Anda di halaman 1dari 12

KB 3

Kebutuhan khusus dan profil pendidikan anak tunarungu dan anak dengan gangguan komunikasi

A. Kebutuhan khusus anak tunarungu dan anak dengan gangguan komunikasi


1. Kebutuhan khusus anak tunarungu

Dalam menentukan kebutuhan khusus anak tunarungu, kita perlu mempertimbangkan tingkat
keturunannya lokasi terjadinya kerusakan gangguan pendengaran serta saat terjadinya tunarungu.
Masalah utama akibat keturunan bukan terletak pada ketidakmampuannya berbicara sebagai sarana
komunikasi lisan melainkan hambatannya kemampuan berbahasa secara keseluruhan mereka tidak atau
kurang mampu memahami lambang dan aturan bahasa terlambatnya kemampuan berbahasa secara
keseluruhan yang dialami anak tunarungu berimplikasi pada kebutuhan khusus mereka yang
memperoleh layanan pendidikan yang sesuai dengan kondisi keturunannya.

Layanan BKPBI adalah layanan kekhususan yang merupakan satu kesatuan antara pembinaan
komunikasi dan optimalisasi sisa pendengaran untuk mempersepsi bunyi dan irama berikut adalah
layanan komunikasi bina persepsi bunyi dan irama

a. Layanan bina komunikasi

Layanan bina komunikasi merupakan suatu upaya untuk mengembangkan kemampuan


berkomunikasi anak yang terlambat sebagai dampak dari kehilangan pendengarannya

1) layanan pengembangan kemampuan berbahasa


Layanan perolehan bahasa tersebut diperoleh melalui percakapan dengan memperhatikan
sensori yang dapat diberikan stimulasi titik berkenaan dengan hal tersebut Van den (1971) telah
mengembangkan suatu metode pengembangan bahasa melalui percakapan yang dikenal
dengan metode maternal reflektif ( MMR). Metode tersebut menekankan pada guru untuk
menerapkan metode tangkap dan peran ganda serta menganut prinsip"Apa yang ingin kau
katakan, katakanlah begini". Dengan kata lain, guru berperan sebagai anak yang mengucapkan
apa yang ingin diungkapkan anak tunarungu selanjutnya guru menanggapi ungkapan tersebut
sehingga terjadi percakapan.
Dengan demikian anak tersebut membutuhkan layanan pengembangan bicara titik namun bagi
anak yang sulit sekali berkomunikasi secara verbal, diberikan layanan komunikasi non verbal,
yang meliputi abjad jari, bahasa isyarat alami atau isyarat konseptual serta bahasa isyarat formal
titik selanjutnya berkembang suatu pendekatan yang menganjurkan penggunaan metode
komunikasi orang dan isyarat secara stimulan titik yang dikenal dengan pendekatan komunikasi
total. Dalam berkomunikasi nonverbal dapat dibantu dengan melakukan komunikasi
augmentative melalui gesture, gambar, pantomim, ekspresi wajah, isyarat mata, dan sebagainya
2) Layanan bina bicara
Layanan bina bicara merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan anak tunarungu dalam
mengucapkan bunyi-bunyi bahasa dalam rangkaian kata-kata agar dapat dimengerti dan
diinterpretasikan oleh orang yang mengajak atau diajak bicara titik latihan bina bicara dikenal
dengan latihan artikulasi. Dengan demikian anak tunarungu memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap untuk mengekspresikan pikiran gagasan, dan perasaannya dengan cara
berbicara layanan berbicara meliputi:
a) Latihan pra bicara: latihan keterawajahan, terarah suaraan dan pelemasan organ bicara,
b) Latihan pernafasan, misalnya meniup dengan hembusan meniup dengan letupan dan
menghirup serta menghembuskan nafas melalui hidung.
c) Latihan pembentukan suara: menyadarkan anak untuk bersuara merasakan vokal suara
serta meraban sambil merasakan getaran.
d) Pembentukan fonem yaitu latihan pengucapan fonem atau huruf dalam rangkaian kata
e) Wong gemblengan pembetulan, serta penyadaran irama.

