Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia kiranya tidak perlu diragukan
lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi bahasa juga
diperlukan untuk menjalankan segala aktivitas hidup manusia. Seperti penelitian,
penyuluhan, pemberitaan bahkan untuk menyampaikan pikiran, pandangan serta perasaan.
Bidang-bidang seperti ilmu pengetahuan, hukum, kedokteran, politik, pendidikan rupanya
juga memerlukan peran bahasa. Karena hanya dengan bahasa manusia mampu
mengkomunikasikan segala hal. Bahasa mungkin bukan satu-satunya alat komunikasi
manusia, selain dikenal isyarat, aneka simbol, kode, bunyi, semua itu akan bermakna
setelah diterjemahkan ke dalam bahasa manusia. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan bila
bahasa disebut sebagai alat komunikasi terpenting bagi manusia.
Bahasa merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Fungsi bahasa
sebagai alat komunikasi, baik secara individu atau kelompok. Komunikasi ini dapat terjadi
apabila ada proses interaksi antar manusia dalam kehidupan masyarakat. Melalui bahasa,
manusia dapat memperoleh informasi dari sesamanya secara sempurna. Bahasa dibentuk
oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan
gangguan komunikasi yang terjadi.
Sebagai makhluk sosial, manusia diharapkan mampu memahami fungsi bahasa agar
memperlancar keharmonisasian antarsesama mereka. Bahasa juga digunakan untuk
menyalurkan ide, gagasan, saran serta perasaan terhadap manusia yang lain. Oleh karena
itu, fungsi bahasa sangat urgen dalam berkehidupan sosial.
Kehadiran bahasa di tengah-tengah manusia merupakan sunnatullah. Tuhan
menciptakan manusia berkelompok- kelompok, berbangsabangsa, bersuku-suku adalah
untuk saling mengenal di antara mereka (Qs. Al-Hujurat: 13).
Salah satu cara untuk berkenalan dengan sesama manusia adalah melalui alat
komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi paling klasik sejak manusia bermukim di
dunia. Di samping itu, agar komunikasi setiap manusia berjalan dengan baik, maka lazim
bagi manusia untuk mengetahui fungsi-fungsi bahasa dalam kehidupannya. Sehingga
komunikasi yang dilakukan kedua-belah pihak berjalan secara efektif tanpa hambatan.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Batasan hakikat bahasa


Banyak pendapat tentang pengertian bahasa. Menurut Ritonga (2012:1), bahasa adalah
alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia. Pengertian bahasa itu meliputi dua bidang. Pertama, bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap dan arti atau makna yang tersirat dalam arus bunyi itu sendiri. Bunyi itu
merupakan getaran yang merangsang alat pendengaran kita. Kedua, arti atau makna, yaitu
isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya reaksi terhadap hal
yang kita dengar. Untuk selanjutnya, arus bunyi itu disebut dengan arus ujaran.
Pengertian bahasa menurut Sapir dalam Alwasilah (1989: 7), “A purely human
and nonisntincttive method of communicating ideas, emotions, and desires, by means of a
system of voluntarily produced symbols”.
Dalam batasan di atas, ada lima butir terpenting mengenai bahasa, yaitu:
1. manusiawi (human)
Manusiawi maksudnya bahwa hanya manusialah yang memiliki sistem simbol untuk
berkomunikasi. Memang benar bahwa hewan pun berkomunikasi dan mempunyai
sistem bunyi, namun sistem itu bukanlah kata-kata. Dengan demikian, mereka tidak
memiliki bahasa. Manusia telah berbahasa sejak dini dan perkembangan bahasanya
inilah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya sehingga membuat dirinya
mampu berpikir.
2. dipelajari (noninstinctive)
Ketika dilahirkan, manusia tidak langsung mampu berbicara. Anak yang tidak
mempunyai kontak dengan orang lain yang berbahasa seperti dirinya sendiri, akan
mengembangkan bahasanya sendiri untuk memenuhi hasrat komunikasinya. Namun,
bahasa tidaklah ada artinya bila hanya untuk diri sendiri. Paling tidak haruslah ada dua
orang supaya ada proses komunikasi. Memang betul bahwa seseorang bisa
berkomunikasi pada dirinya, namun untuk komunikasi seperti ini tidak perlu kata-kata.
3. sistem (system)
Bahasa memiliki seperangkat aturan yang dikenal para penuturnya. Perangkat inilah
yang menentukan struktur apa yang diucapkannya. Struktur ini disebut grammar.
Bagaimanapun primitifnya suatu masyarakat penutur bahasa, bahasanya itu sendiri
bekerja menurut seperangkat aturan yang teratur. Kenyataan bahwa bahasa sebagai
suatu sistem adalah persoalan pemakaian dan kebiasaan (usage); bukan ditentukan oleh
panitia atau lembaga perumus. Aturan ini dibuat dan diubah oleh cara orang-orang
yang menggunakannya. Aturan ini ada karena para penuturnya menggunakan bahasa
dalam cara tertentu dan tidak dalam cara lain.
4. arbitrer (voluntarily produced)
Manusia mempergunakan bunyi-bunyi tertentu dan disusun dalam cara tertentu pula
merupakan secara kebetulan saja. Orang-orang menggunakan satu kata untuk
melambangkan satu benda, misalnya kata sapi ditujukan hanya untuk binatang berkaki
empat tertentu karena orang lain berbuat demikian. Demikian pula kalimat berbeda dari
satu bahasa ke bahasa lainnya. Dalam bahasa Latin, kata kerja cenderung menempati
posisi akhir. Dalam bahasa Perancis, kata sifat diletakkan setelah kata benda, seperti
halnya bahasa Indonesia. Ini semuanya adalah secara kebutulan saja.
5. simbol (symbol)
Bahasa terdiri atas rentetan simbol arbitrer yang memiliki arti. Kita bisa menggunakan
simbol-simbol ini untuk berkomunikasi sesama manusia karena manusia sama-sama
memiliki perasaan, gagasan, dan keinginan. Dengan demikian, kita menerjemahkan
orang lain atas acuan pada pengalaman sendiri. Kalau kita mengerti ujaran orang yang
berkata: “Saya lapar”, ini karena kita pun biasa mengalami peristiwa tersebut.
Sistem bahasa apa pun memungkinkan kita membicarakan sesuatu walau tidak ada di
lingkungan kita. Kita pun bisa membicarakan suatu peristiwa yang sudah terjadi atau
yang akan terjadi. Ini dimungkinkan karena bahasa memiliki daya simbolik untuk
membicarakan konsep apa pun. Ini pulalah yang memungkinkan manusia memiliki
daya penalaran (reasoning).1
2. Fungsi bahasa
Menurut Keraf (1980: 3), bahasa bila ditinjau dari dasar dan motif pertumbuhannya,
berfungsi sebagai;
1. Sebagai alat ekspresi diri
Bahasa merupakan sarana untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam diri
seseorang, baik berbentuk perasaan, pikiran, gagasan, dan keinginan yang dimilikinya.
Begitu juga digunakan untuk menyatakan dan memperkenalkan keberadaan diri
seseorang kepada orang lain dalam berbagai tempat dan situasi. Ada beberapa unsur
yang membuat manusia mengeluarkan ekspresi diri antara lain : Agar menarik

1
Rina Devianty, “Peran Bahasa Indonesia Dan Bahasa Daerah Dalam Pendidikan Karakter”, dalam Jurnal
IJTIMAIYAH, Vol.1, No.2, Juli-Des 2017 (UINSU, 2017), hlm. 9-11
perhatian orang lain terhadap kita, Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua
tekanan emosi. Sebenarnya semua fungsi bahasa tidak terpisah satu sama lain dalam
kenyataan sehari-hari. Sehingga untuk menetapkan dimana yang satu mulai dan di
mana yang lain berakhir sangatlah sulit. Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak
berkembang sebagai alat untuk menyatakan dirinya sendiri. Dalam buaian seorang bayi
sudah dapat menyatakan dirinya sendiri, ia menangis bila lapar atau haus. Ketika mulai
belajar berbahasa, ia memerlukan kata-kata untuk menyatakan lapar, haus dan
sebagainya. Hal itu berlangsung terus hingga seorang menjadi dewasa.2
2. Sebagai alat komunikasi
Bahasa merupakan saluran maksud seseorang, yang melahirkan perasaan dan
memungkinkan masyarakat untuk bekerja sama. Pada saat menggunakan bahasa
sebagai komunikasi, berarti memiliki tujuan agar para pembaca atau pendengar
menjadi sasaran utama perhatian seseorang. Manusia memakai dua cara
berkomunikasi, yaitu verbal dan non verbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan
menggunakan alat/media (lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi secara non verbal
dilakukan menggunakan media berupa aneka symbol, isyarat, kode, dan bunyi seperti
tanda lalu lintas, sirene setelah itu diterjemahkan kedalam bahasa manusia.3
Bahasa menjadi alat komunikasi untuk dapat berinteraksi antara yang satu dengan
yang lain sehingga pesan yang hendak kita sampaikan dapat dimengerti. Komunikasi
merupakan akibat dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi
orang tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi seseorang
dapat menyampaikan semua yang dirasakan, pikiran, dan yang diketahuinya kepada
orang lain. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan penyampaian sesuatu dan
memungkinkannya menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur
berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan, mengarahkan masa depan.
Dalam pengalaman sehari-hari, sejak kanak-kanak hingga seorang meningkat dewasa,
bahasa perseorangan mengalami perkembangan, sejalan dengan bertambahnya
kenyataan-kenyataan atau pengalaman-pengalaman seseorang. Bila seseorang
membandingkan bahasa suatu sistem keseluruhan dengan wujud dan fungsi bahasa
yang bertahap-tahap dalam kehidupan individual, yaitu wujud dan fungsi yang terbatas
pada masa kanak-kanak, serta wujud dan fungsi bahasa yang jauh lebih luas pada

2
Muhamad Syahid Abdurrahim, “Peranan, Fungsi, dan Aplikasi Bahasa dalam kehidupan sehari-hari”,
http://softskillsyahid.blogspot.com/2013/09/peranan-fungsi-dan-aplikasi-bahasa.html (diakses pada 04 Juni 21)
3
Khairani dkk., “Peran, Fungsi, Dan Kedudukan Bahasa Dalam Kehidupan Sehari-Hari”, Kearsipan Universitas
Jambi, hlm. 5
waktu seseorang telah dewasa, maka dapat dibayangkan betapa wujud dan fungsi
bahasa itu mengalami perkembangan dari jaman ke jaman sesuai dengan
perkembangan intelektual manusia dan kekayaan cipta karya manusia sebagai hasil dari
kemajuan intelektual itu sendidri.4
Perbedaan fungsi bahasa jadi alat ekspresi diri dan sarana komunikasi ada pada
tujuannya. Yang pertama sekadar untuk mengespresikan diri agar diketahui oleh orang
lain. Adapun saat berkomunikasi, penggunaan bahasa disesuaikan dengan orang yang
diajak bicara, dengan tujuan supaya maksud dari dari bahasa mudah tersampaikan.5
3. Sebagai kontrol sosial
Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat diterapkan
pada diri sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun
pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran dan buku-buku instruksi
adalah salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial.
Ceramah agama atau dakwah merupakan contoh penggunaan bahasa sebagai alat
kontrol sosial. Lebih jauh lagi, orasi ilmiah atau politik merupakan alat kontrol sosial.
Iklan layanan masyarakat atau layanan sosial juga merupakan salah satu wujud
penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan kegiatan berbahasa
yang memberikan kepada diri seseorang, untuk memperoleh pandangan baru, sikap
baru, perilaku dan tindakan yang baik.
Contoh fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah diterapkan
adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang
sangat efektif untuk meredakan rasa amarah. Tuangkanlah rasa dongkol dan amarah ke
dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada akhirnya, rasa amarah berangsur-angsur
menghilang dan dapat melihat persoalan secara lebih jelas dan tenang.6
Sebagai alat kontrol sosial, bahasa menjadi tolak ukur atau penilaian terhadap
perilaku atau karakter seseorang. Karakter seseorang bisa dinilai, salah satunya melalui
komunikasi. Orang yang bisa berkomunikasi denan baik dan bertutur kata dengan
sopan tentu memiliki karakter atau perilaku yang baik pula.7
4. Sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial

4
Muhamad Syahid Abdurrahim, “Peranan, Fungsi, dan Aplikasi Bahasa dalam kehidupan sehari-hari”,
http://softskillsyahid.blogspot.com/2013/09/peranan-fungsi-dan-aplikasi-bahasa.html (diakses pada 04 Juni 21)
5
Versatile Holiday Lado, "Pengertian Bahasa, Peran & Fungsi Bahasa secara Umum di Masyarakat",
https://tirto.id/gdhW (diakses pada 04 Juni 21)
6
Muhamad Syahid Abdurrahim, “Peranan, Fungsi, dan Aplikasi Bahasa dalam kehidupan sehari-hari”,
http://softskillsyahid.blogspot.com/2013/09/peranan-fungsi-dan-aplikasi-bahasa.html (diakses pada 04 Juni 21)
7
Rina Devianty, “Peran Bahasa Indonesia Dan Bahasa Daerah Dalam Pendidikan Karakter”, dalam Jurnal
IJTIMAIYAH, Vol.1, No.2, Juli-Des 2017 (UINSU, 2017), hlm. 11
Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula
manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil
bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-
orang lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien
melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang
untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat
melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin
bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia
memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan
masyarakatnya.8
Pada saat beradaptasi di lingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasa yang
digunakan tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang akan menggunakan
bahasa yang non-formal pada saat berbicara dengan teman dan menggunakan bahasa
formal pada saat berbicara dengan orang tua atau yang dihormati.9
Bahasa dapat pula berperan sebagai alat integrasi sosial sekaligus alat adaptasi
sosial. Hal ini mengingat bahwa setiap bangsa memiliki bahasa yang majemuk.
Kemajemukan ini membutuhkan satu alat sebagai pemersatu keberseragaman tersebut.
Di sinilah fungsi bahasa sangat diperlukan sebagai alat integrasi sosial. Bahasa disebut
sebagai alat adaptasi sosial apabila seseorang berada di suatu tempat yang memiliki
perbedaan adat, tata krama, dan aturan-aturan dari tempatnya berasal. Proses adaptasi
ini akan berjalan baik apabila terdapat sebuah alat yang membuat satu sama lainnya
mengerti melalui sebuah alat yang disebut bahasa.10
5. Sebagai pembangunan citra diri
Bahasa dan media sangat berpengaruh dalam pembangunan citra diri. Dalam hal ini,
bahasa melalui media dapat dijadikan sebagai pembangunan citra positif bagi orang-
orang yang memiliki kepentingan. Pencitraan tersebut merupakan motif salah satu
pihak untuk mendapatkan perhatian dari masyarakat. Bahasa digunakan sebagai alat
untuk mendoktrin pikiran, persepsi masyarakat untuk membangun citra diri.
Pembentukan citra diri tersebut dapat dilakukan oleh diri sendiri maupun melalui orang
lain.

8
Gorys Keraf, Komposisi (Ende, 1997), hlm. 5
9
Khairani dkk., “Peran, Fungsi, Dan Kedudukan......”, hlm. 6
10
Rina Devianty, “Peran Bahasa Indonesia Dan Bahasa Daerah Dalam Pendidikan Karakter”, dalam Jurnal
IJTIMAIYAH, Vol.1, No.2, Juli-Des 2017 (UINSU, 2017), hlm. 13
Pembangunan citra diri tersebut tentu saja akan berbeda bagi masing-masing orang.
