Anda di halaman 1dari 10

RESUME 6

PERSPEKTIF PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN


ANAK TUNARUNGU
LAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK HAMBATAN PENDENGARAN

DOSEN PEMBIMBING :

Dra. HJ. ZULMIYETRI, M.Pd

DISUSUN OLEH:

DESMA DAHLIAWATY
NIM 21003263

PENDIDIKAN LUAR BISA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
LAYANAN VOKASIONAL

A Layanan Vokasional
1)Pengertian layanan vokasional dan pengertian kecakapan vokasional
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2002:1263) vokasional diartikan sebagai
yang bersangkutan dengan (sekolah) kejuruan atau bersangkutan dengan bimbingan
kejuruan. Ataupun dalam arti umum, orangorang sering memaknai vokasional dikaitkan
dengan pekerjaan atau keterampilan untuk mencari nafkah atau sumber penghidupan.
Sedangkan menurut Puskur Depdiknas (2007)

Layanan vokasional atau bisa disebut sebagai pendidikan vokasional merupakanproses


pembelajaran yang dilakukan agar peserta didik mampu dalam mengembangkan
danmengeksplorasi seluruh kemampuan dan potensi yang ada sehingga peserta didik siap
untukbekerja berdasarkan dengan kompetensi yang dia miliki dalam bidangnya.Jika
dikaitkan dengan anak berkebutuhan khusus, maka pendidikan vokasionaldimulai dari
mengenalkan berbagai macam jenis pekerjaan yang ada di tengah masyarakat,sehingga
langkah selanjutnya yaitu melatih anak untuk mampu melakukan pekerjaan yangbisa
dikerjakannya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kecakapan vokasional merupakan
suatu keterampilan yang memiliki kaitan denganberbagai bidang pekerjaan tertentu yang ada
di kalangan masyarakat

Dari pengertian lain juga menyebutkan bahwa kecakapan vokasional sering disebut sebagai
kecakapan kejuruan, yang berarti kecakapan ini dikaitkan dengan bidang pekerjaantertentu
yang cocok untuk siswa yang menekuni pekerjaan dengan mengandalkan keterampilan
psikomotor dari pada berpikir ilmiah.

2)Tujuan layanan vokasional


Dalam Undang-undang No 22 Tahun 2006 tentang Standar isi Pendidikan Pembelajaran
Keterampilan pravokasional di SLB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan:
1. Mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan membuat berbagai produk
kerajinan dan produk teknologi yang berguna bagi kehidupan manusia.
2. Memiliki rasa estetika, apresiasi terhadap produk kerajinan, produk teknologi, dan
artefak dari berbagai wilayah Nusantara maupun dunia.
3. Mampu mengidentifikasi potensi daerah setempat yang dapat dikembangkan melalui
kegiatan kerajinan dan pemanfaatan teknologi sederhana.
4. Memiliki sikap profesional dan kewirausahaan.

Pengembangan kecakapan hidup tersebut hendaknya sesuai dengan bakat dan minat serta
kebutuhan anak berkebutuhan khusus sesuai dengan sarana prasarana dan keadaan sekolah
maupun dalam masyarakat. Untuk mensiasati keadaan tersebut, pembekalan dan
pengembangan kecakapan vokasional bagi anak berkebutuhan khusus yang tidak mampu
melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi, maka mereka perlu dibekali kecakapan
vokasional yang baik agar mereka dapat hidup mandiri. Adapun tujuan dari latihan
kecakapan vokasional adalah:

a. Untuk meningkatkan kecakapan siswa berkebutuhan khusus dalam melakukan suatu


pekerjaan yang sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan masyarakat, dan
bidang garapan yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang mampu mempekerjakan
mereka sesuai dengan kecacatannya.
b. Untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam meraih dan menciptakan jenis pekerjaan
yang sesuai kemampuan dan tidak terhalang oleh kecacatannya
c. Sekaligus menanamkan sikap dan jiwa kewirausahaan yang tinggi untuk melanjutkan
memasuki dunia kerja baik menjadi pekerja maupun sebagai wiraswasta. Untuk
meningkatkan kepercayaan dunia usaha dan industry
d. Untuk meningkatkan kepercayaan dunia usaha dan industry agar mampu
memperkerjakan mereka sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan yang layak
sebagai mana orang normal lainya
e. Untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mampu mengembangkan
kemampuan dalam bekerja, ini terutama bagi anak tunarungu.

