ANTARPRIBADI
Oleh : Monika Wutun
Dimensi komunikasi verbal dan nonverbal pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan
dan sering berlangsung secara bersamaan. Bahkan kita tidak dapat memilah kapan seseorang
melakukan komunikasi verbal secara mandiri tanpa disertai dengan komunikasi nonverbal.
Pemahaman tentang komunikasi vebal dan nonverbal akan dibahas pada tulisan ini dengan
tujuan untuk memberikan pengertian yang tepat tentang bagaimana simbol verbal dan
nonverbal dimaknai ketika kita terlibat dalam komunikasi antarpribadi.
Tulisan ini diharapkan bisa memberikan gambaran tentang definisi komunikasi verbal
dan nonverbal, fungsi-fungsinya, dimensi-dimensinya, hambatannya serta perbedaan
komunikasi verbal dan nonverbal. Perbedaan disini tidak dimaksudkan seperti dikotomi
antara positif dan negatif atau benar dan salah tetapi lebih pada pengertian bagaimana kedua
simbol verbal dan nonverbal digunakan dan dipahami maknanya.
KOMUNIKASI VERBAL
Apa Itu Komunikasi Verbal?
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang didasarkan pada interaksi antarmanusia
yang menggunakan kata-kata lisan atau tertulis secara sadar dan dilakukan untuk
berhubungan dengan manusia lain. Deddy Mulyana (2002) menyamakan term komunikasi
verbal dengan bahasa verbal (karena menggunakan bahasa) sebagai sarana utama untuk
menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita.
Memahami Fungsi Komunikasi Lisan Dan Tulisan
Komunikasi verbal dapat dilakukan secara lisan lewat kata-kata yang dapat
diwujudkan lewat pembicaraan lisan maupun lewat tulisan. Yang membedakan komunikasi
verbal lisan dan tulisan adalah bahasa yang ditampilkan dalam interaksi antarmanusia yaitu
verbal lisan dengan bicara dan verbal tulisan dengan kata-kata tertulis (tercetak).
Sistem simbol dalam komunikasi verbal menurut Verdeber (Liliweri, 1994) terdiri
dari : (1) ‘Kata-kata’ yang diketahui (vocabularly) yang dipelajari dengan cara-cara tertentu.
Dan, (2) Tata bahasa (grammar) dan sintaksis.
(1) Komunikasi Lisan (speech Communication)
Dalam speech communication (komunikasi lisan) yang terutama dijumpai dalam
komunikasi antarpribadi, terjadi pengalihan pesan-pesan verbal dalam bentuk kata-kata.
Menurut De Vito (1978); Victoria dan Robert (1983); dalam Liliweri (1994); ada
enam jenis komunikasi lisan (verbal), diantaranya:
(a) Emotive Speech, merupakan gaya bicara yang lebih mementingkan aspek psikologis. Ia lebih
mengutamakan pilihan kata yang didukung oleh pesan nonverbal.
(b) Patchic speech, gaya komunikasi verbal yang berusaha menciptakan hubungan sosial
sebagaimana dikatakan oleh Bronislaw Malinowski dengan pathic communication, phatic
speech ini tidak dapat diterjemahkan secara tepat karena ia harus dilihat dalam kaitannya
dengan konteks di saat kata diucapkan dalam suatu tatanan sosial suatu masyarakat.
(c) Cognitive speech, jenis komunikasi verbal yang mengacu pada kerangka berpikir atau
rujukan yang secara tegas mengartikan suatu kata secara denotatif dan bersifat informatif.
(d) Rethorical speech, mengacu pada komunikasi verbal yang menekankan sifat konatif. Gaya
bicara ini mengarahkan pilihan ucapan yang mendorong terbentuknya perilaku.
(e) Metalingual speech, komunikasi lisan secara verbal, tema pembicaraannya tidak mengacu
pada obyek dan peristiwa dalam dunia nyata melainkan tentang pembicaraan itu sendiri.
(f) Poetic speech, komunikasi lisan yang secara verbal berkutat pada struktur penggunaan kata
yang tepat melalui perindahan pilihan kata, ketepatan ungkapan biasanya menggambarkan
rasa seni dan pandangan serta gaya-gaya lain yang khas.
