Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ANATOMI FISIOLOGI GENETIKA DAN NEUROLOGI

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Nurhastuti, M.Pd

DISUSUN OLEH:
LATHIFAH YUNRIZAL (18003066)

PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat,karunia
serta hidayah kepada kita sehingga saya dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi studi
mata kuliah Anatomi Fisiologi Genetika dan Neurologi.Serta tak lupa shalawat dan salam kita
sampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW,karena berkat perjuangan dan keberanian
beliau,kita dapat merasakan hidup di zaman serba canggih dan penuh dengan ilmu pengetahuan
sehingga menjadikan dunia menjadi tidakterbatas

Ucapan terimakasih saya ungkapkan kepada dosen pengampu mata kuliah Anatomi
Fisiologi Genetika dan Neurologiatas bimbingan dan masukan serta ilmu pengetahuan pada mata
kuliah ini.Ucapan terimakasih juga saya ucapkan kepada teman-teman yang selalu memberikan
saran dan masukan kepada saya untuk tercapainya penulisan yang sesuai dengan tatanan yang
telah di tentukan.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan semoga makalah ini dapat dipahami bagi
pembaca.Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun yang
membacanya.Saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan penulisan yang kurang berkenan
dan saya meminta saran maupun kritik yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah
ini.

Padang, Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

A. Latar Belakang.......................................................................................................... 1
B. Rumusan ................................................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 3

A. Pengertian Indra Pendengaran....................................................................................3


B. Pengertian Anak Tunarungu........................................................................................3
C. Klasifikasi Anak Tunarungu........................................................................................4
D. Penyebab Ketunarunguan............................................................................................5
E. Cara Pemeriksaan Pendengaran...................................................................................7

BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 9

A. Kesimpulan.................................................................................................................. 9
B. Sarah............................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan sebagai anak
yang lambat (slow) atau mengalami gangguan (retarded) yang tidak akan pernah berhasil
di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus (ABK)
juga diartikan sebagai anak yang mengalami gangguan fisik, bahasa dan
bicara,intelegensi, emosi dan sosial sehingga membutuhkan pembelajaran secara khusus.
Istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus. Menurut World
Health Organization (WHO), disability adalah keterbatasan atau kurangnya kemampuan
(yang dihasilkan dari impairment) untuk menampilkan aktivitas sesuai dengan aturannya
atau masih dalam batas normal, biasanya digunakan dalam level individu.
Orang tuli dan sulit mendengar yang berada di masyarakat sangat beragam, sangat
berbeda penyebab dan tingkatan gangguan pendengarannya. Penanganan untuk
berinteraksi dengan anak tunarungu juga berbeda-beda, tergantung pada tingkatan usia
yang berbeda, latar belakang pendidikan, metode komunikasi, dan bagaimana perasaan
mereka tentang gangguan pendengaran mereka. Bagaimana seseorang “melabeli” diri
mereka sendiri dalam hal gangguan pendengaran tersebut mencerminkan identifikasi dari
masyarakat mengenai tuli. Dengan demikian, hal itu akan terklasifikasi apakah mereka
tuli atau Tuli.
Sebagaimana anak-anak normal pada umumnya, anak tunarugu tentu menginginkan
kesempatan yang sama dalam meraih masa depan yang dicita-citakannya. Dalam hal ini,
berarti peran orang di sekitarnya sangat dibutuhkan untuk membantu mengarahkan anak
tunarungu mewujudkan cita-citanya.Dengan kesadaran ini, diharapkan potensi-potensi
dari anak tunarungu dapat dikembangkan sebaik mungkin sehingga prestasi yang
gemilang dapat terwujud dan turut membanggakan Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan indra pendengaran?
2. Apa yang dimaksud anak tunarungu?

1
3. Bagaimana klasifikasi tunarungu?
4. Apa penyebab tunarungu?
5. Bagaimana cara pemeriksaan pendengaran?

C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan dan mengetahui pengertian indra pendengaran.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tunarungu.
3. Untuk menjelaskan dan mengetahui klasifikasi tunarungu.
4. Untuk menjelaskan dan mengetahui tentang penyebab tunarungu.
5. Untuk mengetahui cara pemeriksaan pendengaran.

2
BAB II

KAJIAN TEORI
PENYEBAB TERGANGGUNYA SISTEM PENDENGARAN ANAK TUNARUNGU

A. Pengertian Indra Pendengaran


Menurut Nurhastuti dan Mega Iswari (2018: 40) Indra pendengaran termasuk indra
yang terletak di dalam telinga. Telinga merupakan alat untuk menerima getaran yang
berasal dari benda yang bergetar dan memberikan kesan suara pada kita.Getarannya dapat
berasal dari udara dan dapat berasal dari benda padat atau benda cair, antara benda yang
bergetar dengan telinga harus ada medium yaitu udara.