3)klasifikasi kecakapan vokasional


Kecakapan vokasional mempunyai dua bagian, yaitu

1. Kecakapan dasar vokasional mencakup antara lain melakukan gerak dasar,


menggunakan alat sederhana yang diperlukan bagi semua orang yang menekuni
pekerjaan manual (misalnya palu, obeng dan tang), dan kecakapan membaca gambar
sederhana. Di samping itu, kecakapan vokasional dasar mencakup aspek sikap taat asas,
presisi, akurasi dan tepat waktu yang mengarah pada perilaku produktif.
2. kecakapan vokasional khusus antara lain menservis mobil bagi yang menekuni
pekerjaan di bidang otomotif, meracik bumbu bagi yang menekuni pekerjaan di bidang
tata boga, dan sebagainya

4)Jenis-jenis kecakapan vokasional yang dapat diterapkan/diajarkan pada siswa dengan


hambatan pendengaran
Kecakapan vokasional bagi anak tunarungu adalah:
a. melukis
b. menggambar
c. menjahit
d. fotografi
e. kecantikan
f. memahat
g. desainer
h. membuat batako
i. tata boga

5)Langkah-langkah pelaksanaan pemberian layanan vokasional


Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk melakukan optimalisasi pendidikan
vokasional menuju anak berkebutuhan khusus mandiri. Menurut Hermanto (2008) Langkah-
langkah tersebut tentu tidak lepas dari tahapan
1. diagnosis dan asesmen anak berkebutuhan khusus,
2. pemantapan dan pematangan kemampuan dasar si anak,
3. penempatan anak sesuai dengan bakat potensinya,
4. keseriusan pelayanan sesuai dengan bakat potensi yang terfokus dengan dukungan
yang memadai,
5. pembinaan mental dan motivasinya,
6. penempatan dan pemagangan anak dalam pengawasan tim, dan
7. evaluasi berkelanjutan.

6)Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pemberian layanan vokasional


Sarana Prasarana Yang Dibutuhkan Dalam Mengembangkan Kecakapan Anak
Berkebutuhan Khusus
1. Perpustakaan.
Perpustakaan di sekolah bagi anak berkebutuhan khusus harus berisi buku-buku yang
menunjang untuk semua jenis kelainan anak, seperti
 buku bertuliskan tulisan braille,
 kaset atau rekaman buku tentang dongeng cerita
bermanfaat bagi anak dan bisa digunakan sebagai sumber belajar yang diperuntukkan
khusus untuk anak tunanetra,
 komputer perlu dilatihkan kepada anak tentang penggunaannya, sedangkan untuk anak
tunarungu diperlukan bina wicara dan persepsi bunyi, komunikasi total, dan program
untuk merawat diri, buku pengangan pravokasional,
 Adanya buku paket yang menunjang siswa untuk lebih memahami gambar-gambar
tentang situasi kehidupan sehari-hari. Seperti Pendidikan Agama, Ilmu Pengetahuan
Alam, Matematika, Ilmu Pengetahuan Sosial Bahasa Indonesia, PPKN dan lain
sebagainya, sedangkan bagi guru diperlukan buku-buku dan petunjuk tentang
pendidikan kecakapan hidup.

2. Ruang untuk semua kegiatan anak berkebutuhan khusus yaitu: laboratorium

- Sebagai miniatur lingkungan fisik di masyarakat sebagai pembelajaran seperti


pembelajaran untuk orientasi mobilitas,.Adanya lingkungan sekolah yang nyaman yang
bisa digunakan untuk proses pembelajaran dalam mengenal lingkungan. Adanya bengkel
kerja.

- Bengkel kerja ini diperlukan bagi anak-anak untuk latihan kecakapan vokasional,
mengenal alat-alat yang di gunakan sesuai kebutuhan, bengkel kerja ini berguna bagi
semua anak berkebutuhan khusus.

3. Adanya ruang kesenian dan olah raga


Ruang kesenian ini juga perlu dilengkapi dengan alat yang digunakan bagi anak
berkebutuhan khusus untuk latihan menari, main musik, bernyanyi, dan latihan olah raga.
Karena anak-anak ini juga harus memiliki fisik yang sehat, maka latihan mengolah fisik
ini sanga dibutuhkan, agar mereka sehat dan bisa mengikuti semua kegiatan dan semua
kegiatan kecakapan hidup yang ada di sekolah.

B Layanan Kompensatoris
1)Konsep Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama
Pengertian Bina Persepsi Bunyi dan Irama

Pengertian Bina Persepsi Bunyi dan Irama merupakan suatu proses penilaian untuk
memperoleh gambaran terhadap performa siswa dalam mendeteksi dan memahami bunyi.
Menurut Lani Bunawan & Yuwati dalam buku Pedoman Pelaksanaan Bina Persepsi Bunyi
dan Irama (2001:3) Mengemukakan bahwa “Bina Persepsi Bunyi dan Irama adalah
pembinaaan dalam penghayatan bunyi yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja
sehingga pendengaran dan perasaan vibrasi yang dimiliki anak tuna rungu dapat
dipergunakan sebaikbaiknya untuk berintegrasi dengan dunia sekelilingnya yang penuh
bunyi”.

Sedangkan menurut Endang Purbaningrum Bina Persepsi Bunyi dan Irama (2006:3) adalah
“Pembinaan dalam penghayatan bunyi yang dilakukan secara sistematis dengan sengaja atau
tidak sehingga sisa pendengaran dan perasaan vibrasi dan pengalaman kontak yang dimiliki
anak-anak tuna rungu dapat dipergunakan sebaik-baiknya untuk berintegrasi dengan dunia
sekelilingnya yang penuh bunyi”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bawa Bina Persepsi Bunyi dan Irama adalah
Pembinaan dalam penghayatan bunyi yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja
sehingga pendengaran dan perasaan vibrasi yang dimiliki anak tuna rungu wicara dapat
dipergunakan sebaik-baiknya untuk berintegrasi dengan dunia sekelilingnya.

Tujuan Bina Persepsi Bunyi dan Irama

Secara umum pengembangan persepsi bunyi dan irama (PKPBI) bertujuan agar kepekaan
sisa pendengaran anakdan perasaan vibrasi anak semakin terlatih untuk memahami makna
berbagai macam bunyi, terutama bunyi bahasa yang sangat menentukan keberhasilan dalam
berkomunikasi dengan lingkungannya dengan menggunakan alat bantu mendengar (ABM)
atau tanpa alat bantu mendengar (ABM).

Secara khusus tujuan pengembangan persepsi bunyi dan irama (PKPBI) adalah sebagai
berikut :

1) Agar anak tunarungu dapat terhindar dari cara hidup yang semata-mata tergantung pada
daya penglihatan saja, sehingga cara hidupnya lebih mendekati anak normal.
2) Agar kehidupan emosi anak tunarungu berkembang dengan lebih seimbang.
3) Agar penyesuaian anak tunarungu menjadi lebih baik berkat dunia pengalamannya yang
lebih luas.
4) Agar motorik anak tunarungu berkembang lebih sempurna.
5) Agar anak tunarungu mempunyai kemungkinan untuk mengadakan kontak yang lebih
baik sebagai bekal hidup di masyarakat yang mendengar.

Menurut Murni Winarsih (2007:83) tujuan Bina Persepsi Bunyi dan Irama adalah sebagai
berikut :

1) Agar anak tuna rungu dapat terhindar dari cara hidup yang semata-mata tergantung pada
daya penglihatan saja, sehingga cara hidupnya lebih mendekati anak normal.
2) Agar kehidupan emosi anak tuna rungu berkembang dengan lebih seimbang.
3) Agar penyesuaian anak tuna rungu menjadi lebih baik berkat dunia pengalamannya
yang lebih luas.
4) Agar motorik anak tuna rungu berkembang lebih sempurna.

Pentahapan BKPBI

Adapun tahapan-tahapan BKPBI meliputi:

1. Tahap deteksi bunyi, yaitu ke mampuan siswa dalam menyadari ada dan tidak adanya
bunyi, dengan menggunakan atau tanpa menggunakan Alat Bantu Mendengan (ABM).
2. Tahap diskriminasi bunyi, yaitu kemampuan siswa dalam membedakan berbagai macam
sifat bunyi, menghitung bunyi, mencari arah bunyi, membedakan sumber bunyi,
membedakan birama/membedakan irama musik baik memakai ABM atau tanpa ABM.
3. Tahap identifikasi bunyi, yaitu kemampuan siswa dalam mengenali ciri-ciri berbagai
macam sumber bunyi dan berbagai sifat bunyi dengan menggunakan ABM. 
4. Tahap komprehensi

Program BPBI

Cakupan programnya adalah latihan deteksi/kesadaran bunyi, membedakan berbagai bunyi,


mengenal bunyi, memahami bunyi, ikhtisar tubuh, menemukan sumber bunyi, membilang
jumlah bunyi. Berdasarkan pendekatan Tomatis, program latihan (earobics) atau BPBI
dilakukan melalu;

1) fase pasif
- Pada fase pasif dilakukan melalui head-phone, anak mendengar suara-suara yang
dimodifikasi oleh perangkat pelatihan mendengar yang diciptakan Dr. Tomastis (telinga
elektronik).
- Tujuan utama fase pasif ini adalah menciptakan kembali lingkungan pralahir melalui
bebunyian yang kaya akan frekuensi tinggi.
- gunanya adalah memberi anak hasrat dan energi agar menggunakan pendengarannya
untuk berkomunikasi, serta untuk menghadapi perubahan-perubahan yang akan datang.
Fase ini juga menyusun tahapan untuk fase program berikutnya,yaitu fase pelatihan.
- Di katakan pasif karena anak tidak perlu secara sadar menaruh perhatian pada bebunyian
dari headphone atau melakukan pelatihan suara. Mereka dapat melakukannya sambil
melukis, menggambar, bermain, berbicara, bahkan tidur. Stimulasi bunyi sepanjang fase
pasif biasanya merupakan kombinasi rekaman suara ibu denganmusik Mozart. Rekaman
suara ibu yang sedang membaca keras-keras dimodifikasi oleh filter-filter elektronik
untukmenonjolkan frekuensi frekuensi tinggi suara itu. Sebenarnya, hasil akhir
modifikasi ini jarang sekali menyerupai suara aslinya. Bunyi bising seperti peluit yang
mendecit inibagaikan bebunyian dari dunia lain. Suara ibu membawa si pendengar
kembali ke dalam rahim, membangun sebuah jembatan antara dunia di dalam kandungan
ibu dan dunia lain sesudah kelahiran. Seperti kembali ke akar terdalam dari telinga yang
mendengar. Fase pasif diakhiri dengan suatu proses yang disebut kelahiran sonic. Proses
ini merupakan suatu defiltering atau pelepasan kembali secara progresif suara yang
terasing tadi,yang mereproduksi penghubung antara mode mendengar pralahir dan mode
sesudah lhir.Metode serupa dilakukan dengan musik Mozart.

2) Fase Aktif

- Fase kedua disebut aktif karena mengandung pelatihan.


- Anak menggunakan suara mereka sendiri untuk memberi makan telinga sekaligus
merangsang pendengaran mereka, yang pada gilirannya akan mengontrol produksi suara.
- Selama fase pasif pendengaran dibangun. Berikutnya menerapkannya pada suara melalui
pelatihan-pelatihan:
Anak mendengar bunyi rekaman melalui headphone dan mengulanginya melalui
mikrofon. Baik bunyi asli maupun suara asli dimodifikasi oleh Telinga Elektronik untuk
memproduksi pendengaran akurat. Kemudian dikirim kembali ketelinga melalui
headphone. Pada fase aktif ini, produksi suara pertamakali disentuh lewat pelatihan
menyanyi dan bersenandung. Kemudian ,melalui pengulangan kata dan kalimat
diperkenalkan bahasa tulisan. Setiap sesi aktif memakan waktu satu setengah jam dan
diikuti oleh setengah jam berikutnya untuk mendengar musik. Proses ini memungkinkan
anak untuk beristirahat dan santai antara pelatihan, sembari tetap merangsang telinga.
Tahap fase aktif berikutnya terdiri dari pengulangan kata dankalimat yang penuh
denganbunyi bahasa siulan, seperti s,f,ch danj. Huruf-huruf tersebut menghasilkan
bebunyian berfrekuensi tinggi. Untuk memberikan bobot lebih pada pelatihan dalam
rentang frekuensi tinggi tersebut,frekuensi stimulasi suara yang rendah secara progresif
disaring. Sikap tubuh, teknik pernafasan, dan produksi suara yang dipelajari saat berlatih
menyanyi masih dipertahankan. Bebunyian diartikulasikan sejelas mungkin dengan bibir
yang disorongkan ke depan. Dengan tahapan program ini, anak akan menyadari bahwa
aktivitas membaca mereka akan menjadi lebih cepat,lebih menyenangkan dan tidak
melelahkan.. Pada titikini ,anak diminta untuk membaca keras-keras buku yang mereka
pilih sendiri, sementara suara mereka dipantau oleh Telinga Elektronik. Karena dalam
pelatihan ini penekanannya terletak pada kualitas suara,mereka harus membaca dengan
relatif lambat dan dengan ekspresi yang baik.

2)Konsep Bina Bicara


Pengertian Bina Bicara
Berdasarkan pemikiran Xavier Tan & Njiokiktijien (2006), menyatakan bahwa bina bicara
diartikan sebagai tempat pelatihan berbicara dan perbaikan pada gejala-gejala gangguan
bicara, dan kognitif linguistik yang diatur oleh otak bagian kiri. (Komunikasi & Tunarungu,
2008) Pengembangan kemampuan berbicara merupakan serangkaian upaya yang dilakukan
kepada anak agar mereka memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap sehingga mereka
dapat mengekspresikan pikiran, gagasan, dan perasaannya saat berbicara.

Hermanto (2008), menyatakan bahwa melalui pembelajaran bina bicara diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak, dengan didukung oleh berbagai persiapan
dan dukungan yang baik. Adapun bentuk dukungan tersebut adalah adanya pembinaan
kemampuan artikulasi yang baik dan terprogram, adanya sarana dan prasarana sekolah yang
mendukung program bina bicara tersebut, serta adanya pengkondisian yang tidak memaksa
bagi anak dengan gangguan bicara. (Studi et al.,n.d.)
Didalam pelaksanaannya, bina bicara meliputi :
1. Latihan prabicara, seperti : latihan arah mimic wajah, latihan suara, dan pelemasan
organ bicara.
2. Latihan pembentukan suara, seperti : meniup dengan hembusan, letupan,menghirup dan
menghembuskan nafas melalui hidung.
3. Latihan pembentukan suara, seperti : menyadarkana ank bersuara, merasakan getaran,
menirukan ucapan guru, melafalkan vokal suara.
4. Pembentukan fonem
5. Pembetulan dan penyadaran irama
6. Pengembangan berbicara.

Tujuan Bina Bicara


Menurut Nugroho (2004), ada tiga macam tujuan dari bina bicara (Hernawati, 2007)
yaitu:
1. Bidang pengetahuan
Bertujuan agar anak memiliki pengetahuan terkait dengan :
a. Cara mengucapkan seluruh bunyi dari bahasa Indonesia
b. Cara mengucapkan kata, kelompok kata, dan kelompok kalimat.
c. Mengevaluasi bicaranya sendiri yang sesuai dengan pengamatan visual, auditif, dan
kinestetik.
d. Cara meningkatkan kualitas bicara dan mengendalikan alat ucap.
e. Cara dalam pemilihan kata yang tepat.
2. Bidang keterampilan
Bertujuan agar anak terampil, seperti :
a. Terampil dalam mengucapkan bunyi-bunyian dari bahasa Indonesia
b. Terampil dalam mengucapkan kata, kelompok kata, dan kelompok kalimat dalam
bahasa Indonesia.
b. Terampil dalam melakukan evaluasi terhadap bahasa nya sendiri.
c. Terampil dalam mengendalikan ucapannya dan meningkatkan mutu dari berbicara.
d. Terampil dalam menggunakan kata, kelompok kata, dan kalimat dengan tepat, baik,
dan benar.
3. Bidang sikap
Bertujuan agar anak memiliki sikap seperti :
a. Suka berkomunikasi dengan orang lain.
b. Suka melakukan evaluasi terkait dengan pengembangan kemampuan berbicaranya.

Adapun tujuan umum dari bina bicara ini adalah :


1. Dapat berkomunikasi dengan baik dilingkungan masyarakat.
2. Dapat bekerja dan berintegrasi didalam kehidupan bermasyarakat.
3. Dapat berkembang sesuai dengan asas dari perkembangan seumur hidup.
DAFTAR RUJUKAN

Iswari, Mega. 2008. Kecakapan Hidup bagi Anak Berkebutuhan Khusus.Padang:UNP Press

Aprilia,Imas Diana. 2017. Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan .Bandung

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196610251993031-
YUYUS_SUHERMAN/I._Makalah/BPBI.pdf

Anda mungkin juga menyukai