DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH:
DESMA DAHLIAWATY
NIM 21003263
A Layanan Vokasional
1)Pengertian layanan vokasional dan pengertian kecakapan vokasional
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2002:1263) vokasional diartikan sebagai
yang bersangkutan dengan (sekolah) kejuruan atau bersangkutan dengan bimbingan
kejuruan. Ataupun dalam arti umum, orangorang sering memaknai vokasional dikaitkan
dengan pekerjaan atau keterampilan untuk mencari nafkah atau sumber penghidupan.
Sedangkan menurut Puskur Depdiknas (2007)
Dari pengertian lain juga menyebutkan bahwa kecakapan vokasional sering disebut sebagai
kecakapan kejuruan, yang berarti kecakapan ini dikaitkan dengan bidang pekerjaantertentu
yang cocok untuk siswa yang menekuni pekerjaan dengan mengandalkan keterampilan
psikomotor dari pada berpikir ilmiah.
Pengembangan kecakapan hidup tersebut hendaknya sesuai dengan bakat dan minat serta
kebutuhan anak berkebutuhan khusus sesuai dengan sarana prasarana dan keadaan sekolah
maupun dalam masyarakat. Untuk mensiasati keadaan tersebut, pembekalan dan
pengembangan kecakapan vokasional bagi anak berkebutuhan khusus yang tidak mampu
melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi, maka mereka perlu dibekali kecakapan
vokasional yang baik agar mereka dapat hidup mandiri. Adapun tujuan dari latihan
kecakapan vokasional adalah:
- Bengkel kerja ini diperlukan bagi anak-anak untuk latihan kecakapan vokasional,
mengenal alat-alat yang di gunakan sesuai kebutuhan, bengkel kerja ini berguna bagi
semua anak berkebutuhan khusus.
B Layanan Kompensatoris
1)Konsep Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama
Pengertian Bina Persepsi Bunyi dan Irama
Pengertian Bina Persepsi Bunyi dan Irama merupakan suatu proses penilaian untuk
memperoleh gambaran terhadap performa siswa dalam mendeteksi dan memahami bunyi.
Menurut Lani Bunawan & Yuwati dalam buku Pedoman Pelaksanaan Bina Persepsi Bunyi
dan Irama (2001:3) Mengemukakan bahwa “Bina Persepsi Bunyi dan Irama adalah
pembinaaan dalam penghayatan bunyi yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja
sehingga pendengaran dan perasaan vibrasi yang dimiliki anak tuna rungu dapat
dipergunakan sebaikbaiknya untuk berintegrasi dengan dunia sekelilingnya yang penuh
bunyi”.
Sedangkan menurut Endang Purbaningrum Bina Persepsi Bunyi dan Irama (2006:3) adalah
“Pembinaan dalam penghayatan bunyi yang dilakukan secara sistematis dengan sengaja atau
tidak sehingga sisa pendengaran dan perasaan vibrasi dan pengalaman kontak yang dimiliki
anak-anak tuna rungu dapat dipergunakan sebaik-baiknya untuk berintegrasi dengan dunia
sekelilingnya yang penuh bunyi”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bawa Bina Persepsi Bunyi dan Irama adalah
Pembinaan dalam penghayatan bunyi yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja
sehingga pendengaran dan perasaan vibrasi yang dimiliki anak tuna rungu wicara dapat
dipergunakan sebaik-baiknya untuk berintegrasi dengan dunia sekelilingnya.
Secara umum pengembangan persepsi bunyi dan irama (PKPBI) bertujuan agar kepekaan
sisa pendengaran anakdan perasaan vibrasi anak semakin terlatih untuk memahami makna
berbagai macam bunyi, terutama bunyi bahasa yang sangat menentukan keberhasilan dalam
berkomunikasi dengan lingkungannya dengan menggunakan alat bantu mendengar (ABM)
atau tanpa alat bantu mendengar (ABM).
Secara khusus tujuan pengembangan persepsi bunyi dan irama (PKPBI) adalah sebagai
berikut :
1) Agar anak tunarungu dapat terhindar dari cara hidup yang semata-mata tergantung pada
daya penglihatan saja, sehingga cara hidupnya lebih mendekati anak normal.
2) Agar kehidupan emosi anak tunarungu berkembang dengan lebih seimbang.
3) Agar penyesuaian anak tunarungu menjadi lebih baik berkat dunia pengalamannya yang
lebih luas.
4) Agar motorik anak tunarungu berkembang lebih sempurna.
5) Agar anak tunarungu mempunyai kemungkinan untuk mengadakan kontak yang lebih
baik sebagai bekal hidup di masyarakat yang mendengar.
Menurut Murni Winarsih (2007:83) tujuan Bina Persepsi Bunyi dan Irama adalah sebagai
berikut :
1) Agar anak tuna rungu dapat terhindar dari cara hidup yang semata-mata tergantung pada
daya penglihatan saja, sehingga cara hidupnya lebih mendekati anak normal.
2) Agar kehidupan emosi anak tuna rungu berkembang dengan lebih seimbang.
3) Agar penyesuaian anak tuna rungu menjadi lebih baik berkat dunia pengalamannya
yang lebih luas.
4) Agar motorik anak tuna rungu berkembang lebih sempurna.
Pentahapan BKPBI
1. Tahap deteksi bunyi, yaitu ke mampuan siswa dalam menyadari ada dan tidak adanya
bunyi, dengan menggunakan atau tanpa menggunakan Alat Bantu Mendengan (ABM).
2. Tahap diskriminasi bunyi, yaitu kemampuan siswa dalam membedakan berbagai macam
sifat bunyi, menghitung bunyi, mencari arah bunyi, membedakan sumber bunyi,
membedakan birama/membedakan irama musik baik memakai ABM atau tanpa ABM.
3. Tahap identifikasi bunyi, yaitu kemampuan siswa dalam mengenali ciri-ciri berbagai
macam sumber bunyi dan berbagai sifat bunyi dengan menggunakan ABM.
4. Tahap komprehensi
Program BPBI
1) fase pasif
- Pada fase pasif dilakukan melalui head-phone, anak mendengar suara-suara yang
dimodifikasi oleh perangkat pelatihan mendengar yang diciptakan Dr. Tomastis (telinga
elektronik).
- Tujuan utama fase pasif ini adalah menciptakan kembali lingkungan pralahir melalui
bebunyian yang kaya akan frekuensi tinggi.
- gunanya adalah memberi anak hasrat dan energi agar menggunakan pendengarannya
untuk berkomunikasi, serta untuk menghadapi perubahan-perubahan yang akan datang.
Fase ini juga menyusun tahapan untuk fase program berikutnya,yaitu fase pelatihan.
- Di katakan pasif karena anak tidak perlu secara sadar menaruh perhatian pada bebunyian
dari headphone atau melakukan pelatihan suara. Mereka dapat melakukannya sambil
melukis, menggambar, bermain, berbicara, bahkan tidur. Stimulasi bunyi sepanjang fase
pasif biasanya merupakan kombinasi rekaman suara ibu denganmusik Mozart. Rekaman
suara ibu yang sedang membaca keras-keras dimodifikasi oleh filter-filter elektronik
untukmenonjolkan frekuensi frekuensi tinggi suara itu. Sebenarnya, hasil akhir
modifikasi ini jarang sekali menyerupai suara aslinya. Bunyi bising seperti peluit yang
mendecit inibagaikan bebunyian dari dunia lain. Suara ibu membawa si pendengar
kembali ke dalam rahim, membangun sebuah jembatan antara dunia di dalam kandungan
ibu dan dunia lain sesudah kelahiran. Seperti kembali ke akar terdalam dari telinga yang
mendengar. Fase pasif diakhiri dengan suatu proses yang disebut kelahiran sonic. Proses
ini merupakan suatu defiltering atau pelepasan kembali secara progresif suara yang
terasing tadi,yang mereproduksi penghubung antara mode mendengar pralahir dan mode
sesudah lhir.Metode serupa dilakukan dengan musik Mozart.
2) Fase Aktif
Hermanto (2008), menyatakan bahwa melalui pembelajaran bina bicara diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak, dengan didukung oleh berbagai persiapan
dan dukungan yang baik. Adapun bentuk dukungan tersebut adalah adanya pembinaan
kemampuan artikulasi yang baik dan terprogram, adanya sarana dan prasarana sekolah yang
mendukung program bina bicara tersebut, serta adanya pengkondisian yang tidak memaksa
bagi anak dengan gangguan bicara. (Studi et al.,n.d.)
Didalam pelaksanaannya, bina bicara meliputi :
1. Latihan prabicara, seperti : latihan arah mimic wajah, latihan suara, dan pelemasan
organ bicara.
2. Latihan pembentukan suara, seperti : meniup dengan hembusan, letupan,menghirup dan
menghembuskan nafas melalui hidung.
3. Latihan pembentukan suara, seperti : menyadarkana ank bersuara, merasakan getaran,
menirukan ucapan guru, melafalkan vokal suara.
4. Pembentukan fonem
5. Pembetulan dan penyadaran irama
6. Pengembangan berbicara.
Iswari, Mega. 2008. Kecakapan Hidup bagi Anak Berkebutuhan Khusus.Padang:UNP Press
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196610251993031-
YUYUS_SUHERMAN/I._Makalah/BPBI.pdf