PERILAKU??????
Esensi Pengkajian Perilaku
pengkajian terhadap perilaku manusia merupakan upaya
PERILAKU??????
untuk mengungkap makna asasi dari eksistensi kehidupan
manusia
pengkajian dan penginterpretasian perilaku manusia dalam
kenyataannya amat dipengaruhi oleh aspek ontologis yang
dianut oleh orang atau kelompok yang melakukan
penelaahan
psikologi telah melahirkan beberapa aliran, antara lain aliran
tingkah laku, aliran psikoanalisa, aliran psikologi humanistik,
dan aliran psikologi transpersonal, yang masing-masing
memiliki konsep dasar penelaahan perilaku yang khas
Pengertian Perilaku
Perilaku adalah setiap respons atau perbuatan
seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh seseorang.
DIAM
MATI HIDUP
JAM BANDUL
AMPLITUDO
NORMA NORMAL
JAM BANDUL
JAM
BANDIL
JAM GILA
RUSAK
Jenis-jenis Perilaku
Berdasarkan acuan norma :
Perilaku normal merujuk pada perilaku manusia
yang selaras dengan norma masyarakat atau perilaku
yang sesuai dengan norma yang ada yang berlaku
secara umum
perilaku menyimpang (deviant) merujuk pada
perilaku manusia yang berada di luar norma sosiai
atau perilaku yang tidak selaras dengan norma yang
ada yang berlaku secara umum
perilaku menyimpang disebabkan oleh ketidaknyamanan
dan ketidakhangatan kondisi fisik atau psikologis pada
seseorang dan melanggar peraturan yang telah mapan
perilaku menyimpang merupakan konsep yang bersifat
relatif
perilaku menyimpang itu tergantung pada aturan atau
norma umum yang berlaku pada suatu kelas atau
kelompok, daerah atau wilayah, dan budaya masyarakat
yang penerapannya amat ditentukan oleh kerelevanannya
menurut waktu, konteks lingkungan, dan adat istiadat
setempat sehingga penilaian subjektif terkadang amat
mencorakinya karena manusia ditentukan dan
menentukan budayanya, termasuk produk dan penerapan
norma umum
Dimensi Perilaku
Dibedakan berdasarkan:
1. kecepatan (rate) dan frekuens/ (frequency),
jumlah munculnya perilaku pada suatu periode
khusus,
2. lamanya (duration), panjang/lama waktu
munculnya perilaku,
3. topografi (topography), fisik perilaku, dan
4. besarnya (magnitude), kekuatan atau intensitas
perilaku
Frekuensi
Frekuensi merujuk pada jumlah munculnya suatu
perilaku daiam periode waktu khusus atau periode
waktu tertentu, misalnya menit, jam, periode jeda
atau hari,
Durasi
Lamanya/panjang waktu mulai awal sampai akhir
munculnya perilaku.
Durasi perilaku itu perlu diukur bila perilaku itu dianggap
penting,
misalnya berapa lama siswa menyelesaikan tugasnya atau
berapa panjang waktu keseluruhan untuk perilaku
menyimpang, (menggigit jari, menangis, menulis,
mondar-mandir, dan meninggalkan kelas selama
pembelajaran).
Untuk mengetahui durasi terjadinya perilaku seseorang
itu diperlukan alat ukur tertentu
Topografi
Setiap perilaku memiliki topografi atau bentuk.
Deskripsi bentuk perilaku khusus yang tepat amatlah
penting ketika melakukan asesmen gangguan perilaku
atau ketika memeriksa ruang lingkup kegagalan yang
terjadi.
Sebagai contoh topografi perilaku, siswa memegang
pensil digenggam dan mengatur posisi buku dalam
kondisi 90 derajat serta postur tubuh membungkuk saat
menulis; siswa menulis huruf arab dari kiri ke kanan;
siswa membaca kata "buku", dibacanya "kubu" selama 8
kali selama 25 menit
Besarnya (magnitude)
kekuatan atau intensitas perilaku
ketika guru mengukur perilaku siswa tentang menggigit
misalnya, besarnya digambarkan secara naratif untuk
menjelaskan kuatnya perilaku itu, misalnya Gigitan Ali pada
Adi amat kuat dan cideranya amat dalam karena sekitar 3 menit
Ali baru melepaskannya sehingga membuat Adi pingsan dan
menjerit, yang akhirnya guru kelas Adi melarikannya ke rumah
sakit terdekat.
Setelah Ali menggigit Adi, ia lari bersembunyi di belakang
almari buku selama 30 menit dan tidak mau dibujuk untuk
duduk kembali. Setelah 30 menit bersembunyi, Ali baru mau
duduk di kursinya dengan bantuan teman dekatnya.
Pandangan tentang Perilaku
psikologi sebagai ilmu, mempelajari perilaku manusia
dengan menerapkan prinsip-prinsip metode ilmiah
Sigmund Freud, bapak psikoanalisa dan bapak psikiatri,
yang studi empiriknya tentang individu yang mengalami
penyimpangan pada perkembangan kepribadiannya.
Hasil pemikirannya berupa model pendekatan
konseptual yang mendominasi kancah psikologi dan
amat diperhitungkan sebagai konsep yang memberikan
pertimbangan munculnya konsep pemikiran berikutnya
untuk memahami perilaku manusia.
