Anda di halaman 1dari 14

Nama : Baghea Azahra

NPM : 202121047
Mata Kuliah : Pragmatik
Resume Materi

KONSEP DASAR PRAGMATIK

A. PENGERTIAN PRAGMATIK

Pragmatik merupakan cabang ilmu semiotika. Dalam semiotika dikaji mengenai


sistem tanda dan lambang. Sedangkan pada ilmu pragmatik lebih mengkaji mengenai
hubungan pemakaian bahasa dengan penuturnya/pemakainya.

Charles Morris (1938) memperkenalkan istilah “pragmatika” sebagai asal


muasalkata pragmatik ketika membuat sistematika ajaran Charles R Pierce mengenai
ilmu tanda atau dikenal dengan semiotika. Dalam bahasa Jerman kata pragmatik disebut
dengan “pragmatish”, dalam bahasa Latin dikenal dengan “pramaticus” yang memiliki
arti ‘pandai berdagang’ atau dalam bahasa Yunani disebut dengan “pragmatikos” atau
“pragma” yang memiliki arti ‘perbuatan’ atau ‘tindakan’.

B. SEJARAH LAHIRNYA PRAGMATIK

Lahirnya kajian pragmatik tidak bisa dilepaskan dari pemikiran seorang filosofi
bahasa dari Britania yang bernama JL Austin dengan bukunya yang berjudul How to do
things with worlds (1962). Buku tersebut dianggap sebagai peletak dasar konsep
pragmatik. Namun, sebenarnya istilah pragmatik itu dicetuskan pertama kali bukan oleh
JL. Austin, melainkan oleh J. Morris seorang Amerika yang mengemukakan teori
tentang ilmu tanda yakni semiotik (semiotics) yang terdiri dari kajian semantik,
sintaksis, dan pragmatik. Istilah pragmatik dicetuskan pertama kali oleh Morris pada
1938, tetapi tetap saja selama hampir seperempat abad kajian pragmatik terkubur dan
tidak menjadi perhatian para linguis sampai akhir dasawarsa 1950-an.

Pada awal-awal perkembangannya, pragmatik sering dilihat sebelah mata oleh


sekelompok linguis. Pragmatik dianggap sebagai keranjang sampah semantik.
Pragmatik dijadikan tempat pembuangan kalimat-kalimat yang ketika itu ‘melawan
logika’ linguistik oleh penganut linguistik formal. Namun, sekarang pragmatik sudah
dianggap disiplin ilmu yang bergengsi sebagai sebuah fenomena baru dalam linguistik.
Dalam sejarah munculnya kajian pragmatik, setidaknya ada tiga hal mendasar yang
terjadi dalam peta perkembangan kajian kebahasaan (linguistik). Tiga hal tersebut
adalah:

1. Pergeseran Prinsip Formalisme Menjadi Fungsionalisme


2. Pergeseran dari Prinsip Gramatikalsentris ke Pragmatikalsentris
3. Pergeseran dari Kaidah ke Masalah

C. SUMBER KAJIAN PRAGMATIK

Pragmatik sebagai ilmu juga bersumber pada beberapa ilmu lain yang
mengkaji bahasa dan faktor-faktor yang berkaitan dengan penggunaan bahasa, yaitu:

1. Falsafah kebahasaan

2. Sosiolinguistik

3. Antropologi

4. Etnografi berbahasa

5. Linguistik

Sumber kajian dari falsafah kebahasaan yang terutama digunakan pragmatik


adalah teori tindak bahasa (speech acts) dan implikatur percakapan (conversational
implicature). Teori tindak bahasa (speech acts) ada 3 sudut pandang, yaitu :

1. Lokusi (locution) : merupakan suatu tindakan yang menginformasikan.

2. Ilokusi (illocution) : suatu kalimat atau ujaran sebagai tindakan bahasa,


impamanya : menyuruh, memanggil, menyatakan setuju, menyatakan
keberatan, dsb.
3. Perlokusi (perlocution) : terdapat maksud atau tujuan yang diselipkan oleh
penutur agar mitra tutur bertindak seperti apa yang diharapkan atau adanya
efek dari pertuturan.

Implikatur Percakapan (conversational implicature). Terdapat 4 prinsip dasar


kerja sama yang menjadi perangkat aturan orang dalam berkomunikasi. (Gunarwan
2004: 11 dan Thomas 1995: 63-64) mengemukakan empat prinsip tersebut adalah:

1. Maxim kuantitas : memberi informasi sesuai yang diminta


2. Maxim kualitas : menyatakan hanya yang menurut kita benar atau
cukup bukti kebenarannya.
3. Maxim relevansi : memberi sumbangan informasi yang relevan
4. Maxim cara : menghindari ke tidak jelasan pengungkapan,
mengungkapkan secara singkat, mengungkapkan secara beraturan.

KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL

A. KOMUNIKASI VERBAL

1. Pengertian Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah


lisan maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar
manusia. Melalui katakata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran,
gagasan, atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta
menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan
bertengkar.

Dalam komunikasi verbal itu bahasa memegang peranan penting (Agus M.


Hardjana, 2003: 22). Ada beberapa unsur penting dalam komunikasi verbal, yaitu:

a. Bahasa
Pada dasarnya bahasa adalah suatu sistem lambang yang
memungkinkan orang berbagi makna. Dalam komunikasi verbal,
lambang bahasa yang dipergunakan adalah bahasa verbal entah lisan,
tertulis pada kertas, ataupun elektronik. Bahasa suatu bangsa atau suku
berasal dari interaksi dan hubungan antara warganya satu sama lain
(Agus M. Hardjana, 2003: 23).
b. Kata
Kata merupakan unti lambang terkecil dalam bahasa. Kata adalah
lambang yang melambangkan atau mewakili sesuatu hal, entah orang,
barang, kejadian, atau keadaan. Jadi, kata itu bukan orang, barang,
kejadian, atau keadaan sendiri. Makna kata tidak ada pada pikiran orang.
Tidak ada hubungan langsung antara kata dan hal. Yang berhubungan
langsung hanyalah kata dan pikiran orang (Agus M. Hardjana, 2003:
24).

2. Karakteristik Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal memilliki karakteristik sehingga membedakannya


dengan komunikasi nonverbal, diantaranya:

a. Ringkas dan jelas


b. Mudah dipahami pemrbendaharaan katanya
c. Arti katanya dapat bermakna konotatif dan denotatif
d. Intonasi suara dapat mempengaruhi isi pesan
e. Kecepatan berbicara yang dibarengi dengan tempo dan jeda yang baik
f. Disertai unsur humor

3. Jenis Komunikasi Verbal


Adapun Jenis Komunikasi Verbal yaitu :
a. Berbicara dan menulis
b. Mendengarkan dan membaca

B. KOMUNIKASI NON VERBAL


1. Pengertian Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas


dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi
nonverbal jauh lebih banyak dipakai daripada komuniasi verbal. Dalam
berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi nonverbal ikut terpakai.
Karena itu, komunikasi nonverbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi
nonverbal lebih jujur mengungkapkan hal yang mau diungkapkan karena
spontan (Agus M. Hardjana, 2003: 26).

2. Fungsi Komunikasi Nonverbal

Menurut Mark Knapp (1978), adapun fungsi komunikasi verbal yaitu:

a. Meyakinkan apa yang diucapkannya (repetition)


b. Menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan
dengan kata-kata (substitution)
c. Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya
(identity)
d. Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum
sempurna.
3. Bentuk Komunikasi Nonverbal

Bentuk komunikasi nonverbal sendiri di antaranya adalah, bahasa


isyarat, ekspresi wajah, sandi, simbol-simbol, pakaian sergam, warna dan
intonasi suara.