Di samping itu, guru dapat bekerja sama dengan orang tua untuk melatih pengucapan anak di rumah.
Metode yang dapat digunakan dalam melaksanakan bina bicara ini antara lain: metode kata lembaga
atau perkata dan multi sensori

Metode kata per kata: merupakan metode bina wicara memberikan latihan berupa kata per kata bukan
per huruf dengan memperhatikan posisi vokal atau konsonan yang dilatihkan. Misalnya mematikan
konsonan b dalam kata:

- buku (posisi awal)

- ibu (posisi tengah)

- kitab (posisi akhir)

Metode kata lembaga ini dikenal juga dengan metode global kata, artinya melatih pengucapan kata-
kata seperti nama benda yang sering dilihatnya, metode multi sensori, yaitu penggunaan seluruh
sensori atau indera anak untuk meraba atau taktil serta kinestetik melalui Indra visual, anak dapat
melihat mekanisme organ artikulasi yang benar seperti tetap lidah posisi bibir posisi rahang dan
kemudian menirukan gerakan tersebut dengan membentuk bicara yang benar.

3) Layanan membaca ujara


Anak tunarungu mengalami kesulitan untuk menyimak pembicaraan melalui pendengarannya.
Oleh karena itu ia dapat memanfaatkan penglihatannya untuk memahami pembicaraan orang
lain melalui gerak bibir dan mimik si pembicara.
Kemampuan membaca ujaran dapat dilatih membaca ujaran titik melalui latihan pra membaca
ujaran meliputi latihan meniru gerakan-gerakan yang besar terlebih dahulu seperti gerakan
tangan, kemudian gerakan yang kecil seperti meniru gerakan lidah dan bibir.
b. Layanan bina persepsi bunyi dan irama
Layanan bina persepsi bunyi dan irama merupakan layanan untuk melatih kepekaan anak
tunarungu terhadap bunyi dan irama bagi anak yang tergolong kurang dengan latihan diberikan
melalui sikap pendengarannya dengan atau tidak memakai alat bantu dengan titik sedangkan
bagi anak yang tergolong tuli latihan yang diberikan melalui perasaan vibrasi atau getaran bunyi.
Secara umum layanan bina persepsi bunyi dan irama bertujuan agar kepekaan sisa pendengaran
dan perasaan vibrasi siswa semakin terlatih untuk memahami makna sebagai macam bunyi
terutama bunyi bahasa yang sangat menentukan keberhasilan dalam komunikasi dengan
lingkungannya dengan dan tanpa bantuan alat bantu dengar ( ABM) (Depdiknas 2007).
Secara khusus, layanan bina persepsi bunyi dan irama bertujuan agar:
1) Mendeteksi bunyi-bunyi di sekitarnya dengan atau tanpa menggunakan alat bantu
mendengar
2) Mengidentifikasi bunyi-bunyi termasuk bunyi bahasa
3) Men diskriminasi bunyi di sekitarnya termasuk irama dan bunyi bahasa dengan atau tanpa
menggunakan alat bantu dengar
4) Memahami bunyi di sekitarnya sebagai tanda atau lambang serta memahami bunyi bahasa
dengan atau tanpa alat bantu dengar

Tujuan khusus pemberian layanan bina persepsi bunyi dan irama antara lain sebagai berikut:

1) Siswa dapat beradaptasi dengan masyarakat dengar di tengah dunia bunyi


2) Kehidupan emosi siswa berkembang lebih seimbang setelah mengenal bunyi dan irama
3) Keterampilan bicara den membaca ajarannya meningkat
4) Kemampuan bahasa siswa berkembang
5) Penyesuaian siswa menjadi lebih baik berkat pengalamannya lebih luas di dalam dunia bunyi
6) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa dengan sesama manusia sehingga berkembang
pula keberanian dan rasa percaya dirinya
( Boskosumitro, dalam sajaah, E & Sukardja, 1996 & Depsikbud, 2007).

