Anda di halaman 1dari 9

BAHAN AJAR

MODEL KOMUNIKASI KBEIJAKAN


(PERTEMUAN 2)

Nama Mata Kuliah : Advokasi dan Pemberdayaan


Masyarakat

Kode Mata Kuliah : ADK020

Semester : 4

SKS : 2

Penyusun/Tim Penyusun:
NABELA PUTRI YANUARI, S.K.M., M.K.M

Program Studi Administrasi Kesehatan


Fakultas Teknologi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Siber Muhammadiyah
2023
MODEL KOMUNIKASI KEBIJAKAN
KESEHATAN
[Mahasiswa mampu memahami konsep komunikasi
kebijakan kesehatan]

PENDAHULUAN
A. Pengantar
Mahasiswa untuk dapat memahami konsep komunikasi kebijakan kesehatan yang
baik maka memerlukan pemahaman yang baik mengenai model komunikasi
kebijakan.
B. Capaian Pembelajaran
C. Mahasiswa menguasai dasar / prinsip ilmu pelaksanaan
program/kebijakan/pelayanan dibidang kesehatan (CPL 2)
D. Sub Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami konsep komunikasi kebijakan kesehatan
E. Deskripsi Singkat
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada
komunikan dengan maksud bahwa apapun tujuan pesan yang disampaikan dapat
berpengaruh terhadap komunikan sehingga tujuannya dapat tercapai.
URAIAN MATERI
A. Pendahuluan
Pada pertemuan ini mahasiswa akan diajak untuk memahami tentang model
komunikasi.

B. Sub Materi Pertemuan 1 : Model Komunikasi


DEFINSI
Model komunikasi adalah gambaran sederhana dari proses komunikasi yang
memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen
lainnya. Menurut Sereno dan Mortensen, suatu model komunikasi merupakan
deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi.
John Fiske (1990) menyebut ada dua mazhab utama yang tercermin dalam model
komunikasi.
1. Transmisi Pesan
Mazhab pertama melihat komunikasi sebagai transmisi pesan.
Mazhab ini tertarik dengan bagaimana pengirim dan penerima
mengkonstruksi pesan (encode) dan menerjemahkannya (decode), dan
dengan bagaimana transmiter menggunakan saluran dan media komunikasi.
2. Produksi dan pertukaran makna
Mazhab kedua melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna.
Hal ini berkenaan dengan bagaimana pesan berinteraksi dengan orang-orang
dalam menghasilkan makna.

Fungsi Model Komunikasi


Menurut Gardon Wiseman & Barker, ada tiga fungsi model komunikasi:
1. Melukiskan proses komunikasi.
2. Menunjukkan hubungan visual.
3. Membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi.
Deutsch (1966) menyebutkan empat fungsi model:
1. Organizing function: mengorganisasikan suatu hal dengan mengurutkan serta
mengkaitkan satu bagian/sistem dengan bagian lain sehingga mendapat
gambaran menyeluruh.
2. Explaining: membantu menjelaskan tentang suatu hal melalui penyajian
sederhana.
3. To predict: sebuah model memungkinkan kita untuk memprediksi outcome,
akibat, yang akan dicapai dari suatu peristiwa.
4. Heuristic: melalui model akan mengetahu hal secara keseluruhan dari
gambaran komponen pokok dari sebuah proses atau sistem.

JENIS – JENIS MODEL KOMUNIKASI


Banyak ahli merumuskan model komunikasi. Dari berbagai model yang telah
dirumuskan, model komunikasi diklasifikasikan ke dalam tiga jenis model, yaitu
model komunikasi linear, model komunikasi transaksional, dan model komunikasi
interaksional.
1. Model komunikasi linear
Model komunikasi linear adalah model komunikasi yang sangat sederhana dan
menggambarkan komunikasi berlangsung secara satu arah. Arus pesan
digambarkan bersifat langsung dari pengirim pesan ke penerima pesan. Dalam
model komunikasi linear tidak terdapat konsep umpan balik dan penerima
pesan bersifat pasif dalam menerima pesan. Model komunikasi yang merujuk
pada model komunikasi linear diantaranya adalah model komunikasi
Aristoteles, model komunikasi Lasswell, model komunikasi SMCR Berlo, dan
model komunikasi Shannon dan Weaver.
a. Model Komunikasi Aristoteles
Aristoteles menerangkan tentang model komunikasi dalam bukunya
Rhetorica, bahwa setiap komunikasi akan berjalan jika terdapat 3
unsur utama : Pembicara (speaker), Pesan (message), dan Pendengar
(listener). Model ini lebih berorientasi pada pidato. Terutama pidato

untuk mempengaruhi orang lain.

b. Model Komunikasi Lasswell


Menurut Harold D. Lasswell, cara yang paling baik untuk menjelaskan
kompleksitas proses komunikasi adalah dengan menjawab beberapa
pertanyaan yaitu Who Says What In Which Channel To Whom With
What Effect? Model komunikasi yang dikenalkan oleh Lasswell tidak
jauh berbeda dengan apa yang telah dikemukakan jauh sebelumnya
oleh Aristoteles. Menurut Lasswell, persoalan komunikasi menyangkut
5 (lima) pertanyaan sederhana sebagai berikut.
• WHO? (siapa?)
• SAYS WHAT? (mengatakan apa?)
• TO WHICH CHANNELS? (melalui saluran apa?) TO WHOM? (kepada
siapa?)
• WITH WHAT EFFECT? (dengan akibat apa?)
Komunikasi dipandang sebagai proses yang berjalan secara satu arah
atau one way communication dimana pengirim pesan
atau sender adalah satu-satunya elemen komunikasi yang
mengirimkan pesan kepada penerima pesan. Penerima pesan
digambarkan tidak memberikan umpan balik atau tanggapan terhadap
pesan yang dikirimkan.
c. Model komunikasi SMCR Berlo
Model ini hanya memperlihatkan proses komunikasi satu arah dan
hanya terdiri dari empat komponen yaitu sumber (Source), pesan
(Message), saluran (Channel), dan penerima (Receiver). Sumber adalah
pembuat pesan.Pesan adalah gagasan yang diterjemahkan atau kode
yang berupa simbol-simbol. Saluran adalah media yang membawa
pesan. Dan penerima adalah target dari komunikasi itu sendiri.
Menurut model ini, sumber dan penerima dipengaruhi oleh faktor-
faktor berikut : kemampuan berkomunikasi, perilaku, pengetahuan,
sistem sosial, dan budaya. Pesan merupakan perluasan yang
berdasarkan elemen, struktur, isi, pemeliharaan, dan kode. Dan
saluran adalah panca indera manusia. Hal yang positif dari model ini
adalah, model ini dapat mencakup perlakuan dari komunikasi massa,
publik, interpersonal, dan komunikasi tertulis.
d. Model komunikasi Shannon dan Weaver
Model ini membahas tentang masalah dalam mengirim pesan
berdasarkan tingkat kecermatannya. Model ini mengandaikan sebuah
sumber daya informasi (source information) yang menciptakan sebuah
pesan (message) dan mengirimnya dengan suatu
saluran (channel) kepada penerima (receiver) yang kemudian
membuat ulang (recreate) pesan tersebut. Dengan kata lain, model
inim mengasumsikan bahwa sumberdaya informasi menciptakan pesan
dari seperangkat pesan yang tersedia.
Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi sinyal yang sesuai
dengan saluran yang dipakai. Saluran adalah media yang mengirim
tanda dari pemancar kepada penerima. Di dalam percakapan, sumber
informasi adalah otak, pemancar adalah suara yang menciptakan tanda
yang dipancarkan oleh udara. Penerima adalah mekanisme
pendengaran yang kemudian merekonstruksi pesan dari tanda itu.

2. Model Komunikasi Transaksional


Model komunikasi transaksional adalah model komunikasi yang menekankan
pada pentingnya peran pengirim pesan dan penerima pesan dalam proses
komunikasi yang berlangsung dua arah. Model komunikasi transaksional
mengaitkan komunikasi dengan konteks sosial, konteks hubungan, dan
konteks budaya. Dalam model ini digambarkan bahwa kita berkomunikasi
tidak hanya sebagai ajang untuk pertukaran pesan, melainkan juga untuk
membangun hubungan. Model komunikasi yang merujuk pada model
komunikasi transaksional diantaranya adalah model komunikasi transaksional
Barnlund. Model ini merupakan respon terhadap model komunikasi linear
yang bersifat statis ke model komunikasi yang bersifat dinamis dan model
komunikasi dua arah. Komunikasi adalah transaksi. Model ini menggarisbawahi
pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara terus-menerus
dalam sebuah episode komunikasi. Komunikasi bersifat transaksional adalah
proses kooperatif: pengirim dan penerima samasama bertanggungjawab
terhadap dampak dan efektivitas komunikasi yang terjadi. Model
transaksional berasumsi bahwa saat kita terus-menerus mengirimkan dan
menerima pesan, kita berurusan baik dengan elemen verbal dan nonverbal.
Dengan kata lain, peserta komunikasi (komunikator) melalukan proses
negosiasi makna.
3. Model komunikasi interaktif
Model komunikasi interaksi adalah model komunikasi yang menggambarkan
komunikasi berlangsung dua arah. Umumnya model komunikasi interaksi
digunakan dalam media baru seperti internet atau media komunikasi modern.
Model komunikasi yang merujuk pada model komunikasi interaksi adalah
model Osgood dan Schramm. Para ahli telah mengenalkan berbagai macam
model komunikasi sebagai upaya untuk menggambarkan dan menjelaskan
proses komunikasi serta berbagai faktor yang mempengaruhi arus serta
efektivitas komunikasi. Menurut Schramm (1997) model komunikasi
interaksional menggambarkan komunikasi sebagai sebuah proses dimana
partisipan komunikasi saling bertukar posisi sebagai pengirim pesan dan
penerima pesan serta membentuk makna bersama dengan cara mengirim dan
menerima umpan balik dalam konteks fisik dan psikologis. Tidak seperti model
komunikasi linear, dalam model komunikasi interaksional terdapat unsur
umpan balik yang membuat proses komunikasi menjadi lebih interaktif karena
berlangsung secara dua arah.
Model komunikasi Osgood dan Schramm memiliki beberapa karakteristik,
yaitu :
1. Fokus pada encode dan decode. Encoder – orang yang mengubah pesan ke
dalam bentuk kode. Decoder – orang yang mendapatkan pesan yang telah
di-encode yang telah dikirimkan oleh encoder dan mengubahnya ke dalam
bahasa yang dapat dimengerti oleh orang lain.
2. Komunikasi berlangsung dua arah.
3. Adanya konsep field of experience yang merupakan efek psikologis dapat
membantu untuk memahami proses komunikasi.
4. Umpan balik bersifat tidak langsung dan lambat.
5. Terdapat konsep umpan balik sehingga memudahkan bagi pengirim pesan
untuk mengetahui apakah pesan diinterpretasi dengan baik oleh penerima
pesan.
6. Tidak diabaikannya konsep gangguan atau noise.
7. Penerima pesan dan pengirim pesan dapat bertukar peran dalam
menyampaikan dan menerima pesan.
8. Bersifat dinamis dan berguna secara praktis.
9. Gangguan semantik atau semantic noise merupakan konsep yang dapat
membantu memahami permasalah yang dapat terjadi selama pesan
diinterpretasi.
10. Konsep interpretatif membuat komunikasi menjadi efektif.
11. Konsep konteks membuat faktor lingkungan dapat dimasukkan ke dalam
interpretasi pesan dan membuat perubahan dalam nilai pesan.
12. Tidak sesuai atau tidak cocok untuk diterapkan dalam proses komunikasi
yang sangat kompleks.
13. Hanya terdapat dua sumber utama yang berkomunikasi.
14. Banyaknya sumber justru akan membuat proses komunikasi mengalami
komplikasi dan model komunikasi tidak dapat diimplementasikan dengan
baik.
15. Dimungkinkan terjadinya perbedaan interpretasi terhadap pesan yang
dikirimkan dan pesan yang diterima
16. Digunakan untuk media baru
17. Dapat menjadi model komunikasi linear jika penerima pesan tidak
memberikan tanggapan.
Dalam model komunikasi interaksional, ketika sumber mengirimkan pesan
kepada penerima pesan atau sumber kedua, hal pertama yang dilakukan
sumber adalah meng-encode pesan. Pesan yang telah di-encode tersebut
kemudian diterima oleh penerima pesan atau sumber kedua dengan cara
meng-decode pesan tersebut untuk mendapatkan pesan atau informasi yang
utuh. Kemudian, penerima pesan berperan sebagai sumber, meng-encode
pesan lain atau umpan balik dan mengirimkannya kembali kepada pengirim
pesan atau sumber pertama. Pesan yang dibentuk oleh keduanya atau
partiisipan komunikasi dipengaruhi oleh bidang pengalaman masing-masing.
Yang dimaksud dengan bidang pengalaman adalah pola komunikasi yang
dipangaruhi oleh berbagai faktor seperti budaya, sosial, psikologis, situasi,
dan saluran atau media komunikasi yang digunakan. Bidang pengalaman yang
saling tumpang tindih memulai terjadinya percakapan dan percakapan
tersebut pada akhirnya memperluas bidang pengalaman masing-masing
partisipan. Faktor-faktor tersebut juga mempengaruhi penafsiran pesan yang
dilakukan oleh partisipan komunikasi. Konsep lainnya yang terdapat dalam
model komunikasi interaksional adalah gangguan dan hambatan-hambatan
komunikasi seperti bahasa, masalah jaringan, dan lain-lain yang
mempengaruhi proses komunikasi.

C. Daftar Pustaka
1. Caropeboka , Ratu Mutialela, , Konsep dan Aplikasi Ilmu Komunikasi,
Universitas Bina Darma Palembang, 2017.
2. Daryanto, Teori Komunikasi, Gunung Samudra, Malang, 2014.
3. Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar 2010,
Rosda: Jakarta.
4. Muhammad,A. Komunikasi Organisasi,1989, Bumi Aksara: Jakarta.
5. Liliweri,Alo. 2003. Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya.
Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.
6. Burgoon, M., Hunsaker, FG, dan Dawson, EJ (1994). Komunikasi manusia.
Thousand Oaks, CA: Sage.
7. Dewi, Sutrisna. 2006. Komunikasi Bisnis. Yogyakarta: Andi.

Anda mungkin juga menyukai