yakni surat kabar, radio, film, dan
televise.

Tapi dengan perkembangan ilmu komunikasi yang makin pesat, maka model
komunikasi juga makin bisa dipilah, yakni mulai dari model dasar komunikasi yang
menggambarkan hubungan antaramanusia, kemudian berkembang dalam bentuk model
komunkasi kelompok, komunikasi massa, komunikasi organisasi, komunikasi
antaretnik/budaya, dan sebagainya. Kini model komunikasi makin berkembang dari
perspektif lain, dengan munculnya model komunikasi linier, model komunikasi
interaksional, dan model komunikasi transaksional.

PERTANYAAN

1. Jelaskan apa yang di maksud dengan model komunikasi?


2. Jelaskan model komunikasi yang dibuat aristoteles?
3. Apa yang dimaksud dengan teori sibernetik dlam proses model komunikasi?
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan redundancy?

JAWABAN
1. Model Komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang
memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya.

2.
PEMBICARA PESAN PENDENGAR

Model Komunikasi yang di bunakan oleh Aristoteles pada dasarnya adalah model
komunikasi paling klasik, model ini disebut model retoris (rhetorical model). Ada 3
unsur utama komunikasi yaitu pembicara (speaker), pesan (message), dan pendengar
(listener).

3. Teori sibernatik dengan melihat komunikasi adalah sebagai suatu proses yang
memiliki kecenderungan bergerak ke arah suatu titik temu (convergence). Dengan
kata lain, komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih saling
menukar informasi untuk mencapai kebersamaan pengertian satu sama lainnya dalam
situasi di mana mereka berkomunikasi.

4. Redundancy adalah pengulangan kata untuk membumbui pembicaraan lewat radio


atau telepon akan menyebabkan rendahnya entropy. Artinya ketepatan signal (pesan)
yang dikirim melalui kawat atau gelombang udara akan berkurang. Namun, konsep
redundancy dan entropy dari Shannon dan Weaver tentu saja tidak dapat dilihat dari
sisi ketepatan arti signal, tetapi juga harus dilihat dari sisi lain.

Anda mungkin juga menyukai