Pandangan tentang Perilaku
Behaviorisme yang amat kontradiktif dengan
pendekatan psikoanalisa, terutama dalam substansi
materi tentang ketidaksadaran/kesadaran yang
menjadi inti dari bahasan psikoanalisa tentang posisi
dari struktur jiwa, tetapi yang keberadaannya justru
tidak dipedulikan oleh aliran behaviorisme. Aliran
perilaku lebih mengagungkan aspek stimulasi
lingkungan yang bisa membentuk perilaku makhluk
dengan sesuka hati lingkungan eksternal.
Pandangan tentang Perilaku
aliran humanistik manusia dipandang sebagai
makhluk yang bebas menentukan perkembangan
dirinya menjadi sehat mental bila ia mendapat
kesempatan, sehingga ia dapat berperilaku optimal
sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Aliran
humanistik ini tidak nenolak mentah-mentah konsep
yang mendukung kedua aliran sebelumnya, tetapi
berupaya untuk mengintegrasikan segi yang
bermanfaat, bermakna, dan dapat diterapkan bagi
kemanusiaan dari kedua aliran tersebut.
Pelatar Belakang Perilaku
kepribadian dan budaya seseorang merupakan dua hal
yang tak mungkin dapat dipisahkan satu sama lain
Ekologi sebagai Pelatar Belakang Perilaku
Manusia tinggal dalam berbagai lingkungan fisik (ekologi)
yang amat bervariasi. Dalam konteks ini, kata ekologi
mengacu pada tempat seseorang tinggal, yang terdiri atas
objek, sumberdaya, geografi lingkungan, dan cara-cara
menciptakan dan mempertahankan kehidupan.
Lingkungan menciptakan kondisi bagi perkembangan budaya
khusus, sosialisasi, dan pola-pola perilaku. Ini berarti melalui
kondisi ekologis yang ada dapat digunakan untuk
mengungkap perkembangan budaya. Jadi, ekologi
membentuk budaya, berikutnya budaya membentuk jenis
perilaku khusus. Cara pandang di atas dapat digambarkan:
Ekologi -> Budaya -> Perilaku Sosial.
Bahasa sebagai Pelatar Belakang Perilaku
bahwa bahasa mempengaruhi cara berpikir
dunia pandang tentang anggota budaya tergantung
pada bahasa yang dipakai
bahasa memiliki efek terhadap beberapa aspek
pengalaman manusia tentang dunia, namun efeknya
relatif kecil
bahasa mempengaruhi dunia pandang atas anggota
suatu budaya
bahasa mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku
individu
Bahasa sebagai Pelatar Belakang Perilaku
Bahasa merupakan bagian budaya manusia dan
sebagai gejala budaya yang dapat diamati dan diukur,
karena itu penerapan bahasa seseorang dalam
kehidupan dan pergaulan merupakan cerminan dari
pribadi dan sekaligus sebagai perilaku si penuturnya
berbahasa santun merujuk pada penggunanan kaidah
bahasa dan berbahasa sesuai pada tempatnya
Berbahasa seseorang yang dikehendaki oleh
masyarakat yang beradab, yaitu berbahasa santun
Sejarah Hidup sebagai Pelatar Belakang
Perilaku
Evolusi budaya dan manusia berlangsung pada arah
meningkat secara rumit
Orang membuat sejumlah perbedaan besar antar
objek dan peristiwa lingkungannya. Ekologi dan
sejarah masyarakat menentukan kerumitan budaya.
Masyarakat pemburu, pemancing cenderung
sederhana, masyarakat agrikultural cenderung
kompleks, masyarakat industri cenderung iebih
kompleks, dan masyarakat informasi adaiah paling
kompleks.
Sejarah Hidup sebagai Pelatar Belakang
Perilaku
Perlawanan antara budaya tersederhana dan terkompleks adalah
faktor terpenting variasi budaya dalam perilaku sosial.
Pada budaya yang ketat memiliki norma yang mapan. Penyimpangan
sedikit dari perikaku normatif ditoleransi, dan sanksi berat diberikan
bagi mereka yang menyimpang.
Budaya longgar memiliki norma tak jelas atau toleransi
penyimpangan dari norma.
Pada budaya pluralistik amat sulit orang sepakat dengan norma
khusus bahkan amat sulit menjatuhkan sanksi berat. Sedang
homoginitas budaya menimbulkan kesepakatan tentang perilaku
betul.
Pada budaya yang amat longgar sanksi bukan sebagai pemberat bila
norma hanya berlaku secara informal.
Situasi sebagai Pelatar Belakang Perilaku
Seseorang berperilaku dalam situasi khusus seperti yang ia pahami.
Perilaku sosial tergantung pada persetujuan yang dibuat oleh individu
dengan individu lain, ini merupakan jenis khusus norma pribadi.
Pada sisi lain, pemanfaatan perilaku sebagai variabel dapat digunakan
untuk mengungkapkan penerimaan konsekuensi aksi dan nilai dari
konsekuensi.
Pernyataan di atas berimplikasi luas di antaranya, seorang hina papa
yang berhari-hari tidak makan bisa nekat berbuat mencuri, sekalipun
mencuri itu mempunyai resiko dan konsekuensi yang berat biia
kedapatan oleh massa. Demikian juga seorang koruptor terus
bertindak korup jika hukum amat longgar dan sanksi hukum amat
ringan
05/02/2022 26