Program latihan BPBI sebagaimana yang dikemukakan oleh depdiknas(2007) dan sadjaah, E. & Sukardja
(1996:234-239) mencangkok berbagai latihan berikut ini:

1) Latihan deteksi kesadaran terhadap bunyi


Program ini merupakan program pertama yang perlu dilatih kan pada anak dengan hambatan
sensor i pendengaran, bunyi yang dilatih meliputi bunyi latar belakang bunyi alat musik dan
bunyi bahasa
2) Latihan mendeteksi bunyi
Bunyi-bunyi yang diidentifikasi antara lain:
a) Bunyi alam seperti hujan game meracik air halilintar dsb
b) Bunyi binatang seperti burung berkicau anjing menyala ayam berkokok dan sebagainya
c) Bunyi yang dihasilkan oleh peralatan seperti bunyi bentuk lonceng berbunyi kendaraan
klakson dsb
d) Bunyi alat musik seperti gong tempur suling trompet piano atau harmonika rebana dsb
e) Bunyi yang dibuat oleh manusia seperti tertawalah batuk serta bunyi bahasa suku kata
kelompok kata atau kalimat kata

Untuk membantu anak tuner umum mengenal bunyi ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu
sebagai berikut:
a) Anak perlu diberi berbagai kesempatan untuk menemukan hubungan asosiasi antara
penghayatan bunyi melalui pendengaran dengan penghayatan melalui indra lain yang
sebelumnya telah membentuk persepsi nya terhadap berbagai rangsangan luar yaitu model di
tas motor perubahan dan penglihatan.
b) Dalam berinteraksi dengan anak setiap kali terjadi suatu bunyi yang mendadak arahkan
perhatian anak terhadap bunyi tersebut tanyakan pada anak bunyi apa yang ia dengar apabila
anak tersebut belum bisa menjawabnya berikan jawabannya dan tunjukkan dari mana bunyi itu
berasal.
3) Latihan membedakan atau mendeskripsikan
Latihan membedakan bunyi mencangkul berikut:
a) Membedakan dua macam sumber bunyi
b) Membedakan dua sifat bunyi panjang pendek tinggi rendah cepat lambat share lain-lain
c) Membedakan macam-macam birama
d) Membedakan bunyi-bunyi yang dapat dihitung
e) Membedakan macam-macam irama musik
f) Membedakan suara manusia dan sebagainya
4) Latihan memahami bunyi latar belakang dan bunyi bahasa
a) Latihan memahami bunyi latar belakang
Latihan memahami bahwa bunyi petir menandakan akan mau hujan klakson mobil
menandakan harus minggir beol bunyi sekolah menandakan waktunya masuk atau pulang
dan bunyi adzan atau bendul menandakan waktunya sholat bagi umat islam dan sebagainya
b) Latihan memahami bunyi bahasa
Latihan untuk menangkap arti atau makna dari bunyi yang diamati berdasarkan pengalaman
dan memberi respon yang menunjukkan pemahaman materi latihan pemahaman diambil
dari perbendaharaan bahasa yang telah dimiliki oleh anak dan disajikan dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab perintah yang harus dilaksanakan atau tugas yang bersifat
kognitif.
2. Kebutuhan khusus anak dengan gangguan komunikasi
Kebutuhan anak dengan gangguan komunikasi sangat bervariasi tergantung jenis gangguan nya
sebagai contoh anak yang mengalami gangguan artikulasi memiliki kebutuhan khusus yang
berbeda untuk mengatasi hambatan ia dengan anak yang memiliki gangguan kelancaran atau
tipe gangguan komunikasi lain berikut adalah kebutuhan khusus untuk beberapa jenis gangguan
komunikasi:
a. Kebutuhan khusus dengan gangguan artikulasi
Anak dengan gangguan artikulasi yang disebabkan oleh gangguan persepsi pendengaran
memiliki kebutuhan khusus melati pendengarannya untuk membedakan berbagai font m
serta latihan pengucapan.
b. Kebutuhan khusus anak yang gagap antara lain berikut ini
1) Kesempatan untuk berkomunikasi dalam suasana yang pernah nyaman dan santai
dengan tidak terlalu memperhatikan kegagalan nya yang membuat anak menyadari
bahwa gagap yaitu adalah masalah besar
2) Pada anak gagap yang kidal perlu diberikan kebebasan untuk menggunakan tangan
kirinya dengan dominan dalam berbagai aktivitasnya jangan memaksanya menggunakan
tangan kanan secara dominan
3) Kesabaran dari orang yang diajak bicara untuk mau mendengarkannya tanpa memotong
pembicaraan anak sewaktu iya belum selesai bicara
4) Lingkungan yang tidak banyak menuntut agar tidak menimbulkan tekanan yang akan
mempererat gagap nya
C. Kebutuhan khusus anak yang mengalami keterlambatan dalam komunikasi verbal antara lain
sebagai berikut
1) Stimulasi bunyi-bunyi bahasa dari lingkungannya dalam setiap kesempatan simulasi
defender diberikan melalui percakapan tentang apa yang dialaminya
2) Perhatian yang penuh saat anak membuka komunikasi dan tanggapan yang positif dari
lingkungan atas bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan anak
3) Latihan kontak mata
4) Kesempatan untuk ber eksplorasi dalam berkomunikasi seperti dengan teman sebaya
5) Pengembangan kosakata
6) Pengembangan kepercayaan diri dan sebagainya

D. Kebutuhan anak dengan gangguan komunikasi karena autis


Anak dengan gangguan komunikasi yang disebabkan autis memiliki kebutuhan khusus untuk
memperoleh layanan komunikasi yang sesuai dengan kemampuannya. Ada beberapa cara yang
harus dilakukan sebagaimana yang dikemukakan oleh Judarwanto, W. ( 2009) yaitu sebagai
berikut
1) Memperhatikan hal yang paling menyenangkan buat anak untuk dijadikan simulasi untuk
mengajari anak atau fungsional communication
2) Mengetahui sejauh mana kemampuan anak untuk berkomunikasi dan kemudian ditetapkan
target kemampuan yang diharapkan
3) Menciptakan situasi dimana anak harus mengkomunikasikan apa yang diinginkan kepada
orang lain
4) Sesuai dengan target perilaku komunikasi yang sudah ditetapkan pada awalnya kita bantu
dengan promp verbal dan promp model sehingga anak menerima pembelajaran komunikasi
fungsional ini dengan jelas
5) Pastikan dalam setiap pelatihan atau membangun situasi yang diciptakan anak melakukan
dengan jelas termasuk kontak mata bahasa tubuh yang dimaksud artikulasi kata dan lain
sebagainya
6) Evaluasi kemampuan anak kemudian kembangkan fungsional communication ini seterusnya
7) Yang terpenting adalah konsisten dalam menjalankannya

B. PROFIL PENDIDIKAN KHUSUS BAGI ANAK TUNARUNGU


1. Sistem pendidikan bagi anak tunarungu
Pendidikan khusus bagi anak tuna rumah dapat diselenggarakan di sekolah khusus atau
melalui sistem segregasi, maupun sekolah reguler melalui sistem integrasi dan sistem
inklusif.
a. Sistem pendidikan segregasi
Sistem pendidikan segregasi sistem pendidikan yang terpisah dari sistem pendidikan
anak normal. Penyelenggaraan pendidikan tersebut dilaksanakan di tempat khusus dan
terpisah dari penyelenggara pendidikan untuk anak mendengar atau normal dengan
memiliki kurikulum tersendiri, tempat pendidikan melalui sistem segregasi meliputi
berikut ini
1) Sekolah khusus bagi anak tuner ungu disebut sekolah luar biasa bagian b, sekolah ini
memiliki kurikulum tersendiri yang dikhususkan bagi anak
2) Sekolah dasar luar biasa
Sekolah pada tingkat dasar yang menampung berbagai jenis kelainan seperti anak
tuna netra tuner ungu tunnel gerah ita dan tuna daksa dalam satu sekolah
kurikulum yang digunakan adalah kurikulum slb untuk tingkat dasar yang sesuai
dengan jenis kelainan anak akan tetapi bagi anak yang mempunyai kemampuan di
bidang akademik dapat menggunakan kurikulum biasa sehingga slb ini dapat
dijadikan jembatan untuk menyalurkan anak luar biasa ke sekolah biasa
3) Kelas jauh atau kelas kunjungan
Kelas jauh adalah kelas yang dibentuk atau disediakan untuk memberikan layanan
pendidikan bagi anak luar biasa termasuk allah sonar ungu yang bertempat tinggal
jauh dari sekolah, dalam penyelenggaraan nya yang menjadi tenaga pengajar adalah
guru guru yang bertugas di slb terdekat yang berfungsi sebagai guru kunjungan

Penyelenggaraan kelas jauh atau kelas kunjungan ini merupakan kebijakan pemerintah dalam rangka
menuntaskan kewajiban belajar serta penerapan kesempatan belajar.

b. Sistem integrasi
Sistem integrasi merupakan sistem pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
siswa tuner ungu untuk belajar bersama-sama dengan siswa mendengar atau normal di
sekolah biasa atau sedih sekolah reguler
Sistem integrasi atau terpadu memiliki macam-macam bentuk ke perpaduan sehingga
anak tuna rumus dapat mengikuti salah satu bentuk ke terpadu and yang sesuai dengan
kemampuannya.
c. Sistem pendidikan inklusif
Pendidikan inklusif begitu naruto merupakan pendidikan yang memberikan metode oral
metode oral auralkesempatan bagi sesuatu tunarungu untuk belajar bersama-sama
dengan siswa mendengar di sekolah biasa atau reguler. Pendidikan inklusif tersebut
menuntut sekolah untuk melakukan penyesuaian baik dalam segi kurikulum sarana dan
prasarana maupun sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa
tunarungu.
2. Metode komunikasi

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak tunarungu yaitu
sebagai berikut:

a. Metode oral aural


Penggunaan metode ini terdiri dari beberapa kegiatan yaitu berkomunikasi melalui orang
atau berbicara, membaca ujaran atau speech reading serta menangkap pembicaraan melalui
pendengaran atau melalui audio yang memakai ataupun tidak memakai alat bantu dengar
bagi anak tunarungu yang tergolong kurang dengar
b. Metode manual atau isyarat
Metode manual yaitu metode komunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat dan ejaan
jari titik bahasa manual atau bahasa isyarat mempunyai unsur gesti atau gerakan tangan
yang ditangkap melalui penglihatan atau suatu bahasa yang menggunakan modalitas.
Metode ini dilandasi oleh pandangan bahwa sesuai dengan kodratnya bahasa yang paling
cocok untuk anak tunarungu adalah bahasa isyarat. Komponen-komponen bahasa isyarat
berikut ini:
1) Abjad jari atau finger spelling
Abjad jari adalah jenis isyarat yang dibentuk dengan jari-jari tangan untuk
menggambarkan abjad atau untuk mengeja huruf dan angka.
2) Ungkapan badaniyah atau bahasa tubuh
Ungkapan bedenia atau bahasa tubuh meliputi keseluruhan ekspresi tubuh seperti sikap
tubuh ekspresi muka, pantomimi, dan gesti atau gerakan yang dilakukan seseorang
secara wajar dan alami.
3) Bahasa isyarat asli
Bahasa isyarat asli yaitu suatu ungkapan manual dalam bentuk isyarat konvensional yang
berfungsi sebagai pengganti kata, yang disepakati bersama oleh kelompok atau daerah
tertentu, secara garis besar, bahasa isyarat asli dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a) Bahasa isyarat alami
Bahasa isyarat alami yaitu bahasa isyarat yang berkembang secara alamiah diantara
kaum tunarungu. Bahasa isyarat seperti ini disebut juga isyarat lokal, sehingga
mungkin saja terjadi perbedaan antara bahasa isyarat lokal yang digunakan oleh
tunarungu di daerah satu dengan daerah yang lain misalnya ada kelompok anak
tunarungu yang mengisyaratkan kata ibu dengan menempelkan telunjuk pada
telinga dan menunjukkan bahwa ibu suka memakai giwang, dan ada pula yang
mengisyaratkan dengan menempelkan kepalan tangan di belakang kepala yang
menunjukkan bahwa ibu suka memakai sanggul.
b) Bahasa isyarat konseptual
Bahasa isyarat konseptual merupakan bahasa isyarat yang resmi digunakan sebagai
bahasa pengantar di sekolah yang menggunakan metode manual atau isyarat di
samping itu, dalam sistem ini satu isyarat dapat mewakili bukan hanya satu kata
tetapi satu ide atau konsep contoh, terdapat isyarat yang menggambarkan satu kata
seperti "tahun", namun dengan sedikit perubahan, isyarat dapat menggambarkan
suatu ide atau konsep seperti "dua tahun lalu",
4) Bahasa isyarat formal
Bahasa isyarat formal yaitu bahasa nasional dalam isyarat yang biasanya menggunakan
kosakata isyarat dengan struktur bahasa yang sama persis dengan bahasa lisan.
c. Komunikasi total
Komunikasi total merupakan suatu filsafat yang memungkinkan terciptanya iklim komunikasi
yang harmonis dengan metode komunikasi yang sesuai dengan kemampuan anak tunarungu
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman anak tunarungu terhadap materi pelajaran.
3. Prinsip-prinsip pembelajaran siswa tunarungu
Ada beberapa prinsip khusus pembelajaran yang perlu diperhatikan agar kegiatan
pembelajaran berjalan dengan efektif, prinsip khusus pembelajaran bagi siswa tunarungu
sebagai berikut
a. Apabila anda sedang memberi penjelasan kepada siswa, hendaknya posisi anda selalu
berhadapan dengan siswa dan usahakan tidak menjelaskan sambil menghadap papan
tulis.
b. Dalam penempatan siswa di kelas reguler siswa tunarungu hendaknya ditempatkan di
bagian depan untuk mempermudah siswa membaca ujaran atau ucapan guru.
c. Kegiatan anak tunarungu dalam membaca ujaran tidak secepat anak normal menangkap
penjelasan Oleh karena itu Anda harus berbicara dengan tenang tidak boleh terlalu
cepat
d. Anak tunarungu dikenal sebagai anak visual, Oleh karena itu penggunaan alat peraga
yang bersifat visual merupakan suatu yang harus diupayakan untuk mempermudah
siswa tunarungu memahami materi yang diajarkan
e. Oleh karena anak tunarungu mengalami kesulitan untuk memahami ucapan guru maka
dalam proses belajar mengajar harus dihindari pemakaian metode ceramah.
f. Dalam materi yang bersifat verbal seperti dalam pembelajaran IPS dan PPKN perlu
dimodifikasi atau disederhanakan dengan menggunakan bahasa yang dapat dipahami
oleh siswa tunarungu
g. Anak tunarungu dikenal dengan anak yang miskin kosakata titik oleh karena itu Anda
harus sering memberikan tambahan kosakata pada mereka.
4. Strategi pembelajaran
a. Strategi individualisasi
Strategi individualisasi merupakan strategi pembelajaran yang mempergunakan suatu
program yang disesuaikan dengan perbedaan-perbedaan individu baik karakteristik
kebutuhan maupun kemampuannya secara personal. Dengan strategi individualisasi
guru harus membuat program pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan dan
ketidakmampuan siswa tunarungu sehingga dapat mengembangkan potensinya secara
optimal.
b. Strategi kooperatif
Strategi kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menekankan unsur gotong
royong atau saling membantu satu sama lain dalam mencapai tujuan pembelajaran.
c. Strategi modifikasi perilaku
Strategi modifikasi perilaku dapat diterapkan antara lain dalam mengembangkan
perilaku sosial serta kebiasaan belajar siswa tunarungu. Dalam penerapan strategi
modifikasi perilaku ini digunakan prinsip penguatan dan hukuman. Bagi siswa yang
berhasil membentuk perilaku yang diharapkan dapat diberikan penguatan yang dapat
berupa hadiah atau pujian sedangkan hukuman diberikan kepada siswa untuk
mengurangi atau menghilangkan perilaku yang tidak diharapkan.
5. Media pembelajaran
Media pembelajaran dikelompokkan ke dalam media visual, audio, dan audio visual.Media
visual yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran anak tunarungu, antara lain berupa
gambar realita atau objek nyata dari suatu benda.
Media audio seperti program kaset suara dapat dipergunakan dalam latihan mendengar,
misalnya untuk membeda-bedakan suara binatang titik sedangkan media audio visual
seperti program video atau televisi instruksional dapat dipergunakan dalam pelajaran anak
tunarungu yang masih mempunyai sisa pendengaran yang cukup dengan menggunakan alat
bantu dengar.
6. Fasilitas pendukung
Untuk keefektifan penyelenggaraan pendidikan khusus bagi siswa tunarungu di sekolah
reguler perlu adanya fasilitas pendukung titik antara lain adanya ruang sumber yang
dilengkapi dengan beberapa media-untuk memfasilitasi pemberian layanan kekhususan,
seperti layanan untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi oral.
7. Penilaian atau asesmen
Penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir pembelajaran saja, tetapi juga di awal dan
selama proses pembelajaran. Hasil penilaian tersebut juga dapat dijadikan umpan balik bagi
guru, siswa, dan orang tua maupun lembaga titik bagi guru hasil penilaian dapat dijadikan
sebagai umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran bagi siswa hasil penilaian
dapat dijadikan alat untuk memotivasi dirinya agar lebih giat belajar titik bagi orang tua
dengan mengetahui hasil belajar anaknya orang tua dapat turut berpartisipasi dalam
mengambil langkah yang tepat untuk membimbing serta memberikan dorongan agar
anaknya berhasil. Penilaian terhadap kemampuan siswa tunarungu dapat dilakukan dengan
berbagai cara antara lain tes pengamatan, pemberian tugas, wawancara, penilaian
portofolio dan sebagainya. Dalam melakukan penilaian terhadap siswa tunarungu ada
beberapa prinsip yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut:
a. Berkesinambungan
Prinsip berkesinambungan ini sangat penting karena pada umumnya kemampuan
belajar mereka kurang dari siswa yang mendengar terutama untuk hal-hal yang bersifat
abstrak.
b. Menyeluruh
Gambaran yang diperoleh dari hasil penilaian harus menyeluruh yang meliputi aspek
pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan perilaku yang utuh dari siswa.
c. Obyektif dan adaptif
Adaptif dalam isi, misalnya mengadakan penyederhanaan soal, baik dalam kualitas soal
maupun penggunaan bahasa titik dalam segi waktu, pelaksanaan nilai dalam siswa
tunarungu lebih lama dibanding dengan waktu yang diberikan pada siswa yang
mendengar
d. Pedagogis
Semua kegiatan penilaian harus diketahui dan dapat dirasakan oleh siswa tunarungu
bahwa kegiatan penilaian bukan hanya sekedar rekaman hasil belajar saja melainkan
harus dapat merasakan bahwa penilaian bermanfaat untuk perbaikan dan peningkatan
perilaku serta sikapnya.
C. PROFIL PENDIDIKAN ANAK DENGAN GANGGUAN KOMUNIKASI

Pendidikan untuk anak dengan gangguan komunikasi tergantung pada jenis gangguan komunikasi
dan hambatan lain yang dialami anak tersebut karena banyak gangguan komunikasi yang
merupakan akibat dari hambatan utama yang dimiliki anak. Terbatasnya kecerdasan tersebut juga
mengakibatkan perkembangan bahasanya terlambat bahkan pada sebagian anak tunagrahita juga
mengalami kegangguan dalam berbicaranya seperti gangguan artikulasi. Menurut lab blance ada
tiga prinsip bagi guru kelas dalam membantu siswanya yang mengalami hambatan dalam
berbahasa dan berbicara yaitu:

1. Berikan satu contoh berbicara yang baik


2. Tingkatkan self esteem atau harga diri siswa
3. Ciptakan lingkungan berbicara yang baik.

Saran-saran yang lebih khusus dalam membantu siswa yang mengalami hambatan berbahasa dan
berbicara dikemukakan oleh swan (Smith, JD, 2006. 214-215)

1. Memberikan perhatian yang penuh kepada siswa ketika berbicara


2. Menciptakan suasana kelas yang rileks dan tidak ada tekanan
3. Mendorong semua siswa untuk berbahasa yang spontan
4. Menciptakan suatu sikap pada diri siswa yang menghadapi tantangan ketika mengalami
hambatan berbahasa dan berbicara
5. Meningkatkan dan menghargai keberhasilan yang dicapai dalam berbicara kepada semua siswa

1. Kerjasama dengan tenaga ahli (profesional collaboration)


a. Terapis as teacher. Dalam model ini terapis bekerja sebagai guru di kelas sumber anak-anak
yang mengalami gangguan komunikasi menerima terapi dan pembelajaran yang intensif
dalam membantu menyiapkan mereka belajar di kelas reguler
b. Terapis and team teacher, dalam model ini terapis menjadi tim pengajar, dalam bekerja
sama dengan guru kelas.
c. Terapis us classroom based intervensionis. Dalam model ini terapi memberikan terapi
individual tradisional atau kelompok kecil
d. Terapis as classroom konsultan. Dalam model ini terapis berfungsi sebagai konsultan bagi
guru-guru.
e. Terapis as staff and program developer. Dalam model ini terapis memberikan pelatihan
kepada guru dan staf sekolah lainnya sehingga keahlian terapis dapat diserap.
2. Kerjasama dengan orang tua
Orang tua menjadi mitra kerja yang efektif dalam usaha meningkatkan keberhasilan yang lebih
besar bagi anak yang mengalami gangguan komunikasi titik misalnya, siswa sedang
dikembangkan kemampuan artikulasinya, orang tua dapat meneruskan latihan-latihan pada
anak di rumah sehingga memperkuat hasil yang dicapai.
3. Kerjasama dengan teman sebaya
Siswa pada umumnya dapat menjadi model pembicara yang baik bagi temannya yang
mengalami gangguan komunikasi titik bertambahnya kesadaran bahwa mereka dapat
membantu dengan cara berbicara kepada siswa yang memiliki hambatan maka mereka merasa
menjadi bagian dari sebuah tim untuk membantu seorang teman. Strategi, materi, media,
maupun penilaian yang digunakan dalam pendidikan khusus anak dengan gangguan komunikasi
sangat beragam sesuai dengan jenis gangguan komunikasi yang dialami.
4. Intervensi gangguan artikulasi
a. Pelaksanaan asesmen
Dalam pelaksanaannya, guru mengucapkan kata-kata yang ada dalam daftar pemeriksa
fonem kemudian anak diminta untuk mengucapkannya kembali titik hasil ucapan yang
ditulis pada kolom sebelahnya.
b. Analisis hasil asesmen
Setelah selesai melakukan asesment, guru menganalisis hasilnya dengan mengamati apakah
ada fonem-fonem yang tertukar, dihilangkan, ditambahkan, disisipkan, atau pengucapan
yang kacau.
c. Pembuatan program intervensi
Setelah ditemukan kesalahan ucapan sesuai tipe gangguan, langkah selanjutnya adalah
membuat program intervensi, antara lain meliputi penentuan tujuan intervensi, latihan yang
akan diberikan, serta media yang digunakan
d. Pelaksanaan program intervensi
Latihan untuk memperbaiki gangguan artikulasi tipe substitusi dapat ditempuh melalui
berbagai latihan yang dilakukan setahap demi setahap titik latihan tersebut meliputi latihan
pendengaran pengucapan kinestetik, serta percakapan atau pengucapan spontan. Contoh
kasus tipe substitusi anak mengganti kosakata-k- dengan-t-
1) Latihan pendengaran
Anak mendapat kotak dengan balok kecil atau batu-batu titik guru mengucapkan satu
kata atau kata-kata dengan huruf "k", atau "p", dan anak diminta menaruh batu atau
balok kecil di kotak lalu yang didengarnya "k" atau "t"
2) Latihan pengucapan
Anak dilatih untuk mengucapkan satu kata -ka- dengan menekankan lidah. Penekanan
lidah makin lama makin dihilangkan
3) Latihan kinestetik
Latihan ini bertujuan untuk mengotomatisasi pola ucapan. Latihan diberikan dengan
memperlihatkan gambar yang namanya mengandung bunyi-k-dan-t- secara bergantian.
4) Latihan percakapan atau pengucapan secara spontan
0 untuk menstimulasi terjadinya percakapan anak diminta untuk menjawab pertanyaan
yang jawabannya diperkirakan mengandung bunyi-k- dan-t-.

e. Penilaian dan tindak lanjut


Setelah selesai melakukan intervensi dalam jangka waktu tertentu, guru harus melakukan
penilaian atau assessment ulang untuk mengetahui kemajuan yang dicapai titik penilaian
atau assessmen dilakukan dengan instrumen yang sama kemudian dianalisis sehingga dapat
diperoleh gambaran kemajuan yang dicapai titik selanjutnya merencanakan program
lanjutan untuk mengintervensi gangguan yang masih ada atau program pengembangan
sebagai tindak lanjut.

Anda mungkin juga menyukai