Anda di halaman 1dari 5

PRAGMATIK

DESKRIPSI SINGKAT
Pragmatik berkaitan erat dengan tindak tutur seseorang. Dalam tindak tutur lebih
dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Tindak tutur yang memiliki
maksud tertentu tersebut tidak dapat dipisahkan dari konsep situasi tutur. Konsep
tersebut memperjelas pengertian tindak tutur sebagai suatu tindakan yang menghasilkan
tuturan sebagai produk tindak tutur. Kegiatan bertindak tutur dapat berlangsung dengan
baik apabila para peserta penutur itu semuanya terlibat aktif dalam proses bertutur itu,
apabila ada satu pihak tidak terlebit aktif di dalam aktivitas itu, maka dapat dipastikan
pertuturan itu tidak ada akan berjalan dengan baik dan lancar, supaya bisa berjalan
dengan baik, para penutur perlu menerapkan prinsip kerja sama dan kesopanan. Di
dalam modul inti nanti tidak hanya akan membahasa prinsip kerja sama dan prinsip
kesopanan tapi juga akan membahas apa itu pragmatik?, pelanggaran prinsip kerja sama,
dan juga pelanggaran prinsip kesopanan.

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mampu memahami konsep pragmatik,
prinsip kerja sama, dan prinsip kesopanan dalam bahasa Indonesia.
Subcapaian Pembelajaran
Setelah membaca KB 4 ini diharapkan Anda dapat:
1. Menjelaskan konsep pragmatik,
2. Menerapkan prinsip kerja sama, dan
3. Menerapkan prinsip kesantunan.

Uraian Materi
A. Pengertian Pragmatik
Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur makna bahasa
secara eksternal, yaitu bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi.
Hal ini senada dengan Rahardi (2005:49) pragmatik adalah ilmu yang mempelajari kondisi
penggunaan bahasa manusia yang pada dasarnya sangat ditentukan oleh konteks yang
mewadahi dan melatarbelakangi bahasa itu. Pragmatik adalah studi tentang maksud
penutur dan sebagi akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis maksud
tuturan daripada makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu
sendiri (Yule, 2006:3).
Parker (1986) yang disampaikan (Kunjana,2009:21) dalam bukunya yang
berjudul Linguistic for Non-lingusitis menyatakan bahwa pragmatic adalah cabang ilmu
bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal. Menurut Tarigan (2009:30),
“Pragmatik menelaah ucapan-ucapan khusus dalam situasi-situasi khusus dan
memusatkan perhatian kepada aneka ragam cara yang merupakan wadah aneka konteks
sosial.” Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah
cabang ilmu yang mempelajari dan mengkaji makna yang disampaikan oleh penutur atau
penulis dan ditafsirkan oleh pembaca atau pendengar dengan melihat kondisi dan situasi
konteks penyampaiannya.
Dari penjelasan-penjelasan di atas bahwa inti dari pragmatik ialah tindak tutur
antara satu pihak (penutur) dengan pihak lain (mitra tutur). Proses komunikasi antara
satu pihak dengan pihak lain haruslah berjalan dengan lancer dan baik, adanyanya
kerjasama dan berperilaku sopan dengan pihak lain. Berkaitan dengan hal itu, dalam
modul ini akan disampikan mengenai prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan dalam
pragmatik, karena kedua prinsip itu sangat berkaitan erat dengan proses komunikasi
anatar penutur dan mitra tutur.

B. Prinsip kerja sama


Prinsip Kerja Sama dalam Pragmatik Grice mengemukakan bahwa di dalm rangka
melaksanakan prinsip kerja sama, setiap penutur harus mematuhi 4 maksim percakapan,
yakni maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan
(dalam kunjana, 2009: 23).
Penjelasan keempat maksim tersebut sebagai berikut.
1. Maksim Kuantitas
Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta pertuturan memberkan
kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya.
Atau secara singkat dalam maksim ini infomasi yang dibutuhkan tidak lebih dan tidak
kurang, benar-benar cukup, benar-benar memadai, dan sejelas mungkin. Informasi
yang dianggap cukup memadai dalam proses tindak tutur ialah tidak boleh melebihi
dari informasi sebenarnya yang dibutuhkan oleh mitra tutur dalam kegiatan bertutur.
Contoh :

Rendi : Kamu dari mana, Ren?


Andi : Dari masjid, An.