C.K. Ogden dan I.A. Richards mengemukakan makna melekat pada kata-kata, namun kata-
kata membangkitkan makna dalam pikiran orang. Hubungan ini secara diagramatik dalam
sebuah segitiga makna, garis yang terputus-putus menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
langsung atau alamiah antara kedua hal tersebut, seperti terlihat dalam gambar berikut ini:
Gambar 1: Segitiga Makna
Sumber: Bert E.Bradley yang dikutip oleh Mulyana, 2000.
Gambar 1 dapat dijelaskan dengan contoh: ada sebuah objek (referen) yakni benda
berkaki empat, memiliki sandaran dan dapat berfungsi sebagai tempat duduk. Orang yang
memiliki pikiran atau rujukan memberi nama benda itu sebagai “kursi”. Jadi makna tidak
terletak pada objek atau pada simbol tetapi pada manusia yang memaknainya.
Charles Berger, Jones J. Bradac dalam Liliweri (1998) memaparkan beberapa masalah
dalam komunikasi verbal seperti ada tabel berikut ini:
KOMUNIKASI NONVERBAL
Mengapa kita mempelajari komunikasi nonverbal? Hal ini dipertanyakan oleh Steveen
A. Beebe, Susan J.Beebe dan Mark V. Reamond dalam bukunya Interpersonal
Communication relating to others (1996). Mereka melihat komunikasi nonverbal tidak bisa
dipisahkan dari aktivitas manusia setiap hari. Di ruang publik, seperti di mal, bandara,
terminal, kita sering memperhatikan orang disekitar kita dan memberi makna atas perilaku
nonverbal yang ditampilkan seperti gerak tubuh, pakaian yang digunakan dan disaat itu kita
berperan sebagai watcher (penonton).
Lebih lanjut, Frank E.X Dance dan Carl E. Larson, Komunikasi nonverbal adalah
sebuah stimuli yang tidak bergantung pada ahli simbolik untuk memaknainya (a stimulus not
dependent on symbolic content for meaning). Dan Edward Sapir; Komunikasi nonverbal
adalah sebuah kode yang luas yang ditulis tidak dimanapun juga, diketahui oleh tidak seorang
pun dan dimengerti oleh semua (an elaborate code that is written now here, known to none,
and understood by all).
Secara sederhana komunikasi nonverbal dapat didefinisikan sebagai berikut: non
berarti tidak, verbal berarti bermakna kata-kata (words), sehingga komunikasi nonverbal
dimaknai sebagai komunikasi tanpa kata-kata.
Fungsi Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal dapat menjalankan fungsi penting. ada enam fungsi utama
komunikasi nonverbal menurut Ekman (1965); Knapp (1978) dalam De Vito (1997)
diantaranya:
1) Untuk menekankan; Kita menggunakan komunikasi nonverbal untuk menonjolkan atau
menekankan beberapa bagian dari pesan verbal. Misalnya: kita tersenyum untuk menekankan
ungkapan tertentu.
2) Untuk melengkapi (complement); Kita juga menggunakan komunikasi nonverbal untuk
memperkuat warna atau sikap umum yang dikomunikasikan oleh pesan verbal.
3) Untuk menunjukkan kontradiksi; kita juga dapat secara sengaja mempertentangkan pesan
verbal kita dengan gerakan nonverbal. .
4) Untuk mengatur; gerak-gerik nonverbal dapat mengendalikan atau mengisyaratkan keinginan
anda untuk mengatur arus pesan verbal. Mengerutkan bibir, mencondongkan badan ke depan
atau membuat gerakan tangan untuk menunjukkan bahwa anda ingin mengatakan sesuatu.
5) Untuk mengulangi; kita juga dapat mengulangi atau merumuskan ulang makna dari pesan
verbal.
6) Untuk menggantikan; komunikasi nonverbal juga dapat menggantikan pesan verbal.
Misalnya: anda dapat menganggukkan kepada tanda ‘ya’ tanpa harus mengatakan ‘ya’ secara
verbal.
3) Paket
Perilaku noverbal, apakah menggunakan tangan, mata, atau otot tubuh, biasanya
terjadi dalam bentuk ‘paket’ atau tandang (cluster) sebagai paket nonverbal dan gabungan
dari paket verbal bersama nonverbal
4) Dapat dipercaya
Kita cepat mempercayai perilaku nonverbal. Ini tetap berlaku meskipun perilaku nonverbal
ini bertentangan dengan perilaku verbal.
Kebolehan dipercaya (believability) dan penipuan; biasanya perilaku verbal dan noverbal
konsisten. Jadi, bila kita berdusta secara verbal, kita juga mencoba berdusta secara nonverbal.
Namun perilaku verbal dan nonverbal kita sering saling mengkhianati.
2) Gerakan Wajah
Gerakan wajah mengkomunikasikan macam-macam emosi selain juga kualitas atau
dimensi emosi. Kebanyakan periset sepakat dengan Paul Ekman, Wallace V. Friesen dan
Phoebe Ellsworth (1972) dalam menyatakan pesan wajah dapat mengkomunikasikan
sedikitnya kelompok emosi berikut: kebahagiaan, keterkejutan, kemarahan, kesedihan,
kemuakan/penghinaan. Periset nonverbal, Dele Leather (1986) mengemukakan bahwa
gerakan wajah juga mengkomunikasikan kebingungan hati.
3) Gerakan Mata
Pesan-pesan dikomunikasi oleh mata bervariasi bergantung pada durasi, arah dan kualitas
dari perilaku mata.
Fungsi komunikasi mata:
Mencari umpan balik; kita sering menggunakan mata kita untuk mencari umpan balik dari
orang lain.
Menginformasikan pihak lain untuk bicara; menunjukkan bahwa saluran komunikasi telah
terbuka dan bahwa lawan bicara kita sekarang bisa berbicara.
Mengisyaratkan sifat hubungan; pandangan mata dapat juga mengisyaratkan hubungan
positif yang ditandai dengan pandangan terfokus yang penuh perhatian. Atau hubungan
negatif yang ditandai dengan penghindaran kontak mata.
Mengkompensasi bertambahnya jarak fisik; gerakan mata dapat mengkompensasi bertambah
jauhnya jarak fisik.
Penghindaran kontak mata; Erving Goffman mengatakan jika kita menghindari kontak mata
berarti kita membantu orang lain menjaga privasi mereka.
Pembesaran pupil mata; pembesaran pupil mata (pupilometri). Pupil mata menunjukkan
minat dan tingkat kebangkitan emosi kita. Pupil mata kita membesar bila kita tertarik pada
sesuatu atau bila secara emosional kita terangsang.
Komunikasi Temporal
Menyangkut penggunaan waktu – bagaimana kita mengaturnya dan bereaksi terhadapnya,
dan pesan yang dikomunikasikannya. Dimensi waktu dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6. Dimensi Komunikasi Temporal
Dimensi Waktu Uraian
Waktu kultural Dapat dibedakan atas tiga jenis waktu yaitu waktu
presisi, waktu ilmiah (digunakan di laboratorium). Waktu
formal mengacu pada bagaimana suatu kultur
mendefinisikan waktu dan mengajarkan waktu. Waktu
informal mengacu pada penggunaan istilah waktu yang
agak longgar (selamanya, segera, secepat mungkin).
Orientasi waktu Orientasi waktu tepat (displaced time orientation),
tepat dan kira-kira dimana waktu dilihat secara eksak.
Orientasi waktu kira-kira (diffused time orientation),
orang melihat waktu sebagai kira-kira daripada efek
eksak.
Waktu psikologis Waktu psikologis mengacu pada tingkat kepentingan
yang ktia lekatkan pada masa lalu, masa kini dan masa
akan datang.
Waktu dan status Waktu sangat terkait erat dengan pertimbangan status.
Waktu yang tepat untuk jamuan makan malam dll.
Sumber: Hasil Olahan Penulis dari De Vito (1997)
DAFTAR PUSTAKA