C. PERBEDAAN KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL


1. Perbedaan Menurut Anderson (1990)

Komunikasi verbal dan nonverbal memiliki perbedaan yang mendasar


yaitu :

a. Komunikasi nonverbal yang dianggap lebih jujur. Jika muncul


perilaku verbal dan nonverbal yang tidak konsisten, kebanyakan
orang percaya perilaku nonverbal. Ada beberapa bukti menyatakan
bahwa perilaku nonverbal sebenarnya lebih dapat dipercaya
daripada komunikasi verbal walaupun kita sering mengontrolnya
cukup sadar. Namun, komunikasi nonverbal dianggap lebih dapat
dipercaya.
b. Komunikasi nonverbal memiliki saluran yang banyak. komunikasi
verbal biasanya terjadi dalam satu saluran, komunikasi verbal lisan
yang diterima melalui pendengaran, dan komunikasi verbal tertulis
dapat dilihat, dirasakan, didengar, berbau, dan mencicipi. Kami
sering menerima komunikasi nonverbal secara bersamaan melalui
dua atau lebih saluran, seperti ketika kita merasa dan melihat
pelukan sambil mendengar berbisik "I love you".
c. Komunikasi verbal adalah diskrit, sedangkan komunikasi nonverbal
berlangsung terus menerus. Simbol verbal mulai dan berhenti
secara bergantian. Saat seseorang mulai berbicara pada satu saat
dan berhenti berbicara saat yang lain. Komunikasi nonverbal
cenderung mengalir terus. Sebelum kita berbicara, ekspresi wajah
dan postur mengungkapkan perasaan kita, saat kita bicara, gerakan
tubuh kita dan mengkomunikasikan penampilan, dan setelah kita
berbicara postur tubuh berubah, mungkin santai).

2. Menurut Don Stacks

Terdapat tiga perbedaan utama diantara komunikasi verbal dan


nonverbal, yaitu:

a. Kesenjangan (Intentionality)
Perbedaan utama komunikasi verbal dan nonverbal adalah
persepsi mengenai niat (intent). Niat menjadi lebih penting ketika
kita membicarakan lambang atau kode verbal. Michael Burgoon
dan Michael Ruffner menegaskan bahwa sebuah pesan verbal
adalah komunikasi kalau pesan tersebut dikirimkan oleh sumber
dengan sengaja dan diterima oleh penerima secara sengaja pula.
Komunikasi nonverbal tidak banyak dibatasi oleh niat. Komunikasi
nonverbal cenderung dilakukan dengan tidak sengaja.
b. Perbedaan simbolik (symbolic differences)
Niat dapat dipahami karena beberapa dampak simbolik dari
komunikasi. Misalnya, memakai pakaian dengan warna atau model
tertentu, mungkin akan dipahami sebagai suatu `pesan' oleh orang
lain (misalnya berpakaian dengan warna merah akan diberi makna
sebagai orang yang berani). Komunikasi verbal merupakan sebuah
bentuk komunikasi yang diantarai. Pada komunikasi verbal kita
mencoba mengambil kesimpulan terhadap makna apa yang
diterapkan pada suatu pilihan kata.
c. Mekanisme pemrosesan (processing mechanism)
Semua informasi termasuk komunikasi diproses melalui
otak, kemudian otak kita menafsirkan informasi ini lewat pikiran
yang berfungsi mengendalikan perilaku-perilaku fisiologis (refleks)
dan sosiologis (perilaku yang dipelajari dan perilaku sosial). Satu
perbedaan utama dalam pemrosesan adalah dalam tipe informasi
pada setiap belahan otak. Belahan otak kiri adalah tipe informasi
yang lebih tidak berkesinambungan dan berubah-ubah, sedangkan
belahan otak kanan, tipe informasinya Iebih berkesinambungan dan
alami.
3. Menurut Malandro dan Barker

Dikutip dalam buku Komunikasi Antar Budaya tulisan Dra. Ilya


Sunarwinadi, M.A. perbedaan komunikasi verbal dan nonverbal dapat dilihat
dari :

a. Struktur vs Nonstruktur
Komunikasi verbal sangat terstruktur dan mempunyai
aturan-aturan tata bahasa. Komunikasi nonverbal tidak ada struktur
formal yang mengarahkan komunikasi karena terjadi secara tidak
disadari, tanpa urut-urutan kejadian yang dapat diramalkan
sebelumnya. Perilaku nonverbal yang sama dapat memberi arti
yang berbeda pada saat yang berlainan atau pada tempat yang
berbeda.
b. Linguistik vs Nonlinguistik
Linguistik mempelajari macam-macam segi bahasa verbal,
yaitu suatu sistem dari lambang-lambang yang sudah diatur
pemberian maknanya. Pada komunikasi nonverbal, sulit untuk
memberi makna pada lambang karena tidak memiliki struktur.
c. Continuous vs Discontinuous
Komunikasi nonverbal dianggap bersifat kontinyu,
sementara komunikasi verbal bersifatterputus-putus. Komunikasi
nonverbal baru berhenti bila orang yang terlibat di dalamnya
meninggalkan suatu tempat. Tetapi selama tubuh, wajah dan
kehadiran kita masih dapat dipersepsikan oleh orang lain atau diri
kita sendiri, berarti komunikasi nonverbal dapat terjadi. Tidak sama
halnya dengan kata-kata dan simbol dalam komunikasi verbal yang
mempunyai titik awal dan akhir yang pasti.
d. Dipelajari vs Didapat
Secara Ilmiah Komunikasi nonverbal sangat jarang untuk
dipelajari. Manusia lahir dengan naluri-naluri dasar nonverbal.
Sebaliknya komunikasi verbal adalah sesuatu yang harus dipelajari.
e. Pemrosesan Bagian Otak Kiri vs Pemrosesan Bagian Otak Kanan
Kebanyakan stimuli nonverbal diproses dalam bagian otak
sebelah kanan, sedangkan stimuli verbal yang memerlukan analisis
dan penalaran, diproses dalam bagian otak sebelah kiri.
D. FUNGSI KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL

Meskipun komunikasi verbal dan nonverbal memiliki perbedaan-perbedaan,


namun keduanya dibutuhkan untuk berlangsungnya tindak komunikasi yang efektif.
Fungsi dari lambang-lambang verbal maupun nonverbal adalah untuk memproduksi
makna yang komunikatif.

TEORI DASAR PRAGMATIK: PRAGMATIK DALAM LINGUISTIK

A.PRAGMATIK DALAM TEORI LINGUISTIK

Pragmatik adalah salah satu cabang linguistik yang mengkaji mengenai


penggunaan bahasa dalam sebuah kondisi atau situasi komunikasi. Pragmatik pun
membahas fungsi bahasa sebagai alat untuk menyampaikan tujuan. Bahasa tersebut
dihubungkan dengan aspek-aspek luar bahasa seperti pengguna, penerima, dan
situasi. Hal tersebut berkaitan dengan konteks. Oleh karena itu, pragmatik dianggap
sebagai ilmu yang mengkaji mengenai penggunaan bahasa dalam suatu konteks
tertentu.

B.PRAGMATIK DAN BERBAGAI BIDAN DALAM LINGUISTIK


Hubungan pragmatik dengan bidang linguistik (makro/mikrolinguistik)

1. Pragmatik dengan Gramatikal

Pragmatik dengan gramatikal (tata bahasa) merupakan dua hal yang


menyatu dalam suatu kerangka acuan studi linguistik. Sebab pada dasarnya,
studi kebahasaan secara umum dialamatkan pada dua hal yakni pada segi
bentuk dan fungsi. Berdasarkan kedua fokus kajian bahasa tersebut,
pragmatik dapat dikategorikan sebagai suatu kajian bahasa yang lebih
menitikberatkan pada aspek fungsi, sementara gramatikal dapat
dikategorikan sebagai wujud kajian bentuk.

2. Pragmatik dengan Semantik

Pragmatik dan semantik merupakan dua cabang linguistik yang


samasama memfokuskan kajian pada aspek makna suatu bahasa. Namun,
dalam prakteknya, kajian semantik tidak bisa disamakan dengan pragmatik.
Oleh Morris, semantik diberi batasan sebagai “telaah mengenai hubungan
formal di antara tanda (atau lambang) dan objeknya”, sedangkan pragmatik
didefinisikan sebagai “telaah mengenai hubungan di antara lambang dan
penafsirnya”.

3. Pragmatik dengan Sosiolinguistik

Sosiolinguistik dan pragmatik sama-sama lahir dari buah pemikiran


penganut paham fungsionalis yang tidak puas terhadap penanganan bahasa
bersifat formal seperti yang dilakukan oleh kaum strukturalis. Kajian
pragmatik dan sosiolinguistik keberatan dengan pandangan kaum struktural
dalam memandang bahasa yang hanya berorientasi pada bentuk, tanpa
mempertimbangkan bahwa satuan-satuan bahasa sebenarnya hadir dalam
konteks, baik konteks yang bersifat lingual (co-teks) maupun konteks yang
bersifat ekstralingual.

4. Pragmatik dengan Psikolinguistik

Hubungan antara pragmatik dan psikolinguistik terlihat dari


sumbangan teori psikolinguistik dalam memahami makna pragmatik. Kajian
psikolinguistik lebih menitikberatkan kajian pada hubungan bahasa dengan
pemikiran manusia. Dengan kata lain dalam memahami sebuah bahasa, peran
pemikiran atau faktor psikologi memegang peranan penting. Kaitannya
dengan pragmatik, sebuah tuturan pragmatis akan lebih mudah dipahami,
bila peserta tutur lebih mengoptimalkan peran psikologinya Sebagai contoh,
perhatikan kasus berikut: Seorang dosen menegur seorang mahasiswa yang
datang terlambat, dengan kalimat, “Dari mana kamu?” Berdasarkan
pendekatan pragmatis, kalimat tersebut tidak bermaksud menanyakan tempat
di mana mahasiswa berada sebelum itu, melainkan sebuah teguran mengapa
si mahasiswa datang terlambat? Jadi jawabannya bukan “Saya dari rumah
Bu”, tetapi “maaf Bu, saya tadi bangun kesiangan”.

PRAGMATIK: PRAGMALINGUISTIK DAN SOSIOPRAGMATIK

Pragmatik dan sosiopragmatik pada dasarnya merupakan dua istilah yang berbeda di
bidang kajian linguistik. Secara umum sosiopragmatik digunakan untuk meneliti ungkapan
dan struktur bahasa secara eksternal, yaitu faktor sosial budaya sebagai penentu suatu
ungkapan tersebut dituturkan oleh penutur kepada mitra tutur. Pragmatik adalah cabang
ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan
bahasa itu digunakan di dalam komunikasi Sejarah perkembangan pragmatik dimulai pada
tahun 1938. Charles Morris membagi ilmu semiotik menjadi tiga cabang kajian, yaitu
sintaksis, semantik, dan pragmatik.

A.PRAGMALINGUISTIK

Pragmalinguistik adalah pengetahuan dasar dalam linguistik yang membantu


mewujudkan dan memahami maksud penutur, seperti pengetahuan tentang struktur kalimat
(sintaksis) dan makna kalimat (semantik) yang dalam bahasan ini dimasukkan dalam suatu
wadah yang disebut dengan grammar. Leech memberikan definisi pragmalinguistik sebagai
berikut, “The term pragmalinguistics can be applied to the study of the more linguistic end
of pragmatics where we consider the particular resources which a given language provides
for conveying particular illocutions” (1983:11). Dalam hal ini, pragmalinguistik dapat
diterapkan pada analisis pragmatik yang bertujuan mengarah kepada tujuan linguistik yang
mempertimbangkan sumber-sumber khusus yang disediakan oleh suatu bahasa tertentu
untuk menyampaikan ilokusi-ilokusi tertentu (ilokusi adalah cara melakukan suatu tindakan
dalam menyatakan sesuatu).

B.SOSIOPRAGMATIK

Istilah sosiopragmatik, pertama kali dikemukakan oleh Leech pada tahun 1993
ketika ia menjelaskan mengenai jangkauan pragmatik umum dalam bukunya yang berjudul
Pragmatics. Pakar bahasa menyebutkan bahwa, sosiopragmatik dipandang sebagai salah
satu sisi dari kajian pragmatik. Sosiopragmatik pada dasarnya merupakan titik temu antara
pragmatik dan sosiologi. Dengan kata lain, sosiopragmatik lebih mengarah pada kajian
pragmatik yang berkaitan dengan kondisi sosial tertentu, sedangkan pragmatik umum lebih
banyak mengkaji aspek linguistiknya yang disebut sebagai pragmalinguistik.

C.KEGAGALAN PRAGMALINGUISTIK DAN SOSIOPRAGMATIK

Seorang peneliti linguistik, Jenny Thomas (1983) dalam artikelnya yang berjudul
Cross Cultural Failure, mencoba membahas kegagalan pragmalinguistik dan
Sosiopragmatik. Menurutnya, kegagalan pragmalinguistik pada dasarnya berkaitan dengan
masalah bahasa yang disebabkan oleh berbagai macam perbedaan penyandian fungsi
bahasa, sedangkan kegagalan sosiopragmatik berkenaan dengan perilaku bahasa yang
disebabkan oleh pengertian lintas budaya (Cross Culture). Oleh karena itu, apabila ada
orang Indonesia yang mengajukan pertanyaan kepada orang Arab yang baru pertama kali
ditemuinya dengan pertanyaan “Hal ‘indak al fulus?” (Apakah Anda punya uang?)
misalnya, maka orang itu dianggap telah gagal berkomunikasi dalam kaitannya dengan
aspek sosiopragmatik, bukan pada aspek pragmalinguistik, karena secara tata bahasa
kalimat di atas tidak salah. Dalam contoh di atas, bukan bahasanya yang salah tetapi
pertanyaannya yang kurang tepat karena kurang sesuai dengan konteks dan situasi
tuturannya.

PRAANGGAPAN DAN TINDAK TUTUR

A. PRAANGGAPAN

1. Pengertian Praangapan
Praanggapan (presuposisi) berasal dari kata to pre- suppose, yang dalam bahasa
Inggris berarti to suppose beforehand (menduga sebelumnya), dalam arti sebelum
pembicara atau penulis mengujarkan sesuatu ia sudah memiliki dugaan sebelumnya tentang
hal yang dibicarakan.

2. Jenis-jenis Praanggapan

Praanggapan dapat dibagi menjadi enam, yaitu (i) praanggapan eksistensial, (ii)
praanggapan faktif, (iii) praanggapan leksikal, (iv) praanggapan struktural, (v) praanggapan
nonfaktif, dan (vi) praanggapan kontrafaktual.

B. TINDAK TUTUR

1. Pengertian Tindak Tutur

Dalam kehidupan, manusia senantiasa selalu melakukan interaksi dan komunikasi.


Komunikasi dapat terjadi ketika dua orang atau lebih saling bertukar gagasan atau informasi
dan mencapai kesepakatan makna. Hal ini diungkapkan oleh Grice (Maujud dan Sultan,
2019: 161) yang menyatakan bahwa berkomunikasi itu selayaknya suatu proses kerjasama
antara penutur dan lawan tutur melalui bahasa untuk mencapai negosiasi makna. Artinya,
dalam berkomunikasi terjadi interaksi antara pembicara atau penulis dengan penyimak atau
pembaca sebagai sebuah aktivitas personal untuk bersosialisasi. Berdasarkan pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa sebagai media berkomunikasi dan berinteraksi
merupakan upaya manusia dalam menyampaikan gagasan dan perasaannya kepada lawan
tutur (Suhardi, 2013:21).

2. Jenis-jenis Tindak Tutur

Terdapat berbagai jenis tindak tutur, antara lain berdasarkan tujuan penuturannya,
tingkat derajat kelangsungannya, dan kelayakan/kompetensi penuturnya.

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN MAKSIM KERJA SAMA

IMPLIKATUR PERCAKAPAN

A.Pengertian Implikatur
Implikatur merupakan salah satu kajian utama dalam pragmatik, Pragmatik
mengkaji perilaku yang dimotivasi oleh tujuan-tujuan percakapan. Aliran pragmatik adalah
tindakan aliran struktural yang melucuti kalimat yang pada hakikatnya berkonteks, dan yang
pada hakikatnya ada karena digunakan didalam komunikasi. Berdasarkan pengertian
pragmatik yang telah dijabarkan, dapat dilihat bahwa implikatur merupakan topik utama
kajian pragmatik. Implikatur merupakan komunikasi yang ditimbulkan karena adanya
tujuan-tujuan percakapan yang berkonteks.

B.Ciri-ciri Implikatur

Menurut Cruse (Sumarsono, 2009) ada empat kriteria khusus yang merupakan ciri
Implikatur Percakapan yaitu bergantung konteks, dapat dibatalkan, tidak dapat dilepaskan,
dan dapat diperhitungkan.

C.Jenis-jenis Implikatur

1. Implikatur konvensional

2. Implikatur percakapan umum

3. Implikatur percakapan khusus

4. Implikatur berskala

MAKSIM

A.Pengertian

Maksim dalam kegiatan bertutur merupakan kaidah kebahasaan di dalam interaksi


lingual, kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan
interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan. Selain itu, maksim juga
disebut sebagai bentuk pragmatik berdasarkan prinsip kerja sama.

B.Jenis-jenis

Jenis maksim prinsip kerja sama ada empat di antaranya maksim kuantitas, maksim
kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan.

PRINSIP PERCAKAPAN
A.Prinsip Percakapan

Prinsip percakapan (Convensional principle) adalah prinsip yang mengatur


mekanisme percakapan antar pesertanya supaya dapat bercakap-cakap secara kooperatif dan
santun. Dari batasan itu dapat dikemukakan bahwa prinsip percakapan itu mencakup dua,
yaitu prinsip kerjasama (cooperative principle) dan prinsip kesantunan (politeness
principle).

1.Prinsip Kerja Sama

Prinsip kerja sama adalah prinsip yang mengatur apa yang harus dilakukan oleh
peserta tutur agar percakapannya terdengar koheren. Menurut Rustono (1999:53) penutur
yang tidak memberikan kontribusi terhadap koherensi percakapan sama dengan tidak
mengikuti prinsip kerja sama. Jawaban seorang anak yang berbunyi “Besok hari Minggu,
Bu.” Atas pertanyaan ibunya “Sudah belajar?” sepintas tidak koheren dan tampak
melanggar prinsip kerja sama. Atas dasar makna luarnya jawaban anak itu tidak relevan
dengan pertanyaan ibunya karena menurut makna ini jawaban si anak mestinya “Sudah,
Bu.” Atau “Belum, Bu!”. Akan tetapi, seandainya diketahahui bahwa pertanyaan ibunya tadi
berupa peringatan supaya anak itu belajar percakapan ibu dan anaknya itu koheren.

2.Prinsip Kesantunan

Saat berkomunikasi seseorang memerlukan strategi-strategi dalam bertutur, mulai


dari bahasa tubuh, hingga ranah penggunaan tutur bahasa. Strategi penggunaan tutur bahasa
adalah cara bertutur untuk menghasilkan tuturan yang dapat menyelamatkan muka lawan
tutur agar tidak terjadi suatu kesalahpahaman dalam komunikasi. Misalnya dengan ugkapan
kesantunan. Sopan santun dapat ditunjukkan tidak hanya berupa tindakan, tetapi juga bisa
dalam bentuk tuturan.

Leech mengemukakan bahwa prinsip kesantunan dapat dirumuskan ke dalam enam


butir maksim. Keenam maksim itu adalah maksim (1) Maksim kebijaksanaan; (2) Maksim
kedermawanan ; (3) Maksim penghargaan; (4) Maksim kesederhanaan; (5) Maksim
pemufakatan; (6) Maksim kesimpatian.

Anda mungkin juga menyukai