Data di atas menunjukkan tuturan yang mematuhi maksim kuantitas. Penutur


bertanya dan mitra tutur menjawab. Mitra tutur menjawab sesuai dengan kebutuhan
yang dibutuhakan oleh penuturu. Andi menanyakan kamu dari mana, Ren?. Andi
menjawab sesuai yang dibutuhkan tidak lebih tidak kurang.
2. Maksim Kualitas
Maksim percakapan ini mewajibkan setiap peserta penutur mengatakan hal
yang sebenarnya. Dalam maksim ini, infomasi yang dibutuhkan adalah yang benar dan
si penutur mempunyai bukti kebenarannya. Kebenaran itu didasarkan pada bukti-
bukti yang jelas, konkrit, nyata, dan terukur. Oleh karena itu aktivitas tutur akan dapat
dikatakan memilik kualitas yang baik dan jelas apabila tuturan itu sesuai dengan fakta,
sesuai dengan keadaan sebenarnya, tidak mengada-ada, tidak dibuat-buat, dan tidak
direkayasa.
Contoh :

Guru : Siapa yang tidak masuk hari ini?


Siswa : Yang tidak masuk, Karti Pak.

Data di atas menunjukkan tuturan yang mematuhi maksim kuantitas. Guru dan
siswa melakukan tanya jawab mengenai siswa yang tidak masuk pada hari ini. Guru
meminta jawaban sesuai dengan fakta yang sebenaranya kepada siswa. Kemudian
siswa menjawab yang tidak berangkat pada hari ini ialah Karti. Di sini terlihat tuturan
siswa memberikan informasi yang memadai bagi gurunya.
3. Maksim Relevansi
Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan
kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. Informasi yang disampaikan
mempunyai relevansi dengan pokok percakapan. Harus ada kerja sama yang sungguh-
sungguh baik antara penutur dan mitra tutur dalam praktik bertutur sapa yang
sesunggguhnya, masing-masing hendaknya dapat memberikan kontribusi yang benar-
benar relevan tentang sesuatu yang sedang dipertuturkan itu.
Contoh :

Guru : Apa perbedaan antara mendengar dan menyimak?


Siswa : Mendengar hanya sebatas untuk mendengar saja, kalau
menyimak tidak hanya sebatas mendengar tapi juga memahami
pesan yang disampaikan.

Data di atas menunjukkan tuturan yang mematuhi maksim relevansi. Pada saat
kegiatan pertuturan guru menanyakan kepada siswa tentang perbedaan mendengar
dan menyimak kemudian siswa menjawab sesuai dengan relevansinya.
4. Maksim Pelaksanaan (Cara)
Maksim pelaksanaan mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara secara
langsung, tidak kabur, tidak taksa, dan tidak berlebih-lebihan, serta runtut. Informasi
yang disampaikan dalam maksim ini harus secara jelas (tidak samar-samar), secara
singkat-padat dan secara tertib.

C. Prinsip Kesantunan
Prinsip kesopanan menurut Leech (1983) yang disampaikan oleh (Kunjana
2009: 23), ia membagi prinsip kesopanan menjadi 6 maksim yakni:
1. Maksim kebijaksanaan Menurut maksim ini, kesantunan dalam bertutur dapat
dilakukan apabila maksim kebijaksanaan dilaksanakan dengan baik. Inti maksim ini
adalah kurangi kerugian orang lain, dan tambahi keuntungan orang lain.
2. Maksim kemurahan Maksim kemurahan hati, diutarakan dengan kalimat ekspresif
dan kalimat asertif. Dengan penggunaan kedua kalimat ini jelaslah babwa tidak
hanya dalam menyuruh dan menawarkan sesuatu seseorang harus berlaku sopan,
tetapi di dalam mengungkapkan perasaan, dan menyatakan pendapat ia tetap
diwajibkan berperilaku sopan. Atau secara singkat dalam maksim ini kurangi
keuntungan diri sendiri dan tambahi pengorbanan diri sendiri.
3. Maksim penerimaan Maksim penerimaan diutarakan dengan kalimat komisif dan
impositif. Maksim ini mewajibkan setiap peserta tindak tutur untuk
memaksimalkan kerugian bagi dirinya sendiri, dam meminimalkan keuntungan diri
sendiri.
4. Maksim kerendahan hati
Maksim kerendahan hati diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan asertif. Bila
maksim kemurahan berpusat pada orang lain, maksim kerendahan hati berpusat
pada diri sendiri. Maksim ini menuntut setiap peserta pertuturan untuk
meminimalkan ketidak-hormatan pada diri sendiri, dan meminimalkan rasa hormat
pada diri sendiri.
5. Maksim kecocokan
Maksim kecocokan diungkapkan dengan kalimat ekspresif dart asertif. Maksim ini
menggariskan setiap penutur dan lawan tutur untuk memaksimalkan kecocokan
diantara mereka, dan meminimalkan ketidakcocokan di antara mereka.
6. Maksim kesimpatian.
Maksim ini diungkapkan dengan tuturan asertif dan ekspresif. Maksim kesimpulan
mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa simpati, dan
meminimalkan rasa

DAFTAR PUSTAKA
Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Imperatif Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
antipati kepada mitra tuturnya.
Tarigan, Henry Guntur.2009.Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Wijana, I Dewa Putu. 2004. Kartun. Yogyakarta: Ombak.
_________________.2009. Analisis Wacana Pragmatik. Surakarta: Yuma Pustaka.
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai