Anda di halaman 1dari 8

Upaya Pengembangan Komunikasi Anak dengan Hambatan Pendengaran

1. Kemampuan komunikasi anak dengan hambatan pendengaran


Kata komunikasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “communication”).Kata ini menurut asal katanya
dari bahasa Latin yaitu communicatus, kata ini bersumber dari kata communis, yang berarti
‘berbagi’ atau ‘milik bersama.’ Kata berbagi atau milik bersama merupakan suatu kegiatan yang
memiliki tujuan untuk kesamaan makna

2. Empat Aliran dalam Media Komunikasi


a. Aliran Oral

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran bahasa agar anak tunarungu
dapat menggunakan metode komunikasi oral dengan baik, antara lain:

1) Gunakan bahasa sehari-hari secara wajar


2) Materi pelajaran diambil dari pengalaman-pengalaman anak
3) Berikan penekanan terhadap pembelajaran membaca ujaran
4) Perkuat latihan-latihan meniru ujaran yang wajar
5) Pergunakan dalam setiap kesempatan pembelajaan pendekatan percakapan, bukan saja
pada pertukaran pengalaman dan pikiran, tetapi lebih jauh dari itu, yaitu gunakan
percakapan dengan menggunakan bahasa yang lengkap, seperti: bentuk-bentuk kalimat,
gaya bahasa, intonasi, irama dan lagu kalimat. dan percakapan percakapan yang sesuai
merupakan dasar penguasaan bahasa.

b.Aliran Manual
c. Aliran Oral dan Manual
d.Aliran Auditory Verbal/AVT
3. Media/ Cara dalam Komunikasi
a. Verbal/ Lambang Bahasa
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan
maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia.
Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, atau
maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling
bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal
itu bahasa memegang peranan penting.

Ada beberapa unsur penting dalam komunikasi verbal, yaitu:


1.      Bahasa
Pada dasarnya bahasa adalah suatu system lambang yang memungkinkan orang
berbagi makna. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang dipergunakan adalah
bahasa verbal entah lisan, tertulis pada kertas, ataupun elektronik. Bahasa suatu bangsa
atau suku berasal dari interaksi dan hubungan antara warganya satu sama lain.
Bahasa memiliki banyak fungsi, namun sekurang-kurangnya ada tiga fungsi yang
erat hubungannya dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Ketiga fungsi itu
adalah:
a.       Untuk mempelajari tentang dunia sekeliling kita;
b.      Untuk membina hubungan yang baik di antara sesama manusia
c.       Untuk menciptaakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia.
Bagaimana mempelajari bahasa? Menurut para ahli, ada tiga teori yang
membicarakan sehingga orang bisa memiliki kemampuan berbahasa.
Teori pertama disebut Operant Conditioning yang dikembangkan oleh seorang ahli
psikologi behavioristik yang bernama B. F. Skinner (1957). Teori ini menekankan unsur
rangsangan (stimulus) dan tanggapan (response) atau lebih dikenal dengan istilah S-R.
teori ini menyatakan bahwa jika satu organism dirangsang oleh stimuli dari luar, orang
cenderung akan member reaksi. Anak-anak mengetahui bahasa karena ia diajar oleh
orang tuanya atau meniru apa yang diucapkan oleh orang lain.
Teori kedua ialah teori kognitif yang dikembangkan oleh Noam Chomsky.
Menurutnya kemampuan berbahasa yang ada pada manusia adalah pembawaan biologis
yang dibawa dari lahir.
Teori ketiga disebut Mediating theory atau teori penengah. Dikembangkan
oleh Charles Osgood. Teori ini menekankan bahwa manusia dalam mengembangkan
kemampuannya berbahasa, tidak saja bereaksi terhadap rangsangan (stimuli) yang
diterima dari luar, tetapi juga dipengaruhi oleh proses internal yang terjadi dalam
dirinya.

2.      Kata
Kata merupakan unti lambang terkecil dalam bahasa. Kata adalah lambing yang
melambangkan atau mewakili sesuatu hal, entah orang, barang, kejadian, atau keadaan.
Jadi, kata itu bukan orang, barang, kejadian, atau keadaan sendiri. Makna kata tidak ada
pada pikiran orang. Tidak ada hubungan langsung antara kata dan hal. Yang
berhubungan langsung hanyalah kata dan pikiran orang. 

b. Nonverbal/ Manual

Komunikasi non-verbal yaitu komunikasi tanpa lisan dengan menggunakan


keseluruhan ekpresi tubuh seperti sikap tubuh, eskpresi wajah (mimik), gesti/gerak
(gestures) dan isyarat yang dilakukan secara wajar dan alami. Komunikasi nonverbal
merupakan komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-
kata. Dalam hidup nyata komunikasi nonverbal jauh lebih banyak dipakai daripada
komuniasi verbal. Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi nonverbal
ikut terpakai. Karena itu, komunikasi nonverbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi
nonverbal lebih jujur mengungkapkan hal yang mau diungkapkan karena spontan.

Komunikasi non verbal dapat berupa bahasa tubuh, tanda (sign),


tindakan/perbuatan (action) atau objek (object).
Bahasa Tubuh. Bahasa tubuh yang berupa raut wajah, gerak kepala, gerak
tangan,, gerak-gerik tubuh mengungkapkan berbagai perasaan, isi hati, isi pikiran,
kehendak, dan sikap orang.

Tanda. Dalam komunikasi nonverbal tanda mengganti kata-kata, misalnya, bendera,


rambu-rambu lalu lintas darat, laut, udara; aba-aba dalam olahraga.

Tindakan/perbuatan. Ini sebenarnya tidak khusus dimaksudkan mengganti kata-


kata, tetapi dapat menghantarkan makna. Misalnya, menggebrak meja dalam
pembicaraan, menutup pintu keras-keras pada waktu meninggalkan rumah, menekan gas
mobil kuat-kuat. Semua itu mengandung makna tersendiri.

Objek. Objek sebagai bentuk komunikasi nonverbal juga tidak mengganti kata,


tetapi dapat menyampaikan arti tertentu. Misalnya, pakaian, aksesori dandan, rumah,
perabot rumah, harta benda, kendaraan, hadiah.

Hal menarik dari komunikasi nonverbal ialah studi Albert Mahrabian (1971) yang
menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan dari pembicaraan orang hanya 7% berasal dari
bahasa verbal, 38% dari vocal suara, dan 55% dari ekspresi muka. Ia juga menambahkan
bahwa jika terjadi pertentangan antara apa yang diucapkan seseorang dengan
perbuatannya, orang lain cenderung mempercayai hal-hal yang bersifat nonverbal.

Oleh sebab itu, Mark knapp (1978) menyebut bahwa penggunaan kode nonverbal
dalam berkomunikasi memiliki fungsi untuk:

a.       Meyakinkan apa yang diucapkannya (repetition)


b.      Menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata
(substitution)
c.       Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity)
d.      Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempurna.

c. Verbal dan Nonverbal (komtal)


L. Evans (1982) dengan mengutip Garretson (1976) mencatat bahwa tokoh yang
pertamakali menggunakan istilah komtal adalah Roy Holcomb. Tokoh ini menggunakan
istilah terssebut untuk menggambarkan keluwesan dalam cara berkomunikasi
sebagaimana diterapkan di suatu sekolah di daerah California, Amerika Serikat. Istilah ini
kemudian di populerkan oleh D. Denton (1968) yang menggambarkan komtal sebagai
berikut :
  Keseluruhan spectrum cara berbahasa yang lengkap, gesti anak, bahasa isyarat,
baca ujaran, ejaan jari, membaca dan menulis. Pengembangan sisa pendengaran guna
memajukan ketrampilan bicara dan baca ujaran.
Tokoh lain yaitu Vernon (1972) yang memberi penekanan pada peran isyarat dan
ejaan jari guna menunjang keterbatasan baca ujaran dan memberi batasan sebagai berikut:
Komtal merupakan suatu cara yang konstruktif dalam menghadapi keterbatasan
kemampuan baca ujaran. Anak tuli di didik dan di beri kesempatan untuk berkomunikasi
dengan suatu sistem yang tidak meragukan bagi mereka sebagaimana bahasa lisan untuk
anak dengar.
Batasan Brill yang di kemukakan dalam suatu seminar internasional di London
tahun 1975, menekankan pada berbagai media komunikasi yang di gunakan yaitu :
 Komtal meliputi penggunaan salah satu dan semua modus atau cara komunikasi
yaitu penggunaan sistem bahasa isyarat, ejaan jari, bicara, baca ujaran, amplifikasi
(pengerasan), gesti, pantomimic, menggambar, dan menulis. Dalam pengungkapan diri
dapat digunakan misalnya bicara, salah satu bentuk komunikasi manual, dan amplifikasi
secara serempak. Untuk menangkap pesan dapat di terima melalui hanya salah satu atau
dua / lebih cara secara serempak.
  L. Evans juga mengutip suatu batasan yang menggugah keterlibatan dan
kepedulian masyarakat yang berpendengaran normal, seperti di kemukakan oleh Merill
(1937) yang menggambarkan komtal sebagai konsep yang :
Melibatkan segala cara komunikasi dengan dan oleh kaum tunarungu. Dari pihak
orang yang berpendengaran normal dituntut untuk menggunakan bicara, isyarat, ejaan jari
dan tata bahasa (inggris) yang benar. Dari pihak kaum tunarungu juga di tuntut demikian,
ditambah upaya sepenuhnya untuk memfungsikan sisa pendengaran.

Berbagai ahli memandang komtal sebagai suatu falsafah dan bukan suatu metode
seperti tercermin dari tiga batasan berikut :

Komtal adalah suatu falsafah yang mencangkup cara komunikasi aural, manual,
dan oral sehingga terjadi komunikasi yang efektif dengan dan diantara kaum tunarungu.
(Hasil Konperensi SLB-B di Amerika Derikat,1976 di kutip L. Dickers, 1975)
Komunikasi total menggambarkan suatu falsafah komunikasi bukan metode
pengajaran atau bentuk komunikasi melainkan dapat di umpamakan sebagai suatu tujuan
pendidikan. Tujuannya adalah untuk mengungkap bahasa yang digunakan masyarakat
dalam berbagai cara (meliputi bicara, baca ujaran, isyarat, ejaan jari, membaca, dan
menulis) sehingga memungkinkan komunikasi yang lebih lengkap. Upaya ini di dasarkan
pada asumsi bahwa bila cara – cara tersebut di gunakan maka pemahaman anak
tunarungu akan menjadi lebih baik. (M. Hyde, dalam Buku Hasil Penlok FNKTRI 1983,
1994). Komtal bukan merupakan suatu metode melainkan suatu falsafah untuk mendekati
setiap situasi komunikasi. (Cokely, 1979 dalam buku L. Evans, 1982)
            Batasan ini dianut lembaga pendidikan terkenal bernama Gallaudet di
Washington DC, Amerika Serikat yang menyelenggarakan pendidikan dari tingkat pra –
sekolah sampai perguruan tinggi dengan komunikasi total. Falasafah komtal di lembaga
pendidikan ini di dasarkan atas kenyataan bahwa akan terjadi hambatan bagi perorangan
maupun situasi tertentu bila hanya di gunakan suatu media komunikasi. Dengan demikian
pilihan terhadap media tertentu atau kombinasi dari media – media itu seyogyanya
didasarkan atas 3 kriteria berikut :
1.      Tujuan, hambatan, dan tuntutan situasi yang ada.
2.      Kemampuan komunikasi anak, baik secara reseptif maupun eksprensif
3.      Ketrampilan dan ketakmampuan lawan bicara yang terlibat dalam situasi
tersebut
Penggunaan  komponen komunikasi di sekolah tersebut baik secara terpisah
maupun dalam kombinasi adalah :
Bahasa Isyarat Amerika (ASL)
Seni
Baca ujaran
Gesti
Membaca
Media
Menulis
Drama
Pantomin
Pendengaran
Bahasa Inggris dalam kode Isyarat (Manual Coded English)
Bicara maupun Cued Speech
Secara singkat falsafah komtal di sekolah tersebut bertitik tolak dari si anak dan
bukan metode berdasarkan pengakuan bahwa tidak semua media komunikasi sama efektif
untuk semua anak dalam berbagai situasi. Komtal yidak berpegangan pada suatu media
atau kombinasi media tertentu melainkan memberi keleluasaan untuk memilih media atau
kombinasi media yang paling efektif bagi anak perseorangan.
Dengan menghimpun pendapat berbagai ahli ini secara garis besar dapat
disimpulakn bahwa hakekat komtal adalah :
1.      Pengakuan atas hak kaum tunarungu untuk mendapat komtal sepenuhnya
dengan sesama manusia sehingga memperoleh pemahaman yang lebih lengkap tentang
dunia.
2.      Penggunaan berbagai cara komunikasi aural, oral, dan manual yang dapat di
pilih sesuai kebutuhan serta kemampuan perseorangan
3.      Suatu falsafah komunikasi dan bukan metode pengajaran.
Munculnya Komunikasi Total Dan Faktor Pendorong

Selama tiga puluh tahun belakangan ini,terutama diamerika serikat, terutama di


eropa dan negara lain tampak kecerendungan untuk menerapkan komunikasi total
(komtal). Faktor apa saja yang mendorong perkrmbangan komtal ini di berbagai negara?
Atau apa rasional pengembanganya?
           
 Pada bagian awal bab ini anda telah dapat mengikuti perkembangan berbagai
metode komunikasi yang telah diterapkan para pendidik di kedua benua tersebut. Secara,
garis besar dapat dibedakan antara penganut metode oral dan metode isyarat yang
masing2 dengan gigih mempertahankan pendirian mereka. Adanya upuya modifikasi dari
beberapa tokoh dengan unculnya metode kombinasi atau serempak sebenarnya tetap takm
erubah fals
afah yang dianut masing-masing walaupun ada beberapa penelitian yang
menunjukkan keunggulan satu metode diatas metode lain, namun kenyataan sampai itu
belum satupun yang berhasil mengurangi ketinggalan rata-rata anak tunarungu sebanyak
3-5 tahun dalam bidang prestasi akademik.(L.Dicker,1970). Selanjutnya tokoh ini
mengemukakan kekeliruan para pendidik adalah bahwa mereka terlalu berminat dan
gandrung terhadap suatu metode tertentu tanpa memikirkan kebutuhan anak yang di
didik. Menurut pandanganya, suatu metode dapat dinilai baik atau buruk tergantung dari
sasarannya. Misalnya metode braille itu baik,namun pasti tidak dianjurkan untuk kaum
tunarungu. Maka sudah tiba masanya untuk mengembangkan suatu falsafah tentang
komunikasi yang didasarkan atas teori belajar. Berikut diuraikan mengenai landasan
komtal dipandang dari segi falsafah komunkasi dalam pendidikan anak tunarungu
sebagaimana berkembang di amerika serikat.
Landasan Filosofis Komunikasi Total
L.Dicker mengemukakan beberapa teori prinsip belajar yang melandasi komtal
yaitu:
a. proses belajar, lazimnya berlangsung dari hal umum menuju hal yang khsusus.
Komtal memberi kesempatan kepada anak untuk mengadakan komunikasimelalui
berbagai media dan bukan membatasi dengan satu media saja.
b. Setiap individu memiliki kecepatan belajar yang berbeda maka dalam suatu
kegitan belajar mengajar kebutuhan individu perlu mendapat perhatian seperti dalam
komtal.
c. agar proses belajar berjalan lancar, anak perlu memperoleh keberhasilan dalam
berbuat sesuatu atau mendapat ganjaran positif(reinforcemen) komtal memberi
kesempatan untuk terselenggaranya kegiatan belajar yang sesuai kebutuhan individu dan
diperolehnya ganjaran positif melalui terjalinnya komunikasi yang berarti.
      Dengan mengingat teori belajar diatas, maka bukan metode yang peru
diunggulkan melainkan perhatian harus dipusatkan pada anak didik. Penerapan suatu
metode tertentu, sepenuhnya tergntung dari kebutuhan anak didik. Komtal ditinju dari
segi istilah sudah menunjukkan bahwa tidak mengunggulkan salah satu cara cara
komunikasi seperti metode-metode sebelumnya. Komunikasi total berarti suatu totalitas
atau kelemkapan dalam berkomunikasi,tanpa batasan. Mak komtal sesungguhnya bukan
merupakan suatu metode melaikan suatu falsafah tentang komunikasi atuau “it
involves  philosophy rather than a method” (L.Evans, 1982 dengan mengutip Garretson,
1976) dan berbagi lainnya hanya merupakan suatu sarana guna mencapai sasaran yaitu
komunikasi dalam arti hakiki yaitu untuk mengerti dan di mengerti(L.Dicker,1971).
Sejalan dengan pendapat diatas Garretson mengemukakan bahwa kebanyakan ahli
sependapat bahwa komtal:
      Mengakui hak asasi anak tunarungu  yaitu guna memperoleh masuakan
maksimal sehingga dapat mencapai pemahaman optimal dan pengertian total dalam suatu
komunikasi. It recognizes moral right of the hearing impaired....to maxsimum input in
order to attain optimal comprehension and total understanding intha communication
situation (1982:14)
      Di tambahkan pula bahwa komtal sebagai suatu pendekatan filosofis
“philoshopical approach” membutuhkan suatu suasana yang luwes (fleksibel) bagi
seorang tunarungu bebas dari kebingungan , terka menerka dan ketegangan. Diantara
berbagai cara komunikasi yang terdapat dalam komtal, tidak ada satupun yang perlu
diunggulkan, setiap cara atau modalitas patut diakui sebagai suatu sarana atau alat
interaksi manusiawi yang dapat diterima atau “ each modality receives status as an
acceptable instrument for human interchange” ( :15)
Sebagai rangkuman dari uraian diatas dapat dikemukakan pandangan dari
L.Dicker yang dapat digunakan sebagai pertimbangan agar komtal dapat diterima sebagai
suatu  falsafah dalam pendidikan anak tunarungu yaitu:
o Komtal karena mencakup semua metode memiliki peluang yang lebih besar
untuk dapat mengejar ketinggalan anak dalam bidang akademis yang belum dicapai oleh
metode-metode sebelumnya.
o Komtal sangat memperhatikan perbedaan antar individu dan hal tersebut sudah
sesuai dengan prinsip teori belajar.
o Walaupun komunikasi oral merupakan suatu yang sangat didambakan,banyak
anak tunarungu sebenarnya yang tidak ingi dibatasi dalam cara komunikasi mereka hanya
karena para pendidik memiliki prasangka tertentu. Sudah tiba saatnya untuk memandang
permasalhan metode dari sudut kepentingan si anak itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai