Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

BINA KOMUNIKASI PERSPEKTIF BUNYI DAN IRAMA


( Praktik Deteksi Bunyi )

DOSEN PENGAMPU:
Dr. MARTIAS Z, S.Pd., M.Pd

KELOMPOK 4 :
ASIMA DAMERIA SIANIPAR (21003260)
INDRAWATI SURBAKTI (21003280)
JONNI LASTUA SITORUS (21003287)

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga kami pada akhirnya bisa
menyelesaikan tugas Bina Komunikasi Perspektif Bunyi Dan Irama tentang Praktik Deteksi Bunyi
tepat pada waktunya.

Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pengampu yang selalu memberikan
dukungan serta bimbingannya sehingga tugas ini dapat disusun dengan baik. Semoga tugas yang
telah kami susun ini turut memperkaya khazanah ilmu serta bisa menambah pengetahuan dan
pengalaman para pembaca.

Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Kami juga
menyadari bahwa tugas ini juga masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu kami
mengharapkan saran serta masukan yang membangun dari para pembaca demi penyusunan tugas
dengan tema serupa yang lebih baik lagi.

Medan, Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengenalan ........................................................................................ 3
B. Teknik Pelaksanaan Melalui Vakt .................................................... 4
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ................................................................................. 6
B. SARAN ............................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program Bina Komunikasi Persepsi Bunhyi dan Irama ada di dalam kukrikulum Sekolah
Luar Biasa (SLB) untuk anak tunarungu. Program ini merupakan program khusus untuk
pembinaan keterampilan berkomunikasi dan keterampilan dalam penghayatan bunyi yang
dilakukan secara sengaja maupun tidak, sehingga fungsi pendengaran , organ wicara, serta
kemampuan merasakan vibrasi dapat dipergunakan seoftimal mungkin untuk dapat
berinteraksi dengan dunia sekelilingnya yang penuh dengan bunyi.
Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama merupakan program khusus yang wajib
diberikan kepada semua anak tunarungu mulai dari peserta didik tingkat latihan, persiapan,
tingkat dasar, sampai tingkat menengah pertama di Sekolah Luar Biasa. Pada dasarnya
program bina komunikasi persepsi bunyi dan irama dapat dan harus diberikan pada anak
tunarungu sedini mungkin.
Bina komunikasi persepsi bunyi dan irama adalah serangkaian proses pembinaan yang
dilakukan guru SLB yang berbentuk suatu kegiatan untuk mengoftimalkan fungsi pendengaran
bagi siswa tunarungu, agar mampu menyadari adanya bunyi, mampu mengenali atau
mendeteksi ada dan tidak adanya bunyi, membedakan bunyi, dan memaknai bunyi sehingga
dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengikuti program khusus BKPBI
secara intensif, terprogram dan berkesinambungan, serta didukung oleh tenaga pendidik yang
profesional, juga sarana dan prasarana yang mendukung akan membantu siswa tunarungu
untuk dapat mengoftimalkan sisa pendengarannya, sehingga mereka mampu berkomunikasi
dan berirama dengan baik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pengenalan dalam deteksi bunyi ?
2. Bagaimana Teknik pelaksanaan melalui VAKT ?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah yang ada, dapat disimpulkan tujuannya sebagai berikut:

1
1. Dapat mengetahui konsep pengenalan dalam deteksi bunyi.
2. Dapat mengetahui bagaimana teknik pelaksanaan melalui VAKT.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengenalan
Tujuan dari deteksi bunyi, yaitu anak menyadari adanya bunyibunyian latar belakang,
bunyi suara manusia, dan bunyi suara binatang secara terprogram. Program ini merupakan
program pertama yang perlu dilatihkan pada anak dengan hambatan sensori pendengaran.
Program ini merupakan latihan untuk memberi respon yang berbeda terhadap ada/tidak adanya
bunyi, atau kesadaran akan bunyi yang menyangkut daya kepekaan (sensitivitas) atau
kesadaran terhadap bunyi. Bunyi yang dilatihkan meliputi bunyi latar belakang, bunyi alat
musik dan bunyi bahasa.
Manusia yang berpendengaran normal memiliki latar belakang berbagai macam bunyi
yang memberikan arti yang sangat penting bagi kejiwaan manusia. Dengan adanya latar
belakang bunyi ini manusia akan mempunyai kontak terus menerus dengan orang dan alam
sekitar. Keadaan ini membuat manusia merasa aman dan memperkaya penghayatan terhadap
segala sesuatu yang dialaminya.(Susiani, 2014).
Anak tunarungu tidak menghayati adanya bunyi latar belakang seperti anak normal tetapi
bukan berarti mereka tidak bisa menghayati seluruh bunyi yang ada. Kebanyakan anak
tunarungu masih memiliki sisa pendengaran pada daerah nada tinggi atau nada rendah. Anak
tunarungu yang masih mempunyai banyak sisa pendengaran dapat menghayati bunyi lewat
pendengarannya tetapi untuk anak tunarungu yang sisa pendengarnnya amat kecil mereka akan
menghayati bunyi-bunyian lewat perasaan vibrasinya.
Anak tunarungu totalpun masih mampu mengamati dan menghayati bunyi atau dibuat
sadar akan adanya bunyi dengan secara sistematis memberi kesempatan kepada anak
tunarungu mengalami pengamatan bunyi, sehingga hal tersebut menjadi bagian dalam
perkembangan jiwa mereka, suatu sikap hidup guna menjadi pribadi yang lebih utuh dan
harmonis sehingga mereka akan tumbuh menjadi manusia yang lebih normal.
Latihan mendengar sangat penting diberikan bagi anak tunarungu terutama bagi anak
tunarungu yang masih memiliki sisa pendengaran. Bukan berarti bahwa anak tunarungu total
tidak perlu memperoleh latihan mendengar. Semua anak tunarungu dengan semua tingkat
ketunarunguannya berhak mendapatkan latihan mendengar guna meningkatkan potensi yang
masih dimilikinya.

3
Program BKPBI yang diberikan tidak hanya melatih kepekaan bunyi non bahasa pada anak
tunarungu tetapi juga bunyi bahasa. Bunyi bahasa atau secara fonologi dikenal dengan istilah
fonem adalah satuan terkecil dalam sebuah bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan
makna. Fonem dalam bahasa dapat mempunyai beberapa macam lafal yang bergantung pada
tempatnya dalam kata atau suku kata. Pembinaan dalam penghayatan bunyi yang dilakukan
dengan sengaja atau tidak, sehingga pendengaran dan perasaan vibrasi yang dimiliki anak
tunarungu dapat dipergunakan sebaikbaiknya untuk berintergrasi dengan dunia sekelilingnya
yang penuh bunyi.

B. Teknik Pelaksanaan Melalui VAKT


Dalam metode VAKT, perangsangan visual dan auditoris diberikan berurutan.
Perangsangan visual melalui tulisan pada kartu kata, diikuti pengucapan oleh guru dan anak
diminta mengikuti. Penyajian rangsang visual akan diperkuat dengan perangsangan auditoris
sehingga anak lebih cepat dalam mengidentifikasi, membedakan, dan menyimpan kata–kata
yang dipelajari. Selain ketrampilan visual dan auditoris, kepekaan taktil juga dapat
mempercepat proses membaca. Perabaan memberi informasi tentang bentuk, ukuran, dan berat
sebuah benda. Perabaan juga memperjelas tekstur permukaan dari suatu benda yang tidak jelas
jika diamati secara visual (Blake & Sekuler, 2006).
Belajar membaca melalui penerapan metode VAKT :
1. Pertama ketika fasilitator memperlihatkan dan membacakan kartu kata yang terdiri dari
huruf pada anak (visual, auditori);
2. Kedua anak diminta untuk memilih dan mengambil kartu kata yang telah disediakan secara
acak (visual, kinestetik, taktil);
3. Ketiga anak menunjuk kartu kata dan menyusun kartu huruf timbul tersebut menjadi kata
yang bermakna (visual, kinestetik, taktil);
4. Keempat anak dibimbing menyebutkan susunan kartu kata dan melafalkan secara benar
(auditori);
5. Kelima anak dibimbing menelusuri huruf timbul dengan menggunakan jari telunjuknya
serta mengucapkannya keras-keras (auditori, taktil);
6. Keenam anak dibimbing blending atau menyatukan huruf menjadi kesatuan suku kata yang
benar (visual, auditori);

4
7. Langkah terakhir ialah anak dibimbing untuk menuliskan kata yang telah dipelajari pada
baki berisi pasir yang telah disediakan dan membaca apa yang telah ditulis (taktil, auditori).
Pelaksanaan metode VAKT (Visual, Auditori, Kinestetik, Taktil) pada anak tunarungu
adalah sebagai berikut :
1. Visual :Guru membagikan kartu kata dan mengucapkannya, siswa melihat dan menirukan
kata yang diucapkan oleh guru.
2. Auditori :Guru mengucapkan bunyi kata dan siswa mempersepsi dan mengikutinya.
Selanjutnya guru menanyakan apa bunyi kata tersebut pada siswa, lalu siswa menyebutkan
bunyinya.
3. Kinestetik :Guru menulis kata yang diajarkan diudara, siswa mengikutinya.
4. Taktil :Guru menuliskan kata yang dipelajari, menerangkan dan menjelaskan di papan tulis,
siswa memahami bunyi,bentuk dan cara menulis kata dengan jalan menelusuri kata yang
dibuat guru kemudian menyalin dibuku berdasarkan memorinya.
Kegiatan pembelajaran untuk melatih deteksi bunyi/irama pada anak tunarungu
dilakukan dengan :(Irawan, 2015)
1. Guru menempatkan siswa sesuai dengan kondisi serta melakukan pengecekan ABM (bila
menggunakan) kemudian dilanjutkan dengan percakapan, dimana hasil percakapan itu
digunakan sebagai titik tolak respon untuk materi yang akan dilaksanakan pada saat itu.
2. Siswa memperhatikan dan mendengarkan bunyi yang diperdengarkan guru dengan
memanfaatkan semua inderanya (penglihatan, vibrasi, pendengaran) secara klasikal
maupun kelompok, kemudian siswa mereaksi ada atau tidak ada bunyi yang
diperdengarkan guru dengan memberikan respon berupa: gerakan, membunyikan,
mengucapkan kata, menuliskan kata, atau bermain peran. Kegiatan ini dilanjutkan dengan
mereaksi bunyi menggunakan indera pendengaran saja.
3. Guru melakukan pengamatan dari reaksi yang dilakukan siswa
a. Bentuk latihan mendeteksi bunyi dengan menggunakan media lonceng
Pembelajaran atau latihan deteksi bunyi pada anak tunarungu, terkadang anak
dihadapkan pada kejenuhan. Kondisi ini dimungkinkan rasa frustasi dari anak
tunarungu yang begitu sulit untuk mendeteksi bunyi-bunyian yang diperkenalkan oleh
guru. Dalam menghadapi kondisi seperti ini, guru yang mengajarkan deteksi bunyi
pada anak tunarungu harus menggunakan berbagai daya upaya, baik dalam hal

5
penggunaan metode pembelajaran secara variasi, penggunaan alat peraga secara
menarik, penggunaan media pembelajaran secara optimal, atau bahkan guru
memadukan penggunaan alat peraga dan media pembelajaran dalam permainan yang
menarik minat anak tunarungu dalam mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, dalam
kegiatan lainnya, guru dapat mengkombinasikan kegiatan mendeteksi bunyi melalui
permainan yang relevan dengan kegiatan deteksi bunyi.
b. Penggunaan metode bermain dalam latihan mendeteksi bunyi Pada anak tunarungu
Dalam kegiatan lainnya, latihan mendeteksi bunyi pada anak tunarungu dapat
dilakukan melalui permainan tanpa menggunakan alat peraga. Permainan tanpa
menggunakan alat peraga dalam latihan deteksi bunyi, dapat dilakukan oleh guru
dengan memodifikasi gerak dan irama. Penggunaan metode pembelajaran ini apabila
diikuti dengan baik oleh anak tunarungu, sebenarnya memiliki fungsi ganda. Pertama,
anak menjadi tertarik untuk mengikuti pembelajaran deteksi bunyi secara
menyenangkan, tidak jenuh, dan aktif dalam pembelajaran. Kedua, memiliki fungsi
untuk melatih keterampilan dasar dalam melakukan gerak dan irama sebagai dasar
dalam membentuk harmonisasi antara bunyi dengan gerakan irama. Supaya gerakan
irama yang dilakukan dalam latihan deteksi bunyi dapat diikuti oleh anak dengan
menyenangkan dan memiliki fungsi edukatif terhadap pencapaian tujuan pembelajaran,
guru harus terampil dalam memilih dan menggunakan berbagai gerakan yang harus
dilakukan oleh anak tunarungu.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan dari deteksi bunyi, yaitu anak menyadari adanya bunyibunyian latar belakang,
bunyi suara manusia, dan bunyi suara binatang secara terprogram. Program ini merupakan
program pertama yang perlu dilatihkan pada anak dengan hambatan sensori pendengaran.
Program ini merupakan latihan untuk memberi respon yang berbeda terhadap ada/tidak adanya
bunyi, atau kesadaran akan bunyi yang menyangkut daya kepekaan (sensitivitas) atau
kesadaran terhadap bunyi. Bunyi yang dilatihkan meliputi bunyi latar belakang, bunyi alat
musik dan bunyi bahasa.
Program BKPBI yang diberikan tidak hanya melatih kepekaan bunyi non bahasa pada anak
tunarungu tetapi juga bunyi bahasa. Bunyi bahasa atau secara fonologi dikenal dengan istilah
fonem adalah satuan terkecil dalam sebuah bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan
makna. Fonem dalam bahasa dapat mempunyai beberapa macam lafal yang bergantung pada
tempatnya dalam kata atau suku kata. Pembinaan dalam penghayatan bunyi yang dilakukan
dengan sengaja atau tidak, sehingga pendengaran dan perasaan vibrasi yang dimiliki anak
tunarungu dapat dipergunakan sebaikbaiknya untuk berintergrasi dengan dunia sekelilingnya
yang penuh bunyi.

B. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan sekali kritik dan saran yang membangun bagi makalah ini, agar penulis
dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Irawan, A. (2015). Prinsip, Teknik, dan Prosedur Pembelajaran BKPBI.

Susiani, E. (2014). Kemampuan Mendiskriminasi Bunyi Bahasa Pada Anak Tunarungu Kelas VII
Dalam Pembelajaran Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI) di SLB B
Karnnamanohara Yogyakarta. In McKinsey Quarterly (Vol. 2).

Tahun, A., Penerapan, P., Vakt, M., Maspika, S., & Psi, M. (2019). Tactile ) Terhadap Peningkatan
Kemampuan Membaca Pendahuluan Sekolah dasar merupakan pendidikan formal yang
menjadi dasar dalam mencari ilmu pengetahuan . Pendidikan di sekolah dasar peranan yang
sangat penting bagi siswa , karena kepadanyalah mula- mula . 2(1), 61–78.

Udjijanti, E. (2017). Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Menggunakan Metode VAKT (


Visual , Auditori , Kinestetik , Taktil) Anak Tunarungu Kelas I di Sekolah Luar Biasa.
Jurnal Pendidikan Khusus, 1–5.

Anda mungkin juga menyukai