Dalam hal ini, untuk membangun citra positif, banyak hal yang bisa dilakukan,
misalnya dengan penggunaan kata-kata yang baik, santun, bijak, dan menonjolkan
nilai-nilai positif yang dianut oleh masyarakat tertentu (masyarakat sasaran sebagai
follower). Dengan demikian, setiap orang dapat melakukan pembangunan citra diri
sendiri melalui bahasa dan media sosial yang digunakan, baik itu pencitraan positif
maupun negatif.11
6. Sebagai media berpikir
Selama melakukan aktivitas berpikir, bahasa berperan sebagai simbol-simbol
representasi mental) yang dibutuhkan untuk memikirkan hal-hal yang abstrak dan tidak
diperoleh melalui penginderaan. Contohnya seseorang yang sedang memikirkan seekor
harimau, dia tidak perlu menghadirkan seekor harimau dihadapannya. Melalui bahasa
pula manusia dapat berpikir secara sistematis dan teratur.
Cassirer (Kaelan, 1998, 8) mengatakan manusia adalah Animal Symbolicum,
mahluk yang menggunakan simbol, yang secara generik mempunyai cakupan lebih luas
dari homo sapiens, mahluk yang berpikir. Tanpa kemampuan menggunakan simbol ini,
kemampuan berpikir secara sistmatis dan teratur tidak dapat dilakukan. Hakikat
manusia yang dilambangkan sebagai animal rationale. mengisyaratkan bahwa manusia
senantiasa melakukan aktifitas ‘berpikir’. Keberadaan bahasa sebagai sesuatu yang
khas milik manusia tidak hanya merupakan simbol belaka, namun juga merupakan
media pengembang pikiran manusia terutama dalam mengungkapkan realitas segala
sesuatu.
Bahasa memang tidak selalu identik dengan berpikir. Jika seseorang ditanya apa
yang sedang dipikirkannya, dia akan menggambarkan pikirannya melalui bahasa.
Meskipun pikirannya tidak berbentuk simbol-simbol linguistik ketika dia ditanya, dia
pasti mengungkapkan pikiran itu dalam bentuk simbol-simbol linguistik agar proses
komunikasi dengan penanya berjalan dengan baik. Namun, meskipun bahasa tidak
identik dengan berpikir, berpikir tidak dapat dilakukan tanpa bahasa. Bahkan,
karakteristik bahasa yang dimiliki seseorang akan menentukan objek apa saja yang
dapat dipikirkannya.
Pada umumnya, suatu pikiran yang kompleks dinyatakan dalam kalimat yang
kompleks pula. Begitu pula suatu kalimat yang kompleks umumnya mengungkapkan

11
Tia Puspita Sari dan Angga Wahyu Ajeng, “Peran Bahasa Dan Media Sosial Sebagai Pembangun Citra Diri Di
Era Global” Makalah Seminar Nasional PBSI FKIP Universitas Jember, hlm 354
suatu pikiran yang kompleks pula. Kompleksitas makna dalam kalimat yang kompleks
ini muncul karena dalam suatu kalimat yang kompleks selalu terdapat proposisi yang
jumlahnya lebih banyak (Dardjowidjojo, 2003, 288).12
Selanjutnya Husen Lubis dalam bukunya yang berjudul Analisis Wacana Pragmatik
mengutip pendapat Finocehinario mengatakan bahwa fungsi bahasa terdiri atas lima, antara
lain : fungsi interpersonal, fungsi direktif, fungsi referensial. Fungsi-fungsi tersebut akan
diuraikan seperti di bawah ini.
1. Fungsi interpersonal
Adalah kemampuan untuk membina dan menjalin hubungan kerja dan hubungan sosial
denqan orang lain. Hubunqan ini membuat hidup kita denqan orang lain menjadi baik
dan menyenangkan.
2. Fungsi direktif
Fungsi ini memungkinkan kita untuk mengajukan permintaan, memberi saran,
membujuk, menyakinkan dan sebagainya. Hal ini menjadikan semua keinginan kita
bisa dikomunikasikan dengan baik.
3. Fungsi referensial
Fungsi ini berhubungan dengan kemampuan untuk penulis atau berbicara tentang
lingkungan kita yang terdekat dan juga mengenai fungsi metalinguistik.
4. Fungsi imajinatif
Fungsi ini berhubungan denqan kemampuan untuk menyusun ritme baik bahasa lisan
maupun tulis. Tidak semua manusia bisa menerapkan fungsi ini, kecuali bagi mereka
yang memiliki talenta terhadap fungsi ini.
5. Fungsi personal
Fungsi ini berhubungan dengan kemampuan pribadi seseorang untuk mengekspresikan
emosinya.

12
Ayu, Kharisma D. “Peranan Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan.”
https://doi.org/10.31227/osf.io/6w4xa (diakses pada 04 Juni 21)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada lima butir terpenting mengenai bahasa, yaitu:
1. manusiawi (human)
Manusiawi maksudnya bahwa hanya manusialah yang memiliki sistem simbol untuk
berkomunikasi.
2. dipelajari (noninstinctive)
Ketika dilahirkan, manusia tidak langsung mampu berbicara. Anak yang tidak
mempunyai kontak dengan orang lain yang berbahasa seperti dirinya sendiri, akan
mengembangkan bahasanya sendiri untuk memenuhi hasrat komunikasinya
3. sistem (system)
Bahasa memiliki seperangkat aturan yang dikenal para penuturnya. Perangkat inilah
yang menentukan struktur apa yang diucapkannya. Struktur ini disebut grammar.
4. arbitrer (voluntarily produced)
Manusia mempergunakan bunyi-bunyi tertentu dan disusun dalam cara tertentu pula
merupakan secara kebetulan saja
5. simbol (symbol)
Bahasa terdiri atas rentetan simbol arbitrer yang memiliki arti. Kita bisa menggunakan
simbol-simbol ini untuk berkomunikasi sesama manusia karena manusia sama-sama
memiliki perasaan, gagasan, dan keinginan
Menurut Keraf (1980: 3), bahasa bila ditinjau dari dasar dan motif pertumbuhannya,
berfungsi sebagai;
1. Sebagai alat ekspresi diri
Bahasa merupakan sarana untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam diri
seseorang, baik berbentuk perasaan, pikiran, gagasan, dan keinginan yang dimilikinya.
Begitu juga digunakan untuk menyatakan dan memperkenalkan keberadaan diri
seseorang kepada orang lain dalam berbagai tempat dan situasi.
2. Sebagai alat komunikasi
Bahasa merupakan saluran maksud seseorang, yang melahirkan perasaan dan
memungkinkan masyarakat untuk bekerja sama. Pada saat menggunakan bahasa
sebagai komunikasi, berarti memiliki tujuan agar para pembaca atau pendengar
menjadi sasaran utama perhatian seseorang.
3. Sebagai kontrol sosial
Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat diterapkan
pada diri sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun
pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran dan buku-buku instruksi
adalah salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial.
4. Sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial
Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia
memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian
dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain.
5. Sebagai pembangunan citra diri
Bahasa dan media sangat berpengaruh dalam pembangunan citra diri. Dalam hal ini,
bahasa melalui media dapat dijadikan sebagai pembangunan citra positif bagi orang-
orang yang memiliki kepentingan. Pencitraan tersebut merupakan motif salah satu
pihak untuk mendapatkan perhatian dari masyarakat. Bahasa digunakan sebagai alat
untuk mendoktrin pikiran, persepsi masyarakat untuk membangun citra diri.
Pembentukan citra diri tersebut dapat dilakukan oleh diri sendiri maupun melalui orang
lain.
6. Sebagai media berpikir
Selama melakukan aktivitas berpikir, bahasa berperan sebagai simbol-simbol
representasi mental) yang dibutuhkan untuk memikirkan hal-hal yang abstrak dan tidak
diperoleh melalui penginderaan. Contohnya seseorang yang sedang memikirkan seekor
harimau, dia tidak perlu menghadirkan seekor harimau dihadapannya. Melalui bahasa
pula manusia dapat berpikir secara sistematis dan teratur.

Anda mungkin juga menyukai