Murni Winarsih (2007: 7) mengemukakan bahwa pendengaran merupakan salah satu


dari seluruh indera yang paling sedikit perkembangannya saat kelahiran. Ada dua alasan:
yang pertama, karena ditelinga bagian tengah terhambat oleh cairan amnion, gelombang
suara tidak dapat menembus ke sel indera telinga bagian dalam dan bayi tidak dapat
mendengar beberapa jam atau beberapa hari sesudah lahir. Kedua, sel indera di telinga
bagian dalam baru sebagian berkembang.Suara frekuensi rendah lebih efektif untu
menghentikan tangisan dan hisapan tidak berguna dari pada suara frekuensi tinggi.

B. Pengertian Anak Tunarungu


Anak tunarungu merupakan anak yang mempunyai gangguan pada pendengarannya
sehingga tidak dapat mendengar bunyi dengan sempurna atau bahkan tidak dapat
mendengar sama sekali, tetapi dipercayai bahwa tidak ada satupun manusia yang tidak
bisa mendengar sama sekali. Walaupun sangat sedikit, masih ada sisa-sisa pendengaran
yang masih bisa dioptimalkan pada anak tunarungu tersebut.Berkenaan dengan
tunarungu, terutama tentang pengertian tunarungu terdapat beberapa pengertian sesuai
dengan pandangan dan kepentingan masing-masing.
Menurut Andreas Dwidjosumarto (dalam Sutjihati Somantri,1996: 74)
mengemukakan bahwa: seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara
dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tuli (deaf)
atau kurang dengar (hard of hearing).Tuli adalah anakyang indera pendengarannya

3
mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi.
Sedangkan kurang dengar adalah anakyang indera pendengarannya mengalami
kerusakan, tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan maupun tanpa
menggunakan alat bantu dengar (hearing aids).
Istilah tunarungu diambil dari kata “tuna” dan “rungu”, tuna artinya kurang dan rungu
artinya pendengaran. Orang dikatakan tunarungu apabila tidak mampu mendengar atau
kurang mampu mendengar suara.Apabila dilihat secara fisik, anak tunarungu tidak
berbeda dengan anak dengar pada umumnya.Pada saat berkomunikasi barulah diketahui
bahwa anak tersebut mengalami tunarunguan.
Murni Winarsih (2007: 22) mengemukakan bahwa tunarungu adalah suatu istilah
umum yang menunjukkan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai berat,
digolongkan ke dalam tuli dan kurang dengar. Orang tuli adalah yangkehilangan
kemampuan mendengar sehingga menghambat proses informasi bahasa melalui
pendengaran, baik memakai ataupun tidak memakai alat bantu dengar dimana batas
pendengaran yang dimilikinya cukup memungkinkan keberhasilan proses informasi
bahasa melalui pendengaran.Tin Suharmini (2009: 35) mengemukakan tunarungu dapat
diartikan sebagai keadaan dari seorang individu yang mengalami kerusakan pada indera
pendengaran sehingga menyebabkan tidak bisa menangkap berbagai rangsang suara, atau
rangsang lain melalui pendengaran.
Beberapa pengertian dan definisi tunarungu di atas merupakan definisi yang termasuk
kompleks, sehingga dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang memiliki
gangguan dalam pendengarannya, baik secara keseluruhan ataupun masih memiliki sisa
pendengaran. Meskipun anak tunarungu sudah diberikan alat bantu dengar, tetap saja
anak tunarungu masih memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

C. Klasifikasi Anak Tunarungu


Klasifikasi mutlak diperlukan untuk layanan pendidikan khusus.Hal ini sangat
menentukan dalam pemilihan alat bantu mendengar yang sesuai dengan sisa
pendengarannya dan menunjang lajunya pembelajaran yang efektif. Dalam menentukan
ketunarunguan dan pemilihan alat bantu dengar serta layanan khusus akan menghasilkan
akselerasi secara optimal dalam mempersepsi bunyi bahasa dan wicara.

4
Menurut Boothroyd (dalam Murni Winarsih, 2007:23) klasifikasi ketunarunguan
adalahsebagai berikut.
a. Kelompok I : kehilangan 15-30 dB, mild hearing lossesatau ketunarunguan
ringan; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia normal.
b. Kelompok II: kehilangan 31-60, moderate hearing lossesatau ketunarunguanatau
ketunarunguan sedang; daya tangkap terhadap suaracakapan manusia hanya
sebagian.
c. Kelompok III: kehilangan 61-90 dB, severe hearing lossesatau ketunarunguan
berat; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada.
d. Kelompok IV: kehilangan 91-120 dB, profound hearing lossesatau
ketunarunguan sangat berat; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak
ada sama sekali.
e. Kelompok V: kehilangan lebih dari 120 dB, total hearing lossesatau
ketunarunguan total; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada
sama sekali.

D. Penyebab Ketunarunguan
Penyebab ketunarunguan dapat terjadi sebelum lahir (pranatal), ketika lahir (natal)
dan sesudah lahir (post natal). Trybus (1985) dalam Somad dan Hernawati (1996)
mengemukakan enam penyebab ketunarunguan:

1. Keturunan
2. Penyakit bawaan dari pihak ibu
3. Komplikasi selama kehamilan dan kelahiran
4. Radang selaput otak (meningitis)
5. Otitis media (radang pada bagian telinga tengah)
6. Penyakit anak-anak berupa radang atau luka-luka.

Namun penyebab ketunarunguan yang lebih banyak adalah keturunan, penyakit, dari
pihak ibu dan komplikasi selama kehamilan.Faktor-faktor penyebab ketunarunguan:

1. Faktor internal diri anak

5
Terdapat beberapa hal yang menyebabkan ketunarunguan:

a. Faktor keturunan dari salah satu atau kedua orang tua yang mengalami
ketunarunguan. Kondisi genetik yang berbeda disebabkan oleh gen yang
dominan Represif dan berhubungan dengan jenis kelamin. Misalnya Apabila
seseorang itu mempunyai darah dengan Rh- mengandung janin Rh+ maka
sistem pembuangan pada antibodi pada ibu sampai pada sirkulasi janin. Virus
tersebut dapat membunuh pertumbuhan sel-sel dan menyerang jaringan
jaringan pada mata, telinga, dan organ lainnya.
b. Penyakit campak Jerman (Rubella) yang diderita ibu yang sedang
mengandung. Pada masa kandungan 3 bulan pertama, penyakit ini akan
berpengaruh buruk pada janin. Penelitian oleh Hardy (1968) Somad dan
Hernawati (1996) mengungkapkan 199 anak yang ibunya terkena virus rubella
saat mengandung selama tahun 1964-1965. Hasilnya, 50% dari anak-anak
tersebut mengalami kelainan pendengaran.
c. Keracunan darah atau Toxaminia yang diderita ibu yang sedang mengandung.
Hal ini mengakibatkan kerusakan pada plasenta yang mempengaruhi
pertumbuhan janin. Jika saraf atau alat pendengaran yang terserang, bayi akan
lahir dalam keadaan tunarungu.
2. Faktor eksternal diri anak
a. Anak mengalami infeksi pada saat dilahirkan. Misal, anak tertular Herpes
implex yang menyerang alat kelamin ibu. Begitu juga dengan penyakit
kelamin yang lain, jika virusnya masih aktif dapat ditularkan. Penyakit-
penyakit yang ditularkan ibu kepada anak yang dilahirkannya dapat
menyebabkan kerusakan pada alat-alat atau saraf pendengaran.
b. Meningitis atau radang selaput otak yang disebabkan oleh bakteri yang
menyerang labyrinth (telinga dalam) melalui sistem sel-sel udara pada telinga
tengah.
c. Radang telinga bagian tengah (otitis media) pada anak-anak. Ini mengeluarkan
nanah, yang mengumpul dan mengganggu hantaran bunyi. Jika radang ini
tidak segera diobati dapat menimbulkan kehilangan pendengaran yang
tergolong ringan sampai sedang. Padang ini sering terjadi pada masa kanak-

6
kanak sebelum mencapai usia 6 tahun. Ketunarunguan yang disebabkan otitis
media biasanya terjadi karena penyakit pernapasan yang berat atau pilek dan
penyakit anak-anak seperti campak sehingga dapat menyebabkan kehilangan
pendengaran.

E. Cara Pemeriksaan Pendengaran


1. Tes berbisik dan percakapan
Beberapa cara yang cukup sederhana dengan aturan agar hasil tersebut memenuhi syarat
tertentu, yaitu:
a. Tes ini harus dilakukan diruangan bebas gangguan suara tidakboleh ada gema
ruangan untuk mengetes.

b. Orang yang mengadakan tes harus berbicara dengan suara lantang.

c. Sebelum mengucapkan kata-kata, jangan menghirup terlalu dalam, untuk


menghindari ucapan pertama yang terlalu keras.

d. Kata-kata harus bersuku dua.

e. Pasien tidak boleh melihat biir pengetes.

f. Telinga harus dites satu-satu, yang sebelahnya harus di tutup.

Faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan:


1) Selain kurang dengar pasien juga dapat menderita gangguan pada kemampuan analisa
frekuensi, lalu ambang pendengaran patologis tidak sama dengan hasiltes ini.

2) Telinga yang ditutup masih dapat mempengaruhi hasil tes ini bila selisih kekurangan
dengar antara telinga lebih dari 30dB

2. Tes menggosok-gosok dengan ibu jari telunjuk


Bila menurut pekiraan, seseorang mendirita kekurangan dengar untuk nada-nada tinggi ,
dapat ditentukan kekurangan dengar secara kasar dengan menggosok-gosokkan jari
telunjuk.

3. Tes dengan percakapan pasien

7
Jika percakapannnya lemah disebabkan oleh kekurangan dengar pada telinga bagian
tengah dan kalau percakapan nyaring dan tidak terkendali maka adakemungkinan
kekurangan pendengaran disebabkan oleh telinga bagian dalam.

4. Tes dengan arloji


Arloji dipegang dimuka liang pendengaran (tetapi tidak menyentuh telinga)

5. Tes rinne
Tes ini meggunakan garpu tala sebagai alat uji, caranya adalah sebelum tes dimulai kaki
garpu tala dipukul dengan kayu, lalu garpu tala tersebut dipasangkan berdekatan dengan
daun telinga pasien. Bila pasien memberitahu ia tidak mendengar lagi bunyi garpu tala,
maka kaki landas garpu tala di pasangkan mastoid pasien dandan ditanya lagi. Jika
mendengar maka hasil tes ini disebut rinne negatif, dan menunjukkan cacat konduktif
untuk jika pasien mendengar lebih lama lewat”air conduction” dari pada lewat “bone
conduction” maka hasil tes rinne disebut “negatif” dan menunjukkan kekurangan dengar
perseptif pada frekuensi itu. Kalau telinga sehat di tes dengan tes rinne maka hasilnya
rinne positif, sebab telinga lebih peka terhadap bunyi bone conduction daripada air
conduction.

6. Tes scwabach
Caranya landas kaki garpu tala dipasang pada mastoid pasien, lalu dicatat detiknya selama
pasien masih mendengar getaran garpu tala.Bila pasien mendengar lagi getaran garpu tala
pada mastoidnya hal ini berguna untuk membandingkan kepekaan telinga dokter dengan
telinga pasien.Jika pemeriksaan mendengar dapat mendengar nada garpu tala lewat bone
conduction dan pasien tidak maka kekurangan dengar adalah konduktif.Kesatuan dalam
tes ini adalah detik, maka mana jumlah detik memnunjukkan beberapa lama pasien dapat
mendengar nada garpu tala.

8
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Anak tunarungu adalah anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa
atau bicaranya akibat dari kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat
pendengarannya, yang mengakibatkan hambatan dalam perkembangannya terutama
hambatan dalam berbahasa sebagai alat komunikasi dengan orang lain, sehingga
memerlukan bimbingan dan pelayanan khusus.Yang menyebabkan anak tunarungu, ada
beberapa faktor diantaranya faktor eksternal dan faktor internal.Kisah-kisah motivasibagi
anak ABK khususnya tunarungu. Anak tunarugu tentu menginginkan kesempatan yang
sama dalam meraih masa depan yang dicita-citakannya. Dalam hal ini, berarti peran
orang di sekitarnya sangat dibutuhkan untuk membantu mengarahkan anak tunarungu
mewujudkan cita-citanya.

B. Saran
Adapun makalah kami ini adalah makalah hasil pemikiran sendiri, yang didasari dari
refrensi-refrensi yang kami dapatkan baik dari urnal-jurnal maupun pengetahuan dari
online.Jika terdapat kesalahan dan kekurangan dari makalah kami ini, kami berharap
kritik/saran dan masukan dari pembaca, guna untuk mewujudkan perubahan yang lebih
baik di kemudian harinya.

9
DAFTAR PUSTAKA
Iswari, Mega dan, Nurhastuti.2018. Anatomi Tubuh dan Sistem Persyarafan Manusia.Padang:
SUKABINA PRESS.

Winarsih, Murni. 2007. Intervensi Dini Bagi Anak Tunarungu Dalam Pemerolehan Bahasa.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Iswari, Mega dan, Nurhastuti.2011. AnatomiFisiologidanGenetika.Padang: SUKABINA PRESS.

10

Anda mungkin juga menyukai